Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting
di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis,
sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas.
Sekitar 5,5 juta penderita batu empedu ada di Inggris dan 50.000
kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Kasus batu empedu sering
ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20% penduduk dewasa. Setiap
tahun beberapa ratus ribu penderita ini menjalani pembedahan. Dua per tiga
dari batu empedu adalah asimptomatis dimana pasien tidak mempunyai
keluhan dan yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 1-4%.
Sementara pasien dengan gejala simtomatik batu empedu mengalami
komplikasi 12% dan 50% mengalami nyeri kolik pada episode selanjutnya.
Risiko penderita batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif
kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu menimbulkan masalah serangan
nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit
akan terus meningkat.
Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos
abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi
batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran
empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu
sekunder. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer
di dalam saluran empedu intra-atau ekstra-hepatik tanpa melibatkan kandung
empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di
wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara Barat.

Askep Kolelitiasis Page 1


Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi
komplikasi akan lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu
asimtomatik.
Pada sekitar 80% dari kasus, kolesterol merupakan komponen terbesar
dari batu empedu. Biasanya batu - batu ini juga mengandung kalsium karbonat,
fosfat atau bilirubinat, tetapi jarang batu- batu ini murni dari satu komponen
saja.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diangkat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kolelitiasis?
2. Bagaimana etiologi dari kolelitiasis?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari kolelitiasis?
4. Bagaimana patofisiologi dari kolelitiasis?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kolelitiasis?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari kolelitiasis?
7. Apa saja komplikasi dari kolelitiasis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kolelitiasis.
2. Untuk mengetahui etiologi dari kolelitiasis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari kolelitiasis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kolelitiasis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kolelitiasis.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kolelitiasis.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari kolelitiasis.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis.
2. Mampu menjelaskan etiologi dari kolelitiasis.

Askep Kolelitiasis Page 2


3. Mampu menjelaskan manifestasi klinis dari kolelitiasis.
4. Mampu menjelaskan patofisiologi dari kolelitiasis.
5. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari kolelitiasis.
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari kolelitiasis.
7. Mampu menyebutkan komplikasi dari kolelitiasis.

Askep Kolelitiasis Page 3


BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Kolelitiasis (kalkulus / kalkuli , batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu
yang memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Brunner
& Suddart, 2002)
Kolelitiasis yaitu suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam
kandung empedu. Kolelithiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary
calculus. Jika material ini ditemukan di dalam saluran empedu disebut
(koledokolitiasis).

B. ETIOLOGI
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan
asam chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein
dan 0,3% bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan
sempurna namun yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu. Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah
kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan di luar empedu.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik

Askep Kolelitiasis Page 4


6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan
garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit
putih, baru orang Afrika)

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada penyakit ini bermacam-macam,
namun yang paling umum adalah sebagai berikut :
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu
akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas
dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami
kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang
menjalar ke punggung atau bahu kanan, rasa nyeri ini biasanya disertai mual
dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar.
Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan
persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung
empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya
saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu
akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10
kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran
kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat
pengembangan rongga dada.

Askep Kolelitiasis Page 5


2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini
membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored”.
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin
A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala
defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama.
Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang
normal.(Smeltzer, 2002)
5. Regurgitasi gas: flatus dan sendawa

D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan
sebagian besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami
aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan
pengangkatan kandung empedu.Batu empedu di dalam saluran empedu bisa
mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas
(pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri
akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri
bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh
lainnya. Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak
menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-
kadang batu yang besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung

Askep Kolelitiasis Page 6


empedu dan masuk ke usus halus atau usus besar, dan menyebabkan
penyumbatan usus (ileus batu empedu). Yang lebih sering terjadi adalah batu
empedu keluar dari kandung empedu dan masuk ke dalam saluran empedu.
Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke usus halus atau tetap berada
di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan aliran empedu maupun
gejala.
Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada
kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan
pembentukan batu empedu. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan
pengendapan kolesterol adalah : terlalu banyak absorbsi air dari empedu,
terlalu banyak absorbsi garam- garam empedu dan lesitin dari empedu, terlalu
banyak sekresi kolesterol dalam empedu. Jumlah kolesterol dalam empedu
sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel-sel hepatik
mensintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam
tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang mendapat diet tinggi lemak dalam
waktu beberapa tahun, akan mudah mengalami perkembangan batu empedu.
Batu kandung empedu dapat berpindah kedalam duktus koledokus
melalui duktus sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu
tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial atau
komplet sehingga menimbulkan gejalah kolik empedu. Kalau batu terhenti di
dalam duktus sistikus karena diameternya terlalu besar atau tertahan oleh
striktur, batu akan tetap berada disana sebagai batu duktus sistikus.
1. Batu kolesterol
Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung jawab
bagi lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini
merupakan batu kolesterol campuran yang mengandung paling sedikit 75 %
kolesterol serta dalam variasi jumlah fosfolipid, pigmen empedu, senyawa
organik dan inorganik lain. Kolesterol yang merupakan unsur normal
pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya tergantung
pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid dalam empedu). Pada pasien
yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis

Askep Kolelitiasis Page 7


asam empedu dan peningktan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini
mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian
keluar getah empedu, mengendap, dan membentuk batu. Getah empedu
yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu
empedu dan berperan sebgai iritan yang menyebabkan peradangan dalam
kandung empedu.
Menurut Meyers & Jones, 1990, proses fisik pembentukan batu
kolesterol terjadi dalam empat tahap:
1) Supersaturasi empedu dengan kolesterol.
2) Pembentukan nidus atau inti pengendapan kolesterol
3) Kristalisasi/presipitasi.
4) Pertumbuhan batu oleh agregasi/presipitasi lamelar kolesterol
dan senyawa lain yang membentuk matriks batu.
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total kasus batu empedu,
mengandung <20% kolesterol. Batu pigmen dapat dibagi kepada 2, yaitu :
a. Batu kalsium bilirunat (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur,
operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu,
khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari
bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat.
Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara
infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen coklat. Baik enzim ß-
glukoronidase endogen maupun yang berasal dari bakteri ternyata
mempunyai peran penting dalam pembentukan batu pigmen ini.
Umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam
empedu yang terinfeksi.

Askep Kolelitiasis Page 8


b. Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti
bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.Batu pigmen
hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan
hemolisis kronik atau sirosis hati dengan peningkatan beban bilirubin tak
terkonjugasi (anemia hemolitik). Batu pigmen hitam ini terutama terdiri
dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini
belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung
empedu dengan empedu yang steril.

Pathway

Penumpukan komponen empedu dan masuknya eschericia


coli dari saluran usus ke dalam saluran kantong empedu

Perubahan cairan empedu dan keseimbangan


produksi empedu

Terbentuk inti yang lambat laun menebal dan


menkristal menjadi batu

Kristal atau batu bergerak atau bergeser

Menyumbat aliran empedu Menggesek mukosa saluran empedu

Cairan empedu refluk inflamasi Perdarahan Nyeri kolik

kolesistitis pankreatitis Haemoglobin Nyeri Akut


menurun
Masuk ke
dalam
Konjungtiva an
peredaran Kulit dan mata ikterik,
anemis
darah warna urine gelap

Askep Kolelitiasis Page 9


Risiko tinggi
Defisiensi bilirubin dalam kekurangan volume
saluran pencernaan cairan

Feses seperti Mual, muntah Risiko tinggi nutrisi kurang


dempul dari kebutuhan tubuh

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rongent abdomen/pemeriksaan sinar X/Foto polos abdomen
Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu.
Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan
pemeriksaan pilihan.
2. Kolangiogram/kolangiografi transhepatik perkutan.
Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier.
Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua
komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan
kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari
kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis
dan syokseptik.
3. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi)
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat optik yang fleksibel kedalam esofagus hingga mencapai
duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus
koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke
dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu diduktus dan
memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.
4. Pemeriksaan Fisik
a). Batu kandung empedu

Askep Kolelitiasis Page 10


Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum
didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif apabila
nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena
kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan
pasien berhenti menarik nafas .
b). Batu saluran empedu
Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang.
Kadang teraba hatidan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila kadar
bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas. Apabila
sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan timbul ikterus klinis.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (darah) :
 Kenaikan serum kolesterol
 Kenaikan fosfolipid
 Penurunan ester kolesterol
 Kenaikan bilirubin total
 Penurunan urobilirubin
 Peningkatan sel darah putih
 Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktus utama.
b. Pemeriksaan radiologis
 Foto polos Abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang
khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat
radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan
empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau
hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan
lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam
usus besar, di fleksura hepatika .
 Ultrasonografi (USG)

Askep Kolelitiasis Page 11


Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas
yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran
saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG
juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau odema yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab
lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit
dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus.
 Kolesistografi
Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik,
muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan
hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat
mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada
penilaian fungsi kandung empedu.

F. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Penatalaksanaan pendukung diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung
empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik,
analgesik dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala
akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika
kondisi pasien memburuk. (Smeltzer, 2002). Manajemen terapi :
 Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
 Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
 Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
 Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi
syok.
 Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
b. Pelarutan batu empedu
Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (misal: monooktanoin
atau metil tertier butil eter/MTBE). Pelarut tersebut dapat diinfuskan

Askep Kolelitiasis Page 12


melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung kedalam
kandung empedu, melalui selang atau drain yang dimasukkan melalui
saluran T-Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat
pembedahan; melalui endoskop ERCP; atau kateter bilier transnasal.
c. ESWL ( Extracorporeal Shock- Wave Lithotripsy)
Prosedur noninvasiv ini menggunakan gelombang kejut berulang
(Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu empedu didalam
kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah batu
tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen. Gelombang kejut
dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik, yaitu piezoelektrik,
atau oleh muatan elektromagnetik. Energy ini disalurkan ke dalam tubuh
lewat rendaman air atau kantong yang berisi cairan.
d. Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk
melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari
kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol
pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini
terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan
lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu
empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme
kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga
kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi.
Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru
dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi
pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan
perlu dilanjutkan.
2. Penanganan Operatif
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu
empedu dilaksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung
lama, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi
kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif jika gejala yang dirasakan pasien

Askep Kolelitiasis Page 13


sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana
kondisi pasien mengharuskannya.
a. Penatalaksanaan pra operatif :
 Pemeriksaan sinar X pada kandung empedu
 Foto thoraks
 Elektrokardiogram
 Pemeriksaan faal hati
 Vitamin K (diberikan bila kadar protrombin pasien rendah)
 Terapi komponen darah
 Penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa secara intravena
bersama suplemen hidrolisat protein mungkin diperlukan untuk
membantu kesembuhan luka dan mencegah kerusakan hati.
b. Penanganan operatif
 Open kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan
batu empedu simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk
kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis
akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, perdarahan, dan infeksi.
 Kolesistektomi laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih
minimal, pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik,
menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah.
Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang. Kontra indikasi
absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu tidak dapat mentoleransi
tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak dapat dikoreksi.
Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump
duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus
biliaris sering dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,5–1%.
Dengan menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih
baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan aktifitas normal dalam

Askep Kolelitiasis Page 14


10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua otot abdomen utuh
sehingga dapat digunakan untuk aktifitas olahraga.
 Kolesistektomi minilaparatomi.
Modifikasi dari tindakan kolesistektomi terbuka dengan insisi
lebih kecil dengan efek nyeri paska operasi lebih rendah.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis :
1. Asimtomatik
2. Obstruksi duktus sistikus
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
6. Peradangan pankreas (pankreatitis)
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
9. Hidrop kandung empedu
10. Empiema kandung empedu
11. Fistel kolesistoenterik
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
batu empedu muncul lagi)
13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)
Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya
makanan menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu yang
tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat menutupi duktus
sistikus, batu dapat menetap ataupun dapat terlepas lagi. Apabila batu
menutupi duktus sistikus secara menetap maka mungkin akan dapat terjadi
mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel dapat menjadi suatu empiema,
biasanya kandung empedu dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut
(kolon, omentum), dan dapat juga membentuk suatu fistel
kolesistoduodenal. Penyumbatan duktus sistikus dapat juga berakibat

Askep Kolelitiasis Page 15


terjadinya kolesistitis akut yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan
nekrosis sebagian dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat
membentuk suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi
kandung empedu yang berakibat terjadinya peritonitis generalisata.
Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus
pada saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju
sampai duktus koledokus kemudian menetap asimtomatis atau kadang
dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus koledokus juga
berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan
pankretitis.
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui
terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar
dapat menyumbat pada bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal)
dan menimbulkan ileus obstruksi

Askep Kolelitiasis Page 16


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN ASKEP

KASUS :

Tn. A 46 th datang ke RSU bersama istrinya Ny. B 39 th dengan keluhan


nyeri pada daerah ulu hati, kuadran kanan atas abdomen. Karakteristik seperti
ditusuk-tusuk dengan skala 5 (nyeri sedang) yang berkurang apabila tidur
terlentang dan semifowler. Nyeri bertambah jika melakukan aktivitas dan makan.
Klien mengatakan tidak enak perasaan karena mual dan muntah. Klien juga
mengatakan gatal-gatal pada kulit tubuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan epigastrium, dan distensi abdomen. Keadaan umum pasien lemah, mata
cowong, turgor kulit buruk. Hasil TTV menunjukan TD : 110/80 mmHg, N : 95
x/menit, S : 36 oC, P : 25 x/menit.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
2. Keluhan Utama : Nyeri pada daerah kuadran kanan atas abdomen,
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu : -
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : kolelitiasis
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan baik, kesadaran konposmetis
b. Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Suhu : 36 oC

Askep Kolelitiasis Page 17


 Nadi : 95 x/menit
 Pernafasan : 25 x/menit
 BB sebelum : 68 Kg
 BB sesudah : 64 Kg
c. Review of system
 Sistem Respirasi
Peningkatan frekuensi pernafasan
I : Pengambangan dada kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan = kiri
P : Sonor
A : Vaskular
 Sistem Kardiovaskuler
Takikardia
I : IC tidak Nampak
P : IC tidak kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : BJ 1 = BJ 2
 Sistem Gastrointestinal
Abdomen :
P : Nyeri bertambah jika aktifitas banyak dan berkurang saat
berbaring
Q : Seperti ditusuk - tusuk
R : Perut kanan atas
S : Nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul ± 5 menit
I : Tidak ada lesi, ada asites
P : Pekak kanan atas
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
A : Peristaltik 12 x/menit
5. Pola Aktivitas Sehari-hari

Askep Kolelitiasis Page 18


No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Nutrisi
a. Pola makan
 Frekuensi 3xsehari 3xsehari
 Jumlah 1 porsi habis ½ porsi tidak habis
 Gangguan Tidak ada Anoreksia,
mual/muntah, tidak
toleran terhadap
makanan
pembentuk gas

 Jenis Nasi, sayur Bubur, sayur

b. Pola minum
 Frekuensi 8 gelas sehari 5 gelas sehari

 Jumlah (1500-2000 cc) (1000-1200 cc)


Air putih, teh, susu Air putih
 jenis

2 Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
 Warna Kuning Kuning
 Kosistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
b. BAK
 Frekuensi 5-6 x/hari 3-4 x/hari

 Warna Kuning jernih Kuning jernih

 Gangguan Tidak ada Mengeluh seperti


air teh

3 Personal Hygiene
a. Mandi 2 x/hari 3 hari sekali
b. Gosok gigi 2 x/hari Tidak pernah

Askep Kolelitiasis Page 19


c. Gunting kuku 2 minggu sekali Tidak pernah
d. keramas 2 hari sekali Tidak pernah
4 Pola Istirahat Tidur
a. Tidur siang Tidak pernah 10.00-11.00 WITA
b. Tidur malam 21.00 WITA 21.00 WITA
c. Gangguan Tidak ada Sering terbangun

6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
 Hemoglobin
 Eritrosit
 Hematocrit
 Leukosit
 Trombosit
b. Pemeriksaan radiologi :
 CT-scan
 Scan hati
c. Therapy medis : Diet nasi 1700 kkal, rendah lemak
d. Tindakan medis : Memberikan obat
7. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah
1 DS : Penumpukan komponen Nyeri
empedu dan masuknya
 Klien Mengeluh eschericia coli dari saluran
Nyeri pada ulu usus ke dalam saluran
kantong empedu
hati
 Klien
Perubahan cairan empedu
mengatakan dan keseimbangan
nyeri bertambah produksi empedu
jika melakukan
aktivitas dan Terbentuk inti yang lambat
laun menebal dan

Askep Kolelitiasis Page 20


makan menkristal menjadi batu
DO :
 Nyeri tekan Kristal atau batu bergerak
epigastrium
 Distensi Menggesek mukosa
saluran empedu
abdomen
 Skala nyeri 5
Nyeri kolik

Nyeri

2 DS : Menggesek mukosa Risiko tinggi


 Klien saluran empedu kekurangan
mengatakan volume cairan
gatal-gatal pada Perdarahan
kulit tubuh.
DO : Hemoglobin menurun
 Mata cowong
 Turgor kulit Konjungtiva an anemis
buruk
Risiko tinggi kekurangan
volume cairan

3 DS : Menyumbat aliran empedu Risiko tinggi


 Klien perubahan nutrisi
mengatakan Cairan empedu refluk kurang dari
tidak enak kebutuhan tubuh
perasaan karena Masuk ke dalam peredaran
mual dan darah
muntah.
DO : Defisiensi bilirubin ke
 Keadaan umum dalam saluran pencernaan

Askep Kolelitiasis Page 21


pasien lemah

Mual dan muntah

Risiko tinggi perubahan


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus,
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah,
distensi, dan hipermotilitas gaster.
3. Risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan
dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan;
mual/muntah.

C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus,
proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan  Observasi dan catat  Membantu
tindakan keperawatan lokasi, beratnya membedakan
selama 3x24 jam, nyeri (skala 0-10) dan penyebab nyeri dan
dapat teratasi dengan karakter nyeri memberikan
kriteria hasil : (menetap, hilang informasi tentang
 Mampu mengontrol timbul, kolik). kemajuan/perbaikan
nyeri (tahu  Tingkatkan tirah penyakit, terjadinya
penyebab nyeri, baring, biarkan komplikasi, dan
mampu pasien melakukan keefektifan

Askep Kolelitiasis Page 22


menggunakan posisi yang nyaman. intervensi.
tehknik  Kolaborasi :  Meningkatkan
nonfarmakologi Pertahankan status istirahat,
untuk mengurangi puasa, masukan / memusatkan kembali
nyeri, mencari pertahankan perhatian, dapat
bantuan) penghisapan NG meningkatkan
 Melaporkan bahwa sesuai indikasi. koping.
nyeri berkurang  Kolaborasi :  Tirah baring pada
dengan Berikan obat sesuai posisi fowler rendah
menggunakan indikasi; menurunkan tekanan
manajemen nyeri. antikolinergik. intraabdomen.
 Mampu mengenali  Membuang secret
nyeri (skala, gaster yang
intensitas, frekuensi, merangsang
dan tada nyeri) pengeluaran
 Menyatakan rasa kolesistokinin dan
nyaman setelah kontraksi kandung
nyeri berkurang. empedu.
 Menghilangkan
reflex
spasme/kontraksi otot
halus dan membantu
dalam manajemen
nyeri.

2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah,


distensi, dan hipermotilitas gaster.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan  Pertahankan masukan  Memberikan
tindakan keperawatan dan haluaran akurat, informasi tentang

Askep Kolelitiasis Page 23


selama 3x24 jam, perhatikan haluaran status cairan/volume
risiko tinggi kurang dari masukan, sirkulasi dan
kekurangan volume peningkatan berat kebutuhan
cairan dapat teratasi jenis urine. Kaji penggantian.
dengan kriteria hasil : membrane  Muntah
 Mempertahankan mukosa/kulit, nadi berkepanjangn,
urine output sesuai perifer, dan pengisian aspirasi gaster, dan
dengan usia dan kapiler. pembatasan
berat badan, DJ  Awasi tanda / gejala pemasukan oral
urine normal, HT peningkatan/berlanjut dapat menimbulkan
normal. nya mual/muntah, deficit natrium,
 Tekanan darah, kram abdomen, kalium dan klorida.
nadi, suhu tubuh kelemahan, kejang,  Menurunkan sekresi
dalam batas kejang ringan, dan motilitas gaster.
normal. kecepatan jantung tak  Menurunkan mual
 Tidak ada tanda- teratur, parestesia, dan mencegah
tanda dehidrasi. hipoaktif atau tak muntah.
 Elastisitas turgor adanya bising usus,  Mempertahankan
kulit baik, depresi pernapasan. volume sirkulasi dan
membran mukosa  Kolaborasi : memperbaiki
lembab, tidak ada Pertahankan pasien ketidakseimbangan.
rasa haus yang puasa sesuai
berlebihan. keperluan.
 Kolaborasi : Berikan
antimetik.
 Kolaborasi : Berikan
cairan IV, elektrolit,
dan vitamin K.

Askep Kolelitiasis Page 24


3. Risiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan
dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan;
mual/muntah.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan  Kaji distensi  Tanda non-verbal
tindakan keperawatan abdomen, sering ketidaknyamanan
selama 3x24 jam, bertahak, berhati-hati, berhubungan
risiko tinggi menolak bergerak. dengan gangguan
perubahan nutrisi  Perkirakan/hitung pencernaan, nyeri
kurang dari kebutuhan pemasukan kalori gas.
tubuh dapat teratasi juga komentar tentang  Mengidentifikasi
dengan kriteria hasil : napsu makan sampai kekurangan /
 Adanya minimal kebutuhan nutrisi.
peningkatan berat  Berikan suasana Berfokus pada
badan sesuai menyenangkan pada masalah membuat
dengan tujuan saat makan, hilangkan suasana negative
 Berat badan ideal rangsangan berbau. dan mempengaruhi
sesuai dengan  Kolaborasi : Konsul masukan.
tinggi badan dengan ahli diet/tim  Untuk
 Mengidentifikasi pendukung nutrisi meningkatkan napsu
kebutuhan nutrisi sesuai indikasi. makan/menurunkan
 Tidak ada tanda-  Tambahkan diet mual.
tanda malnutrisi sesuai toleransi,  Berguna dalam
 Menunjukan biasanya rendah membuat kebutuhan
peningkatan fungsi lemak, tinggi serat, nutrisi individual
pengecapan dari batasi makanan melalui rute yang
menelan penghasil gas dan paling tepat.
 Tidak terjadi makanan/makanan  Memenuhi
penurunan berat tinggi lemak. kebutuhan nutrisi.
badan yang berarti

Askep Kolelitiasis Page 25


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya
adalah kolesterol. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa
unsure yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Penyebab terjadinya kolelitiasis/batu empedu belum
diketahui secara pasti. Penatalaksanaan dari kolelitiasis ini dapat dilakukan
dengan pembedahan maupun non pembedahan serta menjalani diet rendah
lemak, tinggi protein, dan tinggi kalori agar tidak terbentuk batu empedu di
dalam kandung empedu. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang baik
diperlukan dalam penatalaksanaan kolelitiasis ini sehingga dapat membantu
klien untuk dapat memaksimalkan fungsi hidupnya kembali serta dapat
memandirikan klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

B. SARAN
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih
dalam tentang penyakit kolelitiasis. Kepada para perawat, kami sarankan untuk
lebih aktif dalam memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka kesakitan
penyakit kolelitiasis. Dengan tindakan preventif yang dapat dilakukan bersama
oleh semua pihak, maka komplikasi dari kolelitiasis akan berkurang.

Askep Kolelitiasis Page 26


DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Y. Kuncara. 2009. Aplikasi klinis patofisiologi: Pemeriksaan dan


manajemen, edisi 2 Buku kedokteran EGC. Salemba Medika : Jakarta

Nucleus Precise Newsletter. (2011). Batu Empedu. Jakarta : PT.Nucleus Precise

Andesa. 2011. http://hesa-andessa.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-


kolelitiasis.html. Diakses tanggal 7 November 2016

Zulkarnaim Nuzulul. 2014. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-


94796-Kep%20Endokrin-Askep%20Kolelitiasis.html#popup. Diakses
tanggal 7 November 2016

Gadi Yudison. 2013. http://nursinganddebate.blogspot.co.id/2013/02/laporan-


pendahuluan-kolelitiasis.html. Diakses tanggal 7 November 2016

Risky Dwi. 2015. http://dwirizkiazizah.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 7


November 2016

Askep Kolelitiasis Page 27

Anda mungkin juga menyukai