Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan suatu organisasi produksi yang menggunakan dan


mengkoordinir sumber-sumber ekonomi unutk memuaskan kebutuhan dengan
cara yang menguntungkan. Kata perusahaan mungkin sangat sering kita dengar
dan diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan mungkin kita juga sering
berhubungan dengan perusahaan, baik itu perusahaan besar maupun kecil.
(Swastha dan Sukotjo, 2002)

Salah satu dari jenis perusahaan adalah perusahaan jasa. Perusahaan jasa
itu sendiri adalah perusahaan yang kegiatan utamanya memberikan pelayanan atau
menjual jasa dengan tujuan mencari laba. Dengan kata lain, perusahaan jasa
menjual barang tidak berwujud. (Ahman dan Indriani, 2007)

Perbankan menjadi salah satu dari perusahaan jasa. Perbankan adalah


segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dan Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998)

Didalam perbankan, perlu juga untuk membuat laporan keuangan. Laporan


keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, meliputi neraca,
perhitungan laba-rugi dan laba yang ditahan, laporan perubahan posisi keuangan
serta catatan atas laporan keuangan, yang bertujuan untuk menyediakan informasi
tentang keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan-keputusan
ekonomi. (Harnanto, 1997)

1
Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah
informasi mengenai laba. Laporan laba rugi memberikan informasi mengenai
kinerja manajemen dalam satu periode, selain itu informasi laba membantu
pemilik atau pihak lain yang berkepentingan dalam menaksir kekuatan laba suatu
perusahaan dimasa yang akan datang. Pengguna laporan keuanga lebih menyukai
kinerja manajemen yang stabil, yang terlihat dari laba yang stabil dari pada kinerja
yang berfluktuasi atau laba yang berfluktuasi, karena informasi laba yang stabil
akan meningkatkan harga saham setiap periodenya. Oleh karena itu, manajemen
mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat
laporan keuangan terlihat lebih stabil melalui praktik income smoothing.
(Mambraku, 2013 dalam Sarwinda, 2015)

Alasan manajemen untuk mempercantik laporan keuangan ada 2. Alasan


pertama adalah hanya dengan memahami dan menguasai konsep – konsep
akuntansi dan keuangan seseorang dapat mempermainkan informasi keuangan ini
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Alasan kedua yaitu kebebasan dalam
memilih dan menggunakan metode dan prosedur akuntasi ini secara tidak
langsung membuat standar akuntansi seakan – akan mengakomodasi atau
memfasilitasi aktivitas rekayasa manajerial ini. Salah satu metode yang sering
dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan perataan laba (income
smoothing). (Sulistyanto, 2008)

Perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari


tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. (Belkoui, 2007)

Praktek income smoothing sudah banyak diketemukan di berbagai negara,


termasuk di Indonesia. Praktek ini memang sulit dideteksi dan akan
mempengaruhi pengungkapan nilai laba yang menyesatkan. Dan apabila pihak-
pihak yang berkepentingan terutama calon investor tidak mengetahui hal ini,
maka akan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang dapat merugikan
dalam hal berinvestasi. Sudah banyak penelitian empiris dilakukan untuk menguji
pengaruh pemerataan atas laba ini. Perusahaan perbankan sebagai suatu lembaga

2
yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional perlu
dilakukan pembinaan dan pengawasan yang sistemik dan efektif sehingga peranan
perbankan dapat dijalankan secara sehat dan wajar. (Budijhono, 2006)

Income smoothing yang dilaporkan dapat juga didefinisikan sebagai usaha


yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada
saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, income
smoothing menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi
variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi
dan prinsip manajemen yang wajar. (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Wayan,
2012)

Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,


analisis keuangan perlu melakukan “pemeriksaan” atas berbagai aspek kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan ini
adalah rasio keuangan, atau indeks yang menghubungkan dua buah data keuangan
dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Karena dengan cara ini bisa
mendapatkan perbandingan yang mungkin terbukti lebih berguna daripada angka-
angka aslinya sendiri. (Van Horne, 2013)

Untuk mengetahui suatu perbankan melakukan income smoothing atau


tidak, bisa dilihat dari nilai Rasio Kecukpan Modalnya. Rasio Kecukupan Modal
atau Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan alat pengukur atau penilaian
kinerja bank, dengan mengetahui CAR suatu bank maka dapat diketahui kinerja
bank yang bersangkutan. CAR dapat pula sebagai penilai permodalan dalam suatu
bank karena modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usahanya sehingga CAR dapat dijadikan sebagai alat penilaian
untuk pengambilan keputusan investasi bagi bank yang mengeluarkan saham
melalui kondisi dan prestasi keuangan bank yang tercermin dalam laporan
keuangannya (Hasibuan Malayu, 2009)

Untuk menganalisis income smoothing terhadap perusahaan, bisa juga


menggunakan analisis solvabilitas atau biasa dikenal dengan rasio leverage. Rasio
solvabilitas adalah mengevaluasi struktur modal perusahaan termasuk sumber

3
daya pembiayaan dan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban utang jangka
panjang dan kewajiban yang terkait dengan investasi. (Usman, 2010)

Rasio solvabilitas ini untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi


memenuhi kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah
perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya, seperti
debt to equity ratio (DER) dan leverage ratio (LEV). Artinya, seberapa besar
beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
(Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2005 dalam Sumiyati, 2008)

Semakin besar tingkat solvabilitas berarti semakin tinggi nilai hutang


perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio solvabilitas yang tinggi akibat
besarnya jumlah hutang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki perusahaan
akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba, dan salah
satu tindakan manajemen labanya adalah income smoothing. (Sartono, 2001)

Selain itu, profitabilitas juga mempengaruhi suatu perusahaan untuk


melakukan income smoothing. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan selama periode tertentu dalam menghasilkan laba. Sehingga
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas diduga
mempengaruhi praktek income smoothing karena perhatian investor yang besar
pada tingkat profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk melakukan
income smoothing. Tindakan manajemen untuk meratakan laba yang dilaporkan
termotivasi atas kepuasan pemegang saham terhadap korporasi yang meningkat
seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan income korporasi dan stabilitas
incomenya (Belkoui, 2000).

Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik income smoothing


adalah nilai perusahaan. Widjaja dan Magviroh (2001) dalam Cendy (2013)
menyatakan bahwa price per book value merupakan indikasi dari nilai perusahaan
karena price per book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek
perusahaan kedepan. Perusahaan yang memiliki nilai pasar tinggi cenderung
melakukan praktek income smoothing, karena perusahaan akan cenderung

4
menjaga konsistensi laba agar nilai perusahaan tetap tinggi dan dapat menarik
sumber daya ke dalam perusahaannya (Suranta dan Merdistuti, 2004 dalam
Sarwinda, 2015)

Fenomena adanya praktik income smoothing tidak hanya dilakukan oleh


lembaga nonkeuangan saja, namun juga banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga
keuangan seperti industri perbankan. Krisis global pada 2008 dan suspensi Bursa
Efek Indonesia pada 8~10 Oktober 2008 membuat banyaknya investor asing
keluar dari Bursa Efek Indonesia dan berakibat pada turun drastisnya harga saham
perbankan. Keadaan ini kemudian memicu manajemen perbankan menggunakan
praktik manajemen laba, yaitu income smoothing untuk mengembalikan citranya
demi menarik kembali para investor. Sebagai contoh, kasus insider trading saham
PT Bank Central Asia terungkap pada tahun 2001 dan double financial statement
yang dilakukan Bank Lippo pada tahun 2002 yang kemudian dikenal dengan
istilah “cooking the books”, atau “juggling the numbers” (Tuanakotta, 2007 dalam
Bestivano, 2013).

Kasus lainnya terjadi pada perusahaan perbankan, antara lain adalah Bank
Century yang melakukan rekayasa akuntansi, yaitu praktik income smoothing
agar laporan keuangan bank menjadi lebih stabil dengan cara merekaya CARnya.
CAR Bank Century per 28 Februari 2008 yang ternyata minus 132,5%. CAR
negatif itu disebabkan karena danya aset berupa Surat-Surat Berharga (SSB)
sebesar US$ 203 Juta yang berkualitas rendah. Bank Indonesia menyetujui untuk
tidak melakukan penyisihan 100% atau pengakuan kerugian (PPAP) terhadap
SSB tersebut. Hal tersebut merupakan rekayasa akuntansi yang dilakukan Bank
Century agar laporan keuangan bank tetap menunjukkan kecukupan modal dan ini
disetujui BI sebagai pengawas bank.

(https://finance.detik.com/moneter/d-1247341/bpk-bi-membiarkan-rekayasa-
akuntansi-di-bank-century)

Skandal bank lainnya adalah Bank Lippo. Dimana perusahaan perbankan


ini melakukan praktik income smoothing. Hal ini terdeteksi dalam laporan
keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik pada 28 November

5
2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba bersih Rp 98 miliar.
Namun dalam laporan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 27 Desember 2002 total
aktiva perusahaan berubah menjadi Rp 22,8t triliun rupiah (turun Rp 1,2 triliun)
dan perusahaan merugi bersih Rp 1,3 triliun. Perbedaan laporan keuangan itu
menimbulkan kontroversi dan polemik. Akibatnya pada keseluruhan neraca
terjadi penurunan tingkat kecukupan modal atau Capita Adequacy Ratio (CAR)
dari 24,77% menjadi 4,23%. Namun beberapa pihak menduga perbedaan laporan
keuangan terjadi karena ada manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen, yang istilah ini sering kita kenal dengan istilah income smoothing.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/24/eko1.htm

Berbagai penelitian tentang perataan laba (income smoothing) telah


dilakukan, diantaranya dilakukan oleh Pariang Siagian (2015), yang melakukan
penelitian tentang pengaruh CAR terhadap income smoothing, menyatakan bahwa
CAR mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan perbankan. Tetapi, hasil penelitian Yohana (2010) menyatakan bahwa
CAR berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Penelitian yang dilakukan Aji dan Mita (2010) yang menemukan jika
profitabilitas bukan merupakan faktor yang mendorong manajemen melakukan
praktik income smoothing. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Budiasih (2009) dan Sutedjo (2010) menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap income smoothing

Penelitian Prilly Sarwinda (2015) menemukan bahwa nilai perusahaan


juga berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Selain itu juga, yang
menjadikan penyebab perusahan melakukan manajemen laba, salah satunya
adalah solvabilitas. Pengaruh solvabilitas terhadap income smoothing pernah
diteliti oleh Maula Nasrifah (2015), yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing.

Berdasarkan uraian diatas, maka peniliti tertarik untuk melakukan


penilitian tentang pengaruh nilai perusahaan, solvabilitas, profitabilitas dan
capital adequacy ratio (CAR) terhadap income smoothing pada perusahaan

6
perbankan yang terdaftar di BEI. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan maupun investor untuk menjadi
bahan masukkan dan sebagai informasi ilmiah yang akan bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti
menemukan rumusan permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam penelitian
ini, antara lain :

1. Bagaimana pengaruh capital adequacy ratio, solvabilitas ratio,


profitabilitas ratio dan nilai perusahaan terhadap income smoothing
pada perusahaan perbankan yang terdaftar dalam BEI.
2. Apakah capital adequacy ratio berpengaruh positif terhadap income
smoothing pada perusahaan perbankan.
3. Apakah solvabilitas ratio berpengaruh positif terhadap income
smoothing pada perusahaan perbankan.
4. Apakah profitabilitas ratio berpengaruh positif terhadap income
smoothing pada perusahaan perbankan.
5. Apakah nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap income
smoothing pada perusahaan perbankan.

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka
peneliti dapat menentukan tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mendapatkan solusi atas pengaruh capital adequacy ratio,
solvabilitas ratio dan nilai perusahaan terhadap income smoothing
pada perusahaan perbankan yang terdaftar dalam BEI.
2. Untuk mendapatkan solusi apakah capital adequacy ratio berpengaruh
positif terhadap income smoothing pada perusahaan perbankan.
3. Untuk mendapatkan solusi apakah solvabilitas ratio berpengaruh
positif terhadap income smoothing pada perusahaan perbankan.

7
4. Untuk mendapatkan solusi apakah profitabilitas ratio berpengaruh
positif terhadap income smoothing pada perusahaan perbankan.
5. Untuk mendapatkan solusi apakah nilai perusahaan berpengaruh
positif terhadap income smoothing pada perusahaan perbankan.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan data dan informasi yang telah kami kumpulkan dari penelitian
dan studi kepustakaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Investor
Memberikan alternatif bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan untuk melakukan investasi yang terbaik.
2. Akademisi
Untuk menambah literatur dan kajian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik income smoothing.
3. Peneliti
Dapat menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi praktik income smoothing.

Anda mungkin juga menyukai