Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA MAMMAE

A. Definisi
Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya
sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang
bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar
jaringan mamae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan
meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang
berasal dari struktur parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel
duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai
jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara/mammae tumbuh lokal
ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe
(penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak
dan kulit.

B. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara;
namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan
kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai
peran penting dalam payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan
progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara.
Tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita
menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko
tersebut adalah:
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko
terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker
pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya
kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki
salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker
payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam
terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan
oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel.
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya
meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah
mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang
pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan
bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur
jaringan payudara (hiperplasia atipik).
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause
setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum
pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara.
Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita
yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.
Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama.
Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko
menderita kanker payudara.
7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan
resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
8. Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obes.
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri
lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

C. Patofisiologi
Kanker payudara berasal dari unsur epitel parenkim payudara. Kesatuan
fungsional terkecil payudara disebut lobulus, yang terbentuk oleh kelompok
asinus dengan fungsi sekresi air susu dan struktur saluran keluarnya, yang
berukuran kecil disebut duktulus, yang lebih besar disebut duktus. Papila atau
puting susu adalah muara duktus ekskretorius bentuk lobus yang bercabang
dalam sekelompok lobulus. Kanker payudara yang berasal dari epitel asinus
dalam lobulus disebut Karsinoma Lobular sedangkan kanker yang berasal dari
epitel duktulus atau duktus disebut Karsinoma Duktal. Keganasan setempat
yang masih terbatas intra lobular atau intra duktal, belum ada kerusakan
membran basalis dalam asinus dan duktulus atau duktus, jadi belum ada tanda
invasi ke jaringan di luar lobulus atau duktus, merupakan tahap awal
karsinoma payudara. Pertumbuhan lebih lanjut dari masing-masing keganasan
tersebut tetap seperti keadaan semula atau menyebuk (invasif). Jaringan di luar
lobulus atau duktulus atau duktus. Pertumbuhan keganasan yang tidak
menyibuk kemana-mana disebut karsinoma invasif = karsinoma insitu.
Karsinoma lobular maupun duktal baik bersifat invasif atau non invasif
yang berukuran kurang dari 0,5 cm (ada yang memakai patokan kurang dari 1
cm) disebut karsinoma payudara minimal (dini), secara klinik. Dan apabila
ditinjau dari populasi sel ganas, masa minimal terdeteksi tersebut diperkirakan
telah mencapai 30 doublings sehingga berbentuk 10 sel tumor ganas. Sel
tumor ganas mengadakan pembelahan secara tidak teratur dan diperkirakan
satu waktu doubling berkisar antara 30 sampai 200 hari atau lebih. Sehingga
status dini klinis tidak sama dengan status dini biologis. Apabila invasi tumor
ganas mencapai pembuluh limfe atau pembuluh darah, akan terjadi emboli sel
tumor ganas, sehingga akan memungkinkan penyebaran limfogen atau
hematogen baik regional atau metastasis jauh. Perjalanan penyakit lebih lanjut
secara klinis dinyatakan secara klinis T.N.M.

Staging (Penentuan Stadium Kanker)


Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up
dan menentukan prognosis. Staging kanker payudara (American Joint
Committee on Cancer):
 Stadium 0 : Kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada
tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal
 Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara
 Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang
dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
 Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan
garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak
 Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu
sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan
garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak
 Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada
 Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan
dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis
pengobatan dan prognosis:
- Jenis sel kanker
- Gambaran kanker
- Respon kanker terhadap hormon
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih
lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca
menopause.
- Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

D. Manifestasi klinik
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh
jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit.
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit
di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan
mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
 Benjolan atau massa di ketiak
 Perubahan ukuran atau bentuk payudara
 Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah
atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
 Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting
susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling
puting susu)
 Payudara tampak kemerahan
 Kulit di sekitar puting susu bersisik
 Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
 Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Riwayat breast Riwayat keluarga Menarche < Menopause > KB (estrogen) Obesitas post
cancer denga kanker 12 th 55 th menopause
sebelumnya payudara
E. Pathway

Kambuh
Genetik
Estrogen ↑

Diturunkan Merangsang perkembangan


payudara

Stimulasi perkembangan
payudara abnormal

Kanker payudara Sumber informasi tidak Anxietas


jelas

Stadium 0 Stadium I Stadium II A Stadium IIB Stadium IIIA Stadium IIIB Stadium IV

Garis tengah < 2 Garis tengah 2-5 Garis tengah > 5 Garis tengah > 5 Infiltrasi keluar
Terbatas pada cm cm cm cm payudara Infiltrasi keluar
payudara dan dada
payudara

Belum menyebar Belum metastase ke Belum metastase metastase ke metastase ke


keluar payudara kelj getah bening ke kelj getah kelj getah kelj getah
bening bening bening
Proses desak ruang jaringan
payudara

Menekan saraf nyeri


Pembesaran jaringan
payudara

Menstimuilasi reseptor nyeri

Ggn konsep diri


Mencapai SSP

Muncul sensasi nyeri

Ggn rasa nyaman nyeri


Penatalaksanaan

Mastektomi

Krisis situasi Insisi dada Anestesi

Depresi medulla
Gangguan body oblongata
image Stimulasi saraf Peningkatan Kerusakan
nyeri pajanan integritas
mikroorganisme kulit
Sistem System GI
Trauma jaringan respirasi
Resti
infeksi
Pe ↓ ekspansi Penumpukan secret Pe ↓ motilitas
paru pada jalan nafas usus
Nyeri

Pola nafas
tak efektif Bersihan jalan
nafas tak Konstipasi
efektif
F. Penatalaksanaan Medis
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu
meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk
mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan,
pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau
pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di
sekitarnya).
Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal
di sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan
jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan
peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari
pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan
berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.
Mastektomi
1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot
dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk
menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan
jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur
ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar
luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-
conserving, kanker sering kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau
modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan
menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening
ketiak.
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya
diangkat.
Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi
resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di
sekitarnya. Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah
bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm
bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5
cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor
lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan
tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral
(pengangkatan kedua payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga
banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.
Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi
bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan
karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi,
maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal
in situ tidak pernah mengalami kekambuhan.
Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan
terapi penyinaran. Kanker payudara inflamatori adalah kanker yang sangat serius
meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah
dan membengkak. Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
Rekonstruksi Payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun
jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan
bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang
merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri
dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.
Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat
tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. Efek samping dari
kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang
menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa
ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah
kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis
kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga
menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek
samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan
esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon
(misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta
meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak
mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

G. Pemeriksaan fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain faktor
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di
saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih
kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi.
Penderita diperiksa dengan bagian atas terbuka :
 Posisi tegak (duduk)
Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas kesamping, dan pemerisa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada ispeksi
dilihat : simetri payudara kanan – kiri , kelainan papila, letak dan
bentuknya, adakah retraksi putting susu, kelainan kulit, tanda-tanda
radang, peau d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain.
 Posisi baring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada ; jika perlu bahu/ punggung dengan bantal kecil pada
penderita-penderita payudaranya yang sakit. Palpasi ini dilakukan dengan
mempergunakan palang distal dan falang medial jari II, III, IV dan
dikerjakan secra sistematis mulai dari kranial setingi iga ke-2 sampai ke
distal setinggi iga ke-6.
 Menetapkan keadaan tumornya
Lokasi tumor menurut kwadran di payudara atau teletak di daerah sentral
(subareoral dan dibawah papil).
 Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas tumor tegas atau tidak tegas.
 Mobilitas tumor terhadap kulit dan m.pektoralis atau dinding dada.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CA MAMMAE

Pengkajian
1. Biodata
Ca mammae terjadi terutama pada usia lanjut (diatas 50 th), tetapi 80 % terjadi pada
usia 35 tahun sampai 65 tahun cenderung meningkat 6 kali lipat. Jenis kelamin : laki-
laki dibanding 1 :100.

2. Keluhan utama
Data Subjektif
Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan kadang-kadang
timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.

Data Objektif
Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau
tidak enak yang menyengat. Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan
pasien lain. Klien terlihat sedih dan sering melamun. Observasi gejala memegang
payudara dan wajah tampak menyeringai.

3. Riwayat penyakit
a. Sekarang : Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara
dan kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau
cemas.Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul
yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat Klien
tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien
lainKlien terlihat sedih dan sering melamun, Observasi
gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai
b. Dahulu: adanya siklus perubahan hormonal yang lama dan tidak ada
heti-hentinya, menarche awal, menopuse terlambat dan tidak
ada kehamilan,(long,1996), adanya riwayat kanker
sebelumnya, riwayat kehamilan (nullipara, multipara),
penggunaan obat-obatan hormonal kontrapsepsi, riwayat
menstruasi (early menarce, late menopouse). Adanya
papaaran radiasi dan riwayat peminum alkohol.
c. Keluarga: Ibu dan anak prempuan khususnya dengan kanker
premenopuse atau kanker payudara bilateral, adanya anggota
keluarga yang menderita ca mammae.

4. Pemeriksaan Ca Mammae/kanker payudara meliputi :


o Pemeriksaan skrening
Tujuan untuk menemukan kanker payudara dini pada penderita asimptomatis
(tanpa keluhan) dengan tujuan menurunkan angka kematian akibat Ca
mammae. Standar pemeriksaan skrining payudara dapat dilakukan dengan
Mammografi : tebukti lebih akurat mendeteksi kanker payudara berdiameter
kurang dari 0,5 cm dengan acuration rate : ± 80-90 %
o Pemeriksaan Diagnostik
Meliputi :
1. Anamnesa cermat mengenai waktu timbulnya tumor dan ada tidaknya
faktor resiko
2. Inspeksi, tanda-tanda kecurigaan kanker payudara
3. Palpasi, tanda-tanda kanker payudara.
o Pemeriksaan Imaging
Terdiri dari :
1. Mammografi
2. USG
3. MRI
o Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terdiri dari :
1. Pemeriksaan biopsi terbuka (open Biopsy) : insisional biopsi dan
eksisional biopsi
2. Pemeriksaan biopsi tertutup (minimal invasif biopsy) : needle aspiration
biopsy, trucut biopsy
Needle aspiraton biopsy merupakan piliha utama untuk pemeriksaan
diagnostik tumor payudara yang palpable mass, accuration rate ± 95 %
o Pemeriksaan tambahan
1. Pemeriksaan torak fhoto
2. Pemeriksaaan bone scaning /bone survey
3. Pemeriksaan USG Abdomen /Bone siurvey
4. Pemeriksaan USG abdomen/CT scan abdomen
5. Pemeriksaan tumor marker
6. Pemeriksaan darah/fungsiliver dan tulang
7. Pemeriksaan head CT-scan

KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
 Efek samping :
- nausea, vomiting
- alopecia
- rasa (pengecap) menurun
- mucositis
 toksik
- hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
- ginjal, hepar

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Sistem Integumen
1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan pigmentasi kulit
4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
B. Sistem Gastrointestinalis
1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3. Kaji diare & konstipasi
4. Kaji anoreksia
5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
C. Sistem Hematopoetik
1. Kaji Netropenia
 Kaji tanda infeksi
 Auskultasi paru
 Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
 Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3. Kaji Anemia
 Warna kulit, capilarry refill
 Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
D. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif – terutama bleomisin
2. Kaji tanda CHF
3. Lakukan pemeriksaan EKG
E. Sistem Neuromuskular
1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2. Perhatikan adanya parestesia
3. Evaluasi refleks
4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5. Kaji gangguan pendengaran
6. Diskusikan ADL
F. Sistem genitourinari
1. Kaji frekwensi BAK
2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4. Monitor BUN, kreatinin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3. Lemah berhubungan dengan anemia
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek
samping
5. Perubahan selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis
6. Perubahan gambaran diri berhubungan dengan alopecia

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Mencegah infeksi
2. Mencegah perdarahan
3. Mengurangi kelelahan
4. Meningkatkan nutrisi
5. Mengurangi stomatitis
6. Meningkatkan koping pada perubahan gambaran diri

THERAPI RADIASI
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan
kerusakan molekul sel dan perubahan biokimia : mematikan sel kanker

Jenis therapi radiasi :


 Teletherapi : cobalt, lineacc
 Brakhitherapi : dosis tinggi lebih terlokalisasi
 Intra operative radioterapi, hipertermia

Pertimbangan klinis :
 Indikasi : digunakan tersendiri atau kombinasi
 Perencanaan pengobatan

Komplikasi :
Komplikasi tergantung dari lokasi, jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1. Efek samping akut 1 – 6 bulan
- eritema
- lemah & lunglai
- nausea, muntah, diare
- oral : kering, mucositis, xerostomia
- dispnoe, pnemonia
- sistitis
2. Efek samping kronis > dari 6 bulan
- Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi
- Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
- Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi
- Paru : fibrosis
- Ginjal : nefritis, fibrosis
- Kanker lain 5 – 7% leukemia

Pengkajian
1. Sistem terkait
2. Emosi/psikologis klien

Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan perawatan kulit secara optimal
- informasikan tentang reaksi kulit
- jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi
hanya tepung maizena
- hindari, penekanan, penggosokan, garuk
2. Memastikan terlindungi dari efek radiasi

C. Prioritas keperawatan pre dan post operasi


PREOPERASI
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan
pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak
mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah,
menolak operasi.
Goal : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,
melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang
pre dan post operasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang
diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi,
termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status
puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang
pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri
tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kerjasama pasien.
2. Jika mastektomi akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan
dokter untuk mendapatkan kunjungan dari tim medis yang bersangkutan.
Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda
untuk rehabilitasi suara.Rasional mengetahui apa yang diharapkan dan
melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan
memungkinkan pasien berpikir realistik.
3. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari
akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula,. Rasional
pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu
menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan
tujuan yang realistik.
4. Jika akan dilakukan matektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara latihan
sebagai berikut :
Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
 Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari
membalik-balikan lengan
 Hari pertema pasca operasi harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :
o Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi,
rotasi ssendi bahu jika fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak
akan terjadi kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan juga
dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
o Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut,
pasien haurs mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam
setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan keatas,
kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan
dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan
harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit

2. Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


prosedur pre dan pascaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan
dan ancaman kematian.
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk
dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur
posoperasi.
Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,
mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya
kecemasan, klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.
POST OPERASI
1. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang
terganggu.
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan
pengobatan.

Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan efektif.
3. Komplikasi tercegah atau minimal.
4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.

Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan efek dari
anestesi, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau
kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tidak normal,sianosis.
Goal : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak
sianosis,frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas.
Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis. Rasional perubahan pada
pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2) Tinggikan kepala 30-45 derajat. Rasional memudahkan drainase
sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3) Dorong menelan bila pasien mampu. Rasional mencegah
pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan :
menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi
bermakna dan nyeri terjadi.
4) Dorong batuk efektif dan napas dalam. Rasional memobilisasi sekret
untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi
pernapasan.
5) Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal.
Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret. Rasional mencegah
sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan
terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6) Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah
posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang
leher atau balutan posterior.Rasional sedikit jumlah perembesan
mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya
perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit
bernapas secara tiba-tiba.
7) Ganti selang atau kanul sesuai indikasi. Rasional mencegah akumulasi
sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas.
Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada
paskaoperasi.
Kolaborasi
8) Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen
dan peningkatan masukan cairan.Rasional fisiologi normal ( hidung)
berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan
kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan
batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.
9) Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada. Rasional
pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan
pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.

2. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah


pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau
suplai darah, pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase
terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan
lapisan kulit atau jaringan.
Goal : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi
Rencana tindakan :
1) Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan
tandur kulit.Rasional kulit harus berwarna merah muda atau mirip
dengan warna kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat
menunjukkan kongesti vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau
nekrosis jaringan.
2) Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat. Awasi edema wajah
( biasanya meningkat pada hari ketiga-kelima pascaoperasi ).Rasional
meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan
dengan eksisi saluran limfe.
3) Pertahankan posisi somifowler pada punggung atau sisi yang tidak
sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal Rasional
memabantu drainase dengan bantuan gravitasi
4) Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional
drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama.
Perdarahan terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan
perhatian medik.
5) Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu. Rasional drainase
seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal ( dapat
menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit ).Kebocoran ini
dapat sembuh spontan atau memerlukan penutupan bedah.
6) Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan. Rasional balutan basah
meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi. Catatan :
balutan tekan tidak digunakan diatas lembaran kulit karena suplai
darah mudah dipengaruhi.
7) Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida
( campuran 1 : 1 ) setelah balutan diangkat. Rasional mencegah
pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak
tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka. Peroksida tidak banyak
digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu
penyembuhan.
8) Jangan melakukan pengukuran TDm menginjeksikan obat atau
memasukkan IV pada lengan yang sakit. Rasional, meningkatkan
pontensial konstriksi infewksi, dan limfadema pada sisi yang sakit
9) Kosongkan drain luka secara periodik catat jumlah dan karakteristik
drainase
Rasional, akumulasi cairan drainase (cont, limfe, darah meningkatkan
penyembuhan dan menurunkan kerentanan terhadap infeksi, alat
penghisap (contoh, hemovac, jacsonfart) sering dimasukkan selama
masa pembedahan untuk mempetahankan tekanan negatif pad aluka,
selang bisanya diangkat sekitar hari ketiga atau bila drainase berhenti.
Kolaborasi
10) Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi. Rasional
mencegah atau mengontrol infeksi.

3. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi,


kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi
saliva sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan
defisit nutrisi.
Karakteristik data : Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan
mulut, saliva kental atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah
kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak ada gigi.
Goal : menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran
mukosa baik.
Kriteria Hasil : mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar,
lidah normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada
bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.Rasional
kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva,
mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran saliva
dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri
tenggorok dan mulut.
2) Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran
mukosa. Rasional pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah,
platum lunak, dan faring. Pasien akan mengalami penurunan sensasi
dan gerakan lidah, dengan kesulitan menelan dan peningkatan resiko
aspirasi sekresi, serta potensial hemoragi. Pembedahan dapat
mengankat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tidak
terkontrol. Geligi mungkin tidak utuh ( pembedahan ) atau mungkin
kondisinya buruk karena malnutrisi dan terapi kimia. Gusi juga dapat
terinflamasi karena higiene yang buruk, riwayat lama dari merokok
atau mengunyah tembakau atau terapi kimia. Membran mukosa
mungkin sangat kering, ulserasi,eritema,dan edema.
3) Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien
melakukan pengisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa
untuk mengalirkan sekresi. Rasional saliva mengandung enzim
pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan.
Karena pengalirannya konstan, pasien dapat meningkatkan
kenyamanan sendiri dan meningkatkan higiene oral.
4) Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum,
lidah dan geligi dengan sering. Rasional menurunkan bakteri dan
resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan
kenyamanan.
5) Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi.
Rasional mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik;
menghilangkan sifat erosif dari sekresi.

4. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan


jaringan,adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri
karena insisi bedah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Goal : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan
ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
1) Kaji keluahan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri
(o-10). Perhatikan petunjuk verbal dan nor verbal. Rasional
membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk efektif analgesik. Jumlah jaringan, otot, dan
sisitem limfatik diangkat dapat dapat mempengaruhi jumlah nyeri
yang dialami. Kerusakan saraf pada regio aksilaris yang
menyebabkan kebas pada lengan atas dan regio skapula yang dapat
ditoleransi daripada nyeri pembedahan catatan : nyeri pada dinding
dapat terjadidari tegangan otot, dipengaruhi oleh panas atau dingin
ekstrem, dan berlanjut selama beberapa bulan.
2) Diskusikan masih adanya sensasipayudara normal. Rasional
memberikan kenyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan
penghilangan dapat dilakukan
3) Batu pasien menemukan posisi yang nyaman. Rasional. Peninggian
lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan
pasien utuk rilwks dan tidur/istirahat secara efektif.
4) Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri.
Evaluasi efek analgesik. Rasional alat menentukan adanya nyeri dan
keefektifan obat.
5) Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik
relaksasi, bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat,
dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan
penyembuhan.
6) Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan
Darvon sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan
luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi
tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.

5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan payudara,


perubahan anatomi tubuh.
Karakteristik data : perasaan negatif tentang citra diri, perubahan
dalam keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Goal : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi
negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh
sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi
positip dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang terdekat
tentang perubahan peran yang telah terjadi. Mulai mengembangkan
rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai
upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
1) Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien,
identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang.Rasional
alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk
memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri.
Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri. Rasional dapat
menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk
pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
3) Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah. Rasional
pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau
reaksi syok dan menyangkal. Penerimaan perubahan tidak dapat
dipaksakan dan proses kehilangan membutuhkan waktu untuk
membaik.
4) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik. Rasional
penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan
mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.
5) Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber
pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling
keluarga. Rasional pendekatan menyeluruh diperlukan untuk
membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga
memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui
dan membantu mereka dalam emosi mereka. Tujuannya adalah
memampukan mereka untuk melawan kecendrungan untuk
menolak dari atau isolasi pasien dari kontak sosial.
6. Ganguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan massa
otot/ kekuatan otot akibat luka bekas operasi
Karakteristik data : perasaannyeri pada saatr aktifitas, menolak untuk
bergerak, membatasi rentang gerak.
Goal : mobilisasi fisik dapat terpenuhi dan berpartisifasi aktif dalam
terapi.
Kriteria hasil : menunukkan tehnik yang memampukan melakukan
aktivitas, Peningkatan kekuatan bagian dalam tubuh yang sakit.
Intervensi :
1) Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi. Mulai melakukan
rentang gerak pasif (con : fleksi/ekstensi siku, pronasi/supinasi
pergelangan, menekuk/ekstensi jari) sesegera mungkin. Rasional.
Meningkatkan aliran limfe vena, mengurngi kemungkinan
limfadema. Latihan pasca oerasi dini biasanya muaipada 24 jam
pertama untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada
keterbatasan gerak/mobilisasi.
2) Biarkan pasien untuk menggunakan lengan utuk kebersihan diri,
contoh makan, menyisir rambut, mencucui muka, Rasional:
peningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema dan
mempertahankan kekuaatan dan fungsi lengn da tangan, aktivitas
ini menggunakan lengan tanpa abduksi yang dapat menekan jahitan
pada periode pasca operasi.
3) Bantu dalam perawatan diri sesuai dengan keperluan. Rasional:
menghemat energi dan mencegah kelelahan.
4) Tingkatkan latihan sesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengan dan
rotasi bahu saat berbaring di tempat tidur, memutar tali,
mengangkat lengan untuk menyentuh ujung jari di belakang
kepala. Rasional: mencegah kekakuan sendi, meningkatkan
sirkulasi dan mempertahankan tonus otot bahu dengan lengan.
5) Evaluasi derajat latihan sehubungan dengan nyeri dan perubahan
mobilisasi sendi. Mengukur lengan atas dan lengan bawah bila
terjadi udema. Rasional: mengawasi kemajuan/perbaikkan
komplikasi dapat memerlukan penundaan untuk meningkatkan
adanya latihan dan menunggu sampai penyembuhan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.
Jakarta:EGC
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4 buku II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai