Golden Light Sutra
Golden Light Sutra
Ārya Suvarnaprabhāsottamasūtrendrarājamahāyānasūtra
PHAG PA O SER DAM PA DO DEI WANG POI GYAL PO SHE JA WA THEG PA CHEN POI DO
BAB 1
Pembukaan
Terpujilah semua Buddha, Bodhisattva, Pratyekabuddha, dan Shravaka dari masa lampau, masa ini,
dan masa yang akan datang!
Pada kesempatan itu para Buddha dari empat penjuru semesta juga melimpahkan berkah mereka,
mereka adalah Buddha Akshobhya di arah timur, Buddha Ratnaketu di arah selatan, Buddha
Amitabha di arah barat, dan Buddha Dundubhisvara di arah utara.
Aku akan menjelaskan isi dari sutra termulia tentang “tempat bersemayam para Buddha”, ajaran
rahasia dari para Buddha, yang sulit untuk muncul kembali sekalipun hingga puluhan juta kalpa
lamanya.
Bagi mahluk yang miskin akan pahala (merits), maka tumpukan pahalanya akan meingkat seketika
hingga jumlah yang tak terbatas, tak terhitungkan, dan tak terperikan.
Mereka akan mendapatkan perlindungan dari para Buddha di sepuluh penjuru semesta, demikian
juga dari para bodhisattva yang maha suci.
Umat yang berbakti sebaiknya memberikan penghormatan kepada sutra ini dengan pikiran yang
bersih, penuh welas asih, penuh kesadaran, selain itu juga mengenakan pakaian yang bersih dan
berbau harum.
Usahakan untuk menjaga pikiran dalam kejernihan, terbuka, dan terkendali, lalu mulailah
mendengarkan (membaca) sutra termulia ini.
Siapapun yang berkesempatan mendengarkan isi sutra ini akan selalu mendapat pujian dari kalangan
sesama manusia, mencapai posisi yang baik di kehidupannya dan akan dapat hidup layak dan penuh
kenyamanan.
Bagi yang telinganya pernah diperdengarkan isi sutra termulia ini, maka akan tertanamkan pahala di
batinnya dan para Buddha pun akan memujinya.
Demikianlah bab pembukaan dari Raja Sutra-sutra Agung Mahayana yang berjudul: Sinar Keemasan
Termulia
Bab 2
Umur dari Kehidupan seorang Tathagata
Pada masa itu di kota Rajagriha ada seorang bodhisattva mahasattva bernama Ruchiraketu, yang
pada kehidupan-kehidupan sebelumnya selalu memuja para Buddha di masa lampau, menjadi murid
para Buddha tersebut, melakukan pelayanan kepada milyaran Buddha jumlahnya. Timbul dalam
pikiran beliau suatu pertanyaan, “Apa sebab dan kondisi yang mengakibatkan Sang Buddha
Shakyamuni hanya memiliki rentang kehidupan sekitar 80 tahun? Mengapa sependek itu umurnya?”
Lalu ia berpikir lagi, “Sang Bhagava sendiri telah bersabda: ‘Ada dua sebab dan kondisi yang dapat
memperpanjang umur seseorang. Apakah dua sebab dan kondisi itu? Yang pertama adalah tidak
melakukan pembunuhan mahluk hidup, yang kedua adalah berdana makanan yang layak.’ Karena
Sang Bhagava menghindari pembunuhan mahluk hidup pada sejak milyaran kehidupan sebelumnya,
maka tindakannya telah sejalan dengan Sepuluh Perbuatan Baik. Beliau juga selalu memberikan
persembahan makanan, kekayaan material dan non material. Bahkan lebih jauh lagi, Beliau rela
mengorbankan badan jasmaninya hanya untuk memberi makan kepada mahluk yang sedang
kelaparan.”
Ketika sang bodhisattva tersebut sedang khusyuk mengontemplasikan kisah dan kondisi Sang
Tathagata tersebut, seketika itu rumah tempat tinggal beliau berubah menjadi istana yang besar dan
megah terbuat dari lapis lazuli bertatahkan batu-batu mulia yang berwarna-warni dan berisikan
wewangian yang wanginya lebih semerbak dari wewangian di surga para dewa. Di keempat penjuru
muncul empat tahta permata yang diberbagai permukaannya dilapisi dengan kain katun yang sangat
halus dengan rangkaian hiasan manik-manik permata, dan di atasnya muncul tahta teratai yang juga
berhiaskan berbagai permata. Di atas tiap-tiap tahta teratai muncul nirmanakaya Buddha. Di tahta
sebelah timur muncul Tathagata Akshobhya, di sebelah selatan muncul Tathagata Ratnaketu, di
sebelah barat muncul Tathagata Amitayus, dan di sebelah utara muncul Tathagata Dundubhisvara.
Ketika keempat Tathagat tersebut muncul di atas singgasana masing-masing, seketika itu pula kota
Rajagriha dipenuhi sinar yang sangat terang, sedemikian terangnya hingga menembus milyaran-
milyaran alam kehidupan jauhnya, di seluruh arah penjuru semesta. Selain itu, bunga-bunga surgawi
turun dengan indahnya diiringi pula dengan musik-musik surgawi. Semua perwujudan ini muncul
dari kekuatan siddhi Sang Buddha Shakyamuni, dan perwujudan ini membuat seluruh mahluk hidup
di seluruh alam kehidupan yang banyaknya bagai pasir di sungai Gangga, menikmati kebahagian
seperti yang dirasakan oleh para dewa-dewi di surga. Bagi mahluk yang lahir dengan panca indera
yang tidak lengkap (cacat) seketika itu dapat merasakan kenikmatan dari seluruh inderanya. Yang
buta dapat melihat keindahan tersebut, yang tuli dapat mendengar merdunya musik surgawi, yang
gila kembali kesadarannya, yang sedang terlena bisa kembali fokus perhatiannya, yang tidak
memiliki pakaian seketika terdandani, yang kelaparan menjadi kenyang, yang haus terhapuskan
dahaganya, yang sakit menjadi sembuh, yang organ tubuhnya cacat menjadi normal kembali. Banyak
sekali keajaiban terjadi di dunia saat itu.
Bodhisattva Ruchiraketu sangat takjum melihat penampakan para Buddha, ia merasa sangat
bahagia, lega, beruntung, dan senang. Hatinya dipenuhi dengan rasa bahagia dan kesenangan yang
luar biasa. Lalu ia beranjali dan menghormat ke arah para tathagata tersebut sambil
mengkontemplasikan diri akan kemuliaan para tathagata tersebut. Lalu ia pun memfokuskan diri
pada kontlempasi atas kemuliaan Sang Tathagata Shakyamuni Buddha. Lalu timbul pertanyaan di
pikirannya, “Mengapa gerangan Sang Shakyamuni hanya akan hidup hingga 80 tahun saja
umurnya?”
Para tathagata, melalui batin kebuddhaan mereka dapat mendeteksi apa yang dipikirkan oleh
Bodhisattva Ruchiraketu, serta merta mereka memberikan jawaban: “Oh putra yang berbudi,
janganlah timbul pertanyaan di pikiranmu ‘Mengapa Sang Shakyamuni hanya memiliki umur yang
pendek?’ Mengapa demikian? Karena, oh putra yang berbudi,