PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting
di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis,
sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas.
Sekitar 5,5 juta penderita batu empedu ada di Inggris dan 50.000
kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Kasus batu empedu sering
ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20% penduduk dewasa. Setiap
tahun beberapa ratus ribu penderita ini menjalani pembedahan. Dua per tiga
dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien tidak mempunyai
keluhan dan yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 1-4%.
Sementara pasien dengan gejala simtomatik batu empedu mengalami
komplikasi 12% dan 50% mengalami nyeri kolik pada episode selanjutnya.
Risiko penderita batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif
kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu menimbulkan masalah serangan
nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit
akan terus meningkat.
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos
abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi
batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran
empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu
sekunder. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer
di dalam saluran empedu intra-atau ekstra-hepatik tanpa melibatkan kandung
empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di
wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara Barat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diangkat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kolelitiasis?
2. Bagaimana etiologi dari kolelitiasis?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari kolelitiasis?
4. Bagaimana patofisiologi dari kolelitiasis?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kolelitiasis?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari kolelitiasis?
7. Apa saja komplikasi dari kolelitiasis?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kolelitiasis.
2. Untuk mengetahui etiologi dari kolelitiasis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kolelitiasis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kolelitiasis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kolelitiasis.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kolelitiasis.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari kolelitiasis.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis.
2. Mampu menjelaskan etiologi dari kolelitiasis.
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Kolelitiasis (kalkulus / kalkuli , batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu
yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Brunner
& Suddart, 2002)
Kolelitiasis yaitu suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam
kandung empedu. Kolelithiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary
calculus. Jika material ini ditemukan di dalam saluran empedu disebut
(koledokolitiasis).
B. ETIOLOGI
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan
asam chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein
dan 0,3% bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan
sempurna namun yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu. Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah
kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan di luar empedu.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada penyakit ini bermacam-macam,
namun yang paling umum adalah sebagai berikut :
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu
akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas
dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami
kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang
menjalar ke punggung atau bahu kanan, rasa nyeri ini biasanya disertai mual
dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar.
Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan
persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung
empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya
saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu
akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10
kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat
pengembangan rongga dada.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan
sebagian besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami
aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan
pengangkatan kandung empedu.Batu empedu di dalam saluran empedu bisa
mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas
(pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri
akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri
bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh
lainnya. Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak
menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-
kadang batu yang besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung
Pathway
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rongent abdomen/pemeriksaan sinar X/Foto polos abdomen
Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu.
Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan
pemeriksaan pilihan.
2. Kolangiogram/kolangiografi transhepatik perkutan.
Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier.
Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua
komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan
kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari
kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis
dan syokseptik.
3. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi)
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat optik yang fleksibel kedalam esofagus hingga mencapai
duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus
koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke
dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu diduktus dan
memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.
4. Pemeriksaan Fisik
a). Batu kandung empedu
F. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Penatalaksanaan pendukung diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung
empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik,
analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala
akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika
kondisi pasien memburuk. (Smeltzer, 2002). Manajemen terapi :
Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi
syok.
Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
b. Pelarutan batu empedu
Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (misal: monooktanoin
atau metil tertier butil eter/MTBE). Pelarut tersebut dapat diinfuskan
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :
1. Asimtomatik
2. Obstruksi duktus sistikus
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
6. Peradangan pankreas (pankreatitis)
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
9. Hidrop kandung empedu
10. Empiema kandung empedu
11. Fistel kolesistoenterik
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
batu empedu muncul lagi)
13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)
Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya
makanan menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang
tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus
sistikus, batu dapat menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu
menutupi duktus sistikus secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi
mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu empiema,
biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut
(kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel
kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat
KASUS :
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
2. Keluhan Utama : Nyeri pada daerah kuadran kanan atas abdomen,
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu : -
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : kolelitiasis
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan baik, kesadaran konposmetis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Suhu : 36 oC
b. Pola minum
Frekuensi 8 gelas sehari 5 gelas sehari
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
Warna Kuning Kuning
Kosistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
b. BAK
Frekuensi 5-6 x/hari 3-4 x/hari
3 Personal Hygiene
a. Mandi 2 x/hari 3 hari sekali
b. Gosok gigi 2 x/hari Tidak pernah
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Hemoglobin
Eritrosit
Hematocrit
Leukosit
Trombosit
b. Pemeriksaan radiologi :
CT-scan
Scan hati
c. Therapy medis : Diet nasi 1700 kkal, rendah lemak
d. Tindakan medis : Memberikan obat
7. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1 DS : Penumpukan komponen Nyeri
empedu dan masuknya
Klien Mengeluh eschericia coli dari saluran
Nyeri pada ulu usus ke dalam saluran
kantong empedu
hati
Klien
Perubahan cairan empedu
mengatakan dan keseimbangan
nyeri bertambah produksi empedu
jika melakukan
aktivitas dan Terbentuk inti yang lambat
laun menebal dan
Nyeri
B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus,
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah,
distensi, dan hipermotilitas gaster.
3. Risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan
dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan;
mual/muntah.
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus,
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan Observasi dan catat Membantu
tindakan keperawatan lokasi, beratnya membedakan
selama 3x24 jam, nyeri (skala 0-10) dan penyebab nyeri dan
dapat teratasi dengan karakter nyeri memberikan
kriteria hasil : (menetap, hilang informasi tentang
Mampu mengontrol timbul, kolik). kemajuan/perbaikan
nyeri (tahu Tingkatkan tirah penyakit, terjadinya
penyebab nyeri, baring, biarkan komplikasi, dan
mampu pasien melakukan keefektifan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya
adalah kolesterol. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa
unsure yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Penyebab terjadinya kolelitiasis/batu empedu belum
diketahui secara pasti. Penatalaksanaan dari kolelitiasis ini dapat dilakukan
dengan pembedahan maupun non pembedahan serta menjalani diet rendah
lemak, tinggi protein, dan tinggi kalori agar tidak terbentuk batu empedu di
dalam kandung empedu. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang baik
diperlukan dalam penatalaksanaan kolelitiasis ini sehingga dapat membantu
klien untuk dapat memaksimalkan fungsi hidupnya kembali serta dapat
memandirikan klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
B. SARAN
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih
dalam tentang penyakit kolelitiasis. Kepada para perawat, kami sarankan untuk
lebih aktif dalam memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka kesakitan
penyakit kolelitiasis. Dengan tindakan preventif yang dapat dilakukan bersama
oleh semua pihak, maka komplikasi dari kolelitiasis akan berkurang.