GREGORIUS
DR. ALVIN | DR. AYU | DR. CEMARA
OFFICE ADDRESS:
Shock
Bleeding
Primary infection: Secondary infection:
• IgM: detectable by days 3–5 after the onset • IgG: detectable at high levels in the initial
of illness, by about 2 weeks & phase, persist from several months to a
undetectable after 2–3 months. lifelong period.
• IgG: detectable at low level by the end of • IgM: significantly lower in secondary
the first week & remain for a longer period infection cases.
(for many years).
Infeksi Dengue
• Tatalaksana SSD
Infeksi Dengue
Tatalaksana DBD
2-3. ACUTE CORONARY SYNDROME
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
Faktor risiko
• Dislipidemia (khsususnya kolesterol LDL)
• Merokok (meningkatkan modifikasi LDL oksidatif,
menurunkan HDL darah)
• Hipertensi (Tekanan darah sistolik memberikan
prediksi prognosis yang lebih baik dibanding
tekanan darah diastolik, terutama pada populasi
tua. Tekanan darah yang meningkat dapat
merusak dinding endotel dan meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap
lipoprotein)
• Diabetes Mellitus dan Sindrom Metabolik
Faktor risiko
• Aktivitas fisik yang kurang. Aktivitas fisik dapat
memperbaiki profil lipid (meningkatkan HDL dan
menurunkan trigliserida), menurunkan tekanan darah,
meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan
produksi NO
• Status estrogen. Sebelum menopause, perempuan
memiliki insidens yang rendah untuk terjadinya
penyakit jantung koroner dibandingkan laki-laki.
Setelah menopause, risiko terjadinya penyakit jantung
koroner antara perempuan dan laki-laki sama. Kadar
estrogen fisiologis pada perempuan memiliki efek
meningkatkan HDL dan menurunkan LDL.
SINDROM KORONER AKUT
• Gejala khas
– Rasa tertekan/berat /diremas/ ditusuk di bawah dada, menjalar ke lengan
kiri/leher/rahang/punggung/bahu/ulu hati.
– Berlangsung beberapa menit atau persisten > 20 menit
– Dapat disertai berkeringat, mual/muntah, nyeri perut, sesak napas, & pingsan.
• Angina stabil:
– Umumnya dicetuskan aktivtias fisik atau emosi (stres, marah, takut),
berlangsung 2-5 menit,
– Angina karena aktivitas fisik reda dalam 1-5 menit dengan beristirahat &
nitrogliserin sublingual.
Penatalaksanaan STEMI, PERKI
2-3. Acute Coronary Syndrome
SINDROM KORONER AKUT
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
Sindrom Koroner Akut
• Kolesistitis:
– Nyeri kanan atas bahu/punggung,
mual, muntah, demam
– Nyeri tekan kanan atas (murphy sign)
• Koledokolitiasis:
– Nyeri kanan atas, ikterik, pruritis, mual.
Prodromal (demam,
Nyeri kanan atas/ Transaminase, Serologi
malaise, mual) Ikterus, Hepatomegali Hepatitis Akut Suportif
epigastrium HAV, HBSAg, Anti HBS
kuning.
Risk: Female, Fat,
Fourty, Hamil Nyeri tekan abdomen
Nyeri kanan atas/ USG: hiperekoik dgn Kolesistektomi
Prepitasi makanan Berlangsung 30-180 Kolelitiasis
epigastrium acoustic window Asam ursodeoksikolat
berlemak, Mual, TIDAK menit
Demam
Resusitasi cairan
Nyeri epigastrik/ USG: penebalan dinding
Mual/muntah, AB: sefalosporin gen.
kanan atas menjalar Murphy Sign kandung empedu Kolesistitis
Demam 3 + metronidazol
ke bahu/ punggung (double rims)
Kolesistektomi
6. GRAVES DISEASE
Tirotoksikosis: manifestasi peningkatan hormon
tiroid dalam sirkulasi.
Hipertiroidisme: tirotoksikosis yang disebabkan oleh
kelenjar tiroid hiperaktif.
Trias:
• Hipertirioidsme: pembesaran tiroid hiperfungsional difus.
• Optalmopati infiltratif menghasilkan exophthalmos.
• Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut mixedema pretibial.
Indeks Wayne utk pasien dengan hipertiroidisme
• Skor>19
hipertiroid
• Skor<11
eutiroid
• Antara 11-
19equivocal
Faktor Risiko & Etiologi
• Kerentanan Genetis
• Infeksi
• Gender
• Stress
• Kehamilan
• Iodin dan obat-obatan
• Iradiasi
Human Physiology.
Guyton and Hall textbook of medical physiology.
Patofisiologi
• Autoimunitas sel limfosit B & T ke antigen:
– Tiroglobulin
– Peroksidase tiroid
– Na+I- simporter
– Reseptro tirotropin
10. PENYAKIT ENDOKRIN
Hipertiroidisme
Robbins & Cotran pathologic basis of disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders; 2010.
Berbagai penyebab Bronkiektasis
Penyakit Paru
Manifestasi klinis
• Pasien biasanya mengeluh batuk produktif
• Hemoptisis (50-70% pasien, akibat perdarahan
dari mukosa yang rapuh)
• Gejala pneumonia, khususnya jika bronkiektasis
disebabkan oleh agen infeksi
• Pada pemeriksaan fisik dijumpai rhonki, wheezing
yang menunjukkan kerusakan bronkus yang
mengandung sekret.
• Pasien dengan hypoxemia kronik juga akan
memperlihatkan gejala seperti clubbing finger.
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pemeriksaan rontgen akan dijumpai
berbagai variasi foto rontgen
– penebalan dinding saluran pernafasan
– sekresi yang banyak juga dapat menyebabkan
gambaran opaq pada tubular.
• Pada bronkiektasis sakular akan
memeprlihatkan ruangan cystic dengan atau
tanpa air fluid level.
Penyakit Paru
• Bronkiektasis
– Tatalaksana difokuskan pada kontrol infeksi, perbaikan bersihan sekret
dan higiene bronkial untuk menurunkan jumlah mikroba di jalan
napas.
– Antibiotik
• AB diberikan sesuai patogen penyebab/terduga (umumnya Haemophilus
influenzae & P. aeruginosa), minimal 7-10 hari pada eksaserbasi akut.
– Bronchial Hygiene
• Cara untuk meningkatkan bersihan sekret, antara lain hidrasi, mukolitik,
nebulisasi bronkodilator & agen hiperosmotik (saline hipertonik), dan
fisioterapi.
• Diagnosis KAD:
– Kadar glukosa 250
mg/dL
– pH <7,35
– HCO3 rendah
– Anion gap tinggi
– Keton serum (+)
HbA1c ≥9%
dan obat lain 7%
dengan mekanisme
kerja yang berbeda
• Gejala eksaserbasi :
– Sesak bertambah
– Produksi sputum meningkat
– Perubahan warna sputum
• Pielonefritis berat:
– Demam tinggi,
– rigors,
– Mual, muntah,
– Nyeri pinggang.
• Untuk pasien dengan respons yang cepat (demam & gejala hilang di awal terapi),
terapi dapat dibatasi selama 7 hari.
• Pada beberapa penelitian pemberian golongan β-lactam kurang dari 14 hari
berkaitan dengan angka kegagalan yang tinggi.
• Satu penelitian menunjukkan keunggulan siprofloksasin selama 7 hari
dibandingkan TMP-SMX selama 14 hari.
Pielonefritis
• Jika Gram negatif
Ceftriaxone
• Gangguan pembentukan DNA akibat defisiensi vitamin tersebut mengakibatkan kematian sel
darah di sumsum tulang, yang dapat memberi gambaran pansitopenia serta ikterus
(hiperbilirubinemia indirek)
• Gejala anemia yang timbul, antara lain cepah lelah dan pucat, kekuningan.
• Gangguan neurologi hanya terjadi pada defisiensi vitamin B12, tidak pada defisiensi folat.
Gejala neurologi yang ditemukan:
– Neuropati perifer: kesemutan, kebas, lemas
– Kehilangan sensasi proprioseptif (posisi) dan getaran
– Gangguan memori, depresi, iritabilitas
– Neuropati optik: penglihatan kabur, gangguan lapang pandang
Hipersegmentasi (segmen 5/lebih)
• Lactulose (nonabsorbable
carbohydrate)
metabolized by microbes
acidic environment
trap ammonia as charged
NH4+ excreted by the
resultant osmotic diarrhea.
• Lab:
– d-dimer rises because of the breakdown of fibrin by plasmin.
• Therapy:
– Subcutaneous low molecular weight heparin (LMWH) followed by oral anticoagulant warfarin
for 3 monthsoutpatient
– Admitted patients may be treated with a LMWH, fondaparinux, or unfractionated heparin
(UFH).
– Compression with elastic bandage minimal for 2 years.
http://www.uptodate.com/contents/overview-of-the-treatment-of-lower-extremity-deep-vein-thrombosis-dvt
Treatment ACCP Guidelines 2012
Distal leg DVT Proximal leg DVT
• Severe symptoms • Should be treated with anticoagulants.
– Treat with anticoagulants • Suggestion is to not use thrombolytics or clot
– Length of treatment: 3 months (no matter whether removal interventions (thrombectomy) routinely.
DVT was associated with a transient risk factor
(surgery, hospitalization, estrogen therapy, etc.) or was
• Treat as an outpatient, if feasible.
unprovoked (= idiopathic). • In the acute setting, i.e. the first few days: use
• No, mild or moderate symptoms (and no risk factors once daily Dalteparin (Fragmin) or Tinzaparin
for clot extension : (Innohep) or Fondaparinux (Arixtra) or twice daily
– No anticoagulation needed. Enoxaparin (Lovenox).
– Physician to obtain several (‘serial”) Doppler ultrasound • Preferred treatment beyond the first few days:
leg examinations over the next 2 weeks to make sure warfarin, rather than Dabigatran (PradaxaÒ) or
the DVT has not extended (which it does in about 15 % Rivaroxaban (XareltoÒ).
of patients).
• Length of treatment with blood thinners:
– If DVT has extended: treat with anticoagulants for 3
months. – DVT triggered by surgery: 3 months, rather than 6
or 12 months.
• If extension of clot has not occurred within the first 2 – DVT due to a mild risk factor (i.e. non-surgical risk
weeks, it is unlikely to occur subsequently. factors such as estrogen therapy, long-distance
• Risk factors for extension: travel, non-surgical hospital stay, etc): 3 months,
– positive D-dimer rather than 6 or 12 months or long-term.
– DVT that is extensive or close to the proximal veins – Unprovoked (idiopathic) DVT: long-term, if risk for
bleeding not very high. Re-evaluation every so
– no reversible provoking factor for DVT present
often (once per year?) to determine whether long-
– active cancer term treatment is still the right thing to do.
– previous history of blood clots
inpatient status.
Dosis Profilaksis:
• HTIG250-500 IU
• ATS 1500 IU
29. MANAGEMENT OF TRAUMA PATIENT
Inhalation Injury
• Antisipasi gangguan respirasi pada korban luka bakar yang memiliki luka
di :
– Kepala, wajah, atau dada
– Rambut hidung, atau alis terbakar
– Suara serak, takipnea atau keluar air liur yang banyak(pasien kesulitan untuk
menelan air liur)
– Kehilangan kesadaran di lokasi kejadian
– Mukosa Nasal atau Oral berwarna merah atau kering
– Jelaga pada mulut atau hidung
– Batuk dengan sputum kehitaman
– Lokasi kebakaran yang tertutup atau terdapat riw.terperangkap
• Semua pasien yang terperangkap dalam api memiliki kemungkinan
keracunan CO atau mengalami hipoksia
Inhalation Injury
• Supraglottic Injury • Subglottic Injury
– Terjadi pada kebakaran – Jarang terjadiRare injury
dengan suhu yang tinggi – Menandakan kemungkinan
– Dapat langsung kerusakan pada parenkim
mengakibatkan edema paru
faring dan laring – Usually due to superheated
• Brassy cough steam, aspiration of scalding
• Stridor liquid, or inhalation of toxic
• Suara serak chemicals
• Carbonaceous sputum – Bisa langsung menyebabkan
• Facial burns edema, tapi biasanya terjadi
lebih ambat
• Wheezing or Crackles
• Productive cough
• Bronchospasm
Inhalation Injury Management
• Airway, Oxygenation and • Circulation
Ventilation
– Tatalaksana syok
– Penilaian awal dan sering
terhadap edema jalan napas – IV Access
• LR/NS large bore, multiple IVs
– Pertimbangkan Intubasi awal
dengan RSI(rapid sequence • Titrate fluids to maintain
systolic BP and perfusion
intubation)Ventilator
• Inflamasi dari alveolimengurangi
– Avoid MAST/PASG
oxigenasi
– Bila terdapat keragu-raguan
oxygenate and ventilate
– High flow oxygen
– Bronkodilator dapat
dipertimbangkan bila terdapat
bronkospasm
– Diuretik tidak sesuai untuk
pulmonary edema
30. CONTROLLING EXTERNAL BLEEDING
•Rapid dehydration
Persistent pain may be a sign of strangulation
Relative and absolute constipation
2. Pemeriksaan Fisik
General Abdominal Others
Triad:
• vomiting
• abdominal pain
• colicky, severe, and intermittent,drawing the legs
up to the abdomen,kicking the air, In between
attacks, calm and relieved
• blood per rectum /currant jelly stool http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/679/highlights/o
verview.html
Midgut volvulus
Klinis • Abdominal Plain Film,
• Children present with Upright
bilious emesis (93%) – Dilated stomach
and less often – Distal paucity of gas
malabsorption, failure • Contrast
to thrive, biliary – cork-screw appearance
obstruction, GERD – small bowel on the right
• In adults intermittent side of abdomen that
abdominal pain (87%) does not cross midline
and less often nausea
(31%)
Ultrasound Whirlpool sign
http://emedicine.medscape.com/
Congenital Malformation
Disorder Definition Radiologic Findings
http://www.medscape.org/viewarticle/456664
33. TRIAGE
Triage Priorities 3. Green- Dapat berjalan
1. Red- prioritas utama – Dapat menunggu beberapa jam
untuk transport
– memerlukan penanganan
segeraberkaitan dengan 4. Black- Meninggal
kondisi sirkulasi atau respirasi – Akan meninggal dalam
penanganan emergensi
2. Yellow- prioritas kedua memiliki luka yang mematikan
• A Greenstick fracutre is a
fracture that is incomplete,
where the bone is bent
• When this type of fracture
occurs, only the very
outside portion of the bone
breaks, and the rest of the
bone bends to
accommodate the break
• Usually in infants/toddlers
Greenstick Fractures
http://www.learningradiology.com
http://www.merckmanuals.com/professional/injuries_poisoning/fractures
_dislocations_and_sprains/fractures.html
FOREHAND FRACTURE
Montegia Fracture Dislocation
• Fraktur 1/3 proksimal Ulna
disertai dengan dislokasi
kepala radius ke arah Lateral displacement
http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
• Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
• Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
• This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
Colles’ Fracture
• Fraktur tersering pada tulang yang
mengalami osteoporosis
• Extra-Articular : 1 inch of distal Radius
• Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi dorsofleksi
• Typical deformity : Dinner Fork
• Deformity is : Impaction, dorsal
displacement and angulation, radial
displacement and angulation and avulsion of
ulnar styloid process
http://www.learningradiology.com
Colles’ Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
• Hampir berlawanan dengan Colles’ fracture
• Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
colles’
• Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
• Typical deformity : Garden Spade
• Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
http://www.learningradiology.com
35. ILEUS OBSTRUKSI
Obstruction
Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan karena
adanya kelainan struktural sehingga menghalangi gerak
peristaltik usus.
Partial or complete
Simple or strangulated
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan
peristaltik usus
Penyebab- Usus Halus
Luminal Mural Extraluminal
Benda asing Neoplasims Postoperative
Bezoars lipoma adhesions
Batu Empedu polyps
Sisa-sisa leiyomayoma Congenital
makanan hematoma adhesions
A. Lumbricoides
lymphoma
carcimoid Hernia
carinoma
secondary Tumors Volvulus
Crohns
TB
Stricture
Intussusception
Congenital
Pemeriksaan Radiologis
Posisi: Supine, tegak dan CXR
Pola udara dalam usus:
• Gastric,
• Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
• Gastric
• 1-2 small bowel
Periksa udara pada 4 area:
1. Caecal
2. Hepatobiliary
3. Udara bebas dibawah diaphragma
4. Rectum
Periksa adanya kalsifikasi
Periksa adanya massa, psoas shadow
Periksa adanya feses
The Difference between small and large
bowel obstruction
Large bowel Small Bowel
•Peripheral ( diameter 8 cm max) • Central ( diameter 5 cm max)
•Presence of haustration • Vulvulae coniventae
• Ileum: may appear tubeless
Radiologi: Supine dan tegak(LLD)
A. Sensitivitas: 60% (sampai 90%)
B. Yang dapat ditemukan:
1. Distensi usus pada proksimal dari obstruksi
2. Usus kolaps pada distal dari obstruksi
3. Posisi tegak atau LLD: Air-fluid levels
4. Posisi Supine
a. Sharply angulated distended bowel loops
b. Step-ladder arrangement or parallel bowel
loops
Tatalaksana Awal di UGD
• ResusitasiABC bila pasien tidak stabil
• Air way (O2 60-100%)
• Infus 2 akses vena bila dibutuhkan
• Infus kristaloid sesuai kondis pasien
• Pemeriksaan laboratorium
• Dekompresi dengan Naso-gastric tube
• Pemasangan kateter urinmonitor output urin setiap
jambalans cairan ketat
• Antibiotik IV (tidak ada bukti yang jelas)
• Pemasangan CVPBila dikhawatirkan akan terjadi pemberian
cairan yang berlebih
• Follow-up hasil lab dan Koreksi ketidakseimbangan elektrolit
• Perawatan di intermediate care
• Rectal tubes hanya dilakukan pada Sigmoid volvulus.
Indikasi operasi segera
• Adanya strangulasicontoh: hernia
• Adanya tanda-tanda peritonitis yang
disebabkan karena perforasi atau iskemia
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
http://ps.cnis.ca/wiki/index.php/68._Urinary
37. PHIMOSIS
Phimosis Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat • Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal ditarik kembali dan
• Fisiologis pada neonatus
terjepit di sulkus
koronarius
• Komplikasi
• Gawat darurat bila
– Balanitis
– Obstruksi vena
– Postitis superfisial edema dan
– Balanopostitis nyeri Nekrosis glans
• Treatment penis
– Dexamethasone 0.1% (6 • Treatment
weeks) for spontaneous – Manual reposition
retraction – Dorsum incision
EpispadiaOUE berada di dorsum
penis
• Penis lebar, pendek dan
melengkung keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis
• Tulang pelvis terpisah lebar
• Classification:
• the glans (glanular)
• along the shaft of the penis
(penile)
• near the pubic bone (penopubic)
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surg
ery_detail.php?Epispadias-4
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
Hypospadia
• OUE berada pada ventral
penis
• Three anatomical
characteristics
• An ectopic urethral
meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral
shortening and
curvature
Hydrocele
38. LIPOMA
Massa yang berasal dari sel adiposa,
tumbuh dengan lambat
Lokasi: Punggung atas, leher, bahu
terletak subkutan di daerah yang
terdapat jaringan adiposa
Tipe tumor jinak jaringan lunak
yang tersering
Menyerupai jaringan adiposa normal
Subtipe:angiolipoma, spindle cell lipoma
• Massa yang berasal dari sel adiposa, tumbuh
dengan lambat,berbatas tegas, kenyal, mobile,
pseudokistik (pseudofluctuant)
• Pseudokistik/Pseudofluctuant Karena
konsistensi sel lemak yang kenyal
• Paget's test
– Massa di fiksasi oleh ibu jari dan jari telunjuk,
kemudian bagian tengah ditekanbila bagian tengah
menonjol keatas, maka fluctuant atau
kistikfluktuasi +
Diagnosis Histologic
Lipoma
39. SPINAL TRAUMA
• Failure to suspect leads to Symptoms
failure to detect injuries • Pain in the neck or back
• ABCDE – Logroll and radiating due to nerve
remove the spinal board root irritation
• Look for markers of spinal
injury • Sensory disturbance distal
• Secondary survey to neurological level
• Adequate Xray’s
• Emergency treatment • Weakness or flaccid
• Surgery paralysis below the level
• Definitive care & rehab
Radiology
• Be thorough – • Lateral C spine views in
Adequacy, diagnostic in 80%
Alignment,Bones, • Complete set of C spine
Cartilages and soft x ray are 90% diagnostic
tissues and distances • CT of the c spine is 98%
• AP and lateral diagnostic
projection X-ray
40. ESOPHAGEAL ACHALASIA
• Akalasia
– Kelainan motilitas dari spinkter esofagus bawah
(lower oesophageal spincter or cardiac sphincter)
• Lapisan otot polos esofagus mengalami
gangguan peristaltik dan kegagalan spinkter
untuk relaksasi stenosis fungsional atau
striktur esofagus fungsional
• Sebagian besar kasus tidak diketau
penyebabnya
– Penyebab yang mungkin diantaranya Ca esofagus
Gejala Klinis
• Gejala yang tersering adalah disfagia makanan padat lebih sulit
dibandingkan makanan lunak dan cair
• Regurgitasimuncul pada 80-90% dan beberapa pasien belajar
untuk menginduksi regurgitasi untuk mengurangi nyeri
• Nyeri dadamuncul pada 25-50% pasien
– Muncul setelah makan dan nyeri retrosternal, lebih sering pada pada
awal penyakit
• Heartburn is common and may be aggravated by treatment.
• Penurunan berat badan mengarah ke keganasan (may coexist).
• Nocturnal cough and even inhalation of refluxed contents is a feature
of later disease.
• Examination is unlikely to be revealing although loss of weight may
be noted. Rarely, there may be signs of an inhalation pneumonia
Rat-tail Sign-irregularly
marginated tapering of
esophagus in achalasia
AKA Bird's Beak Sign; or
of bronchus and biliary
duct in carcinoma
http://www.patient.co.uk/doctor/Achalasia.htm
41. PNEUMOTHORAX
• Pada pneumothoraks, • Dekompresi segera
tekanan udara dalam merubah tension
rongga thoraks lebih pneumothorax menjadi
besar daripada tekanan simple pneumothorax.
atmosferparu kolaps
• Needle decompression • Terapi Definitif chest
mengurangi tekanan tube/WSD
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1043067912000937
42. GIT Congenital Malformation
Disorder Clinical Presentation
http://en.wikipedia.org/wiki/ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth
Congenital Malformation
Disorder Definition Radiologic Findings
http://emedicine.medscape.com/
Atresia anii
Duodenal atresia
Intussusception
Hirschprung
http://emedicine.medscape.com/ Learningradiology.om
43. THE BREAST
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu),
Peau d’orange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
• Flu-like symptoms, malaise, and
myalgia
• Fever
• Breast pain
• Decreased milk outflow
• Breast warmth
• Breast tenderness
• Breast firmness
• Breast swelling
• Breast erythema
• Breast mass
• If left untreatedbreast abscess
– spontaneous drainage from the mass or
nipple
– PalpationFluctuation +
44. Bone Tumor
• Presenting complaints, such as localized pain and
soft-tissue swelling, increased skin temperature
and decreased range of motion at an affected
joint, are key indicators of possible cancerous
tumors.
• These findings alone however, are not sufficient
to differentiate between tumors and other
possible diagnoses
• It is imperative, therefore, that radiographs be
obtained and examined
The Canadian Journal of Diagnosis / May 2001
Chondrosarcoma
• Clinical Presentation • Epidemiology
– Deep, dull, achy pain – pelvis and ribs, 45%; ilium,
– Pain at night 20%; femur, 15%; humerus,
– Nerve dysfunction of the 10%; and others, 10%. The
lumbosacral plexus or the spine and the craniofacial
sciatic or femoral nerves, with bones are rarely involved
pelvic lesions near a – The mean interval from
neurovascular bundle pain to diagnosis is 19.4
– Limitation of joint range of months for grade I and
motion and disturbance of grade II chondrosarcomas
joint function, with and 15.5 months for grade
chondrosarcomas close to a III chondrosarcomas
joint – Commonly found in the age
40-60 years old
– Pathologic fracture
• Frontal radiograph of
the left fibula head
demonstrates a lucent
lesion that contains the
typical chondroid
matrix calcification.
Low-grade tumor
The Canadian Journal of Diagnosis / May 2001
Disorders Age Predilection Clinical
Miositis Osifikans The first First in the dorsal, Episodic, painful soft tissue swellingsmost
(Pediatric) decade of life axial, cranial, and transform soft connective tissues into mature
proximal regions bone
of the body Minor trauma or influenza-like viral illnesses can
Later in the trigger painful new flare-ups
ventral, Stiffness of the neckearly findings
appendicular, Findings: malformations of the great toes and
caudal, and distal progressive heterotopic ossification replaces
regions skeletal muscle and connective tissues
Miositis Osifikans anywhere in the complication of a contusion injury and occurs
(Adult) body more when part of of the hematoma is replaced with
commonly occurs bone
in the quadriceps severe pain and a palpable mass within the
muscle, Bruising
Metastasis bone Concurent the axial skeleton Types of cancer, including prostate, breast, and
disease with the lung cancers.
primary Severe paindull ache that grows worse over
tumor time, with intermittent periods of sharp, jagged
pain, bone fractures, spinal cord compression,
hypercalcemia, anemia, spinal instability,
decreased mobility
Diagnosis Banding
Osteochondroma
Osteoblastoma:
• ossification in the
• Subchondral
peritendinous
Cysts
tissues
• Fluid-filled
• Terdapat pada
sacs in
metafisis
subchondra
• Tidak nyeri dan
l bone
serin kali tidak
teraba benjolan
Chondroblastoma
• radiolucent lesion with sclerotic margins
(white arrowheads) in epiphysis of distal
femur and with probable extension into
metaphysis (black arrowhead).
Miositis ossifikans
• The typical radiographic
appearance of myositis
ossificans is
circumferential
calcification with a
lucent centre, and a
radiolucent cleft (string
sign) that separates the
lesion from the cortex
of the adjacent bone.
http://www.cdc.gov/rabies/medical_care/index.html
45. RABIES
Purified Chick Embryo Cell Vaccine (PCEC) Human Diploid Cell Vaccine (HDC
Rabies
• Envelope virus ini
antara lain mengandung
lipid dapat larut oleh
eter
• virus rabies mudah
diinaktivasi dengan lipid
solvent
– air sabun 20%
– eter
http://emedicine.medscape.com/article/ http://en.wikipedia.org/wiki/
HERNIA
SKROTALIS
48. Keganasan pada kulit
• Karsinoma sel basal • Karsinoma sel skuamosa
– Berasal dari sel epidermal pluripoten. – Berasal dari sel epidermis.
Faktor predisposisi: lingkungan Etiologi: sinar matahari, genetik,
(radiasi, arsen, paparan sinar herediter, arsen, radiasi,
matahari, trauma, ulkus sikatriks), hidrokarbon, ulkus sikatrik
genetik – Usia tersering 40-50 tahun
– Usia di atas 40 tahun – Dapat bentuk intraepidermal
– Biasanya di daerah berambut, invasif, – Dapat bentuk invasif: mula-mula
jarang metastasis berbentuk nodus keras, licin,
– Bentuk paling sering adalah nodulus: kemudian berkembang menjadi
menyerupai kutil, tidak berambut, verukosa/papiloma. Fase lanjut
berwarna coklat/hitam, berkilat tumor menjadi keras, bertambah
(pearly), bila melebar pinggirannya besar, invasif, dapat terjadi
meninggi di tengah menjadi ulkus ulserasi. Metastasis biasanya
(ulcus rodent) kadang disertai melalui KGB.
talangiektasis, teraba keras
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
SCC
• Melanoma maligna
– Etiologi belum pasti. Mungkin
faktor herediter atau iritasi
berulang pada tahi lalat
– Usia 30-60 tahun
– Bentuk:
• Superfisial: Bercak dengan BCC
warna bervariasi, tidak teratur,
berbatas tegas, sedikit
penonjolan
• Nodular: nodus berwarna biru
kehitaman dengan batas tegas
• Lentigo melanoma maligna:
plakat berbatas tegas, coklat
kehitaman, meliputi muka
– Prognosis buruk
MM
49. Labiognatopalatoshisis
• Celah pada bibir, gusi dan langitan
• RULE OF TEN :
– Berat badan 10 lb (5 kg)
– Usia 10 minggu
– Kadar hemoglobin darah
10 g/dL
http://en.wikipedia.org/wiki/Cleft_lip_and_palate
http://www.scribd.com/doc/55885689/labio-gnato-palatoschisis
• Cleft palate
• the two plates of the skull that form the
hard palate (roof of the mouth) are not
completely joined
• The soft palate is in these cases cleft as
well
• Cleft lip
• formed in the top of the lip
• a small gap or an indentation in the
lip (partial or incomplete cleft)
• continues into the nose (complete
cleft)
• due to the failure of fusion of the
maxillary and medial nasal
processes (formation of the primary
50. Dosis Lidokain
• Dosis max di soal • 200 mg = 5x40 mg
4mg/Kg BB • = 5 ampul
• 4x50= 200mg
• 2% lidokain (w/v)
– 2g/100cc
– 20mg/cc
– 1 ampul 2 cc= 40mg
51.
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20274-Pericardial%20effusion/perieffusioncorrect.html
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
52. DVT
Virchow Triads:
(1) venous stasis
(2) activation of blood coagulation
(3) vein damage
No
pregnancy LMWH
OPD LMWH
hospitalisation + warfarin
UFH
Compression treatment
Color duplex scan of DVT
53-54. Glaukoma
• Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan bola
mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
• Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler
yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapangan pandang
• TIO tidak harus selalu tinggi, Tetapi TIO relatif
tinggi untuk individu tersebut.
• Jenis Glaukoma :
Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral dan
diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya) biasanya
Unilateral
• Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem drainase
sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem
drainase (sudut tertutup)
• Pemeriksaan :
Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)
Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan diskus
Lapang pandang
Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior sudut terbuka atau sudut tertutup
• Pengobatan : menurunkan TIO obat-obatan, terapi bedah atau laser
Glaukoma
Jenis Glaukoma
Causes Etiology Clinical
Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred
vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg),
conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated
nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no
history of glaucoma
Open-angle Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache,
(chronic) IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber
glaucoma angles, Progressive visual field loss
Congenital abnormal eye present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm,
glaucoma development, buphtalmus (>12 mm)
congenital infection
Secondary Drugs Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
glaucoma (corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of
glaucoma pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance.
Severe eye pain. The treatment destructive procedure like
cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100%
alcohol
Glaukoma Akut
http://emedicine.medscape.com/article/798811
Ilyas, Sidarta., 2004. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006
•
Tatalaksana Glaukoma Akut
Tujuan : merendahkan tekanan bola mata secepatnya kemudian bila tekanan
normal dan mata tenang → operasi
• Supresi produksi aqueous humor
– Beta bloker topikal: Timolol maleate 0.25% dan 0.5%, betaxolol 0.25% dan
0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5%, metipranolol 0.3%, dan carteolol 1% dua
kali sehari dan timolol maleate 0.1%, 0.25%, dan 0.5% gel satu kali sehari
(bekerja dalam 20 menit, reduksi maksimum TIO 1-2 jam stlh diteteskan)
– Pemberian timolol topikal tidak cukup efektif dalam menurunkan TIO
glaukoma akut sudut tertutup.
– Apraclonidine: 0.5% tiga kali sehari
– Brimonidine: 0.2% dua kali sehari
– Inhibitor karbonat anhidrase:
• Topikal: Dorzolamide hydrochloride 2% dan brinzolamide 1% (2-3 x/hari)
• Sistemik: Acetazolamide 500 mg iv dan 4x125-250 mg oral (pada
glaukoma akut sudut tertutup harus segera diberikan, efek mulai bekerja
1 jam, puncak pada 4 jam)
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw -Hill, 2007.
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Tatalaksana
• Edukasi:
– Mencuci tangan
– Izin kerja / sekolah
– Jangan menyentuh mata, bersalaman, berbagi handuk
– Jangan memakai lensa kontak
– Edukasi pasien untuk mengambil langkah pencegahan penularan
minimal selama 2 minggu atau jika mata masih merah dan berair
• Follow-up: kembali dalam 1-3 minggu, atau lebih dini bila terjadi
perburukan
• Konsultasi spesialis mata bila:
– Terdapat keterlibatan kornea (ulserasi, keratitis)
– Respons terapi kurang baik
– Infeksi HSV
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens&cataract.pdf E-mail: sdhawan@sdhawan.com
57. Cataract
• Any opacity of the lens or loss of transparency of the lens that causes
diminution or impairment of vision
• Classification : based on etiological, morphological, stage of maturity
• Etiological classification :
Senile
Traumatic (penetrating, concussion, infrared irradiation, electrocution)
Metabolic (diabetes, hypoglicemia, galactosemia, galactokinase deficiency,
hypocalcemia)
Toxic (corticosteroids, chlorpromazine, miotics, gold, amiodarone)
Complicated (anterior uveitis, hereditary retinal and vitreoretinal disorder, high myopia,
intraocular neoplasia
Maternal infections (rubella, toxoplasmosis, CMV)
Maternal drug ingestion (thalidomide, corticosteroids)
Presenile cataract (myotonic dystrophy, atopic dermatitis)
Syndromes with cataract (down’s syndrome, werner’s syndrome, lowe’s syndrome)
Hereditary
Secondary cataract
• Morphological classification : • Sign & symptoms:
Capsular – Near-sightedness (myopia
Subcapsular shift) Early in the
Nuclear development of age-related
cataract, the power of the
Cortical lens may be increased
Lamellar – Reduce the perception of
Sutural blue colorsgradual
• Chronological classification: yellowing and opacification of
Congenital (since birth) the lens
Infantile ( first year of life) – Gradual vision loss
Juvenile (1-13years) – Almost always one eye is
Presenile (13-35 years) affected earlier than the
other
Senile
– Shadow test +
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2006
KATARAK-SENILIS
• Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun
• Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak
• Etiologi :belum diketahui secara pastimultifaktorial:
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya
matahari.
Gangguan metabolisme umum
• 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at this stage, lens may become swollen due to
continued hydration ‘intumescent cataract’), matur, hipermatur
• Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
• Penyulit : Glaukoma, uveitis
• Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
BEDAH KATARAK
Lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular:
•Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) :
Mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
Tidak boleh dilakukan pada pasien usia <40thn, yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular
•Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK):
Dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dapat keluar melalui robekan tersebut
Dilakukan pada pasien muda, dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intraokuler posterior, perencanaan implastasi sekunder lensa
intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan predisposisi
terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya pasien mengalami ablasio retina, mata
dengan makular edema, pasca bedah ablasi.
•Fakofragmentasi dan Fakoemulsifikasi : teknik ekstrakapsular menggunakan getaran
ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil
normal
Normal Ocular Fundus
Vessels:
Arterial/venous
Arterioles
diameter ratio 2 to 3;
the arteries appear a
bright red, the veins a
slightly purplish Optic cup
colour.
Fovea
Optic disc
Vein
Disc: Clear outline
optic cup is pale and
centrally located.
Normal cup/disc ratio
0,3 s.d <0.5
http://cms.revoptom.com/osc/3146/Analysis.jpg
Retina: Normal red/orange
colour, macula is dark. The
macula is approximately 2
disc diameters away from disc
and 1.5 degrees below
horizon.
What to observe
Boat Rupture of large superficial retinal veins into the space between the
Hemorrhage retina and vitreous; sometimes these bleeds break into the vitreous
cavity. Causes: Sudden increase in intracranial pressure, anemia,
thrombocytopenia, trauma
drusen Tiny yellow or white accumulations of extracellular material that build
up between Bruch's membrane and the retinal pigment epithelium of
the eye; scattered around the macular region They are the most
common early sign of dry age-related macular degeneration. Drusen are
made up of lipids
http://www.aao.org/theeyeshaveit/optic-fundus/hemorrhages-table.cfm
Refraktometri Pengukuran kelainan refraksi mata
Tonometri Pengukuran besarnya tekanan bola mata
Keratometri pemeriksaan mata yang bertujuan untuk
mengukur kurvetura/kelengkungan permukaan
kornea anterior, berguna untuk menentukan aksis
dan derajat astigmat
Kampimetri Tes lapang pandang
60. UJI FLUORESEIN
http://www.huidziekten.nl/zakboek/dermatosen/htxt/Hordeolum.htm
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar – teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
• Pengobatan : koreksi dimana tanpa
siklopegia didapatkan ukuran lensa
positif maksimal yang memberikan
tajam penglihatan normal (6/6), hal ini
untuk memberikan istirahat pada mata.
• Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina, akibatnya
lensa mata harus berakomodasi agar
bayangan jatuh tepat di retina.
• Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas & Manual of ocular diagnosis and therapy
• Contoh pasien hipermetropia, 25 tahun, tajam
penglihatan OD 6/20
– Dikoreksi dengan sferis +2.00 tajam penglihatan OD 6/6
– Dikoreksi dengan sferis +2.50 tajam penglihatan OD 6/6
– Diberi siklopegik, dikoreksi dengan sferis +5.00 tajam
penglihatan OD 6/6
ARTINYA pasien memiliki:
– Hipermetropia absolut sferis +2.00 (masih berakomodasi)
– Hipermetropia manifes Sferis +2.500 (tidak berakomodasi)
– Hipermetropia fakultatif sferis +2.500 – (+2.00)= +0.50
– Hipermetropia laten sferis +5.00 – (+2.50) = +2.50
66. Congenital Nasolacrimal Duct
Obstruction (CNDO)
• Embriology
– This condition affects nearly 20 % of all newborns
– The development of the lacrimal drainage system begins at
approximately 6 weeks of gestation
– Communication between the lacrimal drainage system and
the nose occurs at the end of the sixth month.
– Tears are normally produced a few weeks after birth;
hence nasolacrimal duct (NLD) obstruction may not be
recognised until several weeks after birth.
• Etiology :
– Most commonly, this is due to the presence of a
membrane at the level of the valve of Hasner, which is
present at the nasal opening of the nasolacrimal duct
Murthy R. Congenital Nasolacrimal Duct Obstruction (CNLDO). Kerala Journal of Ophthalmology. 2007.9:2
Congenital nasolacrimal duct obstruction
Dakriosistitis Radang skus lakrimalis, biasanya dimulai Epifora, sakit hebat di daerah kantung air mata, demam,
oleh terdapatnya obsruksi duktus terdapat pembengkakan kantung air mata, merah di
nasolakrimalis daerah sakus lakrimal, nyeri tekan, sekret mukopurulen
bila kantung air mata ditekan
Dakrioadenitis Radang kelenjar lakrimal, penyakit Sakit pada glandula lakrimal yaitu di bagian temporal atas
jarang, dapat unilateral atau bilateral rongga orbita disertai kelopak mata bengkak, konjungtiva
kemotik, mata kotor, mata nyeri bila bergerak, bila kelopak
mata dibalik tampak pembengkakan berwarna merah di
bawah kelopak mata atas temporal
Dry eye syndrome a condition in which there are symptoms of irritated, gritty, scratchy, or burning eyes, a
insufficient tears to lubricate and nourish feeling of something in their eyes, excess watering, and
the eye blurred vision
Sub conjunctival also known as hyposphagma, is bleeding initially appears bright-red underneath the transparent
bleeding underneath the conjunctiva. May be conjunctiva. Later, the hemorrhage may spread and
caused by a sudden or severe sneeze or become green or yellow, like a bruise. Usually this
cough, or due to hypertension or as a disappears within 2 weeks
side effect of blood thinners
Obstruksi duktus penyumbatan duktus nasolakrimalis Mata berair, akumulasi mukus pada mata atau kelopak
nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata dari mata, konjungtivitis kronis dan rekuren, Tekanan pada
sakus lakrimalis ke hidung) kantung lakrimal dapat menimbulkan regurgitasi mukus
dan air mata dari pungtum
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/tuto rials/spinalcordinjury/nr259103.pdf
Spinal Shock
• Definisi: kondisi neurologis lokal sementara yang muncul segera setelah
adanya cedera medula spinalis.
• Pembengkakan dan edema dari medula spinalis terjadi 30 menit setelah
benturan dan dapat mengakibatkan gangguan konduksi saraf.
• Nyeri berat dapat dirasakan pada area tepat di atas lesi, berkaitan dengan
peningkatan sensitifitas nyeri.
• Gejala antara lain: paralisis flacid, atonia, flacid sphincter dan tidak ada
refleks di bawah lesi. Tidak dapat merasakan nyeri, suhu, perabaan,
proprioseptif atau tekanan di bawah lesi. Terdapat pula gangguan
termoregulasi, sensasi somatik/viseral di bawah lesi, distensi usus dan ileus
paralitik.
• Spinal shock dapat berlangsung dalam hitungan jam hingga minggu
tergantung masing-masing pasien.
• Pemberian steroid harus dilakukan dalam waktu 8 jam setelah kejadian.
Protokol: metilprednisolon 30mg/kg bolus dalam 15 menit, dilanjutkan
5,4mg/kg/h IV, dimulai 45 menit setelah pemberian bolus.
Upper vs Lower motor neuron
• Upper motor
neuron
– Lesi berada di atas
sel anterior horn
(spinal cord, batang
otak, motor cortex
• Lower motor
neuron
– Lesi berada dari sel
anterior horn ke
distal (root, pleksus,
saraf perifer)
Upper vs Lower Motor Neuron
Upper Lower
Hipertonus (spastis) Hipotonus (flacid)
Hiper refleks dan clonus Hiporefleks
Refleks patologis (+) Refleks patologis (-)
Kelemahan otot “pyramidal pattern” kelemahan otot fleksor
Kelemahan ekstensor pada upper limb,
dan kelemahan fleksor pada lower limb
Atropi minimal Atropi nyata dan jelas
Tidak ada fasikulasi Ada fasikulasi
Gangguan sensori bisa ditemukan
69. Tension Type Headache
• Sakit kepala yang berkaitan dengan kondisi stress,
self-limited, intensitas sedang, dan respon
terhadap obat baik
• Tanda dan gejala:
– Non pulsatile, cramp-like ache (seperti diikat)
– Lokasi frontal-oksipital
– Bilateral, dan intensitas nyeri ringan-sedang
– Tidak memberat dengan aktivitas, namun
mengganggu konsentrasi
– Durasi selama 30 menit
– Kaku otot leher, occipital dan frontal
70-71. Epidural Hematom
• Epidural hematom adalah terkumpulnya darah
dibawah tengkorak sehingga memisahkan
bagian duramater
• Kejadian disebabkan adanya
benturan keras pada kepala
dan merobek arteri
meningea media
• Kasus-kasus ini memiliki
prognosis yang baik bila
segera ditangani
Epidural Hematom
• Tanda dan Gejala
– Lucid interval periode perbaikan kesadaran
pasien sementara sebelum terjadi perburukan
pada kasus cedera kepala
– Cushing syndrome (hipertensi, bradikardia, dan
bradipnea) akibat peningkatan tekanan
intrakranial
– Koma
– sakit kepala, muntah, kejang
Epidural hematom
• CT scan tanpa kontras adanya densitas
berbatas tegas, biconvex, bulat , biasanya tidak
melewati sutura sagitalis
• Terapi
– Manajemen ABC
– Elevasi kepala 300
– Dekompresi tekanan
• Surgical
• Osmotik (manitol)
– Cairan resusitasi NaCL
72. Gangguan Neurologis
• Alexia
– gangguan memahami bahasa tertulis
• Agnosia
– gangguan untuk mengenali objek, orang, suara, bentuk, dan bau ketika
tidak ditemukannya kerusakan pada indera
• Aphasia
– gangguan memahami dan membentuk bahasa
• Apraxia
– gangguan untuk melakukan gerakan yang memiliki tujuan, tanpa ada
deformitas pada ekstremitas
• Agraphia
– gangguan untuk berkomunikasi dalam bentuk tulisan, atau tidak bisa
mengeja
• Dysarthria
– gangguan artikulasi (melafalkan) sebuah kata
73. Trigeminal Neuralgia
• Merupakan sindrom nyeri pada wajah yang bersifat
berulang dan kronik.
• Gejala khas
– Nyeri unilateral pada wajah sesuai area persarafan nervus V
dan sering disertai spasme wajah atau tic
– Tidak ada defisit neurologis
• Kriteria diagnosa berdasarkan International Headache
Society 2004
– Nyeri dengan serangan paroksismal, dapat berlansung sesaat
hingga 2 menit, melibatkan satu atau lebih dari area nervus V
dengan memenuhi 2 kriteria berikut
• Nyeri minimal memiliki 1 ciri berikut: intens, tajam, superfisial
(terlokalisir), dipicu oleh rangsangan pada area N.V
• Serangan nyeri berbeda2 untuk setiap individu
• Tidak ada defisit neurologis
• Tidak berhubungan dengan kondisi medis lain
Trigeminal Neuralgia
• Terapi
– Antiepileptic drug
Carbamazepin
– Non-antiepileptic drug
baclofen
– Pembedahan
74. Ankylosing Spondilitis
• Merupakan inflamasi multisistem yang kronik
pada sendi sakroiliaka dan tulang belakang
• Sendi-sendi perifer, organ ekstra-artrikular seperti
mata, kulit, jantung dapat terlibat dengan derajat
radang yang lebih ringan
• Riwayat penyakit:
– Low back pain yang muncul bertahap
– Usia <40 tahun
– Gejala berlansung >3 bulan
– Gejala memberat saat pagi hari atau beristirahat
– Gejala berkurang dengan latian
Ankylosing Spondilitis
• Gambaran radiologi
– Bamboo spine
proses osifikasi cincin
fibrosa pada ligamen
tulang belakang akan
membentuk
syndesmophyte yang
lama kelamaan akan
menyebabkan fusi
pada tulang belakang
No. 75
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August
Psikofarmaka
• Key points for using antipsychotic therapy:
5. Treatment trial should be at least 4-8 weeks before changing
antipsychotic medication.
6. Antipsychotic medications, atypical or conventional, should
not be prescribed concurrently, except for short periods to
cover changeover.
7. Treatment should be continued for at least 12 months, then if
the disease has remitted fully, may be ceased gradually over
at least 1-2 months.
8. Prophylactic use of anticholinergic agents should be
determined on an individual basis and re-assessment made at
3-monthly intervals.
9. A trial of clozapine should be offered to patients with
schizophrenia who are unresponsive to at least two adequate
trials of antipsychotic medications.
Western Australian Psychotropic Drugs Committee. Antipsychotic Drug Guidelines Version 3 August
Psikofarmaka
Efficacy
1. Positive Symptoms:
With the exception of clozapine, no differences have been
clearly shown in the efficacy of typical and atypical agents
in the treatment of positive symptoms (eg, hallucinations,
delusions, disorganization). Clozapine is more effective
than typical agents.
2. Negative Symptoms:
Atypical agents may be more effective in the treatment of
negative symptoms (eg, affective flattening, anhedonia,
avolition) associated with psychotic disorders.
Sadock BJ, Sadock VA. Somatoform disorders. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lipincott William
& Wilkins; 2007. p.634-51.
Gangguan Somatoform
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.
PPDGJ
83. Reaksi Terhadap Stres Berat
• Gangguan stres pascatrauma
– kondisi yang ditandai oleh munculnya gejala
(gangguan otonomik, afek, & tingkah laku) setelah
melihat, mengalami, atau mendengar peristiwa
traumatis dalam kurun waktu 6 bulan.
PPDGJ
Kriteria Gangguan Perpisahan Fobia Sosial Gangguan Cemas
Menyeluruh
Durasi minimal 4 minggu Tidak ada minimum 6 bulan
Usia awitan Prasekolah-18 tahun Tidak spesifik Tidak spesifik
Presipitasi Perpisahan Social pressure Tekanan berprestasi,
kurang percaya diri
Relasi dengan Baik jika tidak ada Menahan diri Ingin menyenangkan
sebaya perpisahan orang lain, dependen
Masalah tidur Enggan untuk tidur, Sulit untuk tertidur Sulit untuk tertidur
takut gelap, mimpi
buruk
Gejala Sakit perut, mual, Blushing, tegang. Sakit perut, mual,
psikofisiologis muntah, flu like, sakit muntah, rasa
kepala, pusing, mengganjal di
palpitasi, pingsan. kerongkongan, sesak,
pusing, palpitasi.
PPDGJ
Gangguan Disosiatif
Diagnosis Karakteristik
Amnesia Hilang daya ingat mengenai kejadian stressful atau traumatik yang
baru terjadi (selektif)
Fugue Melakukan perjalanan tertentu ke tempat di luar kebiasaan, tapi
tidak mengingat perjalanan tersebut.
Stupor Sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan volunter & respons
normal terhadap rangsangan luar (cahay, suara, raba)
Trans Kehilangan sementara penghayatan akan identitias diri &
kesadaran, berperilaku seakan-akan dikuasai kepribadian lain.
Motorik Tidak mampu menggerakkan seluruh/sebagian anggota gerak.
Konvulsi Sangat mirip kejang epileptik, tapi tidak dijumpai kehilangan
kesadaran, mengompol, atau jatuh.
Anestesi & Anestesi pada kulit yang tidak sesuai dermatom.
kehilangan Penurunan tajam penglihatan atau tunnel vision (area lapang
sensorik pandang sama, tidak tergantung jarak).
PPDGJ
Bedanya dengan Psikosomatis, Gangguan
Konversi, Malingering, Factitious disorder
KELAINAN KARAKTERISTIK
Gangguan Konversi Adanya satu atau beberapa gejala neurologis (misalnya buta, lumpuh
anestesi, amnesia, dll) yang tidak dapat dijelaskan dengan penjelasan
medis maupun neurologis yang ada.
Malingering Berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan kondisi fisik yang sudah ada
sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan kompensasi tertentu
(misalnya untuk mendapatkan cuti kerja).
Factitious disorder/ Berpura-pura sakit atau membuat dirinya sakit. Namun hal ini
Munchhausen dilakukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian/ simpati dari
syndrome orang lain saja.
87. Ansietas
Diagnosis Characteristic
Gangguan panik Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan
perasaan akan datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya
provokasi dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif
bebas dari gejala di antara serangan panik.
Gangguan fobik Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit,
cedera, dan kematian.
Gangguan Gejala emosional (ansietas/afek depresif ) atau perilaku
penyesuaian dalam waktu <3 bulan dari awitan stresor. Tidak
berhubungan dengan duka cita akibat kematian orang lain.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus disertai ketegangan motorik
menyeluruh (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
Diagnosis Karakteristik
Fobia Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera,
dan kematian.
Fobia sosial Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau
situasi, antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera,
dan kematian.
Agorafobia Kecemasan timbul di tempat atau situasi di mana menyelamatkan
diri sulit dilakukan atau tidak tersedia pertolongan pada saat
terjadi serangan panik.
PPDGJ
88. GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa
hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan
bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi
kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki tyang berbeda.
PPDGJ-III
Perbedaan Skizofrenia dengan
Skizoafektif
Ketergantungan fisik
• Suatu kondisi dimana tubuh menyesuaikan diri terhadap obat yang
dipakai secara terus menerus sehingga menimbulkan toleransi dan
jika pemakaiannya dihentikan, akan timbul gejala putus obat
Withdrawal Syndrome/ Gejala • Adiksi/ketagihan
Putus Obat – Perbuatan kompulsif (yang
terpaksa dilakukan) dan
• Kumpulan gejala yang keterlibatan yang berlebihan
muncul saat menghentikan terhadap suatu kegiatan
atau menurunkan dosis tertentu
obat karena kecanduan atau – Aspek psikososial yang
ketergantungan terhadap berhubungan dengan
obat yang sudah lama ketergantungan obat
digunakan • Toleransi obat
– sebuah kondisi yang ditandai
oleh penurunan efek obat
Overdosis zat pada pemberian berulang
• Pemakaian zat yang • Intoksikasi
melebihi dosis sehingga – Kondisi peralihan yang timbul
menyebabkan efek toksik akibat penggunaan zat
atau letal terhadap tubuh psikoaktif sehingga terjadi
gangguan kesadaran, fungsi
kognisi, persepsi, afek atau
perilaku dan fungsi
psikososial
91. Sexual Disorder
Diagnosis Karakteristik
Fetishism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the use of
nonliving objects (e.g., female undergarments).
Frotteurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving touching
and rubbing against a nonconsenting person.
Masochism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the act
(real, not simulated) of being humiliated, beaten, bound, or otherwise
made to suffer.
Sadism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving acts (real,
not simulated) in which the psychological or physical suffering (including
humiliation) of the victim is sexually exciting to the person.
Voyeurism Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the act of
observing an unsuspecting person who is naked, in the process of
disrobing, or engaging in sexual activity.
Necrophilia Necrophilia is an obsession with obtaining sexual gratification from
cadavers.
PPDGJ
Terapi Depresi
• Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling
efektif.
• Etiologi
– Multifaktorial, sering adalah alergi makanan yang dipicu virus saluran pernapasan,
trauma lokal, kontak dengan iritan/serangga
• Perjalanan
– Papula bergabung menjadi plak dengan skuama
– Awal lesi: vesikel yang berisi eksudat serosa (sangat gatal)
• Terapi
– Steroid potensi sedang-kuat 2-4 x/hari (triamcinolone,
prednisone, clobetasol)
– Antibiotik topikal bila ada infeksi sekunder
– Antihistamin untuk pruritus
https://allergycliniconline.com/2012/05/06/penanganan-terkini-dermatitis-numularisis/
96. Herpes zoster
• Penyakit yang disebabkan virus varicella zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, merupakan reaktivasi setelah infeksi primer (varicella)
• Predileksi: daerah torakal, unilateral, bersifat dermatomal
• Gejala:
– Gejala prodromal sistemik (demam, pusing, malaise) & lokal (myalgia, gatal, pegal)
– Timbul eritema yang kemudian menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
eritematosa & edema, kemudian menjadi pustul dan krusta
– Pembesaran KGB regional
• Herpes zoster oftalmikus: infeksi n.V-1
• Sindrom Ramsay-Hunt: gangguan n. fasialis & otikus
• Pemeriksaan: percobaan Tzanck (ditemukan sel datia berinti banyak)
• Komplikasi: neuralgia pascaherpetik: nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari sebulan setelah sembuh
• Pengobatan: acyclovir (pada herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imun) dosis 5x800 mg selama 7 hari
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
97. Lepra
Reaksi Deskripsi
Pure neuritis leprosy Jenis lepra yang gejalanya berupa neuritis saja
Lepra Tuberkuloid Bentuk stabil dari lepra, lesi minimal, gejala lebih ringan.
Tipe yg termasuk TT (Tuberkuloid polar), Ti ( Tuberkuloid
indenfinite), BT (Borderline Tuberkuloid)
Reaksi Reversal Lesi bertambah aktif (timbul lesi baru, lesi lama
menjadi kemerahan), +/- gejala neuritis. Umum pada
tipe PB
Eritema Nodusum Leprosum Nodul Eritema, nyeri, tempat predileksi lengan dan
tungkai, Umum pada MB
Pemeriksaan penunjang
- Sediaan langsung : cari kuman penyebab
- Kultur
- lampu Wood : pseudomonas fluoresensi
kehijauan
- biopsi/PA : keganasan (?)
Penalaksanaan: Lokal:
• Ulkus kotor, bau
– Perbaiki KU : – kompres lar. KMNO4 1 :
higiene, nutrisi 5000
(TKTP) – lar. AgNO3 1 ‰ – 0,5%
– Pengobatan: – lar. rivanol 1 ‰
• Sistemik : – lar. salisil 1 %,
– Penisilin 600.000 – • Ulkus bersih
1,2 juta unit, im (7-
10 hari) – salap untuk merangsang
– Tetrasiklin oral 3-4 x jaringan granulasi (salap
500 mg/hari minyak ikan 10%)
– merangsang proses
epitelisasi (salap salisil 2
%), atau pasta
sengoksida
100. Kandidosis Vaginalis
• Uretritis GO: infeksi Neisseria Gonorheae,
disuria, disertai duh purulen, pada pemeriksaan
ditemukan gram negatif (merah) diplococcus.
• Candidosis : infeksi candida albicans. Gejala
klinis: gatal pada daerah vulva, eritem, ada fluor
albus (sekret kental keputihan bergumpal
seperti susu)
• Bakteri vaginosis: infeksi Gardnerella vaginalis.
Gejala: duh tubuh ringan-sedang keabuan
berbau tidak enak (amis).
• Dengan bahan dari duh tubuh vagina yang
berasal dari dinding lateral vagina, dan dapat
dibuat:
– sediaan apus dengan pewarnaan Gram:
ditemukan blastopora dan pseudohifa
– sediaan basah dengn larutan NaCl fisiologis:
ditemukan blastopora dan atau pseudohifa
– sediaan basah dengan larutan KOH 10%:
ditemukan pseudohifa dan atau blastofora
101. Pitiriasis versikolor
• Disebabkan oleh Malassezia furfur. Umumnya
ditemui pada daerah tropis.
• Penyakit jamur superfisial berupa bercak
berskuama halus berwarna putih sampai coklat
kehitaman
• Gejala klinis: bercak keputihan yang dapat
asimptomatik. Namun dapat terasa gatal ringan.
• Diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan
lampu Wood berwarna kuning keemasan, KOH
20%: hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
• Pengobatan Pitiriasis
Versikolor:
– Suspensi selenium
sulfide, dipakai
sebagai sampo 2-3
kali sehari
– Derivat
azole:mikonazole,
klotrimazole
– Ketokonazole oral
1x200 mg sehari
selama 10 hari.
102. Dermatitis
Disorder Location Lesion
Neurodermatitis Kulit kepala, ekstensor Pruritus intermiten (berhubungan
lengan dan siku, vulva dan dengan stresor), hiperpigmentasi,
skrotum, betis atas, lutut, eritematosa, bersisik, batas tegas, plak
tungkai bawah, tumit likenifikasi
Dermatitis Kulit kepala, wajah, dan Kelaianan papuloskuamosa, lesi
seboroik dada berminyak berwarna kekuningan diatas
kulit yang merah terinflamasi. Mengenai
bayi baru lahir, remaja, dan dewasa
(aktivitas kelenjar sebasea)
Dermatitis kontak Hipersensitivitas Adanya riwayat kontak dengan zat
alergi penyebab
Dermatitis atopik Lipatan lutut atau siku, paha xerosis, likenifikasi, dan lesi eksema,
riwayat atopi
Dermatitis seboroik
Neurodermatitis
Dermatitis kontak
alergi
103. Lepra
• Penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh
Mycobacterium leprae
• Lesi kulit: terdapat ebrbagai
jenis lesikulit pada leprae:
makula, papul dengan
pewarnaan hipopigmentasi
atau eritematosa
• Deformitas terjdi akibat
langsung dari granuloma yang
merusak jaringan sekitarnya.
Gangguan anestesia dapat Gambar diunduh dari:
http://reference.medscape.com/features/slidesho
menyebabkan deformitas w/leprosy
Tipe MH
• Pausibasiler: lesi <5
• Multibasiler: lesi >5
• Ridley & Jopling : 5 tipe lepra
1. TT : tuberculoid
2. BT : borderline tuberculoid
3. BB : borderline
4. BL : borderline lepromatous
5. LL : lepromatous leprosy
• Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan bakterioskopik dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen dapat menghitung jumlah
bakteri
– Pemeriksaan histopatologisBerasal dari jaringan
lesi lepra ditemukan sel vrichow (histiosit
dengan M leprae di dalamnya)
– Pemeriksaan serologik: pemeriksaan antibodi
terhadap M. leprae
• Pengobatan leprae:
– DDS, Rifampisin, klofazimin.
• Yang tidak kalah penting adalah pencegahan
cacat. Pasien kusta meiliki risiko yang lebih
tinggi utk menderita kecacatan karena
gangguan sensorik dan kelemahan otot.
Edukasi cara penggunaan sepatu, sarung
tangan, memeriksa jika ada luka dan
perawatan kulit.
104. Staphylokokus Scalded Skin
Syndrome (4S)
• Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)
merupakan penyakit pada neonatus dan anak-
anak.
• S4 jarang terjadi pada dewasa kecuali dengan
gangguan ginjal, defisiensi imun dan penyakit
kronik.
• Prevalensi pada anak kurang dari 2 tahun sebesar
62% dan hampir seluruh kasus terjadi pada anak
kurang dari 6 tahun (98%). Rasio pada pria dan
wanita adalah 2:1.
• Pada SSSS akan terjadi demam
kemudian muncul ruam eritem
(tender rash) pada muka, badan dan
ekstermitas kemudian dalam waktu
24-48 jam berkembang menjadi bula
yang besar dan mudah rupture
kemudian mengelupas.
• Lesi akan mengering dan dalam
waktu 7 sampai 14 hari terjadi
regenerasi epidermis tanpa
menimbulkan jaringan parut.
• Tanda dan gejala SSSS meliputi:
– Gejala prodormal lokal meliputi infeksi
Staphylococcus Aureus pada kulit, laring, hidung,
mulut, umbilikus dan traktur gastrointestinal,
sebelum ruam kemerahan muncul
– Ruam kemerahan yang diikuti dengan eksfoliatif
epidermal difus
– General Malaise
– Demam
– Iritabel
Pengobatan SSSS
Dicloxacillin
Dicloxacilin digunakan untuk terapi infeksi staphylococcus dengan dosis
neonatal 4-8 mg/ kg berat badan per oral setiap 6 jam (<40 kg 12,5-50
mg/ kg/ hari per oral dan > 40 kg 125-500 mg per oral setiap 6 jam).
Cloxacillin
Cloxacillin menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dosis cloxacillin
pediatrik yaitu pasien < 20 kg sebanyak 50-100 mg/ kg/ hari per oral dibagi
setiap 6 jam (tidak boleh melebihi 4 g per hari). Pada anak > 20 kg
diberikan dosis sesuai dengan dosis dewasa.
Mupirocin
Mupirocin berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara menghambat sintesis RNA dan protein. Cara penggunaan pada
dewasa dan anak adalah dioleskan tipis pada area yang terkena 2-5 kali
per hari selama 5-14 hari
105. Ulkus Durum
• Ulkus durum : ulkus akibat infeksi Treponema
pallidum (sifilis), tidak nyeri, ulkus bersih,
tidak ada eksudat dan berindurasi.
• Ulkus Molle: Penyakit infeksi pada alat
kelamin yang akut, setempat disebabkan oleh
Haemophillus ducreyi. Ulkus: kecil, lunak,
tidak ada indurasi, bergaung, kotor (tertutup
jaringan nekrotik dan granulasi)
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
Treponema palidum
• Stadium:
– Primary Syphilis: ulkus durum (dasar bersih dan tidak nyeri)
– Secondary Syphilis : Lesi kulit (luka yang muncul selain pada alat
kelamin juga ditemukan pada tangan, kaki dan muka). Selain luka,
penderita juga mengalami demam, perasaan lelah dan pembengkakan
alat kelamin.
– Latent Syphilis: tidak ditemukan gejala fisik sama sekali.
– Late Syphilis: Syphilis telah menyerang organ-organ dalam tubuh
manusia seperti jantung, otak, dan sumsum tulang belakang.
• Pemeriksaan : VDRL TPHA
• Pemeriksaan
– mikroskop lapangan gelap melihat pergerakkan Treponema
– Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan Treponema
(T. pallidum telah mati) kuman berwarna jernih dikelilingi oleh
lapangan yang berwarna hitam.
106. Bakterial Vaginosis
• Bakterial vaginosis atau nonspesifik vaginitis adalah suatu istilah
yang menjelaskan adanya infeksi bakteri sebagai penyebab
inflamasi pada vagina
• Etiologi
– Bakteri yang sering didapatkan adalah Gardnerella vaginalis,
Mobiluncus, Bacteroides, Peptostreptococcus, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum , Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella,
Streptococcus viridans, dan Atopobium vaginae
• Gejala klinis
– Keputihan, vagina berbau, iritasi vulva, disuria, dan dispareuni
• Faktor risiko
– Penggunaan antibiotik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim,
promiskuitas, douching, penurunan estrogen.
Bakterial Vaginosis: Pemeriksaan
• Didapatkan keputihan yang homogen
• Labia, introitas, serviks dapat normal maupun didapatkan
tanda servisitis.
• Keputihan biasanya terdapat banyak di fornix posterior
• Dapat ditemukan gelembung pada keputihan
• Pemeriksaan mikroskopis cairan keputihan harus memenuhi 3
dari 4 kriteria Amsel untuk menegakkan diagnosis bakterial
vaginosis
– Didapatkan clue cell: sel epitel vagina yang dikelilingi oleh kokobasil
– pH > 4,5
– Keputihan bersifat thin, gray, and homogenous
– Whiff test + (pemeriksaan KOH 10%
didapatkan fishy odor sebagai akibat dari
pelepasan amina yang merupakan produk
metabolisme bakteri)
Bakterial Vaginosis: Tatalaksana
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
• Setelah kopulasi, tungau
jantan akan mati. Tungau
betina akan menggali
terowongan dalam stratum
korneum sambil meletakkan
telurnya. Telur akan
menetas dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang
kaki. Larva kemudian akan
menjadi nimfa dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya memerlukan
waktu 8-12 hari
DRUGS ADVERSE EFFECT EFFECTIVE
Robert D. Barker, Frank R. Greer, and The Committee of Nutrition. Diagnosis and Prevention of Iron Defiency and Iron Anemia in Infants and Young Children (0-3
years of Age. Pediatrics 2010; 126; 1040.
Tatalaksana IDA
• Atasi penyakit yang mendasari
• Nutrisi yang cukup
• Besi elemental
– 3-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, sebelum makan. Dilanjutkan hingga 2
bulan setelah anemia terkoreksi dan penyakit etiologi teratasi.
• Transfusi PRC dibutuhkan bila Hb <6 g/dl; atau Hb ≥6 g/dl dengan
penyerta (dehidrasi, persiapan operasi, infeksi berat, gagal jantung,
distress pernafasan)
• Pencegahan
– Primer
• Diet: makanan yang kaya besi dan vitamin C
• ASI eksklusif. Suplemen besi dimulai pada 4-6 bulan (non prematur) atau 2
bulan (prematur)
– Sekunder: skrining
SEVERE PNEUMONIA
Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.
SEPSIS
• Early onset sepsis:
– Timbul dalam 72 jam pertama kehidupan
– Mikroorganisme berasal dari infeksi transplasental
atau ascending infection dari serviks (kolonisasi
bakteri di traktus genitourinari)
– Mikroorganisme yg mjd penyebab:
• Group B Streptococcus (GBS)
• Escherichia coli
• Coagulase-negative Staphylococcus
• Haemophilus influenzae
• Listeria monocytogenes
– Pneumonia is more common in early-onset sepsis
• Late-onset sepsis
– Muncul hari ke 4-90; organisme didapat dari lingkungan sekitar.
– Mikroorganisme penyebab:
• Coagulase-negative Staphylococcus (susceptible to first-generation
cephalosporin) leading cause of late-onset infections
• Staphylococcus aureus
• E coli
• Klebsiella
• Pseudomonas
• Enterobacter
• Candida
• Group B Streptococcus (GBS)
• Serratia
• Acinetobacter
• Anaerobes
• Fokus infeksi: kulit, sal. napas, konjungtiva, (GI) tract, dan umbilikus.
• Alat/ vektor : kateter urin, IV kateter (jarum infus), kontak dgn
caregivers yg terkontaminasi kolonisasi bakteri.
• Meningitis and bacteremia are more common in late-onset sepsis
Skrining
• Kecurigaan besar sepsis bila :
– Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
• Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau ketuban pecah dini
• Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong
dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada
kategori B
– Bayi usia lebih dari 3 hari
• Bayi memiliki dua atau lebih temuan Kategori A atau
tiga atau lebih temuan Kategori B
Kelompok Temuan berhubungan dengan Sepsis
Kategori A Kategori B
Kesulitan Bernapas (>60x/menit, retraksi Tremor
dinding dada, grunting, sianosis sentral,
apnea)
Kejang Letargi atau lunglai, malas minum padahal
sebelumnya minum dengan baik
Tidak sadar Mengantuk atau aktivitas berkurang
Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir dan Iritabel, muntah, perut kembung
tidak memberi respons terhadap terapi)
atau suhu tidak stabil sesudah
pengukuran suhu selama tiga kali atau
lebih
Persalinan di lingkungan yang kurang Tanda-tanda mulai muncul setelah hari
higienis ke-empat
Kondisi memburuk secara cepat dan Air ketuban bercampur mekonium
dramatis
Stages of sepsis based on American College of Chest Physicians/Society of Critical Care
Medicine Consensus Panel guidelines
http://emedicine.medscape.com/article/169640-overview
Kriteria Infeksi, SIRS, Sepsis, Sepsis Berat,
dan Syok Septik
Sindrom disfungsi Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah mendapatkan pengobatan
multiorgan optimal
Goldstein B., Giroir B., Randolph A., Pedriatric Crit Care Med 2005; 6(1): 2-8.
Kriteria SIRS Neonatorum
American Academic of Pediatric
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan kuman
– Kultur darah gold standard
– Pewarnaan gram
• Pemeriksaan hematologi
– Darah perifer lengkap
– Rasio neutrofil imatur dan neutrofil total (rasio I/T).
– Pemeriksaan kadar D-dimer
• Pemeriksaan C-reactive protein (CRP)
• Procalcitonin (PCT)
• Pemeriksaaan kemokin, sitokin dan molekul adhesi
• Pemeriksaan Biomolekuler/Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Pencitraan
– radiografi toraks: Menunjukkan infiltrat segmental atau lobular, yang biasanya difus, pola
retikulogranular, hampir serupa dengan gambaran pada RDS (Respiratory Distress
Syndrome); Pneumonia
– Pemeriksaan CT Scan diperlukan pada kasus meningitis neonatal kompleks untuk melihat
hidrosefalus obstruktif, lokasi obstruksi dan melihat infark ataupun abses
Tatalaksana Sepsis Neonatal
• Berikan kombinasi penisilin atau ampisilin • Third-generation cephalosporins
ditambah aminoglikosida (gentamisin)
mempunyai aktivitas antimikroba lebih luas dan represent a reasonable
umumnya efektif terhadap organisme penyebab alternative to an aminoglycoside.
sepsis neonatal.
• Kombinasi ini sangat dianjurkan karena akan
• However, several studies have
meningkatkan aktivitas antibakteri (efek reported rapid development of
sinergis) resistance to cefotaxime
• Bila bayi tetap menunjukkan tanda infeksi • extensive/prolonged use of third-
setelah 24 jam ganti ampisilin dengan
sefotaksim sedangkan gentamisin diteruskan generation cephalosporins is a
risk factor for invasive candidiasis.
• Ceftriaxone is contraindicated in
neonates because it is highly
protein bound and may displace
bilirubin, leading to a risk of
kernicterus.
114. Tetrasiklin
• Pemakain tetrasiklin dikontraindikasi pada anak usia < 8
tahun
• Tetrasiklin terdeposit pada tulang dan gigi
• Mekanisme: terdapat deposisi kompleks yang terbentuk
dari kelasi antara tetrasiklin dan kalsium
• Efek samping gigi kecokelatan bersifat permanen dan
merupakan hasil dari hiplopasia enamel.
• Pasien yang berisiko sepanjang dalam usia pertumbuhan
gigi (the second half of pregnancy through the first seven
years of life)
• Efek samping pada tulang terutama signifikan ketika
tetrasiklin dipakai selama kehamilan dan masa neonatal
115. DEMAM DENGUE (DF)
Premature 120-170 *
0-3 mo 100-150 *
3-6 mo 90-120 http://web.missouri.edu/~proste/lab/vitals-peds.pdf
6-12 mo 80-120
1-3 yr 70-110
3-6 yr 65-110
6-12 yr 60-95
12 > yr 55-85
Kleigman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders, 2011. 1Soldin, S.J., Brugnara, C., & Hicks, J.M. (1999).
* From Dieckmann R, Brownstein D, Gausche-Hill M (eds): Pediatric Education for Pediatric reference ranges (3rd ed.). Washington,
Prehospital Professionals. Sudbury, Mass, Jones & Bartlett, American Academy of DC: AACC Press.
Pediatrics, 2000, pp 43-45. http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/354/3628
† From American Heart Association ECC Guidelines, 2000. 46/London%20App.%20B.pdf
Tekanan di dalam Jantung
Congenital HD
Acyanotic Cyanotic
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002103/
Park MK. Pediatric cardiology for practitioners. Mosby; 2008.
Acyanotic Congenital HD:
General Pathophysiology
Flow across the septal defect doesn’t produce murmur because the pressure gap
between LA & RA is not significant
1. Nelson’s textbook of pediatrics. 18th ed.
ASD:
Pathophysiology & Clinical Findings
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati infeksi
6. Perbaiki def. nutrien mikro tanpa Fe + Fe
8. Makanan Tumb.kejar
9. Stimulasi
• Bleeding:
• usually deep (hematoma, hemarthrosis)
• spontaneous or following mild trauma
• Type:
hemarthrosis
hematoma
intracranial hemorrhage
hematuria
epistaxis
bleeding of the frenulum (baby)
Kuliah Hemofilia FKUI. Pustika A.
Diagnosis
• history of abnormal bleeding in a boy
• normal platelet count
• bleeding time usually normal
• clotting time: prolonged
• prothrombin time usually normal
• partial thromboplastin time prolonged
• decreased antihemophilic factor
Antenatal diagnosis
• antihemophilic factor level
• F-VIII/F-IX gene identification (DNA analysis )
5-40% (emedicine)
• For treatment of acute bleeds, target levels by
hemorrhage severity are as follows:
– Mild hemorrhages (eg, early hemarthrosis, epistaxis,
gingival bleeding): Maintain an FVIII level of 30%
– Major hemorrhages (eg, hemarthrosis or muscle
bleeds with pain and swelling, prophylaxis after head
trauma with negative findings on examination):
Maintain an FVIII level of at least 50%
– Life-threatening bleeding episodes (ie, major trauma
or surgery, advanced or recurrent hemarthrosis):
Maintain an FVIII level of 80-100%
Blood component replacement therapy
factor-VIII factor-IX
(unit/ml) (unit/ml) (ml)
http://www.msdlatinamerica.com/diabetes/files/5dd56fc20582fb58eef8a00bf267aa84.gif
Diabetes Melitus Tipe 1
• Kriteria Diagnostik
– Klinis: Poliuria, Polidipsi, Polifagi, Penurunan BB
– Laboratorium:
• A fasting plasma glucose (FPG) level ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L), or
• A 2-hour plasma glucose level ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L) during a 75-g oral glucose
tolerance test (OGTT), or
• A random plasma glucose ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L) in a patient with classic
symptoms of hyperglycemia or hyperglycemic crisis
• Asimptomatik : Hasil positif pada lebih dari 2 kali pemeriksaan
• Pemeriksaan penunjang: Gula darah, urin reduksi, keton urin, HbA1C, C-
peptide
• Tatalaksana :
– Diet DM
– Kontrol Metabolik dengan Insulin
– Edukasi pertolongan pertama pada kedaruratan seperti hipoglikemia
dan ketoasidosis
Patogenesis Ketoasidosis Diabetikum
Diagnostic Criteria and Typical Total Body Deficits of
Water and Electrolytes in Diabetic Ketoacidosis
• Diagnostic criteria* • Typical deficits
– Blood glucose: > 250 mg per dL – Water: 6 L, or 100 mL per kg
(13.9 mmol per L) body weight
– pH: <7.3 – Sodium: 7 to 10 mEq per kg body
– Serum bicarbonate: < 15 mEq/L weight
– Urinary ketone: ≥3+ – Potassium: 3 to 5 mEq per kg
body weight
– Serum ketone: positive at 1:2
dilutions† – Phosphate: ~1.0 mmol per kg
body weight
– Serum osmolality: variable
• Pucat kronik
• Hepatosplenomegali
• Ikterik
• Perubahan penulangan
• Perubahan bentuk wajah
facies cooley
• Hiperpigmentasi kulit
akibat penimbunan besi
• Riwayat keluarga +
• Riwayat transfusi
• Ruang traube terisi
• Osteoporosis
• “Hair on end” pd foto
kepala
Diagnosis thalassemia
(cont’d)
• Pemeriksaan darah
– CBC: Hb , MCV , MCH , MCHC , Rt ,
RDW
– Apusan darah: mikrositik, hipokrom,
anisositosis, poikilositosis, sel target,
fragmented cell, normoblas +, nucleated
RBC, howell-Jelly body, basophilic
stippling
– Hiperbilirubinemia
– Tes Fungsi hati abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Tes fungsi tiroid abnormal (late findings
krn overload Fe)
– Hiperglikemia (late findings krn overload
Fe)
– HbF , HbA2 n/, Tidak ditemukan HbA, thalassemia with target cells, hypochromia, Howell-Jolly
bodies, thrombocytosis, and nucleated RBCs.Image from
Hb abnormal (HbE, HbO, dll), Jenis Hb Stanley Schrier@ 2001 in ASH Image Bank 2001;
doi:10.1182/ashimagebank-2001-100208)
kualitatif
Hepatosplenomegali & Ikterik
Pucat
Hair on End
Roni D. Lane and Robert G. Bolte. Pediatric Anaphylaxis in Pediatric Emergency Care. Volume 23, Number 1, January 2007.
http://www.library.musc.edu/tree_docs/pem/anaphylaxis-one.pdf
Gejala klinis Syok Anafilaktik
• Diagnosis didasarkan atas temuan klinis
• Hati-hati karena 69% anak yg menderita anafilaksis tidak
memiliki riwayat alergi terhadap agen kausatifnya.
• Gejala bisa timbul dalam hitungan detik hingga beberapa
jam (pada anak rata-rata muncul 5-30 menit
postexsposure)
• 80% – 90% mengalami gejala kutaneus, termasuk flushing,
pruritus, urtikaria, diaphoresis, sensasi panas, dan
angioedema.
• Gejala pernapasan muncul hingga 94% kasus
• Gejala tersering: rasa tercekik, pruritus, serak, stridor, dada
terasa berat, wheezing, dan hipoksemia.
Roni D. Lane and Robert G. Bolte. Pediatric Anaphylaxis in Pediatric Emergency Care. Volume 23, Number 1, January 2007.
http://www.library.musc.edu/tree_docs/pem/anaphylaxis-one.pdf
www.resus.org.uk/pages/reacti
on.pdf
2012.
• Acquired/Nosocomial
Pneumonia
Term Baby Preterm Baby • Dev anomalies
• CHD
• TTN • RDS • IEM
• MAS • Congenital • Metabolic (Met
• Congenital Pneumonia acidosis/ electrolytes)
Pneumonia • TTN
• Dev Anomalies
Silverman Anderson Score for
Premature Baby
Score Upper Chest Lower Chest Xiphoid Nasal Flaring Grunting
Retraction Retraction Retraction
0 Synchronous None None None None
1 Lag on Just visible Just visible Minimal Stethoscope
Inspiration
2 See-Saw Mark Mark Mark Naked ear
AAP, 2004
Panduan transfusi tukar
AAP, 2004
131-132. IMUNISASI
Hepatitis B
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM
Campak
Hartono Gunardi. Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM
133. Eksantema akut
Morbili/Rubeola/Campak
• Pre-eruptive Stage
– Demam
– Catarrhal Symptoms – coryza, conjunctivitis
– Respiratory Symptoms – cough
• Eruptive Stage/Stage of Skin Rashes
– Exanthem sign
• Maculopapular Rashes – Muncul 2-7
hari setelah onset
• Demam tinggi yang menetap
• Anoreksia dan iritabilitas
• Diare, pruritis, letargi dan
limfadenopati oksipital
• Stage of Convalescence
– Rash – menghilang sama dengan urutan
munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah)
→ membekas kecoklatan
– Demam akan perlahan menghilang saat
erupsi di tangan dan kaki memudar
• Tindakan Pencegahan :
– Imunisasi Campak pada usia 9 bulan
– Mencegah terjadinya komplikasi berat
Morbili
• Paramyxovirus • Prodromal
• Kel yg rentan: – Hari 7-11 setelah
– Anak usia prasekolah yg eksposure
blm divaksinasi – Demam, batuk,
– Anak usia sekolah yang konjungtivitis,sekret
gagal imunisasi hidung. (cough, coryza,
conjunctivitis 3C)
• Musin: akhir musim • Enanthem ruam
dingin/ musim semi kemerahan
• Inkubasi: 8-12 hari • Koplik’s spots muncul 2
• Masa infeksius: 1-2 hari hari sebelum ruam dan
sblm prodromal s.d. 4 bertahan selama 2 hari.
hari setelah muncul ruam
Komplikasi
• Otitis Media
• Bronchopneumonia
• Encephalitis
• Pericarditis
• Subacute sclerosing
panencephalitis – late
sequellae due to
persistent infection of
the CNS
Rubella
• Togavirus • Asymptomatik hingga
• Yg rentan: orang dewasa 50%
yang belum divaksinasi • Prodromal
• Musim: akhir musim – Anak-anak: tidak bergejala
dingin/ awal musim semi. s.d. gejala ringan
– Dewasa: demam, malaside,
• Inkubasi 14-21 hari nyeri tenggorokan, mual,
• Masa infeksius: 5-7 hari anoreksia, limfadenitis
sblm ruam s.d. 3-5 hari oksipital yg nyeri.
setelah ruam muncul • Enanthem
– Forschheimer’s spots
petekie pada hard
palate
Rubella - komplikasi
• Arthralgias/arthritis pada
org dewasa
• Peripheral neuritis
• encephalitis
• thrombocytopenic purpura
(jarang)
• Congenital rubella
syndrome
– Infeksi pada trimester
pertama
– IUGR, kelainan mata, tuli,
kelainan jantung, anemia,
trombositopenia, nodul kulit.
Roseola Infantum ≈ Exanthem Subitum
• Human Herpes Virus 6 • Demam tinggi 3-4 hari
(and 7) • Demam turun mendadak
• Yg rentan: 6-36 bulan dan mulai timbul ruam
(puncak 6-7 bulan) kulit.
• Musim: sporadik • Kejang yang mungkin
• Inkubasi: 9 hari timbul berkaitan dengan
• Masa infeksius: berada infeksi pada meningens
dalam saliva secara oleh virus.
intermiten sepanjang
hidup; infeksi
asimtomatik persisten.
Scarlet Fever
• Sindrom yang memiliki • Rash : Timbul 12-48 jam
karakteristik: faringitis setelah onset demam. Dimulai
eksudatif, demam, dan rash. dari leher kemudian menyebar
• Disebabkan oleh group Abeta- ke badan dan ekstremitas.
hemolyticstreptococci • Pemeriksaan : Throat culture
(GABHS) positive for group A strep
• Masa inkubasi 1-4 hari. • Tatalaksana : Antibiotik
• Manifestasi pada kulit diawali antistreptokokal minimal 10
oleh infeksi streptokokus hari (Eritromisin atau Penicillin
(umumnya pada G)
tonsillopharynx) : nyeri
tenggorokan dan demam
tinggi, disertai nyeri kepala,
mual, muntah, nyeri perut,
myalgia, dan malaise.
Scarlet Fever. http://emedicine.medscape.com/article/1053253-
overview
134. Reaksi Hipersensitivitas
Fase Dini/ Initial Response
Terjadi beberapa menit setelah terpapar alergen yang sama untuk
kedua kalinya
puncaknya 15-20 menit pasca paparan
berakhir 60 menit kemudian
Acetylcholine
Cholinergic Ca++
receptor
Guanylate
Cyclase Phospho
diesterase
IgE
GTP
cGMP ↑ 5’ GMP
Allergen
Pre-SRS-A SRS-A
E E Histamine
ECF-A
Phospho
Ca++ ATP cAMP ↑
diesterase
5’ AMP
cAMP ↓
Adenylate cyclase
-adrenergic
receptor -adrenergic
H2 Receptor receptor
Norephinephrine
PGE receptor Histamine
Ephinephrine PGE1 / PGE2
Sympathetic Nerve
Penyakit hipersensitifitas tipe II
Disease Target Antigen Mechanisms of Disease Clinicopathologic Manifestations
Autoimmune hemolytic Erythrocyte membrane proteins (Rh blood Opsonization and phagocytosis of Hemolysis, anemia
anemia group antigens, I antigen) erythrocytes
Autoimmune Platelet membrane proteins (gpllb:Illa Opsonization and phagocytosis of Bleeding
thrombocytopenic intergrin) platelets
purpura
Pemphigus vulgaris Proteins in intercellular junctions of epidermal Antibody-mediated activation of Skin vesicles (bullae)
cells (epidermal cadherin) proteases, disruption of
intercellular adhesions
Vasculitis caused by ANCA Neutrophil granule proteins, presumably Neutrophil degranulation and Vasculitis
released from activated neutrophils inflammation
Goodpasture syndrome Noncollagenous protein in basement Complement- and Fc receptor- Nephritis, lung hemorrhage
membranes of kidney glomeruli and mediated inflammation
lung alveoli
Acute rheumatic fever Streptococcal cell wall antigen; antibody Inflammation, macrophage activation Myocarditis, arthritis
cross-reacts with myocardial antigen
Myasthenia gravis Acetylcholine receptor Antibody inhibits acetylcholine Muscle weakness, paralysis
binding, down-modulates
receptors
Graves disease TSH receptor Antibody-mediated stimulation of Hyperthyroidism
(hyperthyroidism) TSH receptors
Insulin-resistant diabetes Insulin receptor Antibody inhibits binding of insulin Hyperglycemia, ketoacidosis
Pernicious anemia Intrinsic factor of gastric parietal cells Neutralization of intrinsic factor, Abnormal erythropoiesis, anemia
decreased absorption of
vitamin B 12
Clinicopathologic
Disease Antigen Involved Manifestations
Systemic lupus erythematosus DNA, nucleoproteins, others Nephritis, arthritis,
vasculitis
Polyarteritis nodosa Hepatitis B virus surface antigen (in some cases) Vasculitis
Serum sickness Various proteins, e.g., foreign serum (anti- Arthritis, vasculitis,
thymocyte globulin) nephritis
Penyakit T Cell-Mediated (Type IV) Hypersensitivity
Specificity of Pathogenic T Clinicopathologic
Disease Cells Manifestations
Type 1 diabetes Antigens of pancreatic islet β Insulitis (chronic
mellitus cells (insulin, glutamic inflammation in
acid decarboxylase, islets), destruction
others) of β cells;
diabetes
Multiple sclerosis Protein antigens in central Demyelination in CNS
nervous system myelin with perivascular
(myelin basic protein, inflammation;
proteolipid protein) paralysis, ocular
lesions
Rheumatoid arthritis Unknown antigen in joint Chronic arthritis with
synovium (type II inflammation,
collagen?); role of destruction of
antibodies? articular cartilage
and bone
Peripheral neuropathy; Protein antigens of peripheral Neuritis, paralysis
Guillain-Barré nerve myelin
syndrome?
135. Ginekologi
Jenis Keterangan
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di
belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma
atau infeksi
Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti
(ovula) dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan
permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran
bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari
kanalis servikalis ke vagina. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler,
sedangkan polip mengalami peradangan dengan metaplasia skuamosa atau
ulserasi dan perdarahan.
Kista Gartner Suatu kista vagina yang disebabkan oleh sisa jaringan embrional (duktus
Wolffian). Biasanya didapatkan di dinding anterolateral superior vagina.
Ukuran pada umumnya < 2cm, namun dapat berkembang hingga lebih besar
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis
dan ulserasi.
Kista Nabothi
• Etiologi
– Terjadi bila kelenjar penghasil mukus di
permukaan serviks tersumbat epitel
skuamosa
• Kista naboti masa yang berisi mukus,
terbentuk akibat tertutupnya kelenjar
penghasil mukus oleh sel squamosa.
• Bukan keganasan
• Tidak bergejala
• Tidak perlu diobati; Bila simptomatik
drainase
• Pemeriksaan
- Pemeriksaan pelvis, kadang dengan kolposkopi
• Gejala & Tanda
– Berbentuk seperti beras dengan
permukaan licin
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001514.htm
136. Ligamen pada uterus
• Ligamentum kardinal (mackenrodt)
– Berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah dinding lateral pelvis
– Mencegah uterus tidak turun
• Ligamentum rotundum
– Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke darah ingunial kiri dan
kanan
– Mempertahankan uterus dalam keadaan antefleksi
• Ligamentum latum (broad)
– Merupakan bagian dari peritoneum viseral
– Tidak memiliki arti dalam mempertahankan posisi uterus
• Ligamentum sakro-uterina
– Berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan ke os sakrum kiri dan
kanan
– Mempertahankan uterus agar tidak banyak bergerak
• Ligamentum infundibulopelvicum
– Berjalan dari tuba ke dinding pelvis
– Ligamen yang menahan tuba falopi
Ligament pada uterus
137. Siklus menstruasi
Siklus Menstruasi
• Pada siklus ovarium terjadi 2 fase
– Fase folikular pematangan folikel
• Lama fase 14 hari ± 7 hari
• Dipengaruhi oleh hormon FSH, LH, dan estrogen
– Fase luteal setelah ovulasi
• Lama fase 13-14 hari (selalu konstan dan sama di
wanita)
• Dipengaruhi oleh hormon LH
• Ovum hanya bertahan 24 jam setelah ovulasi
Siklus Menstruasi
• Pada siklus menstruasi 28 hari maka ovulasi
akan terjadi pada hari ke 14 yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir
• Sehingga bila pasien berhubungan badan
tanpa pengaman, pasien akan memiliki
kesempatan besar untuk hamil
• Rumus naegel untuk menentukan taksiran
persalinan adalah hari HPHT + 7, bulan - 3,
tahun + 1
Simulasi Penghitungan Masa Ovulasi
• PANGGUL ANDROID
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria
mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter transversa dekat
dengan sakrum. Pada wanita ditemukan 15%.
• PANGGUL ANTHROPOID
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti
telur. Panjang diameter anteroposterior lebih besar daripada
diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita
• PANGGUL PLATYPELOID
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada
arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada
ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.
Jenis panggul
• Panggul
ginekoid
adalah yang
paling sering
ditemukan
pada wanita
Diameter panggul
• Diameter normal
konjugata
diagonalis adalah
13 cm
• Diameter normal
konjugata
obstetrik dan
konjugata
diagonalis (vera) =
11,5 cm
139. Amenorhea
Ciri-ciri perkembangan seks sekunder
Amenorhea
• Amenorhea dibagi menjadi 2
– Primer
• belum pernah mendapatkan menarche pada usia 14
tahun tanpa adanya tanda2 perkembangan seks
sekunder
• atau pada usia 16 tahun dengan adanya perkembangan
seks sekunder
– Sekunder terhentinya siklus menstruasi selama
3 siklus atau selama 6 bulan atau 9 bulan pada
wanita dengan oligomenorhea
Etiologi
Penyebab amenore primer:
1. Tertundanya menarke (menstruasi pertama)
2. Kelainan bawaan pada sistem kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina,
adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang
menutupi vagina terlalu sempit/himen imperforata)
3. Penurunan berat badan yang drastis (akibat kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia
nervosa, bulimia, dan lain lain)
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel
hanya mengandung 1 kromosom X)
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
Etiologi
Penyebab amenore sekunder:
1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
Algoritma Amenore Primer
Algoritma Amenore Sekunder
140 -142. Antenatal Care
• Tujuan umum antenatal care
– Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga
mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat
• Jadwal antenatal care
– Usia kehamilan hingga 28 minggu setiap 4 minggu,
29-36 setiap 2 minggu, dan >36 setiap seminggu
– Seminimal-minimalnya 1 x trimester I, 1 x trimester
kedua, dan 2 x trimester 3
Antenatal Care
• Kegiatan ANC, 7T
– Timbang berat badan
– Ukur Tekanan darah
– Ukur Tinggi fundus
– Imunisasi Tetanus Toxoid
– Tablet besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
– Tes penyakit menular seksual
– Temu wicara untuk persiapan rujukan
Antenatal Care
• Jadwal imunisasi Tetanus Toxoid (dosis 0.5cc)
– Efek perlindungan baru muncul apabila minimal sudah
mendapatkan 2 kali suntikan dengan rentang 4 minggu
– Bila sudah mendapatkan 2 x suntikan sebelum kehamilan
yang terakhir, cukup diberikan 1 x suntikan sebagai
booster
– Selambat-lambatnya suntikan pertama diberikan saat
kehamilan 32 minggu, agar masih ada kesempatan
suntikan kedua
Antenatal Care
• Ciri-ciri kehamilan risiko tinggi
– Terlalu muda <20 tahun
– Terlalu tua >35 tahun
– Terlalu rapat kehamilan (<2 tahun)
– Terlalu lama hamil lagi (>10 tahun)
– Terlalu banyak (>3)
– Terlalu pendek <145 cm
– Terlalu kurus, lingkar lengan atas <23.5cm
– Riwayat persalinan dengan SC
– Riwayat persalinan dengan komplikasi
• Perdarahan, PEB, prematur, kembar, anemia, malaria, Diabetes
143. Imunisasi yang
dikontraindikasikan selama kehamilan
Imunisasi dari kuman yang dilemahkan berbahaya bagi kehamilan
144-146. Abortus
• Abortus ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan <20 minggu atau berat janin <500gr.
• Abortus terbagi berdasarkan proses
– Abortus spontan
– Abortur provokatus: medicinals dan kriminalis
• Abortus berdasarkan gejala, tanda, dan patologis
– Abortus iminens (threatened)
– Abortus insipiens
– Abortus inkomplit
– Abortus komplit
– Abortus habitualis
– Missed abortion
– Septic abortion
PERDARAHA BESAR
DIAGNOSIS SERVIKS GEJALA LAIN
N UTERUS
• Tes kehamilan +
Sesuai usia
Abortus imminens Sedikit-sedang Tertutup lunak • Nyeri perut
kehamilan
• Uterus lunak
• Fase laten :
pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)
• Fase aktif :
Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
Kala Persalinan: Kala II
• Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi
(Depkes RI. 2004. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan)
152. Perdarahan Pada Kehamilan
Muda
Abortus Mola KET Blighted ovun
Tinggi fundus < usia Biasa > usia < usia <Usia
kehamilan kehamilan kehamilan kehamilan
Nyeri Tergantung Tidak ada Nyeri Tidak nyeri
jenis
Gejala lain Anemia Mual, muntah Anemia -
Banyak darah Tergantung Bercak Tergantung Bercak
jenis lokasi
USG Adanya janin Badai salju/ Kantung gestasi Hanya kantung
sarang lebah ekstrauterine gestasi
Tatalaksana Dilatase dan Dilatase dan Laparotomi Dilatase dan
kuretase kuretase kuretase
Blighted ovum
• Dikenal juga sebagai
“anembrionic pregnancy”
• Perjalanan penyakit menyerupai
kehamilan normal, namun
berakhir dengan abortus
• Patofisiologi
– Sel telur yang dibuahi tertanam
pada dinding uterus, namun tidak
berkembang menjadi embrio,
hanya membentuk kantong
gestasi
• Etiologi kelainan kromosom
pada sel telur dan sperma
153. Hyperemesis Gravidarum
• Kondisi pada kehamilan yang ditandari dengan
mual-muntah yang berat, menurunnya berat
badan, dan gangguan elektrolit
• Hiperemesis gravidarum diduga berhubungan
dengan perubahan kadar hormonal (hCG)
• Kadar hCG yang tinggi akan menyebabkan
hipertiroidism sesaat, karena meningkatkan
reseptor hormon TSH
• Kejadian ini terjadi selama trimester 1
153. Hiperemesis Gravidarum
Definisi
• Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Mulai setelah minggu ke-6 dan biasanya akan membaik dengan
sendirinya sekitar minggu ke-12
Etiologi
• Kemungkinan kadar BhCG yang tinggi atau faktor psikologik
Predisposisi
• Primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
Verberg MFG, et al. Hyperemesis gravidarum, a literature review. Human Reproduction Update, Vol.11, No.5 pp. 527–539, 2005
Hiperemesis Gravidarum: Patofisiologi
Worsen
NVP
Hypochoremic Thiamine
Dehydration Starvation
alkalosis depletion
Hemoconcentration Wernicke
Ketosis
Somnolen/coma encephalopathy
Hypovolemic shock
Acute renal failure
Hepatic
dysfunction
NVP: Nausea and vomiting during pregnancy
1. Cunningham et al. William’s obstetrics. 22nd ed. McGraw Hill; 2005.
2. Verberg MFG, et al. Hyperemesis gravidarum, a literature review. Human Reproduction Update, Vol.11, No.5 pp. 527–539, 2005.
3. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• NVP without complication, frequency is usually <5 x/day.
• 70% of patients: Began between the 4th and 7th menstrual week.
• 60% of patients: resolution by 12 weeks . 99% of patienst by 20 weeks.
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen – coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3. Bader TJ.
Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Hiperemesis Gravidarum: Tatalaksana
• Tatalaksana umum Hiperemesis Gravidarum:
– Pertahankan kecukupan nutrisi ibu.
– Istirahat cukup dan hindari kelelahan
• Tatalaksana Medikamentosa
– 10 mg doksilamin + 10 mg piridoksin hingga 4 tablet per hari (2
tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi dan 1 tablet saat siang)
– Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria 4-6 kali
sehari ATAU prometazine 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau
supositoria dapat diberikan bila doksilamin tidak berhasil
– Bila masih tidak teratasi dapat diberikan Ondansetron 8 mg per
oral tiap 12 jam atau Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-
100 mg IM tiap 4-6 jam bila masih belum teratasi dan tidak
terjadi dehidrasi.
Hiperemesis Gravidarum: Tatalaksana
• Atasi dehidrasi dan ketosis
Berikan Infus Dx 10% + B kompleks IV
Lanjutkan dengan infus yang mempunyai komposisi kalori dan elektrolit
yang memadai seperti: KaEN Mg 3, Trifuchsin dll.
• Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan
defisit elektrolit
• Berikan suport psikologis
• Jika dijumpai keadaan patologis: atasi
• Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan
sesuai apa yang dikehendaki pasien
• Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar
dan dapat makan dengan porsi wajar
http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview
154. Istilah pada perdarahan uterus
abnormal
• Dismenorhea nyeri menstruasi
• Oligomenorhea siklus menstruasi >35 hari
• Menorhagia menstruasi dengan
perdarahan yang banyak dan durasi
menstruasi memanjang
• Metrorhagia perdarahan yang terjadi di
luar siklus menstruasi
• Dispareunia nyeri saat bersenggama
154. Endometriosis
• Endometriosis adanya jaringan endometrium di luar
rongga rahim
• Diagnosis ditegakan berdasarkan
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Imaging USG kista pada ovarium yang berisi cairan
(darah); disebut juga kista cokelat
• Gejala
– Dysmenorhea
– menorhagi
– Dyspareunia
– constipation
Endometriosis
• Terapi
medikamentosa:
– KB hormonal
Pil atau suntik
(yang
mengandung
progesteron)
– GnRH agonis
– NSAID (untuk
nyeri)
Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala dan Tanda Temuan USG
– Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban adalah benda
bukti. Kalau tidak bersama polisi, jangan diperiksa, suruh korban
kembali bersama polisi.
– Izin tertulis untuk pemeriksaan dapat diminta dari korban sendiri atau
dari orang tua/wali jika korban adalah seorang anak.
• Luka Bakar
– Bekas sundutan rokok
– Luka bakar pada tangan, kaki atau bokong akibat kontak dengan
benda panas
– Bentuk luka yang khas sesuai dengan benda panas yang dipakai
KDRT
• Tanda-tanda penelantaran fisik
– Gagal tumbuh fisik ataupun mental
– Malnutrisi, tanpa dasar organik yang jelas
– Dehidrasi
– Luka atau penyakit yang dibiarkan tidak diobati
– Tidak mendapat imunisasi dasar
– Kulit kotor tidak terawat, rambut dengan kutu-kutu
– Pakaian lusuh dan kotor
– Keterlambatan perkembangan
– Keadaan umum yang lemah, letargis dan lelah
Hematom/ Memar
• Dengan berlalunya waktu, hematom yang terbentuk pecah
oleh pengaruh enzim jaringan dan infiltrasi seluler.
• Sel darah merah menutupi ruptur dan mengandung Hb
membuat degradasi secara kimiawi yang memyebabkan
perubahan warna.
• Hemoglobin pecah menjadi hemosiderin, biliverdin dan
bilirubin yang menyebabkan perubahan warna memar dari
ungu atau coklat kebiruan menjadi coklat kehijauan,
kemudian hijau kekuningan sebelum akhirnya samar.
• Memar kecil pada dewasa muda yang sehat akan
menghilang dalam waktu 1 minggu.
168. Tanda pasti kematian
Tanda Keterangan
Livor mortis Penumpukan eritrosit pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali
bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Tampak 20 – 30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya
menetap setelah 8 – 12 jam.
Rigor mortis terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak terbentuk dan
aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke dalam),
menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian
menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Dekomposisi proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kira-kira 24
jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada menyertai
terciumnya bau busuk.
36 – 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat
memperkirakan saat kematian).
• Pada kasus ditemukan livor mortis menetap (>8-12 jam), tidak ada kaku sama sekali (karena lebam
sudah menetap, tidak ada rigor mortis menandakan bahwa kaku mayat sudah terurai), dan ada
pembusukan (>24 jam)
• Dari semua petunjuk, bisa disimpulkan waktu kematian yang paling mendekati adalah 32-64 jam
optimized by optima
169. TEKNIK SAMPLING
Probability Sampling Techique lebih baik
dibanding non-probability
• Simple Random Sampling: pengambilan sampel dari
semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam
populasi itu.
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Outcome
Exposure Yes No Total
Yes a b a+b
No c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d
Rumus prevalence odds ratio (POR) sama dengan rumus OR, yaitu:
POR: ad
bc
Interpretasi RR/OR/PR
RR/OR/PR= 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan
dengan outcome.
Analitik Deskriptif
Case report
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case - control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
Contoh: Penelitian ingin mengetahui Hubungan
ASI Eksklusif dengan Diare pada Anak 1-3 tahun
• Bila menggunakan desain cross sectional, maka dalam
satu waktu peneliti mengumpulkan data semua anak
berusia 1-3 tahun dan ditanyakan apakah mendapat
ASI eksklusif dan berapa frekuensi diare selama ini
secara bersamaan.
Teknik Keterangan
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
partisipasi penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan
observasi yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam
nonpartisipan interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan
dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti
Observasi tidak ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
terstruktur sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan
Observasi ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap
kelompok sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
Teknik Keterangan
Focus Group yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang yang
Discussion dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda lewat diskusi untuk
menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti
optimized
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis,bydan
optima
disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007
178. Target MDGs 2015
Target 5A dan 5B
Target 5A:
Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015
Target 5B:
Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
• Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri.
• Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.
• Pasal 7a: Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion)
dan penghormatan atas martabat manusia.
• Pasal 7b: Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani
pasien
• Pasal 7c: Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
• Pasal 7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
• Pasal 9: Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
KODEKI-Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Sumpah Dokter
185. TINDAK SENGKETA MEDIK
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus
Schedel PA & PA: frontal sinus
lateral Lateral: frontal, sphenoidal, & ethmoidal sinus
Schuller Lateral mastoid
Towne Posterior wall of maxillary sinus
Caldwell Frontal sinus
Rhese/oblique Posterior of ethmoidal sinus, optic canal, &
floor of orbit.
189. Otitis eksterna
• Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
– Etiologi: Staph Aureus, Staph Albus
– Obstruksi kelenjar minyak atau folikel
rambut
– Terjadi di bagian luar kartilago telinga,
karena tidak ada jaringan ikat sakit
– Antibiotik topikal, insisi
• Otitis eksterna difus
– Etiologi: pseudomonas (paling umum),
Staph albus, E.Coli
– Terjadi pada bagian dalam rongga telinga
– Keadaan lembab pertumbuhan bakteri
– Antibiotik topikal atau sistemik
189. Otitis Externa (OE)
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Elderly diabetics or immunocompromised.
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
• Otoacoustic emission:
– objective, noninvasive, and rapid measures used
to determine cochlear outer hair cell function.
– Evoked OAE are acoustic signals generated by the
cochlea in response to auditory stimulation.
Buku ajar THT KL FKUI
Current diagnosis & treatment in otolaryngology. 2nd ed. McGraw-Hill.
196. Audiologic Testing in Pediatric
• Pure tone audiometry:
– The audiogram is a graph that depicts threshold as a
function of frequency. Threshold is defined as the softest
intensity level that a pure tone (single frequency) can be
detected 50% of the time.
196. Audiologic Testing in Pediatric
• Brainstem evoked response audiometry:
– BERA is a series of scalp-recorded electrical potentials
generated in the auditory nerve and brainstem during the
first 10 to 20 ms after the onset of a transient stimulus.
– Can be used in infant, children, adults, & comatose patient.
Sumber: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
197. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring merupakan
keganasan pada nasofaring dengan
predileksi pada fossa Rossenmuller.
Faktor risiko meliputi: infeksi oleh EBV,
makanan berpengawet, dan genetik
Gejala:
Gejala Nasofaring
– Epistaksis ringan, sumbatan hidung
Gejala mata
– Diplopia
Gejala telinga
– Tinitus, Otalgia, Hearing loss
Gejala Neural
– Gejala yang berhubungan dengan
nervus cranial V, IX, X, XI, XII
Keganasan THT
History Physical Exam. Diagnosis Treatment
Male in 5th decade, unilateral obstruction & Ca Surgery
exposed with nickel, rhinorrea. Diplopia, sinonasal
chrom, formalin, proptosis . Bulging of
terpentin. palatum, cheek protrusion,
anesthesia if involving n.V
Elderly with history of Posterior rhinoscopy: mass at KNF Radiotherapy,
smoking, preservative fossa Rosenmuller, cranial chemoradiation,
food. Tinnitus, otalgia nerves abnormality, surgery.
epistaxis, diplopia, enlargement of jugular
neuralgia trigeminal. lymph nodes.
painful ulceration, Painful ulceration with Ca tonsil Surgery
otalgia & slight bleeding. induration of the tonsil.
Lymph node enlargement.
Male, young adult, with Anterior rhinoscopy: red Juvenile Surgery
recurrent epistaxis. shiny/bluish mass. No lymph angiofibro
nodes enlargement. ma
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
198. Serumen
• Serumen adalah produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu.
Biasanya ditemukan pada sepertiga liang telinga bagian
depan.
• Konsistensi serumen bisa lunak dan keras, dipengaruhi oleh
faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan lingkungan.
• Gumpalan serumen (serumen plug) dapat menyebabkan
gangguan berupa tuli konduktif.
• Serumen plug dapat terjadi ketika telinga masuk air
(mandi, berenang) dan menyebabkan serumen
mengembang sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran dan rasa tertekan pada telinga.
• Pengobatan:
– Serumen yang lembek: dapat langsung
dibersihkan dengan kapas
– Serumen yang keras dapat dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Namun apabila kondisinya
keras dapat dicairkan dengan tetes karbogliserin
10% selama tiga hari.
Otitis eksterna
• Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
– Etiologi: Staph Aureus, Staph Albus
– Obstruksi kelenjar minyak atau folikel
rambut
– Terjadi di bagian luar kartilago telinga,
karena tidak ada jaringan ikat sakit
– Antibiotik topikal, insisi
• Otitis eksterna difus
– Etiologi: pseudomonas (paling umum),
Staph albus, E.Coli
– Terjadi pada bagian dalam rongga telinga
– Keadaan lembab pertumbuhan bakteri
– Antibiotik topikal atau sistemik
199. Rinitis medikamentosa
• Kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor
akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan menetap terjadi rebound
dilatation dan rebound congestion
• Anjuran: pemakaian obat topikal sebaiknya tidak lebih dari 1
minggu
• PF: edema/hipertrofi konka dengan sekret berlebihan. Apabila
diberi tampon, edema tidak berkurang
• Tatalaksana: hentikan obat topikal hidung, steroid oral dosis
tinggi jangka pendek dan tappering off, dekongestan oral
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
200. Otitis Media Supuratif Kronis
• Otitis media supuratif kronis adalah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi
mebran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul.
• OMA dengan perforasi mebran timpani
menjadi otitis media supuratif jika prosesnya
lebih dari dua bulan.
• Jenis-jenis OMSK:
– OMSK tipe aman (tipe mukosa/benigna)
– OMSK tipe bahaya (disertai kolesteatoma),
kolesteatoma jenis ini biasanya menyebabkan
perforasi di daerah marginal atau atik dari
membran timpani.
Terapi OMSK
• OMSK tipe benigna:
– Secara umum terapi OMSK jinak adalah konservatif.
Obat yang dapat digunakan berupa obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotik (penggunaan
antara 1-2 minggu) dan antibiotik oral. Miringoplasti
atau timpanoplasti dapat dilakukan setelah dua bulan
ketika keadaan sekret sudah kering.
• OMSK tipe bahaya:
– Secara umum pembedahan ], mastoidektomi dengan
atau timpanoplasti.
• Miringoplasty adalah jenis timpanoplasty yang
paling ringan. Pada prosedur ini hanya
dilakukan rekonstruksi pada membran timpani
• Timpanoplasty adalah sebuah prosedur yang
dilakukan pada OMSK tipe aman dengan
kerusakan yang lebih berat. Pada operasi ini
dilakukan rekonstruksi membran telinga dan
rekonstruksi tulang pendengaran.