Anda di halaman 1dari 58

http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.

com

LAPORAN PRAKTIK
SURVAI KESEHATAN LINGKUNGAN DI DESA PAKULI
KECAMATAN GUMBASA
KABUPATEN SIGI
TAHUN 2012

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing mata kuliah dasar

kesehatan lingkungan dan telah disahkan oleh ketua jurusan kesehatan lingkungan

Polteknik Kesehatan Kemenkaes Palu.

Palu, Maret 2012

Mengetahui:

Kapala Desa Pakuli Dosen Pengampu

GUSMAN ARSYAD,STT,M.Kes
Nip. 19670806199103 1 003

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu


Jurusan Kesehatan Lingkungan

Ketua Jurusan

AMSAL, SKM.M.Kes
Nip.19660513 198802 1 002
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Dzat maha sempurna,

Allah Swt. Atas rahmat, taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan laporan

tentang “Survai Kesehatan Lingkungan dasar di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa

Kabupaten Sigi” sebagai akhir dari rangkaian survai yang kami lakukan untuk

pemenuhan tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan.

Survai kesehatan lingkungan merupakan sebuah upaya penting yang

dilakukan dalam mengukur derajat kesehatan di suatu tempat. Dari survai inilah kita

dapat merencanakan berbagai langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan di suatu lingkungan. Karena mengingat masalah lingkungan

merupakan masalah yang penting yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan

manusia.

Dalam proses survai ini kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat di

dalamnya. Ini tidak lain dikarenakan pengalaman kan pengetahuan kami yang masih

kurang tentang kesehatan lingkungan. Namun ucapan terima kasih yang tak terhingga

kamiucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan kami bantuan dalam

menyelesaikan survai ini, terutama kepada bapak Gusman Arsyad,STT.M.Kes. yang

telah membimbing kami dalam memahami dasar kesehatan lingkungan. Kemudian

kepada pemerintah desa pakuli yang telah menerima dan mengizinkan kami untk

mengadakan praktek survai ini.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Kata sempurna memang masih jauh dari apa yang telah kami buat ini, namun

kritik dan saran akan terus kami harapkan agar menjadi pembelajaran dikemudian

hari.

Palu, Maret 2012

Penyusun
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................

C. Manfaat .............................................................................

D. Tujuan ...............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian-pengertian ........................................................

B. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan..............................

C. Indikator-indikator dalam kesehatan lingkungan ................

D. Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia ....................

BAB III METODOLOGI SURVAI

A. Jenis Survai .......................................................................

B. Waktu dan Tempat .............................................................

C. Populasi dan Sampel ..........................................................

D. Jumlah Sampel dan Teknik Sampling ................................


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

E. Cara Pengumpulan Data ....................................................

F. Penyajian Data ...................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Desa Pakuli ...............................................

B. Sarana Penyediaan Air Bersih ............................................

C. Sanitasi Makanan dan Minuman ........................................

D. Kondisi Perumahan............................................................

E. Pembuangan Sampah Padat ...............................................

F. Pembuangan Limbah Cair ..................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................

B. Saran ................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semenjak ummat manusia menghuni planet bumi masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesehatan telah sering terjadi. berbagai masalah kesehatan

dan bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang

ada di sekeliling mereka seperti benda mati, mahluk hidup, adat istiadat,

kebiasaan, dan lain-lain. namun karena keterbatasan pengetahuan mereka pada

saat itu, setiap kejadian yang luar biasa yang terjadi pada saat itu selalu

diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik. contoh, wabah penyakit

sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan

kemarahan dewa.

Masalah kesehatan semakin silih berganti, di inggris salah satunya.

revolusi industri di inggris pada abad ke-19 menimbulkan masalah baru bagi

masyarakat inggris berupa munvulnya daerah pemukiman kumuh, akumiulasi

buangan dan kotoran manusia, serta perubahan sosial dan kesehatan yang terjadi.

(Budiman Chandra,2007)

Perkembangan dan kegiatan pembangunan dalam rangka pertumbuhan

ekonomi ikut mempengaruhi keseimbangan keadaan lingkungan. sebaliknya

faktor-faktor lingkungan yang terus menerus terolah secara konsumtif terus-


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

menerus tanpa adanya pengolahan kembali pada hakekatnya akan menimbulkan

gangguan terhadap lingkungan pada akhirnya.

Hampir diseluruh negara berkembang khususnya Indonesia, masalah

kesehatan selalu menjadi problematika yang sangat serius. berbagai masalah

mulai dari mahalnya biaya pelayanan kesehatan, minimnya sarana kesehatan

seperti penyediaan air bersih dan tempat pengolahan limbah, meningkatnya

penularan penyakit baik yang berbasis hewan vektor maupun keracunan

makanan, sampai dengan ledakan jumlah penduduk yang secara langsung akan

berakibat memunculkan pemukiman kumuh yang menjadi sumber berbagai

penyakit dan peningkatan produksi sampah.

Lingkungan pedesaan selalu identik dengan ketertinggalan multidimensi,

mulai dari tingkat pendidikan yang rendah, ketertinggalan dalam bidang

teknologi dan pembangunan, serta masalah kemiskinan yang berimplikasi pada

rendahnya kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.

Survei sanitasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan yang bersifat

epidemiologi deskriptif yang bersifat prosfektif. Data primer yang didapat

langsung di lapangan dengan menggunakan kuisioner memuat variable-variabel

independen yang berhubungan dengan sanitasi yang dapat menjadi penyebab

terjadinya penyakit di masyarakat. sebagai contoh adalah survei sanitasi sarana

fasilitas jamban penduduk yang diduga sebagai penyebab terjadinya penularan

penyakit diare.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah: Bagaimana

keadaan sanitasi lingkungan yang ada di desa Pakuli kecamatan Gumbasa?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang akan dicapai pada survai ini adalah:

1. Untuk mengetahui keadaan sanitasi lingkungan yang ada di desa pakuli

kecamatan gumbasa.

2. Memperoleh data yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan di desa

pakuli.

3. Pemenuhan tugas dari dosen pengampuh mata kuliah Dasar kesehatan

Lingkungan.

D. Manfaat

1. Memberikan informasi tentang keadaan kesehatan lingkungan di desa pakuli

kepada masyarakat desa pakuli pada umumnya,dan khususnya kepada

pemerinah desa dan instansi kesehatan setempat.

2. Hasil Survai ini dapat dijadikan rujukan untuk melakukan upaya-upaya

penyehatan lingkungan di desa pakuli.

3. Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa dalam melakukan survai dan

bersosialisasi terhadap masyarakat pedesaan.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kesehatan Lingkungan

1. Pengertian Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari

dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat

dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga

dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya

untuk penanggulangan dan pencegahannya. (Dr. Budiman Chandra,2007)

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut Dr. Budiman Chandra (2007), tujuan dan ruang lingkup kesehatan

lingkungan dapat dibagi menjadi menjadi dua, secara umum dan secara khusus.

Tujuan dan ruang lingkup secara umum antara lain:

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada

kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Manlakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber

lingkungan upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup

manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat

dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi

bencana alam atau wabah penyakit menular.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan

atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang diantaranya berupa:

1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dikonsumsi

secara luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan

dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan mahlik hidup lain dan

menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian,

peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.

5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor dan cara

memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program

kesehatan lingkungan.

2. Beberapa Pengertian Tentang Survai

a. Menurut Zikmund

Survai adalah satu bentuk teknik survai di mana informasi dikumpulkan dari

sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan. Satu cara


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam

suatu sampel.(Hasan Mustafa,2001)

b. Menurut Bailey

Survai merupakan satu metode survai yang teknik pengambilan datanya

dilakukan melalui pertanyaan tertulis atau lisan.(Hasan Mustafa,2001)

c. Wikipedia.org

Survai adalah pemeriksaan atau survai secara komprehensif.

C. Indikator-indikator Yang Mempengaruhi Kesehatan Lingkungan

Menurut Dr.Budiman Chandra, ada beberapa indikator yang dapat

mempengaruhi kesehatan lingkungan. Diantaranya:

1. Sanitasi Sumber Air

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

Sekitar tiga per empat tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa meminum air. Selain itu air juga

digunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran. Air

juga digunakan intuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran,

tempat rekreasi, transportasi, dan lai-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang

manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air.kondisi tersebut

tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume

rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter

atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi bergantung pada keadaan

iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.

2. Makanan dan Minuman

Makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak

termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk

pengobatan. Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk

kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit

yang diskibatkan oleh makanan.

Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat

dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, kebiasaan

mengolah makanan secara tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak

bersih, dan tidak memenuhi persyaratan sanitasi.

Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk

kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya

keracunan dan penyakit pada pada manusia. Dengan demikian, tujuan

sebanarnya dari upaya sanitasi makanan antara lain:

1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan.

2. Mencegah penularan wabah penyakit.

3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan.

3. Sampah Padat

Berbagai aktivitas manusia yang dilakukan untuk memenuhi

kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang

lain dari sumber daya alam. Selain menghasilkan barang yang doikonsumsi,

iktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak

dibutuhkan oleh manusia. Bahan buangan makin hari makin banyak. Hal ini

erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumkah penduduk disatu pihak,

dan dipihak lain dengan ketersediaan ruang hidup manusia yang relatif tetap.

Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal ari kegiatan manusia dan

tidak terjadi dengan sendirinya.

a. Pengelompokkan Sampah

Sampah dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan

sifat dan sumbernya, diantaranya:

1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

a. Organik, misalnya, makanan, daun, sayur, dan buah.

b. Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.

2) Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

a. Mudah terbakar, misalnya, kertas, plastic, daun, kayu.

b. Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

3) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

a. Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan

sebagainya.

b. Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

4) Berdasarkan cirri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat

terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses

pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini

dapat ditemukan di tempat pemukinan, rumah makan, rumah sakit,

pasar, dan sebagainya.

b. Rubbish, terdiri atas rubbish yang mudah terbakar misalnya, kertas,

kayu, karet, dan daun kering. Dan rubbish yang tidak mudah

terbakar, misalnya, besi, kaleng, dan lain-lain.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industry.

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas

mesin atau manusia.

e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dsb) yang

mati akibat kecelakaan atau secara alami

f. House hold resufe, atau sampah campuran, yang berasal dari

perumahan.

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

h. Demolision waste, berasal dari sisa-sisa pembangunan gedung.

Contructions waste, berasal dari sisa-sisa pembangunan gedung,

misalnya, tanah, batu dan kayu.

i. Sampah industri, berasal dari pertaanian, perkebunan dan industri.

j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organik, pada pintumasuk pengolahan limbah

cair.

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti kaleng, dan zat radioaktif.

4. Limbah Cair

Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun jenis sampah

(waste) adalah zat-zat ayau benda yang berasal dari rumah maupun sisa-sisa

proses industry. Secara umum limbah cair dibagi menjadi:

1. Human excreta (feses dan urine)

2. Sewage (air limbah)

3. Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri)

5. Kondisi Perumahan

Rumah yang baik terdiri dari rumah yang dilengkapi dengan berbagai

fasilitas pendukungnya, seperti srana jalan, saluran air kotor, tempat sampah,

sumber air bersih, lampu jalan, tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat

ibadah, balai pertemuan dan pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

banjir. Standar arsitektur terutama untuk perumahan umum (public hosting)

pada dasarnya ditunjukkan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik

dalam bentuk disain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya untuk agar

dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah

tinggal yang sehat dan menyenangkan.(Budiman chandra,2007)

a. Kriteria Rumah Sehat

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residantal Environment

dari WHO (1974), yaitu:

1) Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan dapat berfungsi

sebagai tempat istirahat.

2) Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci,

kakus, dan kamar mandi.

3) Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4) Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi

penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.

5) Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

6) Memberikan rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri.

D. Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia.

Sebagai salah satu Negara berkenbang dengan jumlah penduduk lebih dari 200

juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks

terutama di kota-kota besar, hal tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya:


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

1) Urbanisasi Penduduk

Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke

kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau jawa dan

terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-

bondong dating ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti

pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan

menjadi pengemis, dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung

membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungaan, sepeerti

munculnya pemukiman kumuh dimana-mana.

2) Tempat Pembuangan Sampah

Mampir di setiap tempat di Indonesia, sistempembuangan sampah dilakukan

dengan cara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan

sampah semacam ibi memerlikan lahan yang cukup luas, juga menyebabkan

pencemaran tanah, udara, dan air selain lahannya juga dapat menjadi tempat

perkembangbiakan agens dan vektor berbagai penyakit menular.

3) Penyediaan Sarana Air Bersih

Berdasarkan hasil survai yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk

Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk

perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lainnya. Bila

musim kemarau, krisis air dapat terjadi penyakit gastroenteritis muncul di

mana-mana.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

4) Pencemaran Udara

Tingkat pencemaran udara di Indonesia telah melewati nilai ambang batas

normal, terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor.

Selain itu, hamper setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan

sampaii ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian

dan perkebunan.

5) Pembuangan Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga

Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari industry maupun rumah

tangga dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau

laut. Ditambah lagi dengan kebiadaan penduduk melakukan kegiatan MCK di

bantaran sungai yang berakibat menurunnya kualitas air apabila digunakan

sebagai air baku memerlukan biaya yang tinggi.

6) Bencana Alam/pengungsian

Genpa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di

Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah

banyak permassalahan kesehatan lingkungan.

7) Perencanaan Tata Kota dan Kebijakan Pemerintah

Perencanaa tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan

masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat

pemukinan, gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya

banjir, pencemaran udara, air dan tanah serta masalah sosial lain.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

BAB III

METODOLOGI SURVAI

A. Jenis Survai

Survai ini merupakan survai Deskriptif yang berupa survai sanitasi.

B. Tempat Dan Waktu

Survai dilaksanakan di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi.

Pelaksanaan survai dilakukan pada hari minggu tanggal 22 Januari 2012 selama 1

hari.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam survai ini adalah seluruh kepela keluarga yang ada di

desa Pakuli yang berjumlah 1021 Kepala Keluarga dan tersebar di 3 Dusun.

2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam peneletian ini adalah sebagian dari kepala

keluarga yang ada di desa pakuli yang memiliki kesempatan yang sama untuk

menjadi sampel, dalam hal ini kami mengambil sampel sebanyak 30% dari

jumlah populasi yang ada.

Jumlah sampel yang akan diteliti sebanhyak 30% dari jumlah populasi

kepala keluarga di desa pakuli yang berjumlah 306 kepa;a keluarga yang

tersebar ke dalam 3 dusun, dengan perhitungan:


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

%
= x jumlah populasi
%

%
= x 1021
%

= 306 Kepala keluarga

Jadi, jumlah sampel yang akan diteliti berjumlah 306 Kepala Keluarga,

yang diambil secara acak dan tersebar ke dalam 3 dusun.

D. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung di lapangan yang dikumpulkan dari

kuisioner yang berisi pertanyaan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari instansi pemerintahan setempat,

dalam hal ini kantor desa pakuli.

E. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan menggunakan distribusi frekuensi yang

direkapitulasi ke dalam sebuah master table dan akan dijelaskan dengan narasi.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil survai yang telah kami lakukan di desa pakuli pada tanggal 23

januari 2012 maka diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

A. Kondisi Umum

Desa pakuli adalah salah Satu desa di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi

Biromaru yang terletak di sebelah selatan dari Kota Palu. Luas wilayahnya ±

4.000 m2 yang berbatasan dengan :

1. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Simoro

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Palolo

3. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Pandere

4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Bangga

B. Sarana Penyediaan Air Bersih

Tabel 1.1b: Distribusi penduduk nerdasarkan kepemilikan


Sarana Penyediaan Air bersih

SAB Jumlah %
Memiliki 259 84,64
Tdk memiliki 47 15,36
Jumlah 306 100

Dari hasil survai didapatkan data bahwa 84,64% rumah di Desa Pakuli telah

memiliki sarana penyediaan air bersih. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat

desa Pakuli sebagian besar telah memnuhi kebutuhan air bersih setiap harinya.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Sedangkan rumah yang belum memiliki sarana penyediaan air bersih sebanyak

15,36 % .

Ketersediaan air bersih yang mencukupi adalah salah satu faktor utama

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karena ditinjau dari sudut

ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan

timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu

per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut

bervariasi bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan

masyarakat. Maka dari itu , sarana penyediaan air bersih menjadi kebutuhan yang

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat.

Tabel 1.2b: Distribusi penduduk berdasarkan jenis sarana penyadiaan air


bersih yang dimiliki

Jenis SAB Jumlah %


SGL 3 1,15
SPT dangkal 6 2,31
PAM 53 20,46
Lain-lain (perpipaan) 87 76,08
Jumlah 259 100

Masyarakat desa Pakuli sebagian besar belum memiliki sarana penyediaan air

bersih tersendiri untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Ini terlihat dari hasil

survai yang menunjukan bahwa 87,06% warga masih menggunakan Air perpipaan

yang berasal dari pegunungan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Sistem perpipaan merupakan cara penyaluran air dari sumber air seperti

mata air, sungai, danau, waduk, dan sebagainya dengan menggunakan pipa yang

di distribusikan ke rumah-rumah penduduk. Ditinjau dari sudut pandang kesehatan

lingkungan sistem perpipaan kurang baik untuk dipergunakan karena memililiki

sejumlah kerugian, diantaranya:

1. Pipa-pipa dalam keadaan kosong pada saat darurat.

2. Penduduk harus menyediakan tempat penampungan air yang terkadang dapat

tercemar jika cara penyimpanan kurang baik.

3. Pada keadaan pipa sedang kosong akan terjadi tekanan negatif yang disebut

back siphoning. Akibat tekanan ini, bakteri dan gas beracun dapat terisap

kedalam pipa-pipa yang bocor yang selanjutnya dapat menimbulkan wabah

penyakit pada masyarakat

Sistem perpipaan yang digunakan masyarakat pakuli bersumber dari

pegunungan yang mana pada saat hujan, keadaan air menjadi memprihatinskan.

Kondisi ini tidak baik bagi kesehatan manusia, hal ini dikarenakan pada saat hujan

turun, unsur-unsur polutan yang berada di udara, ikut bersama air hujan masuk

kedalam tanah dan mencemari air. Sehingga air yang sampai kerumah warga,

mengandung zat-zat polutan yang berbahaya bagi kesehatan seperti Gas CO, CO2,

NO, Carbon, HidroCarbon, Aldehid, dan Pb. Selain itu, air hujan yang turun akan

menghanyutkan berbagai zat dan mikroorganisme bersama tanah masuk kedalam

air, sehingga air menjadi tercemar dengan mikroorganisme dan zat-zat lain
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

didalam tanah seperti Fe, S, Kalsium, dan pasir yang menyebabkan air menjadi

keruh.

Tabel 1.3b : Distribusi penduduk berdasarkan


cara memperoleh air bersih

Cara mendapat Air Jumlah %


Sungai 12 23,40
Mata Air 10 21,27
Sumur tetangga 16 34,06
Lain-lain 10 23,27
Jumlah 47 100

Dari tabel di atas didapatkan bahwa 47 rumah tidak memiliki sarana

penyediaan air bersih. Mayoritas warga memperoleh air melalui sumur milik

tetangga yaitu sebesar 34,06%. Dengan kondisi dan cara memperoleh air seperti

ini, maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan air bersih tidak dapat terpenuhi

dengan baik, sebab pasokan air tidak dapat dipastikan aka nada dan cukup suntuk

memenuhi kebutuhan air bersih setiap saat.

Sementara itu, 21,27% memperoleh dari mata air, 23,40 memperoleh dari

sungai, dan 23,27% memperoleh dari sumber-sumber lainnya. Sama halnya

dengan memperoleh air dari sumur tetangga, memperoleh air dari sungai dan mata

air selain air yang diperoleh berpotensi tercemar bakteri, cara seperti ini juga

kurang efisien untuk digunakan, sebab akan membutuhkan waktu yang cukup

banyak unutuk mengumpulkan air dari sumber-sumber tersebut dan selain itu juga

harus memaksa warga untuk menyediakan tempat penampungan air dengan


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

kondisi yang baik, sebab jika tidak tempat penampungan air yang kurang baik

akan berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk.

Tabel 1.4b: Distribusi penduduk berdasarkan Jarak Antara Rumah


Warga Dengan SAB

Jarak (m) Jumlah %


<100 44 14,3
100-300 22 7,18
>300 46 15,03
Lain-lain 194 63,49
Jumlah 306 100

Hasil survai menunjukkan jarak yang bervariasi antara rumah penduduk

dengan sumber air bersih. Mayoritas rumah di desa pakuli berjarak cukup jauh

dengan sumber air, hal ini disebabkan karena hampir semua rumah menggunakan

air dari sumber yang sama yang disalurkan dengan sistem perpipaan ke setiap

rumah.

Faktor jarak sebenarnya menjadi hal yang penting, semakin jauh jarak rumah

dengan sumber air maka pemenuhan kebutuhan air bersih akan semakin sulit

dilakukan. Semakin jauh jarak rumah dengan sumbar air maka akan lebih

menyulitkan dalam hal pengangkutan atau penyaluran air sampai ke rumah. Selain

itu jarak yang terlalu jauh sangat tidak efisien, karena akan menguras tenaga yang

lebih banyak dan memerlukan biaya yang cukup besar.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Taberl 1.5b: Distribusi penduduk berdasarkan Jarak


Antara SABDengan Septic Tank

Jarak (m) Jumlah %


<10 241 78,7
>10 42 13,7
<20 10 3,2
>20 13 4,4
Jumlah 306 100

Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa masih banyak rumah di desa pakuli

yang belum memahami tata cara pembuatan septic tank, dimana masih 78,7%

rumah yang membangun septic tank dengan jarak kurang dari 10 meter dari

sumber air.

Idealnya antara jarak septic tank dengan sarana air bersih sekurang-

kurangnya 10 meter, ini dikarenakan bakteri yang ada di dalam septic tank

memiliki kemampuan untuk menembus tanah ke depan sejauh 10 meter dank ke

bawah sejauh 3 meter. Jika letak septic tank kurang dari 10 meter maka bisa

dipastikan sumber air akan tercemar oleh bakteri yang berasal dari septic tank,

salah satunya adalah bakteri E.coli yang dapat menyebabkan penyakit diare.

Sedangkan sebagian kecil rumah yang membangun septic tank lebih dari 10

meter dengan sumber air, kondisi inilah yang baik dan sesuai dengan persyaratan

sanitasi.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Tabel 1.6b: Distribusi penduduk menurut Kondisi Fisik Sarana Air Bersih

Kondisi Jumlah %
Baik 258 84,3
Kurang Baik 38 15,7
Jumlah 306 100

Dari tabel di atas kami mendapatkan data tentang kondisi fisik sarana air

bersih yang ada di desa pakuli, 84,3% rumah memiliki sarana air bersih yang

masih dalam keadaan baik, sedangkan 15,7% kondisi sarana air bersih sudah tidak

baik lagi.

Kondisi sarana air bersih sangat berpengaruh terhadap kualitas air bersih,

sebab melalui sarana tersebut air dapat diperoleh dan disalurkan ke rumah-rumah.

Kondisi sarana air yang buruk akan memungkinkan air dapat tercemar dan

terkontaminasi dengan berbagai macam bakteri dan zat-zat lain yang

membahayakan tubuh, contoh kondisi sumur air yang buruk dan tidak tertutup

akan menyebabkan air sumur terkontamunasi dengan bakteri dan zat-zat

berbahaya dari luar sumur, dan akan menyebabkan air menjadi keruh.

Tabel 1.7b: Distribusi penduduk berdasarkan Kualitas Air Bersih

Kondisi Air Jumlah %


Tampak jernih 276 90,1
Berwarna 10 3,2
Berbau 7 2,2
Keruh 13 4,5
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Dari hasil survai didapatkan data sebesar 90,1% kondisi air bersih di desa

pakuli tampak jernih, dengan tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak keruh.

Secara fisik, air yang dikatakan bersih adalah air yang bebas dari kekeruhan,

tidak berwarna, dan tidak berbau. Air yang berwarna biasanya disebabkan

tingginya kandungan unsur besi di dalam air tersebut, sedangkan air yang berbau

biasanya disebabkan oleh unsur Blerang atau Sulfur yang terlalu banyak, dan air

yang keruh pada umumnya dikarenakan air mengandung zat padat terlarut yang

berlebihan, seperti pasir dan lumpur. Zat-zat tersebut tidak boleh terlalu banyak

terdapat di dalam air. Karena akan menimbulkan berbagai efek negatif terhadap

tubuh manusia. Oleh karena itulah seharusnya di dalam air bersih harus terbebas

dari zat-zat tersebut.

C. Pembuangan Kotoran Manusia

Tabel 1.1c: Kepemilikan Jamban Keluarga (JAK)

Kepemilikan JAK Jumlah %


Memiliki 202 66
Tidak 104 34
Jumlah 306 100

Data di lapangan menunjukkan 66% rumah telah memiliki jamban keluarga.

Ini mengindikasikan bahwa masih ada 34% rumah di desa pakuli yang buang air

tidak menggunakan jamban, artinya rumah yang tidak membuang air di jamban

akan membuang air dengan cara yang tidak sehat.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Membuang air dengan cara yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai

permasalahan kesehatan lingkungan, diantaranya pencemaran air, menyebabkan

timbulnya berbagai penyakit, seperti diare, dan akan mengundang bau busuk yang

sangat mengganggu.

Tabel 1.2c: Distribusi penduduk berdasarkan jenis jamban yang dimiliki

Jenis Jamban Jumlah %


Leher Angsa 190 94
Plengseran 10 4,9
Cemplung 2 1,1
Lain-lain 0 0
Jumlah 202 100

Dari hasil survai diketahui bahwa 94% jamban yang keluarga di desa pakuli

menggunakan hamban jenis leher angsa, sedangkan sisanya menggunakan jenis

plengseran dan cemplung, yaitu 4,9% dan 1,1%.

Secara sanitasi, jamban tipe leher angsa memiliki kelebihan dibandingkan

jenis yang lain, jamban tipe leher angsa memiliki mangkuk yang berisi air pada

bagian bawahnya sehingga tinja yang dibuang tidak menimbulkan bau busuk di

dalam WC, selain itu tinja yang di buang akan ditampung ke dalam septic tank,

sehingga tinja terisolasi dan tidak dapat mengontaminasi mahluk hidup yang ada di

sekitarnya. Berbeda dengan tipe iannya seperti tipe plengseran dan cemplung, pada

jamban tipe cemplung tempat penampungan tinja atau septic tank berada di bawah

dudukan jambah, sehingga tinja akan langsung jatuh ke bawah. Kondisi ini tidak
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

sehat, sebab bau busuk dari tinja akan sangat mengganggu dan akan menjadi

sumber berbagai penyakit.

Tabel 1.3c: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan


membuang air besar

Tempat Pembuangan Kotoran Jumlah %


Semak-semak 7 6,7
Kebun 3 2,8
Saluran Air 48 46,1
Lain-lain 46 44,4
Jumlah 104 100

Data yang diperoleh di lapangan didapatkan bahwa diantara 104 rumah yang

tidak memiliki jamban terdapat 46,1% rumah yang biasa membuang air besar di

saluran air, seperti sungai dan parit, 44,4% membuang kotoran di tempat lain, dan

sebagian kecil biasa membuang air besar di kebun dan semak-semak, yaitu 2,8%

dan 6,7%.

Kebiasaan buang air besar di tempat-tempat terbuka memberikan dampak

yang kurang baik bagi lingkungan dan manusia. Kebiasaan buang air besar di

saluran air akan menyebabkan tercemarnya air dengan tinja manusia yang banyak

mengandung bakteri E coli, selain itu membuang air di kebun dan semak-semak

dapat menimbulkan bau busuk dari tinja yang kemudian akan dihinggapi lalat

yang dapat menularkan berbagai penyakit.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Tabel 1.4c. KK menurut Kondisi Jamban keluarga (JAGA)

Kondisi Jamban Jumlah %


Baik dan terpelihara 145 71,7
Baik tapi kurang terpelihara 51 25,2
Rusak tapi tetap digunakan 4 1,9
Rusak dan tidak digunakan 2 1,2
Jumlah 202 100

Dari tabel di atas diketahui kondisi kamban keluarga yang ada di desa

pakuli, yaitu 71,7% dalam kondisi baik dan terpelihara, 25,2% dalam kondisi baik

dan kurang terawat, sedangkan sesanya dalam kondisi rusak.

Jamban yang sehat merupakan jamban yang selalu dalam keadaan bersih dan

terpelihara, meliputi kondisi fisik bangunan dan kondisi air bersih. Jamban yang

tidak bersih dan terpelihara akan menimbulkan berbagai gangguan bagi kesehatan,

misalya, jamban yang jarang dibersihkan lantainya akan licin dan dapat

menyebabkan kecelakaan.

D. Pembuangan Sampah

Tabel 1.1d: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan membuang Sampah

Tempat Pembuangan Sampah Jumlah %


Pekarangan rumah 181 59,1
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 43 14
Selokan 10 3,2
Lain-lain 72 33,7
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Hasil survai menunjukkan kondisi pengelolaan sampah di desa pakuli masih

kurang baik. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk membuang

sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) masih sangat munim, yaitu hanya

14%, sementara itu, jumlah warga yang membuang sampah di pekarangan

mencapai 59,1%, sedangkan 3,2% membuang sampah di selokan dan 23,7% warga

membuang ke tempat-tempat lain.

Membuang sampah yang sesuai dengan peryaratan sanitasi adalah

membuang di tempat pembuangan sampah khusus atau TPS, tempat khusus

pembuangan ssampah biasanya dilengkapi dengan penutup, sehingga sulit untuk

dihinggapi lalat dan juga bau sampah yang menyengat tidak sampai ke rumah

penduduk. Berbeda halnya jika sampah hanya dibuang di pekarangan rumah,

sampah yang dibuang di pekarangan rumah akan mudah berserakan jika ditiup

angin, selain itu, sampah yang berada di pekarangan akan mudah dihinggapi lalat

yang dapat menjadi vektor berbagai penyakit, dan juga kurang baik karena dapat

dijangkau oleh anak-anak yang bermain di pekarangan.

Hasil survai juga mendapati 3,2% masyarakat pakuli biasa membuang

sampah rumah tangga mereka di selokan atau sungai. Prilaku semacam ini tidak

baik untuk dilakukan, sebab akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan

lingkungan, diantaranya:

1. Dapat menyumbat aliran air yang ada di selokan sehingga menimbulkan

genagan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

2. Sampah yang di buang ke sungai akan menyebabkan pendangkalan sungai,

terutama sampah anorganik.

3. Adanya sampah akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme pengurai,

sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air akan berkurang dan akan

menganca, kehidupan biota air.

4. Mengurangi keindahan dan kebersihan lingkungan.

Tabel 1.2d: distribusi penduduk berdasarkan Kondisi


Tempat Penampungan Sampah

Kondisi Tempat sampah Jumlah %


Baik 75 24,5
Tidak Baik 231 75,5
Jumlah 306 100

Tabel diatas menunjukkan 75,5% kondisi tempat penampungan sampah

dalam kondisi yang tidak baik, sedangkan yang rumah dengan kondisi

penampungan sampah yang masih baik sebesar 24,5%.

Tempat penampungan sampah yang tidak baik akan menimbulkan berbagai

dampak yang kurang baik, tempat sampah akan mudah untuk dihinggapi lalat dann

sudah pasti akan menimbulkan bau busuk.

Tabel 1.3e: Distribusi penduduk berdasarkan


Kebiasaan Membuang Sampah

Kebiasaan Jumlah %
Menampung Sampah sebelum di buang 203 63,3
Tidak Menampung Sampah Sebelum dibuang 103 33,7
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Hasil survai mendapati 63,3% rumah di desa pakuli selalu menampung

sampah terlabih dahulu sebelum dibuang, sedangkan 33,7% tidak menampung

sampah sebelum dibuang.

Sampah yang ditampung sebelum dibuang dapat menimbulkan bau busuk

yang mengundang lalat yang bias menjadi vektor dari berbagai macam penyaki,

teruttama jenis sampah basah yang sangat mudah membusuk. Untuk itulah

sebaiknya sampah segera dibuang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

tersebut.

Tabel 1.3f: Distribusi penduduk berdasarkan kabiasaan memisahkan sampah

Kebiasaan Jumlah %
Memisahkan Sampah kering dan basah 72 23,5
Tidak memisahkan sampah kering dan basah 234 76,5
Jumlah 306 100

Tabel diatas menunjukkan masih cukup banyak rumah di desa pakuli yang

tidak memisahkan sampah kering dan basah sebelum dibuang yaitu mencapai

76,5%, sementara baru 23,5% yang memisahkan sampah basah dengan sampah

kering sebelum di buang.

Tujuan dari memisahkan sampah sebelum dibuang ialah untuk

mempermudah proses pembusukan sampah itu sendiri, selain itu juga pemisahan

sampah akan mempermudah jika akan melakukan pengolahan sampah lebih lanjut,

seperti pembuatan kompos dan kerajinan daur ulang. Sampah yang tidak dipisahkan
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

dahulu sebelum dibuang akan sulit untuk mengalami penguraian oleh bakteri,

kondisi inilah yang dapat mempercepat peningkatan volume sampah.

Tabel 1.3g: Distribusi penduduk menurut kebiasaan membuang


sampah setiap hari

Kebiasasan Jumlah %
Membuang sampah setiap hari 216 70,5
Tidak membuang sampah setiap hari 90 29,5
Jumlah 306 100

Tabel distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan membuang sampah

menunjukkan 70,5% rumah di desa pakuli rutin membuang sampah setiap hari,

sedangkan 29,5% tidak rutin membuang sampah setiap hari.

Kebiasaan membuang sampah setiap hari akan membuat rumah menjadi

bersih dan indah, berbeda halnya jika sampah tidak rutin dibuang, maka

menyebabkan bau busuk yang akan dihinggapi lalat dan menimbulkan berbagai

penyakit, selain itu, secara estetika sampah yang tidak dibuang setiap hari akan

mengurangi keindahan dan tidak mencerminkan jiwa yang sehat dari penghuninya.

E. Kondisi Perumahan

Tabel 1.1e: Distribusi penduduk berdasarkan Kondisi bangunan Rumah

Kondisi Rumah Jumlah %


Permanen 170 55,5
Semi permanen 100 32,6
Darurat 6 1,9
Lain-lain 30 9,8
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Rumah yang sehat merupakan rumah yang mampu melindungi penghuninya

dari berbagai ancaman yang ada di luar rumah, seperti, bahaya pencemaran,

terkena hujan, sinar matahari, kedinginan, serangan binatang buas, dan lain-lain.

Tentu saja untuk mewujudkan rumah tersebut harus ditunjang dengan bahan baku

rumah atau material rumah yang kokoh dan dapat melindungi dari berbagai

gangguan.

Hasil data yang diperoleh dari survai di desa pakuli didapatkan baru 55,5%

rumah di desa pakuli yang merupakan rumah permanen, sedangkan sissanya

merupakan rumah semi permanen 32,6%, dan rumah darurat 1,9%. Jika ditinjau

menurut kriteria rumah sehat yang ditetapkan oleh WHO, rumah yang ideal adalah

rumah yang permanen, sesab rumah permanen merupakan rumah yang dibangun

dengan perencanaan jangka panjang yang sudah pasti menggunakan material yang

mampu dan kokoh untuk bertahan dalam jangka waktu panjang.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Tabel 1.2e: distribusi penduduk berdasarkan bahan material Rumah

Material Rumah Bahan Jumlah %


Atap Rumbia 24 7,8
Genteng 9 2,9
Seng 270 88,2
Sirap 3 0,9
Jumlah 306 100
Lantai Papan 7 2,2
Tanah 19 6,2
Semen 271 88,5
Tegel/keramik 19 6,2
Jumlah 306 100
Dinding Papan 74 24,1
Batu bata 11 3,5
Pitate/anyaman bambu 15 4,9
Tembok 206 63,3
Jumlah 306 100

Selain itu, ditinjau dari segi material rumah yang ada di desa pakuli didapati

sebagian besar rumah memakai atap yang terbuat dari seng sebanyak 88,2%,

sedangkan sisanya menggunakan atap rumbia 7,8%, atap genteng 2,9% dan atap

sirap 0,9%. Atap rumah yang baik harus dapat melindungi dari bahaya yang ada di

luar rumah dan juga tidak berpotensi menimbulkan kecelakaan. Jika di tinjau dari

kedua hal tersebut maka atap yang paling ideal adalah atap seng, sebab atap seng

lebih kuat dan ringan. Sedangkan atap jenis lainnya seperti genteng memiliki

bobot yang lebih berat dan mudah pecah sehingga berpotensi menimbulkan

kecelakaan seperti tertimpa genteng. Atap rumbia juga tidak baik untuk digunakan
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

sebagai atap rumah karena atap jenis ini tidak tahan lama dan harus sering

diperbaharui.

Hasil survai mendapati kondisi lantai rumah di desa pakuli 88,5% lantai di

semen, sedangkan sebagian kecil menggunakan tegel 6,2%, papan 2,2%, dan ada

juga yang masih berlantaikan tanah sebanyak 6,2%. Kriteria lantai yang saniter

harus bebas dari kondisi yang berpotensi terjadinya kecalakaan bagi penghuni

rumah, selain itu lantai juga harus bebas dari kontaminasi bakteri-bakteri penyebab

berbagai macam penyakit.

Lantai yang ideal adalah lantai yang terbuat dari kubin atau tegel, sebab

lebih kuat dan tidak disukai oleh bakteri untuk bertahan hidup. Berbeda dengan

lantai tanah yang kondisinya selalu lembab akan mempercepat perkembangbiakan

bakteri, sehingga penghuni rumah berpotensi terserang berbagai penyakit. Rumah

di desa pakuli sebagian besar menggunakan lantai semen, lantai semen kurang baik

untuk digunakan sebab lantai semen licin dan dapat menyebabkan terpelesat.

Selain lantai dan atap dinding rumah juga penting diperhatikan, karena

dinding rumah berfungsi untuk melindungi penghuninya dari berbagai gangguan,

Idealnya konstruksi dinding harus kuat dan kokoh serta terbuat dari bahan yang

tidak membahayakan kesehatan manusia.hasil survai menunjukkan hasil yang

cukup baik, dimana mayoritas dinding rumah terbuat dari tembok yaitu sebesar

67,3%. Dinding yang terbuat dari tembok memiliki kekuatan yang lebih besar

dibandingkan dengan dinding yang terbuat dari bata dan papan, tembok yang
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

terbuat dari papan kurang maksimal dalam melindungi penghuninya dari gangguan

di liar rumah dan tembok papan mudah terbakar sehingga kurang aman digunakan.
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Tabel 1.3e: Distribusi penduduk berdasarkan Kondisi ventilasi

Kondisi Jumlah %
Baik 275 89,8
Tidak Baik 31 10,2
Jumlah 306 100

Ventilasi merupakan komponen yang penting di dalam sebuah rumah, hasil

survai mendapatkan data sebesar 89% kondisi ventilasi rumah yang ada di desa

pakuli dalam keadaan yang baik, sedangkan sisanya 10,2% dengan kondisi yang

kurang baik.

Fungsi ventilasi yang paling utama adalah sebagai tempat pertukaran udara

antara udara luar dengan udara di dalam rumah. Kondisi ventilasi yang kurang

baik akan mengakibatkan sirkulasi udara menjadi kurang baik, sehingga suplay

oksigen di dalam rumah menjadi berkurang dan udara di dalam rumah menjadi

pengap. Sirkulasi udara melalui ventilasi juga menyebabkan bakteri, virus, serta

bibit penyakit yang bertebaran di dalam rumah akan terbawa keluar dan digantikan

dengan udara yang baru, Jika sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, maka

penularan penyakit akan semakin mudah dan cepat.

Tabel 1.4e: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan membuka Jendela

Kondisi Jendela Jumlah %


Dibuka setiap hari 280 91,5
Tidak dibuka setiap hhari 26 8,5
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Data pada tabel 1.4d menunjukkan 91,5% rumah di desa pakuli rutin

membuka jendela setiap hari, sedangkan 8,5% tidak rutin membuka jendela setiap

hari.

Fungsi utama jendela ialah sebagai tempat masuknnya cahaya mataharii ke

dalam rumah. Cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah akan mematikan

bakteri, virus, dan bibit penyakit yang ada di dalam rumah. Rumah yang mendapat

pencahayaan matahari dengan baik maka angka kuman di dalam rumah tersebut

akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan rumah yang tidak rutin membuka

jendela rumah.

Tabel 1.5e:Distribusi penduduk berdasarkan kondisi


Pencahayaan di dalam rumah

Kondisi Pencahayaan Jumlah %


Masuk ke dalam rumah 286 93,4
Tidak masuk ke dalam rumah 20 6,6
Jumlah 306 100

Dari hasil survai didapatkan jumlah rumah dengan kondisi pencahayaan

yang baik sebesar 93,4%, sedangkan sisanya 6,6% dengan kondisi pencahayaan

yang kurang baik.

Di dalam rumah yang sehat diperlukan pencahayaan yang baik, cahaya yang

masuk di dalam rumah, khususnya cahaya matahari berperan dalam membunuh

mikroorganisme yang ada di dalam rumah, seperti bakteri, virus, dan bibit penyakit,

sehingga keadaan rumah lebih steril. Berbeda dengan rumah yang kurang mendapat
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

pencahayaan maka pertumbuhan mikroorganisme di dalam rumah akan lebih tinggi

di bandingkan dengan rumah yang mendapatkan pencayaan yang baik.

Pencahayaan di dalam rumah sangat dipengaruhi oleh keberadaan

jendela, agar rumah mendapat pencahayaan yang baik maka perlu didukung dengan

jendela yang baik. Jendela rumah harus rutin dibuka setiap hari terutama diwaktu

pagi hari, selain itu luas jendela rumah minimal 15% dari luas lantai rumah.

Tabel 1.6e: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan


membersihkan rumah

Kebersihan Rumah Jumlah %


Dibersihkan setiap hari 300 98
Tidak dibersihkan setiap hari 6 2
Jumlah 306 100

Tabel di atas menunjukkan distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan

membersihkan rumah masyarakat di desa pakuli. Dari hasil survai diketahui bahwa

98% rumah di desa pakuli rutin membersihkan rumah setiap hari, sedangkan 2%

tidak membersihkan rumah setiap hari.

Rumah yang selalu dibersihkan merupakan salah satu criteria rumah yang

sehat, karena dengan rutin membersihkan rumah akan membuat keadaan rumah

senantiasa bersih. Kondisi rumah yang bersih juga akan mempengaruhi kondisi

kesehatan penghuni rumah, sebab salah satu indikator penting didalam mengukur

derajat kesehatan lingkungan adalah dilihat dari kebersihan lingkungan.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Selain karena alasan kesehatan, membersihkan rumah juga erat kaitannya

dengan estetika, sebab rumah yang jarang dibersihkan akan menimbulkan rasa tidak

nyaman terhadap penghuni rumah dan orang lain.

Tabel 1.7d: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan


membuang kotoran bayi

Pembuangan kotoran bayi Jumlah %


Dibuang di Jamban 91 29,7
Tidak dibuang di jamban 215 70,3
Jumlah 306 100

Tabel diatas menunjukkan masih tingginya jumlah rumah di desa pakuli

yang tidak membuang kotoran bayi di jamban, yaitu 70,3%. Membuang kotoran di

sembarang tempat juga akan menimbulkan dampak kurang baik bagi lingkungan,

sama halnya dengan tinja orang dewasa, membuang tinja bayi badan air dapat

menyebabkan pencemaran air, selain itu membuang tinja bayi di sembarang tempat

juga akan mengundang lalat yang merupakan vktor berbagai penyakit.

F. Sanitasi Makanan

Tabel 1.1f: distribusi penduduk berdasarkan kepemilikan Tempat Pengolahan


Makanan

Tempat pengolahan makanan Jumlah %


Ada dan dalam keadaan bersih 234 76,4
Tidak ada 50 16,3
Ada tetapi kurang bersih 22 7,1
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Hasil survai di desa pakuli menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang

cukup tinggi dalam memperhatikan kualitas makanan. Dapat dilihat dari hasil

survai menunjukkan 92,9% rumah di desa pakuli memiliki tempat pengolahan

makanan secara khusus. Hal ini penting, karena pengolahan makanan secara khusus

akan menghindari makanan dari kontaminasi terhadap hal-hal yang dapat

mengganggu kualitas makanan.

Tablel 1.2f: distribusi penduduk berdasarkan kepamilikan


Tempat khusus menyimpan bahan makanan

Tempat penyimpanan makanan Jumlah %


Ada dan tertutup 200 65,3
Tidak ada 96 31,3
Ada tapi tidak tertutup 10 3,2
Jumlah 306 100

Dari hasil survai didapatkan 65,3% rumah telah memiliki tempat khusus

penyimpanan bahan baku makanan dengan keadaan tertutup, 31,3% memilik

dengan keadaan tidak tertutup, dan sisanya tidak memiliki tempat penyimpanan

bahan baku makanan sebanyak 3,2%. Penyimpanan bahan baku manakanan akan

mencegah makanan terkontaminasi dengan bakteri, selain itu bahan baku makanan

yang disimpan dalam tempat khusus seperti kulkas/lemari es akan membuat bahan

makanan lebih awet dan tahan lama.

Kondisi tempat penyimpanan juga akan mempengaruhi kualitas bahan

makanan yang disimpan. Tempat penyimpanan makanan harus dalam keadaan


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

bersih dan tertutup, sebab jika tidak makanan tidak akan terjaga dari kontaminasi

bakteri dan zat-zat yang dapat merusak makanan.

Tabel 1.3f: distribusi penduduk berdasarkan kepemilikan tempat


Penyimpanan Makanan Jadi

Tempat penyimpanan makanan Jumlah %


Ada dan tertutup 258 84,3
Tidak ada 43 14
Ada tapi tidak tertutup 5 1,7
Jumlah 306 100

Data yang diperoleh dari hasil survai menunjukkan 84,3% rumah telah

memiliki tempat penyimpanan makanan jadi dengan kondisi tertutup, 1,7% dengan

kondisi tidak tertutup, dan 14% tidak memiliki tempat penyimpanan makanan jadi.

Makanan yang sudah sampai pada tahap penyajian makanan juga tidak

menutup kemungkinan akan berisiko menimbulkan gangguan bagi tubuh manusia.

Penyajian makanan yang kurang baik maka akan memungkinkan makanan berperan

sebagai vektor dari berbagai penyakit. Penyakit dapat menular diakibatkan berbagai

faktor, diantaranya,

1. Penyajian makanan yang tidak tertutup mengakibatkan makanan dihinggapi

lalat dan berpotensi mengakibatkan penyakit diare

2. Rentang waktu yang terlalu lama antara penyajian dengan mengonsumsi

makanan akan menyebabkan mikroorganisme yang mempercepat pembusukan

makanan akan tumbuh dan berkembang didalam makanan.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

3. Suhu penyimpanan makanan yang tidak sesuai dapat mempercepat

perkembangbiakan mikroorganisme di dalam makanan.

Tabel 1.4f: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan


Penyajian Makanan di atas Meja

Keadaan Makanan Jumlah %


Tertutup 306 100
Tidak tertutup 0 0
Jumlah 306 100

Hasil survai juga menunjukkan kesadaran masyarakat dalam penyajian

makanan cukup tinggi, 98,3% rumah di desa pakuli memiliki tempat penyimpanan

makanan jadi, 100% rumah menggunakan penutup untuk makanan yang disajikan

di atas meja, dan 100% rumah selalu mencuci peralatan makan dengan sabun. Ini

berarti risiko kontaminasi makanan dengan bakteri dan serangga akan berkurang

dan berbagai penyakit akibat makanan dapat diminimalkan jumlahnya.

Tabel 1.5f: distribusi penduduk berdasarkan Kondisi Peralatan Makan

Kondisi peralatan makan Jumlah %


Selalu Bersih 298 97,3
Tidak bersih 8 2,7
Jumlah 306 100
Dicuci dengan sabun 306 100
Tidak dicuci dengan sabun 0 0
Jumlah 306 100

Dari hasi survai didapatkan data tentang kondisi peralatan makan rumah

yang ada di desa pakuli, 97,3% rumah selalu menjaga peralatan makan dalam
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

keadaan bersih, sedangkan 2,7% rumah tidak menjaga kebersihan peralatan makan

setiap saat.

Kondisi peralatan makan haruslah selalu dijaga kebersihannya, sebab,

peralatan makan yang tidak bersih akan menyebabkan makanan yang masuk ke

dalam tubuh terkontaminasi dengan berbagai bakteri yang dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit. Jika peralatan makan dipakai bergantian oleh orang yang

berbada tanpa dicuci terlebih dahulu maka akan memungkinkan terjadiperpindaha

bibit penyakit, maka untuk itulah peralatan makan harus selalu dalam keadaan

bersih.

Hasil survai juga mendapatkan hasil bahwa 100% rumah di desa mpakuli

selalu mencuci peralatan makan dengan sabun. Hal ini sangan penting, peralatan

makan idealnya harus selalu dicuci dengan menggunakan sabun, karena sabun

merupakan disinfektan yang berfungsi untuk mensterilkan peralatan makan agar

terbebas dari mikroorganisme dan zat-zat yang mengotori peralatan makan.

G. Pelayanan Kesehatan

Tabel 1.1g: Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaanTempat Berobat

Tempat berobat masyarakat Jumlah %


Puskesmas 274 89,5
Dokter 3 0,9
Dukun 6 1,9
Bidan/perawat 26 8,4
Jumlah 306 100
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Tabel di atas menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana hamper 100%

masyarakat memilih untuk berobat kepada tenaga medis kesehatan dan ke tempat-

tempat yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, sedangkan masih beberapa

orang memilih berobat secara tradisional melalui dukun, yaitu sebanyak 0,9%.

Kondisi ini akan turut mempengaruhi kesahatan manusia, sebab salah satu

faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang baik melalui tenaga kesehatan yang berkompeten di

bidang kesehatan seperti dokter dan perawat dimungkinkan akan menjamin kualitas

kesehatan masyarakat. Sedangkan pelayanan kesehatan melalui dukun

dikhawatirkan tidak sesuai dengan prosedur kesehatan yang ada, sehingga

dikhawatirkan akan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan masyarakat.

Tabel 1.2g: distribusi penduduk berdasarkan Jarak ke tempat


pelayanan kesehatan

Jarak (m) Jumlah %


>100 256 83,6
<100 50 16,4
Jumlah 306 100

Data dari tabel di atas menunjukkan 83,6% rumah di desa pakuli berjarak

lebih dari 100 meter dengan tempat pelayanan, sedangkan 16,4% rumah berjarak

kurang fari 100 meter dari tempat pelayanan kesehatan.

` faktor jarak dengan tempat pelayanan kesehatan juga memberi pengaruh

terhadap masyarakat, jarak tempat pelayanan kesehatan yang terlalu jauh akan
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

menyebabkan masyarakat sulit untuk manjangkaunya, terutama masyarakat dengan

taraf ekonomi lemah yang tidak memiliki akses kendaraan untuk menuju tempat

pelayanan kesehatan. Selain itu, tingkat pemahaman masyarakat tentang kesehatan

yang masih kurang ditambah dengan jarak yang terlalu jauh akan membuat

masyarakat enggan untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan

Tabel 1.3g: Distribusi penduduk berdasarkan Penyakit yang sering diderita

Jenis penyakit Jumlah %


ISPA 23 7,92
DBD 13 4,2
Diare 42 13,7
Demam 110 47,41
Sakit kepala 38 16,3
Batuk&flu 40 17,24
Sakit perut 4 1,72
Gondok 1 0,43
Bronkhitis 1 0,43
Usus turun 1 0,43
Alergi 3 1,29
Panas dingin 2 0,86
Magh 10 4,31
Tifus 1 0,43
Malaria 6 2,58
Hipertensi 4 1,72
Rematik 1 0,43
Asma 2 0,86
Sakit badan 1 0,43
Gatal-gatal 2 0,86
Jumlah 306 100

Dari hasil survai didapatkan data mengenai distribusi penduduk berdasarkan

penyakit yang sering diderita. Maka kami membagi penyakit tersebut dibagi
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

berdasarkan penyebab penularannya, yaitu penyakit yang ditularkan melalui

lingkungan, penyakit yang ditularkan melalui makanan, penyakit yang ditularkan

melalui kebiasaan hidup, penyakit yang ditularkan melalui makanan, dan penyakit

yang ditularkan melalui keturunan.

Dari hasil survai diketahui bahwa penyakit demam paling banyak diderita,

yaitu 47,41%. Tingginya penderita demam kemungkinan besar diakibatkan musim

penghujan yang sedang terjadi di desa pakuli

Penyakit yang ditularkan melalui lingkungan meliputi penyakit Ispa 7,29%,

demam berdarah 4,2%, malaria 2,58%, diare 13,7%, dan sakit kepala 16,3%.

Kondisi lingkungan yang tidak kondusif akan dapat mempengaruhi kondisi mahluk

hidup di dalamnya, musim penghujan yang sedang terjadi di desa pakuli dapat

menimbulkan banyak genangan air di sekitar rumah penduduk dan menjadi

penyebab perkembangbiakan nyamuk yang merupakan vektor pembaea penyakit

demam berdarah dan malaria. Selain itu kondisi lingkungan yang kurang kondusif

saperti kebisingan dapat menyebabkan sakit kepala.

Begitu juga dengan lingkungan air, masih banyaknya warga yang tidak

memiliki jamban mengakibatkan banyak warga yang membuang air besar

sembarangan sehingga dapat mencemari air yang akan mengakibatkan penyakit

pencernaan seperti diare, selain itu, sarana air bersih yang digunakan masyarakat

belum dapat mencukupi kebutuhan air bersih dengan konsisten, sebab pada musim
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

hujan air menjadi keruh dan tercemar. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan

penularan penyakit diare dapat terjadi.

Pada lingkungan udara, masih banyaknya jumlah keluarga yang melakukan

pembakaran sampah mengakibatkan kondisi udara menjadi kurang sehat, sehingga,

muncul berbagai penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan manusia,

salah satunya adalah Ispa. Selain itu kondisi lingkungan rumah juga mempengaruhi

penularan penyakit Ispa, kebiasaan memakai obat nyamuk bakar dan memakai

kasur yang terbuat dari kapuk juga dapat berpotensi menyebabkan gangguan

pernafasan.

Ada juga penyakit yang diularkan melalui makanan, yaitu sakit perut 1,72%,

alergi 1,29%, magh 4,31%, dan hipertensi 1,72%. Pada umumnya penyakit yang

disebabkan oleh makanan erat kaitannya dengan kebiasaan dan pola makan

seseorang. Sakit magh dapat dipengaruhi kebiasaan makan yang tidak teratur, sakit

perut dipengaruhi kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, alergi

dipengaruhi oleh kebiasaan memakan makanan yang sensitif terhadap kulit yang

dapat menyebabkan alergi, dan hipertensi juga dapat dapat disebabkan kebiasaan

mengonsumsi makaan tertentu yang dapat meninggikan tekanan darah.

Hasil survai juga mendapati beberapa jenis penyakit yang diakibatkan

kebiasaan hidup, seperti, gatal-gatal dapat diakibatkan karena kebiasaan hidup yang

kurang sehat, misalnya jarang mandi. Selain itu lingkungan yang kotor juga dapat

menyababkan gatal-gatal
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com
http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil survai yang kami laksanakan di desa pakuli, dapat

disimpulkan bahwa kondisi kesehatan lingkungan yang ada di desa pakuli belum

memenuhi persyaratan sanitasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar rumah belum

memenuhi seluruh kriteria-kriteria sebagai rumah yang sehat.

B. Saran

1. Kepada dinas kesehatan dan pemerintah setempat

diharapkan memberikan pemahaman kepada masyarakat di desa pakuli tentang

pentingnya kesehatan lingkungan. Selain itu pemerintah setempat disarankan

untuk memberikan bantuan warga masyarakat untuk dapat melakukan usaha-

usaha yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, seperti, pembangunan

jamban keluarga dan pembuatan sarana air bersih.

2. Kepada Institusi

Disarankan agar hasil survai ini dijadikan sebagai rujukan dalam melihat isu-isu

dan fenomena yang terkait dengan kondisi kesehatan lingkungan di daerah

pedesaan guna mempersiapkan tenaga sanitarian yang profesional.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA

Chandra Budiman. pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran,


Jakarta,2007.

http//wikipwdia.org. pengertian survai. Diunduh pada tanggal 12 maret 2012.

Mustafa Hasan. Survai, 2001.


http://atom-green.blogspot.com http://atom-green.blogspot.com

Lampiran

NAMA-NAMA MAHASISWA PRAKTEK SURVAI KESEHATAN


LINGKUNGAN DI DESA PAKULI
NO. NAMA NIM
1 Amirudin PO7130011 002
2 I Wayan Agus Setiawan PO7130011 004
3 Desyana Putri PO7130011 006
4 Fahrul PO7130011 008
5 Giana Putri PO7130011 010
6 Ichwan PO7130011 012
7 Indriyayu PO7130011 014
8 Iren Avianti PO7130011 016
9 Jumarni PO7130011 018
10 Maqvira PO7130011 020
11 Mira Nofriana PO7130011 022
12 Moh.Khaerul PO7130011 024
13 Moh.Sucipto PO7130011 026
14 Nina Nurfitrah PO7130011 028
15 Nonivo PO7130011 030
16 Nurhaima PO7130011 032
17 Nurul Hasanah Dewi H PO7130011 034
18 Olviana PO7130011 036
19 Rifki PO7130011 038
20 Ririn Karina PO7130011 040
21 Singgih Hadi Perwira PO7130011 042
22 Sri Rahayu PO7130011 044
23 Sunarto Totong PO7130011 046
24 Windi Fitriani PO7130011 048
25 Zulfiani PO7130011 050

Anda mungkin juga menyukai