Anda di halaman 1dari 29

Konsep Dasar Integrasi...hal...

108

KONSEP DASAR INTEGRASI IMTAQ DAN IPTEK


DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Oleh: Dr. Muhammad Kosim, MA


ABSTRAK
Dalam perspektif pendidikan nasional, upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan
tersebut tidaklah hanya tugas dan tanggung jawab guru pada mata pelajaran PAI semata,
akan tetapi seluruh guru yang mengampu mata pelajaran yang ada. Persoalannya adalah, di
antara mata pelajaran yang diterapkan di setiap jenjang pendidikan cenderung mengalami
dikotomi ilmu. Di antara beberapa mata pelajaran yang diterapkan biasanya dikelompokkan
menjadi dua kategori: ilmu umum dan ilmu agama. Mata pelajaran yang tergolong ilmu
agama justru jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran umum. Pada madrasah,
mata pelajaran agama hanya 30% sementara mata pelajaran umum mencapai 70%. Apalagi
pada sekolah, mata pelajaran agama hanya diterapkan dua jam dan lebih 30 mata pelajaran
lainnya adalah mata pelajaran umum. 1 Padahal, upaya peningkatan keimanan dan
ketaqwaan tersebut tidak bisa dilepaskan dari mata pelajaran agama tersebut.

A. Pendahuluan
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang
masuk—bahkan berada di posisi pertama—dalam struktur kurikulum di setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Peran strategis PAI dalam Sistem Pendidikan Nasional ini tidak
terlepas dari kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya kedudukan agama dalam
membangun masyarakat yang berperadaban. Sebab agama akan berperan penting dalam
membina sikap mental masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sikap
mental tersebut menjadi modal utama dalam membangun bangsa ini dengan nilai-nilai
kebenaran sebagaimana yang diajarkan agama. Bahkan dalam ajaran Islam disebutkan
masyarakat yang beriman dan bertaqwa akan senantiasa mendapat berkah dari Allah SWT
(Qs. Al-A’raf/7: 96).
Namun dalam perspektif pendidikan nasional, upaya peningkatan keimanan dan
ketaqwaan tersebut tidaklah hanya tugas dan tanggung jawab guru pada mata pelajaran
PAI semata, akan tetapi seluruh guru yang mengampu mata pelajaran yang ada.

1
Kebijakan dimulai sejak terbitnya SKB Tiga Menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri) Nomor 6 Tahun 1975 yang salah satu isinya adalah
kurikulum Madrasah harus 70% umum dan 30% agama. Lihat Azyumardi Azra, Dina Afriyanty, dan
Robert W. Hefner, “Pesantren and Madrasa: Muslim Schools and National Ideals in Indonesia”,
dalam Robert W. Hefner and Muhammad Qasim Zaman, Schooling Islam; The Culture and Politcs of
Modern Muslim Education, (Oxford: Princeton University Press), p. 186
Konsep Dasar Integrasi...hal...109

Persoalannya adalah, di antara mata pelajaran yang diterapkan di setiap jenjang pendidikan
cenderung mengalami dikotomi ilmu. Di antara beberapa mata pelajaran yang diterapkan
biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori: ilmu umum dan ilmu agama. Mata
pelajaran yang tergolong ilmu agama justru jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mata
pelajaran umum. Pada madrasah, mata pelajaran agama hanya 30% sementara mata
pelajaran umum mencapai 70%. Apalagi pada sekolah, mata pelajaran agama hanya
diterapkan dua jam dan lebih 30 mata pelajaran lainnya adalah mata pelajaran umum. 2
Padahal, upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan tersebut tidak bisa dilepaskan dari
mata pelajaran agama tersebut.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka diperlukan upaya bersama, baik guru-
guru mata pelajaran umum maupun agama, untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan
tersebut. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan pengintegrasian mata
pelajaran agama ke dalam mata pelajaran umum sehingga mata pelajaran umum tersebut
berperan jelas dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
Jurnal ini akan berupaya untuk mengemukakan urgensi integrasi ilmu umum dan
agama sebagai landasan utama untuk menekankan pentingnya upaya tersebut. Setelah itu
akan dikemukakan pula konsep dan teknik pengintegrasian mata pelajaran agama ke dalam
mata pelajaran umum.
B. Urgensi Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum
Setidaknya ada empat alasan yang menjadi dasar pentingnya melakukan
pengintegrasian mata pelajaran PAI ke dalam mata pelajaran umum, yaitu:
1. Tidak ada “dikotomi ilmu” dalam Islam
Islam sebagai agama yang hanif, telah memberikan perhatian yang besar
terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan, perintah pertama sekaligus wahyu yang diterima
oleh Nabi Muhammad SAW adalah perintah iqra’ (ْ‫ )اﻗْﺮَ أ‬atau membaca. Lalu perintah
membaca itu dibarengi dengan bismi rabbikalladzi khalaq ( َ‫)ﺑِﺎﺳْﻢِ رَ ﺑِّﻚَ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَﻖ‬, yaitu
dengan menyebut nama Tuhanmu. Penggalan ayat yang mengiringi perintah iqra’ ini

2
Kebijakan dimulai sejak terbitnya SKB Tiga Menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri) Nomor 6 Tahun 1975 yang salah satu isinya adalah
kurikulum Madrasah harus 70% umum dan 30% agama. Lihat Azyumardi Azra, Dina Afriyanty, dan
Robert W. Hefner, “Pesantren and Madrasa: Muslim Schools and National Ideals in Indonesia”,
dalam Robert W. Hefner and Muhammad Qasim Zaman, Schooling Islam; The Culture and Politcs of
Modern Muslim Education, (Oxford: Princeton University Press), p. 186
Konsep Dasar Integrasi...hal...110

menunjukkan bahwa umat Islam harus mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi ilmu
itu harus dilandasi oleh iman yang kuat kepada Allah SWT.3
Namun salah satu persoalan dalam dunia pendidikan Islam dewasa ini adalah
adanya dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum. Dualisme dikotomik ini,
nampaknya sudah berkembang dan dianggap sebagai sistem pendidikan modern yang
sesuai dengan zaman, terutama di era globalisasi ini.4
Pada era awal hingga abad pertengahan, sistem pendidikan yang dikembangkan
oleh umat Islam sesungguhnya tidak mengenal adanya dikotomi antara ilmu agama
Islam dengan ilmu umum. Pendidikan Islam yang dikembangkan justru mengemban
misi untuk mengantarkan peserta didiknya agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat secara seimbang dan integral. Hal ini sesuai dengan konsep dasar pendidikan
Islam itu sendiri, yang tidak mengenal dikotomi ilmu. Sebab secara normatif-
konseptual, dalam Islam tidak dijumpai adanya dikotomi tersebut.5
Dalam Islam, digunakan paradigma tauhid dimana semua ilmu pada hakekatnya
berasal dari Allah. Ilmu-ilmu umum yang dikenal dewasa ini basis kajiannya lebih
menekankan pada ayat-ayat kauniyah. Sebaliknya ilmu-ilmu agama lebih menekankan
pada ayat-ayat qauliyah. Kedua bentuk ayat-ayat tersebut merupakan ayat-ayat Allah
yang mesti dibaca setiap muslim sesuai dengan kemampuannya.6
Namun dalam perkembangan selanjutnya, umat Islam mulai terjebak pada
sistem pendidikan yang dikotomis.7 Dikotomi yang paling menonjol adalah di dikotomi

3
Lihat Muhammad Abduh, Tafsir juz ‘Amma, Penj. Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan,
1999), cet. ke-5, hal. 247-250 dan Hamka, Tafsir al-Azhar juz XXX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002),
hal. 214-216
4
Muslih Usa, "Pendidikan Islam di Indonesia Antara Cita dan Fakta; Suatu Pengantar" dalam
Syafi'i Ma'arif, Pendidikan Islam di Indonesia; Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1991), hal. 3
5
Banyak ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua ilmu berasal
dari Allah semata, sehingga semua ilmu tersebut berbasiskan kepada tauhid (Qs. al-Baqarah/2: 32).
Surat al-‘alaq ayat 5 juga mengisyaratkan bahwa semua ilmu yang diperoleh oleh manusia juga berasal
dari Allah SWT.
6
Muhammad Kosim, Integrasi Ilmu Umum dan Agama, (Padang: Harian Haluan, 23
September 2005), hal. 5
7
Munculnya dikotomi ilmu ini dapat dilihat dari dua faktor, yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal adalah terjadinya stagnasi pemikiran di dunia Islam, terutama sejak abad ke XVI
hingga XVII. Sedangkan faktor eksternal meliputi: 1) pengaruh peradaban Barat yang bercorak
sekuler, 2) penjajahan Barat atas dunia muslim sejak abad XVIII hingga XIX, 3) modernisasi atas
dunia muslim. Lihat Abdul Hamid Abu Sulaiman, Krisis Pemikiran Islam, Penj. Rifyal Ka'bah
Konsep Dasar Integrasi...hal...111

ilmu. Selama beberapa dekade persoalan dikotomi ilmu yang dihadapi dunia Islam tidak
pernah berhenti dan selalu dihadapkan pada pembedaan antara apa yang disebut ilmu
Islam dan non Islam, ilmu barat dan ilmu timur. Bahkan tampak lebih parah ketika
dikotomi tersebut menjalar sebagai satu bentuk dikotomi antara ilmu pengetahuan dan
teknologi. 8 Bentuk dikotomi lain juga terjadi berupa adanya pengelompokan antara
pendidikan umum di satu pihak dan pendidikan agama di pihak lain.
Dalam sejarah pendidikan Islam, dikotomi ilmu ke dalam ilmu agama dan ilmu
non-agama (umum) sudah lama terjadi dan telah dikenal dalam karya-karya klasik. Al-
Ghazali, misalnya, dalam kitabnya Ihya' Ulum al-Din menyebut kedua jenis ilmu
tersebut sebagai 'Ulm syar'iyyah dan ghairsyar'iyyah. Begitu juga Ibn Khaldun,
menyebut keduanya sebagai al-'Ulum al-Naqliyyah dan al-'Ulum al-'Aqliyah. Akan
tetapi dikotomi ini tidaklah menimbulkan problem dalam sistem pendidikan Islam
ketika itu, sebab dikotomi yang dimaksud hanyalah pemilahan atau pengklasifikasian
ilmu, bukan pemisahan antara keduanya sehingga yang satu menolak kebenaran yang
lainnya.9
Jika pengelompokan itu hanya sekedar "pemilahan" spesifikasi ilmu
pengetahuan seperti yang dijelaskan di atas, tidaklah menjadi persoalan. Tetapi yang
menjadi permasalahan selanjutnya adalah pengelompokan pendidikan itu justru
berimplikasi kepada adanya dikotomi ilmu pengetahuan dalam artian terjadinya
pembagian atas dua konsep yang saling bertentangan, 10 sebagaimana yang terjadi di
dunia Barat. Dikotomi ilmu yang terjadi di Barat mengakibatkan sains modern Barat

(Jakarta: Media Dakwah, 1994), hal. 40; Abd. Rachman Assegaf, "Kata Pengantar", dalam Jasa
Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. viii-ix; Ikhrom, "Dikhotomi Sistem
Pendidikan Islam (Upaya Mengungkap Sebab-sebab dan Penyelesaiannya)",dalam Ismail SM, et. al.
(ed.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 84; Ziauddin Sardar,
Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, Penj. Rahma Astuti, (Bandung: Mizan, 1986), hal. 75
8
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 1
9
Mulyadi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik (Bandung: Mizan,
2005), hal. 19 dan 45
10
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 74
Konsep Dasar Integrasi...hal...112

sering menganggap rendah status keilmuan ilmu-ilmu keagamaan, sebab dianggap tidak
ilmiah karena objek-objeknya tidak empiris.11
Dikotomi ilmu ini juga dapat dilihat dari kurikulum pendidikan yang
dikembangkan, terutama pada bidang studinya. Dalam kurikulum tersebut dikenal
pelajaran pendidikan agama Islam yang mencakup pendidikan agama di sekolah umum,
sedangkan di madrasah pelajaran ini meliputi fiqh, al-Qurân hadis, sejarah kebudayaan
Islam, aqidah akhlak, dan bahasa arab. Sementara bidang studi lain, seperti matematika,
bahasa, IPA, IPS, tidaklah dianggap sebagai ilmu agama. Tampaknya istilah ini hanya
pengelompokan saja. Disebut pelajaran agama Islam mengingat bahwa bidang studi ini
hanya dipelajari oleh umat Islam saja, sementara agama lainnya tidaklah
mempelajarinya. Tetapi pengistilahan ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat
bahwa pelajaran umum bukanlah bagian dari ilmu yang diperintahkan dalam Islam.
Akhirnya muncullah paradigma yang dikotomis terhadap ilmu pengetahuan. Jika hal ini
terjadi, maka dikotomi dalam arti pengelompokan ini dapat mengantarkan peserta didik
kepada dikotomi dalam artian mempertentangkan setidaknya memisahkan antara ilmu
agama dan ilmu umum sebagaimana yang telah dilakukan.
Adanya pembagian ilmu tersebut dapat mengakibatkan hubungan antara
keduanya tidak harmonis dan dikotomis sehingga menimbulkan bahaya bagi peradaban
umat Islam pada masa-masa selanjutnya. Menurut Abuddin Nata, dkk, orang-orang
Islam yang hanya mengandalkan ilmu agama Islam dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya menyebabkan ia kurang mampu menghadapi tantangan zaman serta
merebut peluang dalam persaingan global. Akibatnya, mereka kalah bersaing yang pada
gilirannya membawa kemunduran dan keterbelaka-ngan sebagaimana yang terjadi pada
masa imperialisme Belanda dan Jepang di Indonesia atau pada masa penjajahan Barat
atas dunia Islam pada umumnya. Sebaliknya, jika ilmu umum yang tidak berdasarkan
pada agama tersebut menyebabkan terjadinya kemajuan yang luas dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak

11
Mulyadi Kartanegara, op. cit, hal. 20
Konsep Dasar Integrasi...hal...113

didasarkan pada ilmu agama tersebut menyebabkan terjadinya penyalahgunaan iptek


untuk tujuan-tujuan yang menghancurkan umat manusia.12
Dengan demikian, ketika ilmu umum dipisahkan dari ilmu agama, maka ilmu
umum tersebut akan kehilangan daya spiritualitasnya. Ilmu semacam ini juga akan
berkembang secara bebas nilai sehingga apa yang dihasilkan bisa menimbulkan
mudharat yang lebih besar dari pada manfaat. Sebaliknya, ketika ilmu agama dipahami
tanpa mengintegrasikannya dengan ilmu umum maka ilmu agama tersebut akan
"melangit", dipahami bersifat transcendental dan sangat abstrak sehingga tidak mampu
diterapkan dalam action yang nyata.
Penyakit dikotomis keilmuan seperti ini menjadi salah satu penyebab
kemunduran umat Islam. Ajaran kitab suci ayat al-Qurân yang kaya akan pesan-pesan
moral dan ilmu pengetahuan hanya dipahami secara parsial. Akibatnya, sistem
pendidikan Islam--sebagai manifestasi daripada pesan-pesan tersebut yang berlangsung
selama ini mengalami alienasi dan bahkan terkesan under class dibandingkan dengan
lembaga-lembaga kependidikan lainnya.13
Berangkat dari persoalan di atas, maka pendekatan integrasi ilmu agama dengan
ilmu umum menjadi salah satu solusi dan penting dilakukan. Dengan pendekatan
integrasi tersebut dapat dipahami bahwa antara pendidikan agama Islam dengan ilmu
pengetahuan umum pada dasarnya adalah satu atau terikat oleh keimanan dan tauhid
sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang beriman dan bertaqwa (Imtaq) serta
menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).14
2. Peranan ilmu umum terhadap peningkatan iman dan taqwa
Meskipun istilah ”ilmu umum” masih digunakan sebagai bentuk klasifikasi
keilmuan, akan tetapi dalam perspektif Islam jenis ilmu ini tetap diyakini sebagai
anugerah dan berasal dari Allah. Jenis ilmu umum yang bersifat ilmiah, yang mengkaji
alam semesta, atau biasanya disebut dengan science, dapat dikelompokkan kepada ayat-

12
Abuddin Nata, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005),hal. 6
13
Imam Tolkhah dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai akar Tradisi dan
Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 26-27
14
Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo bekerja sama dengan IAIN
Syarif Hidayatullah, 2001), hal 239
Konsep Dasar Integrasi...hal...114

ayat kauniyah. Sementara al-Qurân sendiri disebut sebagai kelompok ayat-ayat


qauliyah.
al-Qurân sebagai ayat-ayat qauliyah juga memotivasi umat Islam untuk
memahami ayat-ayat kauniyah tersebut. Hal itu dapat dilihat dari besarnya perhatian al-
Qurân terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan tidak kurang dari 750 ayat yang berbicara
tentang ilmu atau keharusan mencari ilmu, termasuk ilmu-ilmu umum tersebut. Ayat-
ayat tersebut antara lain terkait dengan perintah menggunakan akal (la’allakum
ta’qilun), agar memperhatikan jagad raya (afala yanzhurun), mendalami dan memahami
ajaran agama (yatafaqqahun), merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah
(yatadabbarun) dan perintah membaca (iqra’).15
Ayat-ayat tersebut secara keseluruhan berkaitan dengan aktivitas
mengembangkan ilmu pengetahuan. Seluruh istilah tersebut dapat dipergunakan sesuai
dengan bidang ilmu yang akan dikembangkannya. Untuk mengembangkan ilmu agama,
misalnya digunakan kata yatafaqqahun. Untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang bersifat
filosofis dan humaniora digunakan kata la’allakum ta’qilun. Untuk mengembangkan
ilmu-ilmu alam (natural sciences) digunakan kata-kata afala yanzhurun. Sedangkan
untuk mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan pengembangan ruhani manusia
digunakan kata yatadabbarun. Dengan demikian munculnya berbagai istilah yang amat
beragam dalam al-Qurân menunjukkan adanya keragaman dalam ilmu pengetahuan.
Hal ini sekaligus memberi isyarat bahwa al-Qurân mengakui eksistensi fan fungsi dari
berbagai macam ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan umat manusia.16
Ilmu-ilmu umum yang tergolong kepada ayat-ayat kauniyah tersebut juga turut
berperan dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seorang hamba. Dalam surat al-
Anfal/8 ayat 2 juga ditegaskan: ....apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya)….
Ayat-ayat Allah tersebut tentu tidak hanya ayat-ayat qauliyah, akan tetapi juga
termasuk ayat-ayat kauniyah. Dengan pemahaman seperti itu, maka ilmu-ilmu umum
tersebut sejatinya mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada

15
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
hal. 81
16
Ibid., hal. 81-82
Konsep Dasar Integrasi...hal...115

Allah SWT serta memiliki sikap keberagamaan secara baik. Untuk itu, mata pelajaran
umum yang ada di sekolah perlu mengintegrasikan PAI sehingga eksistensinya mampu
memenuhi konsep di atas.
3. Secara yuridis formal, iman dan taqwa merupakan inti dari tujuan pendidikan
nasional
Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa merupakan amanat UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3) yaitu: ”Tujuan
Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional juga ditegaskan bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu
tujuan pendidikan nasional, yaitu ”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia,
sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis
Depdiknas 2005 – 2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan
Kamil/Insan Paripurna)”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah merumuskan
misi ”mewujudkankan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas
komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi pendidikan nasional”. Dalam
pengertian ini yang menjadi core (inti) tujuan pendidikan nasional adalah manusia yang
beriman dan bertaqwa.17
Implementasinya, dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan disebutkan: “Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (1) kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, (4)
kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan. Khususnya untuk Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan,

17
Depag RI, Pemberdayaan Sekolah Berwawasan IMTAQ, Departemen Agama Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Pembinaan Pendidikan Agama dan Akhlak
Mulia, Jakarta : 2007 (http://man2madiun.net/userfiles/file/IMTAQ.pdf)
Konsep Dasar Integrasi...hal...116

kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan


kesehatan.” Dengan demikian setiap lembaga pendidikan, baik madrasah maupun
sekolah, seyogyanya memberikan perhatian yang amat besar terhadap peningkatan
keimanan dan ketaqwaan tersebut.
Alasan yuridis formal ini juga turut memperkuat pentingnya pengintegrasian
PAI ke dalam mata pelajaran umum. Mata pelajaran PAI mesti mewarnai dan menjadi
ruh/jiwa dari mata pelajaran umum tersebut.
4. Tanggung jawab setiap guru muslim dalam mendidik keislaman peserta didik
Dalam Perspektif pendidikan Islam, guru disebut sebagai abu al-ruh, yaitu
orang tua spiritual. Artinya setiap guru, khususnya yang beragama Islam terlepas
apakah dia guru bidang studi agama atau tidak bertugas dan memiliki tanggungjaab
dalam membimbing dan mendidik sikap keberagamaan peserta didik sehingga
melahirkan akhlakul karimah. Guru membawa misi penyempurnaan akhlak,
sebagaimana misi diutusnya Rasulullah Muhammad SAW. Nabi sendiri dengan tegas
pernah bersabda: Innama buitstu liutammima makaarima al-akhlaq, artinya
sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak (manusia). Lantaran
itu, tidak salah jika Ahmad Tafsir mengatakan bahwa posisi guru setingkat di bawah
Nabi, sebagaimana yang ia pahami dalam sabda Nabi, al-Ulama'u waratsatu al-Anbiya',
(Ulama [menurutnya termasuk guru] adalah pewaris para nabi).18
Guru dalam pemahaman seperti ini tidak hanya dibatasi pada guru yang
mengajarkan mata pelajaran PAI an sich. Sebab, setiap ilmu yang dimiliki oleh setiap
guru, baik di bidang sains, sosial dan lainnya pada hakikatnya bersumber dari Yang
Maha Esa, yaitu Allah SWT, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Selain itu, secara yuridis formal juga telah dikemukakan di atas bahwa
keimanan dan ketakwaan merupakan inti dari tujuan pendidikan nasional. Sementara
dalam UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 6 bahwa "kedudukan
guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional".

18
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), cet. ke-4, hal. 67
Konsep Dasar Integrasi...hal...117

Jadi, setiap guru dituntut untuk berperan aktif dalam mendidik sikap
keberagamaan setiap peserta didiknya. Setidaknya sikap keberagamaan itu berkenaan
dengan mata pelajaran yang diasuh oleh guru tersebut, sehingga guru agama tidak lagi
menjadi satu-satunya guru yang bertanggung jawab dalam mendidik sikap
keberagamaan peserta didiknya, baik berkenaan dengan aqidah, ibadah, maupun akhlak.
Ketika terjadinya penyimpangan akhlak terjadi pada siswa, maka yang
dikambinghitamkan tidak saja guru PAI. Misalnya, ketika seorang anak yang juga siswa
diberikan orangtuanya uang sebesar Rp10.000,00 untuk membeli seliter beras seharga
Rp8.000,00 si anak hanya mengembalikan uang Rp1000,00. Dalam kasus ini, yang
dipersoalkan bukan guru agama saja, tetapi yang lebih dipersoalakan adalah guru
matematika, sebab 10.000 – 8.000 = 2.000, lalu kenapa si anak hanya mengembalikan
Rp1000,00? Jadi, guru matematika bertanggungjawab dalam mendidik akhlak siswanya
agar tidak curang dalam takaran; guru bahasa bertanggungjawab mendidik akhlak
siswanya dalam berbicara, sehingga tidak mengucapkan kata-kata kotor (mencarut);
guru IPA bertanggungjawab mendidik akhlak siswa agar tidak melakukan pencemaran
terhadap alam; demikian juga untuk guru-guru bidang studi lainnya akan
bertanggungjawab dalam mendidik akhlak peserta didiknya, setidaknya yang
berhubungan dengan bidang studi yang diasuhnya.19
Untuk itu setiap guru diharapkan mampu melakukan pendekatan keagamaan
dan pendekatan integral dalam konteks keagamaan ketika melakukan proses
pembelajaran kepada siswanya, khususnya guru yang beragama Islam berhadapan
dengan peserta didik yang beragama Islam. Artinya pengintegrasian PAI ke dalam mata
pelajaran umum penting dilakukan.
C. Upaya Integrasi Imtaq dan Iptek dalam Sistem Pendidikan Nasional
Pentingnya upaya pengintegrasian ilmu agama (PAI) dengan ilmu umum juga
disadari oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen
Agama. Pada era 1990-an Ditjen Dikdasmen telah melaksnakan satu kegiatan dengan
nama Peningkatan Wawasan Kependidikan bagi Guru Agama (PWKGA) untuk

19
Muhammad Kosim, Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak Siswa, Padang: Harian
Padang Ekspres, 23 Maret 2007; Gagasan ini juga pernah disampaikan oleh Prof. Ramayulis ketika
penulis mengikuti perkuliahan mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam” di tingkat Program Magister PPs.
IAIN Imam Bonjol Padang pada tahun 2005.
Konsep Dasar Integrasi...hal...118

meningkatkan wawasan kependidikan bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Kegiatan
ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Depdikbud dengan Departemen Agama
berdasarkan Keputusan Bersama Dirjen Kelembagaan Agama Islam dan Dirjen
Dikdasmen tanggal 5 Mei 1992 Nomor: 20/E/92 dan 157/C/Kep/PG/1992 tentang
Pembentukan Tim Nasional Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama Bidang
Pendidikan Agama Islam TK, SD, SMP dan SLTA. Kegiatan ini memperoleh respon yang
sangat positif dari para guru agama, karena melalui program ini, kedudukannya kini
menjadi sejajar dengan guru mata pelajaran umum di sekolah. Guru PAI bukan hanya telah
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang pendidikan, tetapi juga merasa memperoleh
perhatian yang sama dengan guru-guru yang lain di sekolah.20
Setelah sasaran program PWKGA dinilai telah dapat dicapai, maka sejak tahun
1994 bidang garapan program ini kemudian diarahkan untuk meningkatkan wawasan
keagamaan bagi guru-guru non-PAI. Kegiatan ini dikenal dengan nama PWKG
(Peningkatan Wawasan Keagamaan bagi Guru). Dalam perkembangkan selanjutnya,
program PWKG kemudian dikembangkan menjadi program peningkatan Imtaq dengan
sasaran untuk melibatkan seluruh komponen pendidikan di sekolah. Program ini kemudian
dikenal dengan nama Peningkatan Imtaq Siswa.
Mengingat kelahiran Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PMPTK) yang antara lain bertanggung jawab mengenai kebijakan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan, maka program peningkatan Imtaq siswa kemudian tidak lagi terlalu
berorientasi kepada pelatihan guru atau pendidik, tetapi lebih berorientasi pada upaya
pemberdayaan lembaga pendidikan sekolah berwawasan Imtaq.
Ada lima strategi yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan
tersebut, yaitu: (1) optimalisasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, (2) integrasi Iptek
dan Imtaq dalam proses pembelajaran, (3) pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler
berwawasan Imtaq, (4) penciptaan situasi yang kondusif dalam kehidupan sosial di
sekolah, dan (5) melaksanakan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.
Dari lima strategi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam metodologi

20
Depag RI, Pemberdayaan Sekolah Berwawasan IMTAQ, Departemen Agama Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Pembinaan Pendidikan Agama dan Akhlak
Mulia, Jakarta : 2007 (http://man2madiun.net/userfiles/file/IMTAQ.pdf)
Konsep Dasar Integrasi...hal...119

pembelajaran, integrasi mata pelajaran PAI ke dalam mata pelajaran umum dapat dijadikan
sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
Dalam hal ini diperlukan beberapa keterampilan dan kerja sama guru agama dan guru
umum.
D. Konsep Pengintegrasian PAI dalam Mata Pelajaran Umum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan ”Integrasi: dalam konteks sifat
berarti ‘merupakan satu kesatuan’. Pengintegrasian berasal dari kata integrasi yang
ditambah dengan awalan peng dan akhiran an, yang artinya ”pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh”.21 Dengan demikian, secara harfiah, “integrasi” berlawanan dengan
“pemisahan”, suatu sikap yang meletakkan tiap-tiap bidang kehidupan ini dalam kotak-
kotak yang berlainan.22
Pengintegrasian mata pelajaran PAI ke dalam mata pelajaran umum adalah upaya
membaurkan materi-materi (nilai-nilai) ajaran Islam yang terdapat dalam mata pelajaran
PAI ke dalam mata pelajaran umum berupa dalil-dalil naqli dan aplikasi dari nilai tersebut
bagi setiap guru mata pelajaran umum, agar tidak ”membias ke arah dikotomi antara
keimanan dan ketaqwaan dengan ilmu pengetahuan”23
Mata pelajaran umum yang dimaksud dalam makalah ini adalah semua mata
pelajaran yang terdapat di dalam struktur kurikulum selain mata pelajaran pendidikan
agama Islam. Program studinya meliputi; program ilmu alam, ilmu sosial, dan bahasa.
Masing-masing program studi memiliki penekanan sesuai dengan prinsip-prinsip dan
fokus dari program itu sendiri.24
Program studi ilmu-ilmu alam menekankan pada pemahaman prinsip-prinsip alam,
serta mendorong siswa untuk bekerja dan bersikap ilmiah. Program ini meliputi;
Matematika, Fisika, dan biologi. Prinsip untuk bekerja dan bersikap ilmiah secara jelas
terdapat dalam Firman Allah SWT:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu

21
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia; (Jakarta: Balai Pustaka, 2002 hal. 347
22
Zainal Abidin, dkk (ed.), Integrasi Ilmu dan Agama; Interpretasi dan Aksi, (Bandung:
Mizan, 2005), hal. 18
23
Bandingkan defenisi tersebut dengan Hendy Zaidan dan Sunarno, Suplemen Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Peningkatan Mutu Imtaq Siswa SLTA, Dirjen
Dikdasmen, Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan, Diknas Jakarta 2003, hal. 1
24
Supriatno, Integrasi Imtaq ke dalam Mata Pelajaran Biologi; Sebuah Model
Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA,
(http://supriatno59.blogspot.com/2008/08/integrasi-imtaq-kedalam-mata-pelajaran.html)
Konsep Dasar Integrasi...hal...120

mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah


Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali
tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Qs. Ar-Ra’d/13: 11)
Program studi ilmu-ilmu sosial menekankan pada pemahaman prinsip-prinsip
kemasyarakatan untuk mendorong siswa mengembangkan potensinya dalam menciptakan
kedamaian dan kesejahteraan bersama. Program ini meliputi mata pelajaran; PPkn,
ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Prinsip kemasyarakatan untuk mendorong siswa
mengembangkan potensinya dalam menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bersama
merupakan prinsip sangat banyak dijelaskan dalam al-Qurân, misalnya “manusia
berpotensi menjadi khalifah di bumi sebanyak 9 ayat di dalam surah yang berbeda.
Perintah amar ma’ruf nahi mungkar yang harus dilakukan manusia sebanyak 12 ayat.
Perintah menegakkan keadilan sebanyak 8 ayat. Memajukan perindustrian, ekonomi, untuk
kemakmuran bersama, koperasi dan gotong royong, dan larangan merusak lingkungan” 25
Program studi bahasa menekankan pada pemahaman prinsip-prinsip multikultural
dan komunikasi secara efektif melalui bahasa. Program ini meliputi mata pelajaran;
Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Asing lainnya, dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Prinsip multikulutral tidak pernah dipertentangkan oleh al-
Qurân. Al-Qurân menanamkan suatu prinsip hak individu sebagaimana tergambar di
dalam al-Qur’an, yang salah satu diantaranya QS. Al-Kafirun (bagimu agamamu dan
bagiku agamaku). Prinsip komunikasi diingatkan oleh Allah diantaranya terdapat pada QS.
An-Nahl 125, Luqman 18-19. Teknology terdapat dalam QS. Ar-Rahman 33.
Ketiga program tersebut di atas kalau dibaurkan dengan ayat-ayat al-Qurân, maka
al-Qurân sesungguhnya sangat berhak untuk menjadi dasarnya. Kajian tentang sejarah
seperti; sejarah umat yang terdahulu, sejarah perjuangan para nabi, cerita-cerita orang yang
haus harta (qarun dan fir’aun) merupakan pembelajaran yang dapat disisipkan dalam
rangka penanaman nilai imtaq.

25
Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Semarang: Toha Putra,1984), cet. ke-3, hal. 1296-1297
Konsep Dasar Integrasi...hal...121

Program ilmu-ilmu bahasa adalah upaya menata berbahasa yang baik dan benar.
Oleh karena itu tampilan-tampilan bahasa harus mengandung nilai ilmiah yang berporos
sebagai ilmu pengetahuan. Program ilmu-ilmu alam lebih diorientasikan sebagai sains.
Tentang sains dan teknologi ditemukan sebanyak 42 ayat di dalam al-Qurân. “Semua
hukum alam yang dibahas secara keilmuan, mutlak bersumber dari kekuasaan dan
penciptaan oleh Allah swt. dengan bukti-bukti melalui firman-Nya”.26
Menurut Ramayulis, usaha untuk pengintegrasian mata pelajaran PAI ke dalam
mata pelajaran umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, melalui pencarian
dasar dan padanan konsep, teori pengetahuan yang dicari dari al-Qurân dan hadis Nabi
dan pendapat para ulama. Dalam hal ini konsep dan teori ilmu-ilmu umum tidak diganggu
gugat, kecuali hanya diberi dan diisi dengan nilai-nilai Islami atau hanya sekedar dicarikan
padanan konsepnya serta diberikan landasannya baik berdasarkan dalil aqli dan dalil naqli
guna memberikan legitimasi terhadap ilmu mata pelajaran umum.
Misalnya dalam mata pelajaran Biologi terdapat bahasan ekologi. Dalam
perspektif ekologi, lingkungan hidup mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik serta budaya manusia. Lingkungan abiotik, yang
meliputi segala sesuatu yang tidak hidup yang berupa benda mati yang secara tidak
langsung terkait pada keberadaan hidup, seperti air, tanah, cahaya, kelembaban, udara, pH,
keadaan tanah tempat mahkluk hidup berada.27
Air merupakan komponen utama yang sangat diperlukan oleln makhluk hidup,
tanpa air tidak akan ada kehidupan. Air sebagai sumber kehidupan utama bagi kehidupan
makhluk hidup, dijelaskan Allah: Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang
diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah
matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berakal. (QS. al-Jatsiyah/45: 5)
Tanah menjadikan tempat tinggal sebagian besar makhluk hidup, peranan tanah
sebagai lingkunganhidup sangat menentukan, Allah berfirman: Dan Kami telah

26
Zaidan Dendy Sunarno, loc.cit
27
Agus Wasisto Dwi DDW, Pembelajaran Biologi Yang Berbasis Imtaq dengan Pendekatan
Integratif (Science, Environment ,Society, Technology And Religion),
(http://lpmpjogja.diknas.go.id/.../KaryaTulis-PembelajaranBiologiBerbasiImtaq.doc)
Konsep Dasar Integrasi...hal...122

menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan


padanya segala sesuatu menurut ukuran. (Qs. Al-Hijr/15: 19)
Angin, merupakan udara yang bergerak terjadi karena perbedaan tekanan udara,
adanya angin menjadi tanda akan adanya hujan, dimana air hujan menj adi sesuatu yang
sangat penting bagi mahkluk hidup, di samping itu angin akan mempengaruhi kehidupan
terutama untuk tumbuh-tumbuhan yang sangat penting dalam penyerbukan sehingga dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan selain itu angin dapat membantu dalam
penyebaran organisme. Adanya angin juga akan mengatur suhu udara, kelembaban udara,
terjadinya hujan seperti apa yang ada pada firman Allah: Allah, Dialah yang mengirim
angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut
yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan
keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya
yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Qs. Ar-Rum/30: 48).
Sedangkan lingkungan biotik, secara garis besar meliputi mikroorganisme,
tumbuhan, hewan dan manusia. Mikroorganisme, merupakan jasad makhluk kecil yang
berperan penting sebagai jembatan hubungan antara lingkungan biotik dengan abiotik.
Keanekaragaman makhluk hidup yang di ada di bumi ini, sesuai dengan firman Allah: Dan
tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.(QS. al-Hijr/15: 21)
Tumbuhan, merupakan makhluk yang menyediakan sumber makanan dan oksigen
bagi makhluk hidup yang lain misalnya manusia, hewan maupun mikroorganisme karena
kemampuannya bisa melakukan fotosintesis. Firman Allah: Dan Kami turunkan dari awan
air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-
tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat?(Qs. An-Naba'/78: 14-16).
Masih banyak teori-teori lain dalam Biologi yang terkait langsung dengan ayat-
ayat Allah dalam al-Qurân. Hal ini menunjukkan bahwa kajian biologi merupakan ayat-
ayat Allah berupa kauniyah, sedangkan firman-Nya dalam al-Qurân merupakan ayat-ayat
qauliyah.
Kedua, dengan cara mengambil atau mempelajari konsep dan teori mata pelajaran
umum kemudian dipadukan dengan mata pelajaran PAI. Adapun cara ini dilakukan untuk
mengkaji ulang mata pelajaran yang ada dengan cara:
Konsep Dasar Integrasi...hal...123

1. Mengakses materi PAI dalam rangka memberikan nilai-nilai Islami bagi konsep atau
teori pengetahuan umum.
Misalnya, Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja dan berusaha
sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qurân sebagaimana Firman Allah SWT:
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(Qs.Al-
Jumu’ah/62: 10)
Demikian pula halnya dalam teori ekonomi yang menuntut manusia berusaha
untuk memenuhi kebutuhan ini selalu mengingat Allah yang memberikan. Jadi, teori
ekonomi tersebut telah diberi muatan nilai-nilai Islam.
2. Mengakses materi PAI untuk memberikan arah penggunaan pengetahuan umum.
Umpamanya, dalam biologi dan ilmu kesehatan menganjurkan manusia untuk
memakan makanan bergizi guna menjaga kesehatannya. Ajaran Islam mengarahkan
agar makanan yang dimakan itu, disamping bergizi harus memperhatikan prinsip
”halalan thayyiban”, yaitu makanan yang halal lagi baik. Firman-Nya: Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu. (Qs. Al-Baqarah/2: 168)

3. Menghubungkan teori dan konsep ilmu-ilmu umum bersamaan dengan ilmu agama
guna saling memperkuat.
Misalnya, pada tahun 2004, seorang perempuan ahli teknik, Dr. Amal al-Iraqi di
Saudi Arabia yang menjabat direktur perusahaan Nafia Water bekerja sama dengan para
ahli Perancis dari Nymphaea Water melakukan penelitian tentang cara memperoleh air
tawar dari air laut tanpa melalui penyulingan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
di sepanjang dasar Laut Merah yang asi terdapat beribu-ribu titik sumber mata air tawar.
Sumber-sumber air tawar ini mengeluarkan air terus-menerus dan tidak bercampur
dengan air laut di sekitarnya yang asin, seoalah-olah ada dinding selubung yang
membatasinya.28

28
Bambang Pranggono, Mukjizat Sains dalam al-Qur’an; Menggali Inspirasi Ilmiah,
(Bandung: Ide Islami, 2008), cet. ke-5, hal. 55
Konsep Dasar Integrasi...hal...124

Hal ini dapat terjadi karena pada zaman purbakalah, mata air tawar berada di
daratan. Karena gerakan geologis, daratan tadi terbenam, atau sebaliknya permukaan air
laut yang naik, kini daratan tadi berada di dasar laut. Tetapi tenggelamnya tidak
menghentikan pancaran mata air itu. Mereka tetap mengalirkan air tawar dengan tingkat
keasinan (salinitas) kurang dari 1,4 gram per liter dan temperatur 170C. Debitnya di
musim panas 80 liter per detik dan di musim lain 120-150 liter per detik. Dengan
teknologi khusus, air tadi tinggal dialirkan melalui pipa untuk memenuhi kebutuhan
kota-kota di sepanjang pantai Laut Merah, atau bisa juga dikemas dalam botol.
Teknologinya sederhana, tidak merusak ekosistem dan biayanya hanya seperampat
biaya instalasi penyulingan air laut model sekarang. Pierre Becker dan Thierry Carlin,
penemu sistem teknologi tadi, pertama kali melakukan uji coba di mata air dasar laut di
perbatasan Prancis-Italia. Menurut mereka, sumber-sumber mata air tawar terdapat di
seluruh dasar laut di dunia.29
Adanya air tawar di air laut ini juga dijelaskan dalam al-Qurân. Firman-Nya:
Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi. (Qs. Al-Furqan/25: 53).
Ayat di atas pada awalnya para mufassir cenderung kesulitan dalam
menafsirkannya. Namun dengan adanya temuan ilmiah tersebut maka ayat ini lebih
mudah dipahami. Sebaliknya, pejabat Saudi Arabia, Dr. Amal al-Iraqi juga terinspirasi
dari ayat ini untuk melakukan penelitian,30 sehingga ayat ini sesungguhnya memperkuat
temuan ilmiah yang dihasilkan.
4. Mempertemukan teori dan konsep ilmu-ilmu umum yang bertentangan dengan ilmu
agama guna menemkan solusinya.
Misalnya, ketika membicarakan teori evolusi disebutkan bahwa manusia
tercipta dari kera, sementara ajaran Islam menjelaskan bahwa proses terjadinya manusia
pada awalnya merupakan pertemuan antara sel sperma dan ovum yang kemudian
menjadi segumpal darah. Solusinya adalah bahwa teori evolusi itu salah karena mustahil
antara satu spesies bisa berevolusi menjadi spesies lain.

29
Ibid. hal. 56
30
Ibid., hal. 55
Konsep Dasar Integrasi...hal...125

31
Jika dilihat dari kurikulum, Syaifuddin Sabda mengemukakan bahwa
pemaduan kurikulum iptek dan imtaq pada dasarnya merupakan upaya rekayasa ulang
kurikulum mata pelajaran iptek dan imtaq yang telah ada pada lembaga pendidikan
Islam. Dalam tataran praktis pemaduan iptek dan imtaq tersebut dapat dilakukan dalam
tiga bentuk, yaitu:
1. Pemaduan Iptek dengan Imtaq
Dalam hal ini kurikulum mata pelajaran iptek, seperti Biologi, Fisika, Kimia,
dan lain-lain dicoba direkayasa ulang dengan memasukkan konsep, teori, nilai-nilai
Islami ke dalamnya, baik dalam komponen tujuan, isi/materi, proses, maupun hasil
yang diharapkan. Model pemaduannya dapat dilakukan baik dalam bentuk:
a. Apologetik; model ini didasari oleh pandangan bahwa ilmu pengetahuan (sains)
adalah produk yang bersifat universal dan bebas nilai (value free). Karena itu ia
dapat dipakai dan berlaku dimana saja dan di lingkungan apa saja. Dalam kaitan
integrasi iptek dengan imtaq, mereka berusaha melegitimasi hasil-hasil sains
modern dengan mencari ayat-ayat al-Qurân yang sesuai dengan teori sains
tersebut, yang menurut mereka telah ada dalam ajaran Islam (al-Qurân).32
b. Islamisasi sains; model ini tidak menerima begitu saja konsep-konsep dan teori-
teori yang diproduk oleh pengetahuan, tetapi harus dimodifikasi sesuai dengan
dasar dan prinsip-prinsip ajaran Islam.33
c. Pembentukan sains Islami; model ini amat yakin adanya sains Islam dan benar-
benar Islami (sains Islami) yang berangkat dari paradigma sains Islam.34
Ketiga bentuk ini dapat digunakan untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam
(PAI) ke dalam iptek (mata pelajaran umum). Cara ini nampaknya dapat disesuaikan
dengan cara-cara yang dikemukakan oleh Ramayulis sebelumnya.
2. Pemaduan Imtaq dengan Iptek
Selain integrasi iptek dengan imtaq sebagaimana digambarkan di atas, model
kurikulum terpadu iptek dan imtaq juga dapat dilakukan sebaliknya, yakni

31
Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq; Desain, Pengembangan dan
Implementasi, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), hal. 53-55
32
Ibid., hal. 38
33
Ibid., hal. 39-40
34
Ibid., hal. 40-41
Konsep Dasar Integrasi...hal...126

memadukan imtaq (PAI) dengan iptek, baik dalam bentuk iptek yang terdapat dalam
mata pelajaran umum, seperti Biologi, Fisika, Kimia, Sejarah, Ekonomi, dan lain-lain
atau konsep dan teori iptek yang ada di luar mata pelajaran resmi tersebut. Dalam
rangka pemaduan mata pelajaran PAI ini dengan iptek tersebut dapat dilakukan
dengan cara:
a. Memadukan materi pelajaran PAI dengan materi pelajaran iptek (IPA dan IPS)
untuk saling mendukung guna perluasan wawasan pengetahuan siswa; dan
b. Memadukan materi pelajaran PAI dengan konsep/teori iptek di luar mata pelajaran
iptek untuk memberikan wawasan bagi pelajaran PAI.
Model kedua ini lebih menekankan pada pembelajaran PAI yang diperkuat
dengan konsep-konsep atau teori-teori ilmiah. Misalnya ketika mengajarkan tentang
shalat. Salah satu hikmah shalat adalah cara manusia bertasbih dan bertahmid kepada
Allah SWT. Kemudian hikmah ini dikaitkan dengan firman Allah yang menyatakan
bahwa alam semesta, termasuk bumi pun bertasbih dan bertahmid kepada Allah: Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada
suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Qs.
Al-Isra’/17: 44)
Ayat di atas menegaskan bahwa bumi bertasbih dan bertahmid kepada Allah,
tetapi manusia tidak mengerti bagaimana bentuk mereka bertasbih. Noor Amin S. Sy
Zuhri menafsirkan salah satu bentuk tasbih dan tahmid bumi adalah dalam bentuk rotasi
dalam sehari semalam dan evolusi dalam setahun yang keduanya membentuk sudut
3800. Sementara manusia juga bertasbih dan bertahmid kepada Allah. Salah satu bentuk
tasbih dan tahmid manusia itu adalah shalat, sebagaimana yang diperintahkan. Ternyata,
menurut Noor Amin, gerakan dalam setiap rakaat shalat juga membentuk sudut 3800.
Ketika ruku’ membentuk sudut 900, sujud pertama membentuk sudut 1350 dan sujud
kedua juga membentuk sudut 1350. Dalam tiap rakaat terdapat gerakan berdiri tegak +
ruku’ + i’tidal + sujud pertama + duduk antara dua sujud + sujud kedua + bangkit
Konsep Dasar Integrasi...hal...127

lagi/tahayat. Jika dibahasakan dalam angka maka akan berupa: 00 + 900 + 00 + 1350 + 00
+ 1350 00 = 3600.35
Dengan demikian ada persamaan bentuk tasbih dan tahmid antara bumi dan
manusia yang membentuk sudut 3600. Pertanyaan yang patut direnungkan adalah,
bagaimanakah jika bumi berhenti berotasi atau berevolusi walau sesaat? Lalu
bagaimana pula jika manusia meniggalkan shalat?
Contoh di atas merupakan salah satu bentuk pengintegrasian mata pelajaran
umum berupa astronomi atau geografi ke dalam mata pelajaran PAI terkait dengan
aspek ibadah shalat. Masih banyak contoh-contoh lain yang dapat digunakan untuk
menambah daya tarik peserta didik dalam mempelajari PAI. Selain itu, cara ini juga
memperkuat pemahaman peserta didik terhadap ajaran agama secara rasional,
argumentatif dan meyakinkan sehingga memperkuat keimanannya kepada Allah SWT.
3. Pemaduan Iptek dan Imtaq secara timbal balik
Konsep kurikulum terpadu dan konsep keterpadeuan iptek dan imtaq adalah
bukan sekedar sebuah bentuk oraganisasi materi kurikulum atau pembelajaran, tetapi
dimaksudkan sebagai sebuah konsep kurikulum yang memiliki maksud dan rancang
bangun yang khusus sesuai dengan konsep kurikulum terpadu yang dikembangkan oleh
berbagai pakar kurikulum terpadu.
E. Teknik Pengintegrasian Mata Pelajaran PAI dalam Mata Pelajaran Umum dalam
Proses Pembelajaran
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa pada tahun 1994
terdapat program PWKG yang mengintegrasikan IMTAQ ke dalam mata pelajaran
umum. Pada dasarnya IMTAQ tersebut merupakan muatan utama dari mata pelajaran
PAI. Dengan demikian, program PWKG dapat disebut sebagai salah satu bentuk
pengintegrasian PAI dalam mata pelajaran umum.
Ketika itu, kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum 1994. Oleh karena itu,
peningkatan Imtaq melalui mata pelajaran dilakukan oleh guru melalui keterkaitan
(integrasi) nilai-nilai Imtaq dengan Iptek dalam pembelajaran tanpa mengubah

35
Noor Amin S. Sy, Zuhri HM, Shalat dalam Perspektif Kosmologi; Getar Ruku’ dan Sujud,
(Jakarta: Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999), hal. 70-75
Konsep Dasar Integrasi...hal...128

kurikulum atau GBPP. Mata pelajaran dituntut mempunyai andil dan peran yang besar
dalam peningkatan Imtaq siswa yang dilakukan melalui:
1. Mengkaitkan pokok bahasan, sub pokok bahasan masing-masing mata pelajaran
dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan,
2. Menyelaraskan konsep Iptek dan Seni dengan nilai-nilai Imtaq, serta
3. Menanamkan kesadaran dan keyakinan kepada siswa bahwa Allah SWT telah
menetapkan prinsip-prinsip keteraturan alama semesta atau sunnatullah.36
Untuk menunjang keberhasilan program tersebut, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengan Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan
Guru menerbitkan ”Naskah Keterkaitan Mata Pelajaran Umum dengan Imtaq”, sebagai
model yang dapat dikembangkan oleh guru mata pelajaran umum. Naskah keterkaitan
ini meliputi seluruh mata pelajaran selain PAI yang disajikan dalam bentuk matrik
dalam sembilan kolom. Kolom 1 sampai dengan 5 diambil dari GBPP. Kolom 6 sampai
9 dibuat oleh guru sendiri atas dasar wawasan keagamaan yang dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Naskah tersebut dapat dilihat di bawah ini pada mata pelajaran Geografi
tingkat SMU Kelas 1 Cawu 2.37

Sub
Pokok Keterkaita Cara
Pokok Ket.
No TPU Bahasa Uraian n dengan Pengaita TPK
Bahasa QS
n IMTAQ n
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9
.........
.......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........
.

36
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengan Bagian Proyek Peningkatan Wawasan
Keagamaan Guru, Naskah Keterkaitan 10 Mata Pelajaran di SMU dengan IMTAQ, (Jakarta: 2003),
hal. iii
37
Ibid, hal. 2
Konsep Dasar Integrasi...hal...129

1. Nomor: 1
2. Tujuan Pembelajaran Umum:
Siswa dapat menjelaskan keanekaan bentuk dan potensi muka bumi sebagai penunjang
kehidupan
3. Pokok Bahasan:
Keanekaan bentuk dan potensi muka bumi
4. Sub Pokok Bahasan:
Bentuk muka bumi
5. Uraian:
Menemutunjukkan berbagai bentukan yang berkaitan dengan vulkanisme
6. Keterkaitan dengan IMTAQ:
Bentuk-bentuk permukaan bumi akibat peristiwa vulkanisme antara lain gunung, ngarai,
pegunungan. Hal ini merupkan bukti akan kebesaran Allah.
7. Cara Pengaitan/integrasi:
Allah menciptakan permukaan bumi dengan berbagai macam bentuk antara: gunung,
ngarai, pegunungan, dan lain-lain. Gejala di atas diakibatkan karena proses vulkanisme
dan sekaligus merupakan bukti kekuasaan Allah.
8. Tujuan Pembelajaran Khusus
Siswa dapat menjelaskan keanekaan bentuk muka bumi merupakan salah satu bukti
kekuasaan Allah SWT.
9. Keterangan al-Quran Surat (QS)
Fushshilat: 10, Ali Imran: 191, ar-Ra’d: 3, dan an-Nahl: 15
Adapun kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), integrasi PAI ke dalam mata pelajaran umum dapat dilakukan dengan
mengembangkan indikator masing-masing kompetensi dasar yang terkait.
Misalnya, pada mata pelajaran Biologi kelas VII Semester 2:38
Standar Komptensi:
Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar:
Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman mahluk hidup dalam pelestarian ekosistem

38
Lihat Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Konsep Dasar Integrasi...hal...130

Indikator:
1. Menjelaskan pengertian keanekaragaman makhluk hidup
2. Menjelaskan pengertian pelestarian ekosistem
3. Menjelaskan manfaat keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem
4. Membaca Qs. Al-Mulk tentang kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan alam
semesta beserta isinya secara seimbang.
Dengan pengembangan indikator di atas, maka tujuan pembelajaran yang diharapkan
untuk Kompetensi Dasar di atas adalah:
Setelah mengikuti proses pembelajaran, maka diharapkan siswa dapat:
1. Memahami pengertian keanekaragaman makhluk hidup
2. Memahami pengertian pelestarian ekosistem
3. Memahami manfaat keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem
4. Meningkatkan keimanannya atas kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan alam
semesta beserta isinya secara seimbang dengan membaca surat al-Mulk ayat 3.
Indikator dan tujuan pembelajaran nomor 4 yang bercetak miring di atas adalah salah
satu bentuk pengintegrasian mata pelajaran PAI (dalam hal ini berkenaan dengan aspek al-
Qur’an dan aqidah) ke dalam mata pelajaran umum, Biologi. Pengintegrasian ini dilakukan
pada tahap perencanaan.
Setelah itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk mendesain kegiatan
pembelajaran dengan melaksanakan indikator yang telah dikembangkan. Tegasnya, siswa
akan diminta membaca surat al-Mulk ayat 3 tersebut lalu memberikan penguatan/penegasan
bahwa perlunya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem sebagai bentuk
keseimbangan alam. Hal ini juga mendapat perhatian dalam Islam, bahkan sebagai salah satu
bukti kekuasaan Allah SWT. Firman-Nya: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak
seimbang? (Qs. Al-Mulk/67: 3)
Jadi, teknik pengintegrasian mata pelajaran PAI dalam mata pelajaran umum pada
dasarnya tidak berbeda dengan program PWKG sejak pada tahun 1994 tersebut. Aspek mata
pelajaran PAI tersebut bisa berupa ayat-ayat al-Qur’an, aspek aqidah, ibadah, akhlak, atau
Konsep Dasar Integrasi...hal...131

sejarah Islam. Konsep yang diintegrasikan pun tidak hanya ayat-ayat al-Qur’an, akan tetapi
bisa berupa hadis Nabi SAW, pendapat para ulama/intelektual muslim, dan sebagainya.
Model integrasi Imtaq ini akan semakin relevan diterapkan pada kurikulum 2013.
Sebab dalam Kurikulum 2013, terdapat empat kompetensi inti yang mengikat seluruh mata
pelajaran. Kompetensi inti pertama adalah kompetensi spiritual yang menginginkan agar
semua materi dikaitkan dengan aspek spiritual peserta didik. Kompetensi inti pertama inilah
yang relevan dengan integrasi imtaq di atas. Hanya saja, kurikulum 2013 dihentikan, kecuali
bagi sekolah rintisan sebagai uji coba.
Selain dari bentuk pengintegrasian materi PAI, khususnya dalam bentuk ayat-ayat al-
Qur’an di atas, pengintegrasian PAI ke dalam mata pelajaran umum juga dapat dilakukan
dengan penanaman nilai-nilai ajaran Islam dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai itu bisa
berupa kejujuran (shiddiq), keadilan, tolong-menolong (ta’awwun), toleransi (tatsamuh),
amanah, berani (saja’ah), dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut dipilih oleh guru lalu
menyesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan.
F. Kelebihan dan Kendala yang Dihadapi
Ada beberapa kelebihan yang diperoleh melalui pengintegrasian mata pelajaran
PAI dalam mata pelajran umum ini, di antaranya adalah:
1. Dapat menghilangkan paradigma dikotomis peserta didik antara ilmu umum dengan
ilmu agama;
2. Bisa meningkatkan motivasi belajar siswa, sebab siswa tersebut pada dasarnya telah
memahami dasar-dasar ajaran Islam melalui mata pelajaran PAI;
3. Bisa meningkatkan prestasi hasil belaj ar siswa, sebab peserta didik telah memiliki
motivasi yang baik dalam belajar;
4. Bisa meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar mata pelajaran umum;
5. Pendekatan integratif seperti di atas diharapkan bisa melatih siswa dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan multidisiplin ilmu dan interdisipliner, sehingga
pemahaman siswa terhadap sesuatu masalah lebih bersifat kompreheinsif; dan
6. Dengan pendekatan integratif siswa akan dilatih bekerjasama dengan anggota kelompok
dalam memecahkan permasalahan.39
Adapun kendala yang dihadapi dalam menerapkan pendekatan ini adalah:

39
Bandingkan dengan Agus Wasisto Dwi DDW, loc.cit.
Konsep Dasar Integrasi...hal...132

1. Lemahnya kemampuan guru mata pelajaran umum dalam menguasai nilai-nilai agama
yang ada dalam a1-Qur'an serta dalam mengkaitkan antara ayat- ayat suci al-Qur'an
dengan pokok bahasan yang akan diajarkan;
2. Dalam test sumatif nilai-nilai agamayang terintegrasi tidak dimasukkan dalam soal
evaluasi sehingga nilai-nilai PAI itu kurang mendapat perhatian, hanya dianggap
sebagai pelengkap saja;
3. Masih ada anggapan pada guru bahwa integrasi agama dalam materi pembelajaran
hanya menambah beban guru;
4. Ada anggapan karena tidak semua siswaitu beragama Islam—khususnya di sekolah—
maka kalau yang dikaitkan itu hanya agama Islam sebagian guru maupun siswa
menganggap itu tidak adil.40
G. Kesimpulan
Pengintegrasian mata pelajaran PAI dalam mata pelajaran umum demikian
penting dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan kualitas peserta didik
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Namun dalam kenyataannya, pendekatan
integratif atau upaya pengintegrasian ini kurang mendapat perhatian dari guru-guru baik di
Madrasah maupun di Sekolah.
Oleh karena itu, ada bebarapa hal yang patut direkomendasikan untuk
keberhasilan pengintegrasian ini, yaitu: pertama, guru mata pelajaran PAI mesti bekerja
sama dengan guru mata pelajaran umum. Artinya, guru PAI mesti membantu guru mata
pelajaran umum untuk mencari dan menemukan nilai-nilai agama, termasuk ayat-ayat,
hadis, dan pendapat para ulama yang relevan dengan materi mata pelajaran umum tersebut.
Untuk memudahkan pelaksanaannya, maka guru mata pelajaran dapat melakukan
pertemuan secara berkala dengan guru kelompok mata pelajaran, seperti IPA, IPS,
Kesenian, Bahasa, dan sebagainya. Jika mengalami kesulitan bisa dibahas di tingkat
MGMP, bahkan bisa menghadirkan tenaga ahli, misalnya dari perguruan Tinggi. Dengan
demikian kesulitan guru mata pelajaran umum dapat teratasi.
Kedua, pemerintah daerah, khususnya di tingkat Kota/Kabupaten diharapkan
memiliki political will terhadap program ini sehingga ia diharapkan mendorong setiap
kepala sekolah untuk menerapkannya di sekolah masing-masing. Dengan kebijakan itu

40
Ibid.
Konsep Dasar Integrasi...hal...133

juga diharapkan pemerintah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dalam


pelaksanaannya.
Ketiga, kepala sekolah juga diharapkan mendukung kegiatan tersebut dan
menjadikannya program utama di sekolah/madrasah. Apalagi jika madrasah/sekolah
tersebut mencantumkan dalam visinya kata ”iman dan taqwa”, maka upaya
pengintegrasian ini menjadi upaya yang paling efektif dilakukan.
Keempat, setiap guru mata pelajaran umum yang beragama Islam mesti
menanamkan keyakinan dalam dirinya bahwa mengajar adalah ibadah. Oleh karena itu,
dalam menjalankan profesinya ia turut bertanggung jawab mendidik sikap keberagamaan
peserta didiknya,41 tidak hanya cerdas secara intelektual, akan tetapi memiliki kecerdasan
beragama. Dengan paradigma semacam itu diharapkan guru mata pelajaran umum tidak
terbebani melakukan pengintegrasian tersebut, malah sebaliknya akan memiliki motivasi
lebih tinggi.
Kelima, meskipun nilai-nilai agama tidak masuk dalam ujian sumatif, akan
tetapi diharapkan guru juga memasukkan nilai-nilai tersebut dalam ulangan harian,
khususnya terkait dengan pengamalan nilai-nilai tersebut. Tegasnya, sikap keberagamaan
siswa, paling tidak selama proses pembelajaran di kelas, menjadi salah satu aspek
penilaian apektif yang perlu dipertimbangkan guru untuk memberikan nilai akhir bagi
siswanya. Sistem penilaian ini mesti disepakati oleh pihak sekolah dan tertulis dalam
dokumen KTSP madrasah/sekolah bersangkutan serta disosialisasikan kepada siswa sejak
awal semester.
Keenam, perguruan tinggi juga diharapkan meningkatkan perannya dalam
upaya pengintegrasian ini. Untuk PTAI, khususnya fakultas Tarbiyah, perlu menerapkan
pembelajaran berbasis Iptek sehingga mahasiswa yang kelak menjadi guru tersebut juga
tidak asing terhadap teori-teori iptek dasar sehingga kelak mereka mampu membantu guru
mata pelajaran umum dalam mengintegrasikan nilai-nilai dan materi keislaman dalam
materi umum. Demikian pula PTU, khususnya fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan,
juga perlu memberikan mata kuliah tambahan berupa mata kuliah PAI khusus terkait
dengan jurusannya. Misalnya, jurusan Biologi diberikan tambahan mata kuliah PAI yang

41
Muhammad Kosim, Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak Siswa, (Padang:
Harian Padang Ekspres, 23 Maret 2007), hal. 4
Konsep Dasar Integrasi...hal...134

terkait dengan kajian Biologi, baik ayat-ayat aal-Qurân dan hadis terkait, maupun temuan-
temuan intelektual muslim.
Dengan upaya-upaya di atas diharapkan pengintegrasian mata pelajaran PAI ke
dalam mata pelajaran umum dapat terlaksana dengan baik. Maka dibutuhkan pula
komitmen dan upaya yang kontiniu dari akademisi dan praktisi pendidikan yang beragama
Islam. Dalam hal ini, guru PAI mesti menonjolkan perannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, dkk (ed.), Integrasi Ilmu dan Agama; Interpretasi dan Aksi, Bandung: Mizan,
2005
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004, cet. ke-4
Bakry, Oemar, Tafsir Rahmat, Semarang: Toha Putra,1984, cet. ke-3
Departemen Agama Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Pembinaan Pendidikan Agama dan Akhlak Mulia, Pemberdayaan Sekolah
Berwawasan IMTAQ, Jakarta: 2007,
(http://man2madiun.net/userfiles/file/IMTAQ.pdf)
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis
Kompetensi SMP Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004
___________, Kamus Besar Bahasa Indonesia; Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengan Bagian Proyek Peningkatan Wawasan
Keagamaan Guru, Naskah Keterkaitan 10 Mata Pelajaran di SMU dengan
IMTAQ, Jakarta: 2003
Hefner, Robert W. and Muhammad Qasim Zaman, Schooling Islam; The Culture and Politcs
of Modern Muslim Education, Oxford: Princeton University Press
Hamka, Tafsir al-Azhar juz XXX, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002
HM, Noor Amin S. Sy, Zuhri, Shalat dalam Perspektif Kosmologi; Getar Ruku’ dan Sujud,
Jakarta: Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999
Kartanegara, Mulyadi, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik Bandung: Mizan, 2005
Konsep Dasar Integrasi...hal...135

Kosim, Muhammad, Integrasi Ilmu Umum dan Agama, Padang: Harian Haluan, 23
September 2005
_______, Tanggung Jawab Guru dalam Mendidik Akhlak Siswa, Padang: Harian Padang
Ekspres, 23 Maret 2007
Ma'arif, Syafi'i, Pendidikan Islam di Indonesia; Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1991
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan
Kurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa, 2003
Muhammad Abduh, Tafsir juz ‘Amma, Penj. Muhammad Bagir, Bandung: Mizan, 1999, cet.
ke-5
Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam Integratif, Upaya Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Nata, Abuddin, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005
Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Grasindo bekerja sama dengan IAIN
Syarif Hidayatullah, 2001
Pranggono, Bambang, Mukjizat Sains dalam al-Qur’an; Menggali Inspirasi Ilmiah,
Bandung: Ide Islami, 2008, cet. ke-5
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik, Jakarta: Erlangga, 2005
Redaksi Sinar Grafika (Pengh.), Permendiknas 2006 tentang SI & SKL, Jakarta: Sinar
Grafika, 2006
Sabda, Syaifuddin, Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq; Desain, Pengembangan dan
Implementasi, Ciputat: Quantum Teaching, 2006
SM, Ismail, et. al. (ed.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
hal. 84; Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, Penj. Rahma
Astuti, Bandung: Mizan, 1986
Sulaiman, Abdul Hamid Abu, Krisis Pemikiran Islam, Penj. Rifyal Ka'bah Jakarta: Media
Dakwah, 1994
Supriatno, Integrasi Imtaq ke dalam Mata Pelajaran Biologi; Sebuah Model Pengembangan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA,
Konsep Dasar Integrasi...hal...136

(http://supriatno59.blogspot.com/2008/08/integrasi-imtaq-kedalam-mata-
pelajaran.html)
Tolkhah, Imam dan Ahmad Barizi, Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai akar Tradisi
dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Zaidan, Hendy dan Sunarno, Suplemen Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
Peningkatan Mutu Imtaq Siswa SLTA, Dirjen Dikdasmen, Bagian Proyek
Peningkatan Wawasan Keagamaan, Diknas Jakarta 2003

Anda mungkin juga menyukai