Anda di halaman 1dari 96

TUGAS AKHIR

DESAIN DAN REALISASI DEFECTED GROUND STRUCTURE (DGS)


BENTUK DUMBBELL PADA BANDPASS FILTER MIKROSTRIP
HAIRPIN UNTUK RADAR S-BAND

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Sarjana


(S-1) pada Teknik Elektro

Oleh :
Siti Mariah Ulfah
1147070071

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN DAN REALISASI DEFECTED GROUND STRUCTURE (DGS)


BENTUK DUMBBELL PADA BANDPASS FILTER MIKROSTRIP
HAIRPIN UNTUK RADAR S-BAND

TUGAS AKHIR

Oleh:
SITI MARIAH ULFAH
1147070071

Telah disetujui sebagai Laporan Tugas Akhir


Jurusan Teknik Elektro
di Bandung, pada tanggal ……………. 2018
Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Nanang ismail,M.T. Innel Lindra,M.T.


NIP. 197505262011011002
Mengesahkan,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Teknik Elektro


UIN SGD Bandung

Dr. H. Opik Taupik Kurahman Edi Mulyana, M.T.


NIP. 196812141996031001 NIP. 197001062008011025

i
LEMBAR PERNYATAAN
Bismillahirraahmanirrahim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
NIM :
Tempat, Tanggal Lahir :
Jurusan :
Fakultas :
Judul Skripsi :

Dengan ini menyatakan:


1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik, baik di UIN Sunan Gunung Djati Bandung maupun di Perguruan
Tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya, tanpa bantuan pihak
lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penelaah.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
dalam daftar pustaka sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama
pengarangnya.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Bandung,
Yang membuat pernyataan

Materai 6000

……………..

ii
PERSEMBAHAN

iii
ABSTRAK

Perkembangan teknologi dalam bidang kopmunikasi berkembang pesat. Bukan


hanya sebagai alat komunikasi antar manusia tetapi sudah dapat dimanfaatkan untuk
mendeteksi keberadaan suatu benda salah satunya tekbnologi radar. Dalam komunikasi
radar bisa terjadi beberapa permasalahan, untuk meingkatkan sistem kinerja radar
menggunakan filter. Fungsi dari filter yaitu meloloskan frekuensi yang diinginkan dan
meredam frekuensi yang tidak diinginkan. Pada Tugas Akhir ini merancang dan
merealisasikan filter untuk frekuensi tinggi yaitu pada rentang 2.9 GHz – 3.1 GHz. Filter
didesain dengan spesifikasi frekuensi puncak yaitu 3 GHz, bandwidth 200 MHz, insertion
loss < 3 dB dan return loss > 20 dB pada daerah bandpass. Filter bandpass dirancacang
dengan menggunakan teknologi mikrostrip Hairpin dan ditambahkan metode Defected
Ground Structure (DGS) bentuk dumbbell. Filter bandpass yang direalisasikan
menggunakan bahan dari RO4350-B dengan nilai konstanta dielektrik relatif sebessar (𝜀𝑟)=
3,48 dan ketebalan substrat (h) =1,524 mm. Peracangan dan simulasi filter mikrostrip
Hairpin menggunakan perangkat lunak ADS (Advance Design Sysmtem) 2011 dari Agilent.
Hasil yang diperoleh dari realisasi filter bandpass menunjukkan nilai pengukuran
frekuyensi puncak bekerja pada 2.89 GHz. Untuk hasil spesifikasi lainnya yaitu insertion
loss -2,791 dB, return loss -24.478 dB, bandwidth 195 MHz, VSWR 1.13.

iv
ABSTRACT
The development of technology in communication is growing rapidly. Not
only as a communication between humans but also can be used to detect the
existence of an object one of the radar technology already. In radar communication
there can be some problems, to improve the performance of radar system using
filters. The function of the filter is to pass the desired frequency and reduce the
unwanted frequency. This final project is designing and realizing filters for high
frequency that is in the range 2.9 GHz - 3.1 GHz. The filter is designed with a top
frequency specification of 3 GHz, 200 MHz bandwidth, insertion loss <3 dB and
return loss> 20 dB on the bandpass area. The bandpass filter was developed using
Hairpin microstrip technology and added the Dumbbell Defected Ground Structure
(DGS) method. The bandpass filter is realized using the material of RO4350-B with
the relative dielectric constant value sebessar (ε𝑟) = 3.48 and substrate thickness
(h) = 1,524 mm. Stretching and simulation of Hairpin microstrip filters using ADS
(Advance Design Sysmtem) 2011 software from Agilent. The results obtained from
the realization of bandpass filter shows the peak frequency measurement value
working at 2.89 GHz. For other specification result are insertion loss -2,791 dB,
return loss -24.478 dB, bandwidth 195 MHz, VSWR 1.13.

v
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas Rahma dan Hidayah-Nya tugas akhir dengan judul “Desain dan Realisasi
Defected Ground Structure (DGS) Bentuk Dumbbell pada Bandpass Filter
Mikrostrip Hairpin untuk Radar S-Band” ini dapat penulis selesaikan. Sholawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta
kepada KeluargaNya, para sahabatNya hingga kepada umat-umatNya di akhir
zaman.

Penulisan tugas akhir dilakukan dalam rangka untuk ememnuhi syarat lulus
sarjan (S1) pada program studi Teknik Elektro UIN Bandung. Penulisan Tugas
Akhir ini melibatkan beberapa pihak dengan segala kerendahan dan kebaikannya
yang turut membantu menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Opik Taupik Kurahman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
2. Bapak Edi Mulyana, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
3. Bapak Nanang Ismail,M.T. selaku dosen pembimbing 1 Tugas Akhir
4. Ibu Innel Lindra,M.T. selaku dosen pembimbing 2 Tugas Akhir
5. Bapak Eki Ahmad Zaki Hamidi,M.T selaku penguji seminar proposal
6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung,
khususnya dosen jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi.
7. Bapak Teguh Paraludi,M.T dan Bapak Bagus selaku pihak Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah membantu proses pengukuran.
8. Bapak M.Iding,S.Pd.,S.Pd. selalu Pembimbing Akademik

vi
9. Kedua orang tua serta seluruh anggota keluarga yang senantiasa
memberikan kasih sayang, serta dukungannya.
10. Alumni Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, khusunya Bapak Azwar Mudzakir R,S.T, Aan Eko Setiawan,S.T,
Santi Kartika Sari,S.T., Opik Taupik,S.T. yang banyak membantu
perancangan dan realisasi.
11. Teman-teman Mahasiswa jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung,
khususnya angkatan 2014 atas segala dukungannya dan motivasinya.

Semoga Allah membalas segala kebaikannya Amin Ya Robbal Alamiin.


Penulis sangat menerima kritik maupun saran jika terdapat kekurangan dalam
Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Bandung, Juli 2018

Siti Martiah Ulfah


NIM. 1147070071

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.6 State of The Art ......................................................................................... 4
1.7 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 8
1.8 Sistematika Penulisan ............................................................................... 9
BAB II ................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 11
2.1 Sistem Gelombang Mikro ........................................................................... 11
2.2 Filter............................................................................................................ 13
2.2.1 Low Pass Filter (LPF).......................................................................... 14
2.2.2 High Pass Filter (HPF) ........................................................................ 15
2.2.3 Band Pass Filter (BPF) ........................................................................ 15
2.2.4 Band Stop Filter (BSF) ........................................................................ 16
2.3 Parameter Filter ..................................................................................... 16
2.3.1 Parameter S .......................................................................................... 17
2.3.2 Bandwidth ........................................................................................... 18

viii
2.3.3 Faktor Ketajaman (Shape Factor) ........................................................ 19
2.3.4 Insertion Loss ....................................................................................... 19
2.3.5 Return Loss .......................................................................................... 20
2.3.6 Voltage Standing Wave Ratio............................................................... 20
2.3.7 Faktor Q ............................................................................................... 21
2.3.8 Orde Filter ............................................................................................ 21
2.4 Mikrostrip Line ....................................................................................... 22
2.4.1 Konstanta Dielektrik Efektif ................................................................ 23
2.4.2 Panjang Lamda Mikrostrip................................................................... 24
dimana: .......................................................................................................... 24
2.4.3 Sliding Factor ...................................................................................... 24
2.4.4 Panjang Resonator................................................................................ 24
2.4.5 Panjang Tap.......................................................................................... 24
2.6.6 Jarak Antar Resonator .......................................................................... 25
2.5 Hairpin Filter .............................................................................................. 25
2.6 Defected Ground Structure (DGS) ............................................................ 26
BAB III ................................................................................................................. 28
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 28
3.1 Metode Penelitian........................................................................................ 28
3.1.1 Studi Literatur ..................................................................................... 29
3.1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 29
3.1.3 Analisis Kebutuhan ............................................................................. 30
3.1.4 Penentuan Spesifikasi Awal Perancangan .......................................... 30
3.1.5 Perhitungan Dimensi Mikrostrip Hairpin Filter berdasarkan Teori ... 31
3.1.6 Simulasi ............................................................................................... 32
3.1.7 Realisasi .............................................................................................. 32
3.1.8 Pengukuran Parameter Hasil Uji ......................................................... 32
3.1.9 Analisis Data ....................................................................................... 33
BAB IV ................................................................................................................. 34
PERANCANGAN DAN SIMULASI ................................................................... 34
4.1 Perancangan Mikrostrip Hairpin Filter ....................................................... 34
4.1.1 Spesifikasi Mikrostrip Hairpin Filter .................................................. 35

ix
4.1.2 Pemilihan Jenis Substrat ...................................................................... 35
4.1.3 Perhitungan Dimensi Mikrostrip Hairpin Filter .................................. 36
4.2 Simulasi ....................................................................................................... 45
4.2.1 Simulasi Filter dengan Dimensi dari Hasil Perhitungan ..................... 46
4.2.2 Optimasi Simulasi ................................................................................ 48
BAB V................................................................................................................... 71
REALISASI DAN ANALISIS PENGUKURAN ................................................. 71
5.1 Realisasi ...................................................................................................... 71
5.2 Pengukuran dan Analisis ............................................................................. 72
5.2.1 Hasil Pengukuran Tanpa Casing .......................................................... 73
5.3 Perbandingan Antara Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran ................ 79
5.4 Analisis Kebutuhan ..................................................................................... 80
BAB VI ................................................................................................................. 81
PENUTUP ............................................................................................................. 81
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 81
6.2 Saran............................................................................................................ 81

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 State of the Art Penelitian ................................................................. 5


Gambar 1. 2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 8
Gambar 2. 1 Spektrum Gelombang Eelektromagnetik ........................................ 11
Gambar 2. 2 Respon Filter Ideal [5] .................................................................... 14
Gambar 2. 3 Respon Filter dalam Praktik [5] ...................................................... 14
Gambar 2. 4 (a) respon LPF ideal (b) respon LPF pada praktiknya [5] ............. 15
Gambar 2. 5 Respon HPF .................................................................................... 15
Gambar 2. 6 Respon BPF .................................................................................... 16
Gambar 2. 7 Respon BSF[12].............................................................................. 16
Gambar 2. 8 Two port network [13] .................................................................... 17
Gambar 2. 9 Bandwidth [5]. ................................................................................ 19
Gambar 2. 10 Struktur Saluran Mikrostrip [13] .................................................. 22
Gambar 2. 11 Struiktur Hiarpin filter[13] ........................................................... 25
Gambar 2. 12 Macam - macam bentuk DGS[17] ................................................ 26
Gambar 2. 13 Sirkuit Ekuivalen pada DGS[17] .................................................. 26
Gambar 3. 1 Flowchart Metodologi Penelitian ................................................... 28
Gambar 4. 1 Tahap Perancangan ……………………………………………35
Gambar 4. 2 Layout hairpin dengan DGS dumbbell ........................................... 46
Gambar 4. 3 Grafik Insertion loss dan Return Loss Hasil Simulasi Bedasarkan
Perhitungan ........................................................................................................... 47
Gambar 4. 4 Insertion Loss dan Retun Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-1..... 50
Gambar 4. 5 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-2 ... 52
Gambar 4. 6 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-3 ... 53
Gambar 4. 7 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-4 ... 55
Gambar 4. 8 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-5 ... 57
Gambar 4. 9 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-6 ... 59
Gambar 4. 10 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-7 . 61
Gambar 4. 11 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-8 . 63
Gambar 4. 12 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-9 . 65
Gambar 4. 13 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-10 67
Gambar 4. 14 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-11 . 69
Gambar 5. 1 Hasil realisasi filter hairpin dengan DGS dumbbell terpasang
konektor tampak depan ......................................................................................... 72
Gambar 5. 2 Hasil realisasi filter hairpin dengan DGS dumbbell terpasang
konektor tampak belakang .................................................................................... 72
Gambar 5. 3 Grafik Hasil Pengukuran Return Loss Tanpa Casing ..................... 73
Gambar 5. 4 Return Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi .......... 74

xi
Gambar 5. 5 Grafik Hasil Pengukuran Insertion Loss Tanpa Casing ................. 76
Gambar 5. 6 Insertion Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi ....... 76
Gambar 5. 7 Hasil Pengukuran Bandwidth dengan Vector Network Analyzer ... 78
Gambar 5. 8 Perbandingan Return loss dan Insertion loss hasil simulasi dengan
pengukuran ............................................................................................................ 79

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tata Nama Frekuensi Radar[11] ......................................................... 13


Tabel 3. 1 Spesifikasi BPF yang dirancang [18] [19] .......................................... 31

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teknologi pada era saat ini mengalami perkembangan begitu pesat, karena
memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari – hari. Teknologi
dalam bidang komunikasi banyak membantu komunikasi antar manusia, seiring
dengan berjalannya waktu, teknologi dalam bidang komunikasi tersebut juga bisa
dimanfaatkan untuk mendeteksi keadaan sekitar yang tidak diketahui. Salah satu
teknologi yang mulai berkembang yaitu teknologi radar (Ratio Detection and
Ranging). Radar sendiri menjadi teknologi yang sangat berkembang karena
kebutuhan dan penerapannya dalam berbagai aspek kehidupan seperti militer,
penerbangan dan kelautan.

Radar merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk transmisi sinyal


elektromagnetik dan menerima sinyal dari target yang diinginkan selama masih
berada di dalam jangkauannya. Lokasi dari target dinyatakan dengan sinyal
pantulan yang diterima radar dari target tersebut [1]. Dalam komunikasi radar dapat
terjadi beberapa permasalahan yang menyebabkan kinerjanya berkurang, yaitu
frekuensi yang tidak diinginkan bisa tetap diterima, dan juga bisa terjadi interferensi
saat proses modulasi yang menyebabkan penangkapan indera kurang baik. Salah
satu perangkat yang dapat meningkatkan kinerja sistem radar adalah filter.

Filter merupakan rangkaian yang di rancang untuk melewatkan atau


meloloskan sinyal yang dibangkitkan pada frekuensi tertentu dan memblok atau
memperlemah sinyal yang dibangkitkan pada frekuensi yang tidak diinginkan [2].
Dalam pembuatannya filter dapat di desain dengan berbagai cara dan dengan
berbagai macam komponen. Komponen yang biasa digunakan dalam pembuatan
filter merupakan komponen terbungkah (lumped element) seperti kapasitor dan
induktor yang bisa dihubungkan melalui sebuah jalur yang tercetak pada PCB
(Project Circuit Board), serta filter dapat dibuat dengan cara memanfaatkan

1
teknologi mikrostrip. Pada umumnya untuk frekuensi yang tinggi filter didesain
dengan menggunakan teknologi mikrostrip [3].

Penelitian mengenai Bandpass filter mikrostrip dengan menggunakan


metode Hairpin sebelumnya pernah dilakukan oleh [3] dan [4]. Pada penelitian [3]
hasil respon terbaik filter yang diperoleh berada pada frekuensi 3,05 GHz dengan
respon insertion loss -1,32 dB dan return loss sebesar -42,21 dB. Penelitian [4]
menambahkan Defected Ground Structure (DGS) bentuk square groove pada
Bandpass filter mikrostrip Hairpin, hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut
menyebutkan bahwa dengan menambahkan DGS dapat meningkatkan nilai respon
return loss.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya


dapat dilihat bahwa dengan menambahkan DGS pada filter yang dirancang dapat
menghasilkan respon yang lebih baik serta struktur filter yang lebih kecil [5]. DGS
adalah suatu cara menekan gelombang permukaan dengan cara menghilangkan
(etch) sebagian bidang ground [6]. Bentuk DGS beranekaragam sehingga pada
penelitian yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini akan merancang dan
merealisikan DGS dengan bentuk dumbbell pada Bandpass filter mikrostrip dengan
metode Hairpin yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja radar S-Band.
Perancangan dilakukan dengan melakukan simulasi menggunakan perangkat lunak
Advanced Digital System (ADS) 2011 dan realisasi BPF menggunakan substrat
Rogers 4350-B.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latarbelakang diatas, maka rumusan penulisan masalah pada penelitian


ini adalah:

1. Bagaimana rancangan dan realisasi Defected Ground Structure (DGS) bentuk


dumbbell pada Band Pass Filter (BPF) mikrostrip Hairpin untuk radar S-
Band?,
2. Bagaimana kinerja Band Pass Filter (BPF) mikrostrip Hairpin dengan
Defected Ground Structure (DGS) bentuk dumbbell untuk radar S-band?.

2
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Merancang dan merealisasi Defected Ground Structure (DGS) bentuk


dumbbell pada Band Pass Filter (BPF) mikrostrip Hairpin untuk radar S-Band
2. Menganalisis kinerja Band Pass Filter mikrostrip Hairpin dengan Defected
Ground Structure (DGS) bentuk dumbbell untuk radar S-Band.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis:

a. Berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman terhadap ilmu


telekomunikasi khususnya yang terkait dalam antena dan propagasi,
b. Mengembangkan penelitian sebelumnya mengenai sistem BPF mikrostrip
hairipin filter dengan menggunakan DGS bentuk yang lainnya.

2. Manfaat praktis:

a. Penelitian ini dapat diaplikasikan dalam radar yang salah satunya S-band,
b. Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh
pengetahuan mengenai penerapan BPF mikrostrip,
c. Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam penelitian BPF selanjutnya oleh
peneliti lain.

1.5 Batasan Masalah

Pada penelitian ini pembahasan akan dibatasi hanya pada permasalahan


berikut:

1. Jenis filter yang digunakan adalah filter mikrostrip Hairpin,


2. Filter diracnag pada daerah bandpass
3. Defected Ground Structure (DGS) yang digunakan pada Band Pass Filter (BPF)
mikrostrip Hairpin berbentuk dumbbell,
4. Filter diaplikasikan untuk radar S-Band

3
5. Rentang frekuensi yang digunakan pada perancangan filter yaitu pada frekuensi
2.9 GHz - 3.1 GHz,
6. Substrat yang digunakan PCB Roger4530B,
7. Menggunakan software simulasi Advanced Digital System (ADS),
8. Parameter filter yang akan diukur:
a. Insertion loss,
b. Return loss,
c. VSWR,
d. Bandwidth

1.6 State of The Art

State of the art merupakan penjelasan penelitian sebelumnya yang memiki


hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penjelesan tersebut bertujuan
untuk menunjukkan bahwa penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan
dengan penelitian sebelumnya, juga sebagai bentuk penegasan mengenai karya tulis
dari penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan keasliannya, untuk menghindari
tindakan pembajakan atas karya orang lain.

Gambar 1.1 menunjukan State of The Art penelitian Tugas Akhir dengan
judul desain dan realisasi Defeccted Ground Structure (DGS) bentuk dumbbell
pada Bandpass filter mikrostrip Hairpin radar S-band.

4
Vivek Singh Kershaw;Sarita Singh
Santi Kartika Sari
Bhadauria; Geetam Singh Tomar21
Rancang Bangun Bandpass Filter Mikrostrip Hairpin
Design of Microstrip Hairpin-Line Bandpass
Untuk Radar Pada Frekuensi 2,9 Ghz – 3,1 Ghz
Filter with Square Shape Defected Ground
dengan Metode Defected Ground Structur
Structure

Siti Mariah Ulfah


Desain dan Realisasi Defected Ground Structure (DGS)
Bentuk dumbbell pada BPF Mikrostrip Hairpin untuk Radar
S-Band

Syachrir Eka Putra;Abddullah


Muhammad Fadhil;Heroe Wijanto;Yuyu Wahyu Zainuddin;Sudi Mariyanto Al Sasongko
Bandpass Filter Hairpin Line dengan Dumbbell Peningkatan Unjuk Kerja Antena Yagi
Defected Ground Structure pada Receiver eNodeb Mikrostrip dengan Teknik Defected Ground
untuk LTE FDD 1.8 GHz Structure (DGS) Dumbbell untuk Aplikasi
Indoor Wireless Lan 2,4 GHz

Gambar 1. 1 State of the Art Penelitian

Literatur pertama yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah
Tugas Akhir yang disusun oleh Santi Kartika Sari dengan judul “Rancang Bangun
Band Pass Filter Mikrotrip Hairpin untuk Radar pada Frekuensi 2.9 GHz – 3.1 GHz
dengan Metode Defected Ground Structure”. Penelitian ini merancang serta
membangun bandpass filter mikrostrip Hairpin dengan rentang frekuensi 2.9 GHz
– 3.1 GHz dengan frekuensi tengah 3GHz dengan bandwidth 200 MHz. Metode
pada perancangan dan perealisasian filter ini menggunakan Defected Ground

5
Structure (DGS) dengan bentuk square groove. Perancangan filter dilakukan
simulasi dengan menggunakan software Advance Design System (ADS) 2011.
Kemudian tahapan realisasi berupa pemasangan konektor dan pemasangan casing,
lalu filter yang telah terealisasi diukur dengan menggunakan alat ukur berupa
Vector Network Analyzer Advantest R3370 dengan rentang frekuensi 3 kHz – 20
GHz [4].

Literatur yang kedua yaitu jurnal yang disusun oleh Vivek Singh Kershaw,
Sarita Singh Bhadauria, dan Geetam Singh Tomar dengan judul “Design Microstrip
Hairpin-Line Bandpass Filter with Square Shape Defected Ground Structure”.
Pada jurnal ini, menjelaskan mengenai perancangan penggunaan dua buah Defected
Ground Structure (DGS) bentuk square groove pada bandpass filter mikrostrip
Hairpin untuk radar S-Band Narrowband. Filter yang diusulkan memiliki insertion
loss sebesar 0,2946 dB dan return loss 46,64 dB pada frekuensi mid-band 2,22 GHz
[7].

Literatur yang ketiga yaitu jurnal penelitian yang dilakukan oleh


Muhammad Fadhil, Heroe Wijanto, dan Yuyu Wahyu dengan judul “Bandpass
Filter Hairpin Line dengan Dubbell Defected Ground Structure pada Receiver e-
Node-B”. Jurnal ini menjelaskan perancangan, realisasi, dan evaluasi bandpass
filter dengan menggunakan metode mikrostrip hairpin line dengan menggunakan
tambahan Defected Grouund Structure (DGS) bentuk dumbbell yang bertujuan
untuk memperkecil terjadinya interferensi pada frekuensi yang berdekatan. Filter
ini dirancang pada receiver e-Node-B untuk Long Term Evolution (LTE) FDD 1,8
GHz. Substrat yang digunakan Duroid RT -5880 dan mempunyai bandwidth
sebesar 75MHz [8].

Literatur yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Syachrir Eka
Putra, Abdullah Zainuddin, dan Sudi Mariyanto Al Sasongko dengan judul “
Peningkatan Unjuk Kerja Antena Yagi Mikrostrip dengan Teknik Defected Ground
Strucure (DGS) Dumbbell untuk Aplikasi Indoor Wireless LAN 2,4 GHz”. Jurnal
ini membahas mengenai perancangan antena mikrostrip dengan penggunaan
Defected Ground Structure yang betujuan meningkatkan unjuk kerja dari antena.

6
Perancangan dilaukukan dengan simulasi menggunakan software High Frequency
Structure Simulator v.10 (HFSS v.10) dengan frekuensi pada salurannya yaitu 2,4
GHz [9].

Literatur selanjutnya adalah jurnal Teknik Elektro FPTK UPI yang berjudul
“Rancang Bangun Band Pass Filter Mikrostrip Hairpin dengan Open Stub dan
Defected Ground Structure (DGS) untuk Frekuensi UMTS 3G (19201980 MHz)”
yang ditulis oleh Agus Setiawan, Tommi Hariyadi dan Budi Mulyani. Pada jurnal
ini membahas mengenai rancang dan design BPF dengan frekuensi tengah 1950
MHz pada saluran mikrostrip dengan open stub dan DGS menggunakan metode
hairpin. Simulasi pada penelitian ini menggunakan CST Studio Suite 2012 papan
substrat rogers RT5880 dengan konstanta dielektrik relatif 2,2 dan ketebalan 2,58
mm. Hasil simulasi dalam penelitian ini menggunakan chebyshev orde ke empat
menunjukan BPF dengan bandwidth yang sempit dan terjadi peningkatan return
loss. Hasil simulasi BPF pada frekuensi 1918-1979 MHz memiliki insertion loss -
1,3 dB, return loss -10,82 dB, impedansi karakteristik 50,3 ohm dan bandwidth 61
MHz. Sedangkan hasil pengukuran pada frekuensi 1926-1986 MHz memiiki
insertion loss -1,7 dB, return loss -19 dB, VSWR 1,28 dan bandwidth 60 MHz.
Semakin panjang open stub, bandwidth dari BPF akan semakin sempit dan
sebaliknya. Sedangkan penambahan DGS dapat meningkatkan nilai return loss
[10].

Penelitian mengenai perancangan dan realisasi Bandpass Filter Mikrostrip


hairpin untuk radar S-Band dengan menggunakan Defected Ground Structure
(DGS) sudah pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi pada penelitian ini
menggunakan bentuk Defected Ground Structure (DGS) yang berbeda. Penelitian
yang akan dilakukan fokus terhadap pembuatan Bandpass Filter Mikrostrip
Hairpin dengan bentuk Defected Ground Structure (DGS) dumbbel yang bertujuan
untuk mengurangi terjadinya interferensi antar frekuensi yang saling berdekatan.

7
1.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pemahaman mengenai keseluruhan dari


penelitian secara sistematis yang menjadi sebuah dasar dari penelitian. Penelitian
ini diselesaikan melalui pendekatan berdasarkan teori yang mendukung. Gambar
1.2 menunjukkan kerangka pemikiran pada penelitian ini.

Masalah Peluang

Filter dengan
Pembuatan
metode Bentuk
Bandpass Filter
Filter memiliki mikrostrip Defected
Respon filter Kinerja filter (BPF) dengan
ukuran yang hairpin dengan Ground
yang dihasilkan dengan metode metode
besar jika DGS Stucture
praktiknya mikrostrip mikrostrip
menggunakan menghasilkan (DGS)
tidak bisa hairpin masih hairpin
konfigurasi edge respon yang terdapat
sempurna kurang baik memiliki
coupled lebih berbagai
bentuk yang
baik,mendekati macam
kecil
sempurna

Pendekatan

Bandpass Filter (BPF) dengan konfigurasi mikrostrip hairpin


menggunakan Defected Ground Stucture (DGS) bentuk Dumbbel

Hasil Penyelesaian

Rancang BPF Mikrostrip


Desain dan Realisasi Defected Ground Structure
Hairpin dengan simulasi Realisasi dan
(DGS) Bentuk Dumbbell pada Bandpass Filter
menggunakan software Pengujian
Mikrostrip Hairpin untuk Radar S-Band
Advance Digital System

Gambar 1. 2 Kerangka Pemikiran

8
1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada proposal penelitian ini terdari dari tiga bab
utama yang mendeskripsikan mengenai permasalahan diatas.

Berikut merupakan sistematika penulisan proposal penelitian ini:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi mengenai hal yang melatarbelakangi dilakukannya


penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, state of the art, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab dua tinjauan pustaka berisi mengenai studi literatur teori-teori


penjunjang penelitian yaitu filter, mikrostrip Hairpin, radar S-Band dan Defected
Ground Structure (DGS) bentuk dumbbell.

BAB III METODOLOGI PENELTIAN DAN RENCANA PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai tahpan-tahapan penelitian yang


digunakan dan berisi alokasi waktu tahap demi tahap pada penelitian yang akan
dilakukan pada penyusunan proposal penelitian ini

BAB IV PERANCANGAN DAN SIMULASI

Pada bab ini menjelaskan mengenai alur tahapan penelitian,dimulai dari


perancangan,penentuan spesifikasi filter, penentuan jenis substrat yang digunakan,
perhitungan dimensi mikrostrip Hairpin filter yang kemudian hasil perhitungan
disimulasikan menggunakan perangkat lunak simulasi antena dan direalisasikan.
Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik dari setiap parameter dengan
mengubah nilai ataupun posisi dan pengaruhnya terhadap parameter hasil uji.

9
BAB V PENGUKURAN DAN ANALISIS

Bab ini memaparkan mengenai data yang diperoleh dari pengukuran hasil
uji yang dilakukan dengan penambahan DGS, serta menganalisa hasil yang telah
diperoleh tersebut.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Serta memaparkan


saran yang membangun guna penelitian selanjutnya yang akan melakukan
penelitian dalam bidang keilmuan yang sama.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Gelombang Mikro

Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan


frekuensi super tinggi (Super High Frequency SHF), yaitu di atas 3 GHz (3x109
Hz). Gelombang ini tidak dapat dilihat dengan mata kita, karena panjang
gelombang yang sangat pendek (walaupun sangat kecil dibanding gelombang
radio), dan jauh lebih besar daripada panjang gelombang cahaya (di luar spektrum
sinar tampak). Keduanya sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang
elektromagnetik. Panjang gelombang cahaya berkisar antara 400-700 nm (1 nm =
10-9 m); sedangkan kisaran panjang gelombang mikro sekitar 1-30 cm (1 cm = 10-
2m) .

Gambar 2. 1 Spektrum Gelombang Eelektromagnetik

Range frekuensi microwave dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Ultra High Frequency (UHF) : 0,3 – 3 GHz


b. Super High Frequency (SHF) : 3 – 30 GHz
c. Extra High Frequency (EHF) : 30 – 300 GHz

Gelombang mikro memiliki sifat untuk penerapan-penerapan komunikasi


dan radar karena memiliki panjang gelombang yang pendek dan frekuensi yang
tinggi. Kemampuan lebar pita menyediakan frekuensi yang lebar. Suatu sistem
lebar pita 10% pada 10 GHz menyediakan lebar pita 1 GHz. Ke dalam lebar pita ini
dapat disatukan semua informasi di dalam semua sistem komunikasi di bawah

11
kisaran gelombang mikro, termasuk gelombang radio AM dan FM, gelombang
pendek radio, siaran televisi dan radio mobile. Sistem komunikasi gelombang mikro
mempunyai kapasitas untuk menangani beberapa saluran telepon, saluran TV, dan
berjuta-juta data digital.

Karena panjang gelombang yang pendek dari suatu gelombang mikro,


antena yang mempunyai keuntungan tinggi dengan lebar berkas cahaya yang
sempit, digunakan dalam penerapan-penerapan radar.

Radar (Radio Detection and Ranging) merupakan sistem gelombang


elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat
map benda-benda seperti pesawat terbang, kendaraan bermotor dan informasi
cuaca. Gelombang radio yang dipancarkan dari suatu benda dapat ditangkap oleh
radar kemudian dianalisa untuk mengetahui lokasi dan bahkan jenis benda tersebut.
Walaupun sinyal yang diterima relatif lemah, namun radar dapat dengan mudah
mendeteksi dan memperkuat sinyal tersebut. Prinsip kerja dari radar sama halnya
seperti pada Echo (gema) yang sering kita alami setiap hari Komunikasi [1].

Echo adalah sesuatu yang dialami sepanjang waktu. Jika kita berteriak ke
dalam sumur atau jurang, maka terjadi gema beberapa saat kemudian. Gema terjadi
karena beberapa gelombang suara dalam teriakan kita memantul kembali dari
permukaan (baik air di dasar sumur atau dinding) hingga ketelinga. Lamanya waktu
antara saat berteriak dan saat mendengar gema ditentukan oleh jarak antara kita dan
permukaan yang menciptakan echo.

Untuk tata nama frekuensi yang bekerja pada radar telah diatur oleh Institute
of Elektrcal and Electronic Engineers (IEEE). Tabel tentang spesifikasi frekuensi
yang bekerja pada radar dapat dilihat pada tabel 2.1.

12
Tabel 2. 1 Tata Nama Frekuensi Radar[11]

Komunikasi menggunakan gelombang mikro adalah jenis komunikasi


modern yang paling banyak digunakan secara luas di dunia sekarang ini. Dengan
gelombang mikro, jangkaua sasaran komunikasi menjadi hampir tak terbatas seperti
bila menggunakan gelombang radio dll., baik dipermukaan bumi maupun di angkas
luar. Dengan menggunakan antena parabola, gelombang mikro dapat difokuskan ke
satu arah seperti halnya cahaya, sehingga jarak jangkau menjadi semakin jauh.
Media komunikasi yang secara umum digunakan orang disemua negara adalah
televisi, telepon, facimile dsb. Dalam sistem komunikasi gelommbang mikro
terdapat beberapa komponen kontrol sinyal gelombang diantaranya yaitu filter.

2.2 Filter
Filter merupakan suatu perangkat yang dirancang sedemikian rupa dengan
kemampuan tertentu untuk dapat meloloskan sinyal yang diinginkan dengan
frekuensi tertentu yang dibutuhkan serta meredam sinyal diluar band frekuensi
tersebut [2]. Jenis dari bandpass filter dibagi berdasarkan letak band frekuensinya,
yaitu passband dan stopband. Passband adalah daerah frekuensi yang akan
diloloskan oleh filter, sementara stopband adalah daerah frekuensi yang akan
diredam (tidak diloloskan) oleh filter. Batas daerah passband ditandai oleh frekunsi
cutoff (fc), yaitu titik saat harga dayanya turun setengah dari harga daya sebelumnya
atau sebesar -3 dB dari frekuensi passband .

13
Secara umum respon filter yang sempurna terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 2 Respon Filter Ideal [5]

Namun pada praktiknya hal tersebut respon filter sempurna tidak mungkin
terjadi dikarenakan oleh karakter fisik dari komponen-komponen penyusunnya.
Komponen tidak ada yang sempurna sehingga tidak akan ada pula filter yang
sempurna. Gambar 2.2 menunjukkan gambar respon filter yang tidak sempurna.

Gambar 2. 3 Respon Filter dalam Praktik [5]

Selektivitas dari suatu filter merupakan metode untuk mengklasifikasi filter


dengan menyeleksi frekuensi yang digunakan sesuai kondisi dan tujuan dari sistem
yang akan dibangun. Pada dasarnya filter dapat dikelompokkan berdasarkan respon
frekuensinya tergantung kondisi dan tujuan sistem filter yang digunakan, terbagi
menjadi LPF, HPF, BPF,dan BSF:

2.2.1 Low Pass Filter (LPF)


Low pass filter adalah filter lolos rendah yang hanya melewatkan frekuensi
di bawah frekuensi cut-off dan meredam frekuensi di atas frekuensi cut-off [2].

14
Gambar 2.3 (a) merupakan respon filter ideal dan (b) merupakan respon filter
praktiknya.

Gambar 2. 4 (a) respon LPF ideal (b) respon LPF pada praktiknya [5]

2.2.2 High Pass Filter (HPF)


High pass filter adalah filter lolos tinggi yang hanya melewatkan frekuensi
di atas frekuensi cut-off dan meredam frekuensi yang berada di bawah frekuensi
cut-off [2]. Gambar 2.4 merupakan respon HPF ideal dan praktiknya.

Gambar 2. 5 Respon HPF

(a) Respon filter ideal (b) Respon filter praktiknya[5]

2.2.3 Band Pass Filter (BPF)


Band stop filter merupakan kebalikan dari BPF sama memiliki dua
frekuensi cut-off. Akan tetapi rentang kedua frekuensi cut-off pada BSF akan
diredam dan di luar rentang frekeunsi tersebut sinyal akan dilewatkan [2]. Gambar
2.5 merupakan respon BPF ideal dan sesungguhnya.

15
Gambar 2. 6 Respon BPF

(a) Respon filter ideal (b) Respon filter praktiknya[5]

2.2.4 Band Stop Filter (BSF)


Band stop filter merupakan kebalikan dari BPF sama memiliki dua
frekuensi cut-off. Akan tetapi rentang kedua frekuensi cut-off pada BSF akan
diredam dan di luar rentang frekeunsi tersebut sinyal akan dilewatkan [2]. Gambar
2.6 merupakan respon BSF ideal dan praktiknya.

Gambar 2. 7 Respon BSF[12]

(a) Respon filter ideal (b) Respon filter praktiknya [5]

2.3 Parameter Filter

Dibawah ini merupakan definisi dari prameter-parameter filter yang


digunakan pada perancangan filter:

16
2.3.1 Parameter S

Sebagian besar sistem mikrowave dapat dimodelkan sebagai dua jaringan


pelabuhan. Representasi dua port pada dasarnya membantu dalam mengisolasi
rangkaian lengkap atau sebagian dari itu dan menemukan parameter
karakteristiknya. Gambar 2.8 merupakan rangkaian dua port.

Gambar 2. 8 Two port network [13]

Dimana 𝑉1 , 𝑉2 , dan 𝐼1 , 𝐼2 , adalah tegangan dan arus pada port masing-


masing dan 𝑍𝑜1 , dan 𝑍𝑜2 , adalah impedansi terminal. Pada frekuensi mikrowave
sulit untuk mengukur tegangan, sehingga variabel gelombang baru a1, b1 dan a2,
b2 diperkenalkan dengan a menandakan gelombang datang dan b menyiratkan
gelombang yang dipantulkan.

Variabel gelombang dalam hal tegangan dan arus didefinisikan sebagai


berikut [13]:

𝑉𝑛 = √𝑍𝑛 (𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 ) (2.1)

1
𝐼𝑛 = (𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 ) untuk n=1 dan 2, (2.2)
√𝑍𝑛

dimana:

𝑉𝑛 : Tegangan ke-n (Volt),

𝐼𝑛 ∶ Arus ke-n (Ampere),

𝑍𝑛 : Impendansi ke-n. (Ohm).

Atau
1 𝑉𝑛
𝑎𝑛 = ( + √𝑍0𝑛 𝐼𝑛 ) (2.3)
2 √𝑍0𝑛

17
1 𝑉𝑛
𝑏𝑛 = 2 ( − √𝑍0𝑛 𝐼𝑛 ) untuk n=1 dan 2, (2.4)
√𝑍0𝑛

Parameter S merupakan parameter yang menggambarkan hamburan dan


refleksi dari gelombang perjalanan ketika jaringan dimasukkan ke saluran
transmisi. Parameter S adalah suatu konsep yang sangat penting didalam desain
gelombang mikro, dikarenakan parameter S implemntasinya mudah untuk diukur
nilainya serta dapat bekerja dengan baik pada frekuensi tinggi [13]. Sedangkan
Pada frekuensi rendah tidak dapat diterapkan s.

Dimana persamaan parameter S dalam variabel gelombang mikro dapat


dinyatakan dalam persamaan berikut [13]:

𝑏1 𝑏1
𝑆11 = |𝑎2=0 𝑆21 = |𝑎1=0 , (2.5)
𝑎1 𝑎2

𝑏 𝑏
𝑆21 = 𝑎2 |𝑎2=0 𝑆22 = 𝑎2 |𝑎1=0 , (2.6)
1 3

dimana:
𝑆11 = koefisien refleksi dari input,

𝑆22 = koefisien refleksi dari outpu,t

𝑆12 = koefisien transmisi yang diteruskan

𝑆22 = koefisien transmisi yang dibalikkan.

2.3.2 Bandwidth

Bandwith atau dalam bahasa Indonesia berarti lebar pita adalah perbedaan
nilai frekuensi antara frekuensi atas dengan frekuensi bawah pada rangkaian saat
respon amplitudo-nya -3 dB di bawah respon bandpass seperti pada Gambar 2.8.

18
Gambar 2. 9 Bandwidth [5].

Nilai Frekuensi bawah (f1) dapat dilihat dari nilai frekuensi awal dari
frekuensi kerja sedangkan nilai frekuensi atas (f2) dapat dilihat atau ditentuan dari
nilai frekuensi akhir dari frekuensi kerja.

Untuk mencari nilai bandwidth pada suatu sinyal menggunakan persamaan


sebagai berikut:

𝐵 = 𝑓2 − 𝑓1 (2.7)

dimana:

B = Bandwidth (Hertz),

𝑓2 =Frekuensi stop (Hertz)

𝑓1 =. Frekuensi start (Hertz)

2.3.3 Faktor Ketajaman (Shape Factor)

Shape factor adalah rasio antara bandwidth pada nilai -60 dB dengan
bandwidth pada nilai -3 dB dari rangkaian. Dimana semakin kecil nilai dari shape
factor menyebabkan respon pada kurva yang dihasilkan akan semakin curam
bentuknya.

2.3.4 Insertion Loss

Insertion loss merupakan hilangnya sebagian daya yang akan ditransferkan


ke beban akibat komponen rangkaian [14]. Koefisien transmisinya di antara dua

19
titik pada sebuah rangkaian listrik yang dinyatakan dalam dB. Semakin mendekati
nilai 0 dB semakin baik. Dalam praktiknya nilai intertion loss tidak ada yang
mecapai nilai 0. Dimana untuk mencari nilai insertion loss menggunakan
persamaan 2.8 sebagai berikut [13]:

𝐿𝐴 = −20log |𝑆𝑚𝑛 |dB m,n =1,2 (m≠n) (2.8)

2.3.5 Return Loss

Return loss merupakan hilangnya jumlah daya yang dipantulkan kembali ke


sumber diakibatkan karena gangguan transmisi atau rangkaian tidak matching.
Return loss adalah perbandingan daya yang dipantulkan yang dimasukkan ke dalam
daya transmisi. Untuk nilai return loss dapat dinyatakan dalam dB. Hasil return
loss jika nilainya semakin menjauhi nilai 0 dB artinya nilai return loss yang
dihasilkan baik. Sebaliknya jika semakin kecil dalam artian negatif nilai rerturn
loss sebesar mungkin agar daya yang ditransfer maksimum. Dimana untuk mencari
nilai return loss menggunakan persamaan berikut ini [13]:

𝑅𝐿 = 20log |𝑆𝑛𝑛 | n=1,2. (2.9)

2.3.6 Voltage Standing Wave Ratio

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) merupakan sebuah gelombang


berdiri yang terbentuk ketika gelombang ditransmisikan ke salah satu ujung saluran
transmisi dan dipantulkan dari ujung oleh mathed impedance. VSWR merupakan
perbandingan antara amplitudo tegangan maksimum terhadap tegangan minimum
dalam suatu gelombang berdiri. Tegangan maksimum dan tegangan minimum
terjadi karena adanya superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul.
Jika kedua gelombamg ini sefasa akan terjadi tegangan maksimum dan bila
berlawanan fasa akan terjadi tegangan minimum [5].

𝑉𝑚𝑎𝑥 1+|𝑆 |
VSWR = = 1−|𝑆𝑛𝑛 | n = 1,2, (2.10)
𝑉𝑚𝑖𝑛 𝑛𝑛

dimana 𝑆𝑛𝑛 adalah nilai koefisien pantul.

Nilai VSWR adalah 1 ≤ VSWR ≤ 2 . Nilai VSWR yang baik adalah mendekati 1.

20
2.3.7 Faktor Q

Faktor Q merupakan faktor kualitas yang merupakan rasio dari frekuensi


tengah rangkaian resonansi terhadap bandwidth, dimana dinyatakan dalam
persamaan (2.11) [12].

𝑓𝑐
𝑄=𝑓 (2.11)
2 − 𝑓1

dimana:

𝑓𝑐 = frekuensi tengah (Hertz),

𝑓1 = frekuensi start (Hertz),

𝑓2 = frekuensi stop (Hertz).

Semakin tinggi nilai faktor Q maka semakin tinggi selektivitas filter


tersebut, sehingga respon frekuensinya semakin curam.

2.3.8 Orde Filter

Orde filter menentukan ketajaman transisi filter yaitu dari pass ke stop atau
sebaliknya. Semakin tinggi ordenya stopband atau passband, semakin kecil atau
semakin curam frekuensi kerjanya. Orde filter dapat ditentukan dari kurva
karakteristik redaman berdasarkan pendekatan chebyschev. untuk menentukan orde
filter menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝑓2 −𝑓1
∆= (2.12)
𝑓𝑐

𝜔 1 𝜔 𝜔0
= ( − ) (2.13)
𝜔𝑐 ∆ 𝜔0 𝜔

1 2𝜋𝑓 2𝜋𝑓
= (2𝜋𝑓 − ) (2.14)
∆ 2𝜋𝑓

dimana:

𝜔 = batas frekuensi stop (𝑓2 ),

𝜔0 = untuk batas frekuensi start (𝑓1 ).

21
2.4 Mikrostrip Line

Mikrostrip line adalah media transmisi yang digunakan dalam rangkaian RF


dan microwave. Mikrostrip pada umumnya digunakan karena lebih mudah dalam
pabrikasinya dan losses yang ditimbulkan relatif kecil dan jika dibandingkan pada
rangkain lumped. Saluran transmisi pada mikrostrip terdiri dari konduktor dan
ground plane yang antara keduanya dipisahkan oleh dielektrik. Gambar 2.10
merupakan struktur saluran mikrostrip.

Gambar 2. 10 Struktur Saluran Mikrostrip [13]

Mencari nilai W (lebar saluran resonator) menggunakan perhitungan berikut


[13]:

untuk W/h ≤ 2

𝑊 8exp(𝐴)
𝑢= = exp(2𝐴)−2 (2.15)

Dengan

𝑍 𝜀𝑟 +1 0.5 𝜀𝑟 −1 0,11
A = 60𝑐 { } + 0,23 + (2.16)
2 𝜀𝑟 +1 𝜀𝑟

Z merupakan nilai dari karakeristik impedansi dan 𝜀𝑟 adalah konstanta


dielektrik relatif.

Untuk W/h ≥ 2

𝑊 2 𝜀𝑟 −1 0,61
𝑢= = {(𝐵 − 1) − ln(2𝐵 − 1) + [ln(𝐵 − 1) + 0,39 − ]} (2.17)
ℎ 𝜋 2𝜀𝑟 𝜀𝑟

22
dimana:

60𝜋2
𝐵=𝑍 (2.18)
𝑐 √𝜀𝑟

maka lebar resonator (W)

W= u x h (2.19)

dimana:

W = nilai estimasi lebar jalur mikrostrip yang diinginkan sesuai impedansi,

h = tebal dielektrik yang tergantung pada jenis substrat.

2.4.1 Konstanta Dielektrik Efektif

Pada mikrostrip terdapat pengaruh oleh dielektrik yang ditimbulkan oleh


udara dan substrat sehingga strukturnya tidak homogen, maka diperlukan konstanta
dielektrik relatif sebagai pengganti, untuk menentukan hambatan karakteristik.
Konstanta dielektrik relatif dapat dianggap sebagai konstanta dielektrik medium
homogen pengganti medium udara dan substrat dengan h (tinggi substrat), w
(ketebalan mikrostrip) dan konstanta dielektrik (εr) [3]. Pada Konstanta dielektrik
efektif 𝜀𝑒𝑓𝑓 pada saluran mikrostrip dapat ditentukan menggunakan persamaan
(2.20) sebagai berikut:

𝜀𝑟 +1 𝜀𝑟 −1 10 −𝑎𝑏
𝜀𝑒𝑓𝑓 = + (1+ ) [15] (2.20)
2 2 𝑢

𝑊
dengan 𝑢 = , dan

𝑢 2
1 𝑢4 + ( ) 1 𝑢 3
52
𝑎 = 1 + 49 𝑙𝑛 [ 𝑢4 +0,432 ] + 18,7 𝑙𝑛 [1 + (18,1) ] (2.21)

𝜀𝑟 −0,9 0,053
𝑏 = 0,564 ( ) (2.22)
𝜀𝑟 +3

23
2.4.2 Panjang Lamda Mikrostrip

Dalam menentukan panjang lamda mikrostrip dapat ditentukan dengan


menggunakan persamaan (2.23) dan (2.24).
𝑐
𝜆𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑓 (2.23)

𝜆𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 = (2.24)
√𝜀𝑒𝑓𝑓

dimana:

𝑐 : cepat rambat cahaya (m/s),

fc : frekuensi tengah filter (Hertz).

2.4.3 Sliding Factor

Nilai sliding factor tidak dapat ditentukan secara pasti. Namun dapat
diperkirakan dengan mengambil hasil terbaik menggunakan persamaan berikut [16]
:

𝜃0
𝑏 = 3600 𝑥 𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 (2.25)

𝑆𝑟 = 2 x b (2.26)

2.4.4 Panjang Resonator

Panjang resonator adalah panjang saluran yang digunakan dalam filter


hairpin, untuk mendapatkan nilai dari panjang resonator ditentukan dengan
persamaan berikut :

(90−θ°)
L= 360
𝑥 λ𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 (2.27)

2.4.5 Panjang Tap

Berdasarkan teori shielding bahwa jarak antara saluran ke shielding bagian


samping adalah harus lebih dari 5 kali ketebalan bahan dielektrik. Untuk
menghitung nilai dari panjang tap diperoleh dengan menggunakan persamaan
berikut.

24
Panjang Tap = 5 x h (2.28)

2.6.6 Jarak Antar Resonator

Dalam menentukan jarak antar resonator diperlukan nilai dari koefisen


kopling. Koefisien kopling digunakan untuk menentukan separation dari kopling
resonator.

Untuk menentukan koefisien kopling digunakan persamaan berikut:

𝐹𝐵𝑊
𝑀𝑖,𝑖 + 1 = (2.29)
√𝑔𝑖.𝑔𝑖+1

dimana:

𝑀𝑖,𝑖 : nilai koefisen kopling,

𝐹𝐵𝑊 : frekuensi bandwidth,

𝑔𝑖 : elemen chebyshev orde ke-i.

2.5 Hairpin Filter


Dari berbagai macam bentuk filter bandpass, bentuk Hairpin merupakan
benuk yang paling disukai. Keuntungan dari filter Hairpin adalah untuk
memanfaatkan ruang lebih optimal. Topologi hairpin merupakan hasil dari
pengembangan topologi edge-couple. Konfigurasi filter Hairpin berasal dari edge-
couple yang digabungkan untuk meningkatkan aspek rasio resonator. Kemudian
filter hairpin tersebut dibengkokkan membentuk huruf “U”. Hal ini juga berdampak
pada penyempitan bandwidth dan gabungan ripple pass band [13].

Gambar 2. 11 Struiktur Hiarpin filter[13]

25
Filter konfigurasi Hairpin memiliki kekurangan yaitu insertion loss yang
lebih tinggi dibanding filter dengan konfigurasi edge-coupled dan memiliki respon
harmonik pada daerah passband-nya. Namun konfigurasi bentuk Hairpin memiliki
atenuasi yang lebih tinggi pada stopband-nya dan ukuran yang lebih kecil [16].

2.6 Defected Ground Structure (DGS)

Defected Ground Structure (DGS) adalah sebuah struktur yang terusak di


ground plane microstrip line secara periodik ataupun non periodik. Dengan
menggoreskan sebuah slot di ground plane dari rangkaian microstrip, sel DGS akan
dapat direalisasikan..

Kelebihan dari penggunakaan DGS adalah mampu menghasilkan


bandwidth filter yang sempit dan slope yang tajam. Kekurangannya DGS tidak
cocok atau tepat untuk pembuatan filter yang mempunyai bandwidth yang lebar.
Gambar 2.12 menunjukkan macam – macam bentuk DGS yaitu slot, meander
lines, slot variations dan various dumbbell shapes.

Gambar 2. 12 Macam - macam bentuk DGS[17]

Pola yang di etching pada bidang ground akan menggangu distribusi arus
dan merubah impedansi. Gangguan ini dapat merubah karakteristik transmisi
mikrostrip kerena DGS dapat direpresentasikan sebagai rangkaian kapasitansi dan
induktansi (LC) [17].

Gambar 2. 13 Sirkuit Ekuivalen pada DGS[17]

26
R diartikan sebagai efek radiasi, L diartikan sebagai fluks magnetik yang
melewati bidang ground dan C diartikan sebagai besarnya gap kapasitansi. Sirkuit
R, L, C tersebut berkaitan erat dengan bentuk dan ukuran slot dari DGS [17].

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian Tugas Akhir ini terdiri dari beberapa tahapan-tahapan penting.


Tahapan-tahapan penelitian ini bertujuan agar penelitian dapat dilakukan secara
sistematis berdasarkan urutannya. Gambar 3.1 menunjukkan flowchart atau
diagram alir metode penelitian.

Studi Identifikasi Analisis


Mulai
Literatur Masalah Kebutuhan

Penentuan Spesifikasi awal Perancangan

Perhitungan Dimensi Filter berdasarkan


Teori

Simulasi Filter menggunakan Software


Simulasi Antena

Pengecekan layout
pada PCB
Tidak Ya
Hasil Simulasi Pencetakan Layout
Tidak
sesuai Spesifikasi ? Filter pada PCB

Hasil Pengukuran
Pengukuran
sesuai Spesifikasi ?

Ya

Analisis

Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart Metodologi Penelitian

28
3.1.1 Studi Literatur

Studi literatur merupakan suatu proses mengumpulkan literatur yang


berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Literatur yang dibutuhkaan
diambil dari berbagai macam sumber penelitian sebelumnya, seperti penulisan
tugas akhir, jurnal-jurnal penelitian dan sumber literatur lainnya. Studi literature
pada penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan beberapa metode pengumpulan
diantaranya:

1. Pencarian beberapa sumber referensi yang erat kaitannya dengan penelitian


Tugas Akhir ini,
2. Metode pengumpulan literatur lainnya yaitu dengan melakukan tanya jawab
dalam proses simulasi dengan seorang yang mengerti dalam bidang filter.

Salah satu literatur yang dijadikan acuan pada penelitian Tugas Akhir ini
yaitu berupa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Santi Kartika Sari dengan
judul “Rancang Bangun Bandpass Filter Mikrostrip Hairpin untuk Radar pada
Frekuensi 2,9 Ghz – 3,1 Ghz dengan Metode Defected Ground Structure“ secara
keseluruhan hasil penelitian ini mikrostrip hairpin filter yang dirancang dengan
menggunakan DGS memiliki nilai return loss hampir mendekati nilai 0 yang
artinya filter hairpin yang dirancang hasilnya cukup baik.

3.1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan yang berkaitan dengan


permasalahan yang timbul serta mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan
yang timbul tersebut. Identifikasi masalah pada penelitian Tugas Akhir ini telah
dijabarkan secara lengkap pada bagian rumusan masalah. Untuk hipotesis
penelitian Tugas Akhir ini dapat dilihat pada bagian manfaat penelitian. Adapun
dari hasil identifikasi permasalahan yang timbul yaitu mendesain dan
mengimplementasikan DGS bentuk dumbbell pada hairpin BPF mikrostrip pada
frekuensi kerja yang diinginkan yaitu 3GHz.

29
3.1.3 Analisis Kebutuhan

Penelitian Tugas Akhir yang akan dilakukan tentunya akan membutuhkan


beberapa komponen dan perangkat yang menunjang penelitian. Komponen dan
perangkat yang dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
Perangkat keras ( Hardware ):
1. PCB Rogers 4350B,
2. Solder,
3. Timah,
4. Konektor SMA,
5. Network Analyzer,
6. Serbuk FeCl,
7. PC ( Personal Computer ),
8. Processor dual core atau diatasnya,
9. Vector Network Analyzer.
Perangkat lunak ( Software ):
1. Software simulasi antena yang digunakan untuk proses simulasi desain
mikrostrip hairpin filter yang akan dirancang,
2. Microsoft Visio 2013 yang digunakan untuk proses pembuatan visualisasi
dari prosedur perancangan dan desain perancangan,
3. Microsift Word 2010 yang digunakan untuk penulisan laporan Tugas Akhir
4. Microsoft Excel 2010 yang digunakan untuk pembuatan grafik hasil
simulasi.

3.1.4 Penentuan Spesifikasi Awal Perancangan

Pada tahapan ini ditentukan spesifikasi-spesifikasi mengenai mikrostrip


hairpin filter yang akan dirancang serta diimplementasikan. Adapun spesifikasi
dari BPF yang akan dirancang dan direalisasikan pada penelitian ini ditunjukkan
pada Tabel 3.1.

30
Tabel 3. 1 Spesifikasi BPF yang dirancang [18] [19]

No Parameter Nilai Keterangan


BPF

1 Frekuensi 2,9 GHz Frekuensi awal BPF,nilainya lebih kecil 1 GHz


Start (f1) dari frekuensi center

2 Frekuensi 3,1 GHz Frekuensi akhir BPF,nilainya lebih besar 1GHz


Stop (f2) dari frekuensi center

3 Frekuensi 3 Ghz Karena frekuensi 3GHz termasuk kedalam radar S-


Center (fc) Band

4 Lebar Pita 200 MHz Nilai frekuensi stop dikurangi nilai frekuensi start
(Bandwidth) (f2 – f1)

5 Return Loss > -20 dB Nilai minimum untuk return loss yaitu -15dB,oleh
karena itu dipilih nilai > -20 dB

6 Insertion < -3 dB Jika nilai intertion loss yang dihasilkan mendekati


Loss 1 atau 0 berarti hasilnya semakin baik

7 VSWR 1,22 Karena return loss yang ditetapkan nilainya <- 20


dB

8 Orde Filter 5 Ketajaman transisi filter

9 Respon Chebyshev Memiliki kelebihan yaitu selektivitas lebih baik jika


Frekuensi dibandingan dengan respon yang lainnya

3.1.5 Perhitungan Dimensi Mikrostrip Hairpin Filter berdasarkan Teori


Pada tahapan ini dilakukan perhitungan berdasarkan spesifikasi parameter
yang telah ditentukan dan dihitung menggunakan rumus-rumus yang sudah
ditetapkan. Tahapan perhitungan ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk menjadi
acuan pada tahap awal melakukan simulasi. Parameter-parameter yang harus
dihitung pertama konstanta dielektrik relatif dan ketebalan substrat yang akan
digunakan. Selanjutnya yaitu melakukan perhitungan untuk mencari nilai lebar dari
resonator yang disimbolkan dengan huruf (W), panjang resonator (L), panjang tap,
jarak antar resonator (S1) dan (S2), sliding factor (sr).

31
3.1.6 Simulasi

Dari hasil perhitungan yang diperoleh tahapan selanjutnya yaitu melakukan


perancangan bentuk mikrostrip hairpin filter dengan DGS bentuk dumbbel
menggunakan software simulasi antena dengan semua parameter hasil perhitungan.
Simulasi ini akan diuji beberapa parameter hasil uji pada filter yaitu insertion loss,
return loss, VSWR, Bandwidth, frekuensi center. Jika parameter hasil uji telah
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan selanjutnya yaitu melakukan pengujian
filter dengan menggunakan alat ukur. Tetapi jika parameter hasil uji belum sesuai
dengan spesifikasi maka dilakukan tahapan optimasi.

Pada tahapan awal perancangan filter mikrostrip hairpin didesain dengan


teknik penggunaan DGS pada filter. Rancangan disimulasikan dan akan diperoleh
hasil dari perancangan, jika hasil sudah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
maka terbentuklah rancangan dari filter. Akan tetapi jika hasil simulasi belum
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan maka dilakukan simulasi ulang dengan
nilai parameter yang berbeda yang disebut dengan tahap optimasi sampai diperoleh
hasil sesuai dengan parameter hasil uji yang diinginkan.

3.1.7 Realisasi
Tahapan realisasi dilakukan setelah hasil parameter uji simulasi telah sesuai
dengan spesfikasi yang ditentukan. Pada tahapan ini dibuatlah suatu perangkat
mikrostrip hairpin filter dengan mengunakan DGS bentuk dumbbel sesuai dengan
parameter acuan yang diperoleh dari hasil simulasi yang telah dilakukan
sebelumnya mengunakan software simulasi antena ke substrat yang ditentukan
yaitu Rogers 4350B.

3.1.8 Pengukuran Parameter Hasil Uji


Tahapan pengukuran ini untuk mengetahui nilai dari parameter hasil uji
yang dinginkan yaitu insertion loss, return loss, VSWR. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan Vector Network Analyzer. Hasil yang diperoleh dari tahap
pengukuran selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil simulasi menggunakan
software simulasi antena.

32
3.1.9 Analisis Data

Analisis data hasil simulasi dan pengukuran dilakukan dengan mencari


faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari nilai parameter uji yaitu
frekuensi, Return Loss, Insertion Loss, Bandwidth dan VSWR yang bertujuan untuk
mengoptimalisasi hasil.

33
BAB IV

PERANCANGAN DAN SIMULASI

4.1 Perancangan Mikrostrip Hairpin Filter

Perancangan BPF mikrostrip hairpin pada Tugas Akhir ini dilakukan


dengan beberapa tahapan diantaranya yaitu penentuan spesifikasi awal filter yang
akan dirancang, penentuan jenis substrat yang akan digunakan, perhitungan
dimensi filter berdasarkan teori, simulasi, optimasi, realisasi, pengukuran dan
analisis. Pada setiap tahapannya dilakukan dengan benar serta teliti yang bertujuan
untuk memperoleh hasil filter yang baik sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Ketelitian merupakan salah satu faktor penting pada perancangan
mikrostrip hairpin filter ini, karena bentuk mikrostrip yang kecil dengan skala
milimeter.

Mikrostrip hairpin filter dirancang dengan menggunakan metode DGS,


bentuk DGS yang digunakan yaitu dumbbell yang bekerja untuk radar S-Band pada
rentang frekuensi 2.9 GHz – 3.1 GHz. Hasil rancangan yang diperoleh dievaluasi
dan disimulasikan dengan menggunakan software (perangkat lunak) simulasi
antena. Simulasi merupakan tahapan visualisasi dari perancangan. Hasil simulasi
jika belum mencapai spesifikasi selanjutnya akan dilakukan tahapan optimasi yang
bertujuan agar hasil yang diperoleh maksimal. Hasil simulasi yang sudah sesuai
dengan spesifikasi selanjutnya dilakukan tahapan realisasi filter dengan
menggunakan jenis substrat Rogers 4350B dan dilakukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur Vector Network Analyzer.

34
Mulai A

Simulasi
Menentukan Spesifikasi Filter
Desain Filter berdasarkan
Perhitungan Teori
Menentukan jenis substrat
Simulasi Perancaangan
Mikrostrip Hairpin BPF
Menentukan Dimensi Optimasi Simulasi:
Resonator • Mengatur Panjang
Resonator Hairpin
Tidak Filter
Hasil Simulasi Sesuai • Mengatur Jarak Antar
Menentukan Jarak Antar Spesifikasi ? Resonator
Resonator • Mengatur Lebar
Resonator
Ya • Mengatur Dimensi
Dumbbell
Menentukan Parameter DGS

Realisasi

A
Selesai

Gambar 4. 1 Tahap Perancangan

4.1.1 Spesifikasi Mikrostrip Hairpin Filter

Dalam pembuatan sebuah filter harus ada ketentuan yang akan dicapai dari
filter tersebut, tujuannya adalah agar filter yang dirancang dan direalisasikan hasil
yang diperolehnya bisa maksimal . Spesifikasi dari filter yang akan dirancang pada
Tugas Akhir ini tertera pada Tabel 3.1.

4.1.2 Pemilihan Jenis Substrat

Perancangan BPF hairpin dengan saluran mikrostrip dapat direalisasikan


pada sebuah substrat, pemilihan jenis substrat yang digunakan harus sesuai dengan
jenis spesifikasi filter yang dibuat agar hasilnya bagus. Substrat merupakan
komponen yang sangat penting dalam pembuatan sebuah filter, substrat harus
memiliki parameter tersendiri yang merepresentasikan kinerja berkaitan dengan
frekuensi. Jenis substrat yang digunakan pada penelitian Tugas Akhir ini adalah

35
substrat Rogers 4350B. Adapun spesifikasi substrat yang digunakan ditunjukan
oleh Tabel 4.1 seperti berikut:

Tabel 4. 1 Spesifikasi substrat Roger 4350-B[20]

Jenis Substrat Rogers 4350B

Konstanta Dielektrif Relatif (𝜀𝑟) 3.48

Ketebalan substrat (h) 1.524 mm

Dielektrik Loss Tangen (ᵟ) 0.004

4.1.3 Perhitungan Dimensi Mikrostrip Hairpin Filter

Setelah menentukan jenis substrat yang akan digunakan untuk membuat


filter, tahap selanjutnya dalam perancangan mikrostrip hairpin dengan metode DGS
adalah menghitung dimensi filter dengan menghitung parameter – parameter pada
filter yang akan dirancang dengan menggunakan persamaan – persamaan yang
sudah tertera pada pembahasan bab dua mengenai teori dasar. Adapun parameter –
parameter yang akan dihitung dalam perancangan filter ini diantaranya yaitu orde
filter, lebar saluran resonator, konstanta dielektrik efektif, panjang lamda
mikrostrip, sliding factor, panjang resonator, panjang tap, jarak antar resonator,
nilai faktor dan lain – lain. Tahap perhitungan dilakukan dengan teliti, karena
ukuran mikrostrip hairpin filter yang kecil dalam skala milimeter terutama dalam
hal pembulatan angka dibelakang koma.

4.1.3.1 Menentukan Orde Filter

Untuk Orde filter dapat ditentukan dari kurva karakteristik redaman


berdasarkan pendekatan chebyschev dengan ripple 0,1 dB sebagai berikut.
Perhitungan diperoleh dengan menggunakan persamaan (2.12) sampai (2.14).

𝑓2 − 𝑓1 3,1 x 109 −2,9 x 109


∆= = = 0.0666
𝑓𝑐 3 x 109

ω 1 ω ω0
= ∆ (ω − )
ω𝑐 0 ω

1 2π𝑓 2π𝑓0
= ∆ (2π𝑓 − )
0 2π𝑓

36
1 6,2 𝜋 x 109 5,8 𝜋 x 109
= ∆ (5,8 𝜋 x 109 − )
6,2 𝜋 x 109

= 2.0042

𝜔 adalah untuk batas frekuensi stop yaitu sebesar 3.1 GHz, dan ω 0 adalah
batas frekuensi start yaitu sebesar 2.9 GHz dan 𝑓 𝑐 adalah frekuensi center (tengah)
sebesar 3 GHz. Dari kurva redaman filter berikut,

untuk

ω
|ω | – 1 = 1.0042
𝑐

dengan LA = 60 dB ripple 0.1 dB didapat n > 4. Kurva redaman chebyshev


dengan ripple 0.1 dB terdapat pada lampiran A.

Jadi dalam perancangan filter ini dipakai n = 5. Pada tabel nilai elemen
prototipe untuk ripple 0.1 dB pada lampiran B, maka didapat nilai elemen prototipe
sebagai berikut :

𝑔0 = 𝑔6 = 1

𝑔1 = 𝑔5 = 1.1468

𝑔2 = 𝑔4 = 1.3712

𝑔3 = 1.9750

4.1.3.2 Menentukan Lebar Saluran Resonator

Nilai lebar resonator dapat diketahui dengan melakukan perhitungan


menggunakan persamaan (2.17) sampai dengan persamaan (2.19). Dengan
menggunakan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa dalam menentukan nilai
lebar resonator pada filter yang akan dibuat erat hubungannya dengan nilai
spesifikasi substrat yang digunakan, dimana nilai 𝜀𝑟=3,48, ℎ=1,524 𝑚𝑚 dan 𝑍c=
50 ohm.

37
60𝜋 2
𝐵=
𝑍𝑐 √ε𝑟

60(3.14)2
𝐵=
50√3.48

60(9.8596)
𝐵=
50(1.8654)

591.576
𝐵=
93.27

𝐵 = 6.342

𝑊 2 ε𝑟 − 1 0.61
𝑢= = {(𝐵 − 1) − 𝑙𝑛(2𝐵 − 1) + [𝑙𝑛 (𝐵 − 1) + 0.39 − )]}
ℎ 𝜋 2ε𝑟 ε𝑟
2
= {(6.342 − 1) − 𝑙𝑛(2(6.342) − 1)
3.14
3,48 − 1 0.61
+ [𝑙𝑛 (6.342 − 1) + 0.39 − )]}
2(3.48) 3.48

2
= {(5.342) − 𝑙𝑛(10.684)
3.14
3.48 − 1 0.61
+ [𝑙𝑛 ((5.342) + 0.39 − )]}
6.96 3.48

2 2.48
= {(5.342) − 2.369 + [𝑙𝑛(5.342) + 0.215]}
3.14 6.96

2
= {(5.342) − 2.368 + 0.812}
3.14

2
= {3.648}
3.14

= 0.637 {3.786}

= 2.412 >2

38
𝑊
Dari perhitungan yang diperoleh, nilai yang dihasilkan yaitu > 2, maka

nilai tersebut bisa digunakan dengan substrat (h) = 1,524 mm. Setelah memperoleh
nilai (u) baru kita bisa menentukan nilai lebar resonator dengan menggunakan
persamaan yang baru yaitu persamaan (2.19). Maka nilai lebar saluran resonator
filter yang akan dirancang pada penelitian tugas akhir ini adalah:

𝑊 =𝑢𝑥ℎ

= 2.412𝑥 1.524 𝑚𝑚

= 3.676 𝑚𝑚

Jadi, nilai dari lebar resonator adalah W = 3.676 mm berdasarkan hasil dari
perhitungan menggunakan persamaan secara teori.

4.1.3.3 Menentukan Konstanta Dieektrik Efektif

Untuk mengetahui nilai konstanta dielektrik efektif (ε𝑒𝑓𝑓 ) pada saluran


mikrostrip dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.20) sampai (2.22),
perhitungannya sebagai berikut:

ε𝑟+1 ε𝑟−1 10 −𝑎𝑏


ε𝑒𝑓𝑓 = + (1 + )
2 2 𝑢
𝑊
dimana u = dan

𝑢 2
1 𝑢4 +( ) 1 𝑢 3
52
a = 1 + 49 𝑙𝑛 [𝑢4 +0,432] + 𝑙𝑛 [1 + (18,1) ]
18,7

2,2109 2
1 2,210394 + ( ) 1 2,2109 3
𝑎 = 1 + 𝑙𝑛 [ 52 ]+ 𝑙𝑛 [1 + ( ) ]
49 2,21094 + 0,432 18,7 18,1

2,2109 2
1 19,5929 + (
) 1 2,2109 3
𝑎 = 1 + 𝑙𝑛 [ 52 ]+ 𝑙𝑛 [1 + ( ) ]
49 19,5929 + 0,432 18,7 18,1

1 19,5929 + (0,042)2 1
𝑎 = 1+ 𝑙𝑛 [ ]+ 𝑙𝑛 [1 + (0,122)3 ]
49 19,5929 + 0,432 18,7

39
1 19,5929 + 0,01764 1
𝑎 =1+ 𝑙𝑛 [ ]+ 𝑙𝑛 [1 + 0,0181]
49 19,5929 + 0,432 18,7
1 19,61054 1
𝑎 = 1+ 𝑙𝑛 [ ]+ 𝑙𝑛 [1,0181]
49 20,0249 18,7
1 19,61054 1
𝑎 =1+ 𝑙𝑛 [ ]+ 𝑙𝑛 [1,0181]
49 20,0249 18,7
1 1
𝑎 =1+ 𝑙𝑛[0,9793] + 0,0179
49 18,7
1
𝑎 =1+ [−0,0209] + 0,009572
49
𝑎 = 1 + −0,004265 + 0,009572
𝑎 = 1,000066702

ε𝑟 − 0,9 0,053
𝑏 = 0,564 ( )
ε𝑟 + 3

3,48 − 0,9 0,053


𝑏 = 0,564 ( )
3,48 + 3

2,58 0,053
𝑏 = 0,564 ( )
6,48

𝑏 = 0,564(0,95236281)

𝑏 = 0,537132552

berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka didapatkan:

𝑎 = 1,000066702 dan 𝑏 = 0,537132552

selanjutkan akan diperoleh :

ε𝑟 + 1 ε𝑟 − 1 10 −𝑎𝑏
ε𝑒𝑓𝑓 = + (1 + )
2 2 𝑢
−0,539983
3,48 + 1 3,48 − 1 10
ε𝑒𝑓𝑓 = + (1 + )
2 2 2,21039

4,48 2,48
ε𝑒𝑓𝑓 = + (5,524)−0,539983
2 2

40
ε𝑒𝑓𝑓 = 2,24 + 1,24(0.444048651)

ε𝑒𝑓𝑓 = 2,24 + 0.5506203284

ε𝑒𝑓𝑓 = 2.790620328

Jadi, hasil dari perhitungan yang dilakukan berdasarkan persamaan secara


teori nilai dari konstanta dielektrik efektif dari filter yang akan dirancang pada
penelitian Tugas Akhir ini adalah ε𝑒𝑓𝑓 = 2,790620328.

4.1.3.4 Menentukan Panjang Lamda Mikrostrip

Parameter lainnya yang harus ditentukan dalam merancang sebuah BPF


mikrostrip hairpin adalah panjang lamda. Dimana nilai panjang lamda dapat
diketahui dengan menghitung menggunakan persamaan (2.24), berikut perhitungan
dari panjang lamda mikrostrip.

𝑐 3𝑥108 𝑚/𝑠
𝜆𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑓 = 3𝑥109 𝐻𝑧

= 1𝑥10−1

= 0,1 m = 100 mm

𝜆𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 =
√ε𝑒𝑓𝑓

100
=
√2.790620328

100
=
1.670514989

= 59.86177955 𝑚𝑚

Jadi, berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan


menggunakan persamaan (2.23) dan (2.24) diperoleh nilai dari 𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 =
5.986177955 𝑚𝑚. Nilai 𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝 yang sudah diperoleh, selanjutnya bisa
digunakan untuk menentukan nilai parameter mikrostrip hairpin filter yang lainnya
yaitu nilai dari sliding factor.

41
4.1.3.5 Menentukan Sliding Factor

Nilai sliding factor pada perancangan BPF mikrostrip hairpin dengan


menggunakan metode DGS tidak bisa ditentukan secara pasti, oleh sebab itu
dilakukan asumsi dari nilai 𝜃 diambil nilai sebesar 100 hal ini dikarenakan nilai
tersebut paling banyak digunakan para peneliti dalam merancang suatu
mikrostrip hairpin filter. Agar memperoleh hasil yang baik, sliding factor dapat
ditentukan nilainya dengan menggunakan persamaan (2.25) dan (2.26)
sebagai berikut:

𝜃0
𝑏= 𝑥 𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
3600

100
𝑏= 𝑥 5.986177955
3600

= 1.66282721

𝑆𝑟 = 2 𝑥 𝑏

𝑆𝑟 = 2 𝑥 1.66282721 𝑥 10−6

𝑆𝑟 = 3.326 𝑥 10−6 𝑚𝑚

Jadi, berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui nilai sliding factor


pada perancangan BPF mikrostrip hairpin Tugas Akhir ini adalah 𝑆𝑟 =
3.326 𝑚𝑚.

4.1.3.6 Menentukan Panjang Resonator


Panjang resonator merupakan panjang saluran yang digunakan pada filter
hairpin, untuk mengetahui nilai dari panjang resonator pada filter hairpin dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (2.26). Sebelum menghitung nilai
panjang resonator harus ditentukan terlebih dahulu nilai dari 𝝀𝒎𝒊𝒌𝒓𝒐𝒔𝒕𝒓𝒊𝒑 yang
nilainya sudah diketahui dengan persamaan (2.23) dimana nilainya yaitu
𝟏𝟑, 𝟑𝟎𝟑𝒎𝒎. Berikut perhitungan panjang resonator:

(900 − 𝜃0 )
𝐿= 𝑥 𝜆𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑠𝑡𝑟𝑖𝑝
3600

42
(800 )
= 𝑥 59.86177955
3600

= 13,303𝑚𝑚

Jadi, nilai panjang resonator pada filter hairpin yang dirancang pada
penelitian Tugas Akhir ini nilainya adalah 13,303 𝑚𝑚.

4.1.3.7 Menentukan Panjang Tap

Pada perancangan BPF mikrostrip filter nilai panjang tap yang akan
digunakan dapat ditentukan berdasarkan teori shielding yang menyatakan bahwa
jarak antar saluran resonator ke shielding bagian samping adalah harus 5 kali
ketebalan dari bahan dielektrik. Dengan menggunakan persamaan (2.28) berikut
perhitungan panjang tap:

Panjang Tap = 5 x h

= 5 x 1.524

= 7.62 mm

Jadi panjang tap pada perancangan bandpass filter mikrostrip hairpin


sebesar 7.62 mm.

4.1.3.8 Menentukan Jarak Antar Resonator

Untuk menentukkan jarak antar resonator pada perancangan BPF mikrostrip


hairpin dengan metode DGS terlebih dahulu harus mengetahui nilai dari koefesien
kopling. Untuk menentukkan nilai dari koefesien kopling menggunakan persamaan
(2.28), perhitungannya yaitu:
𝐹𝐵𝑊
𝑀𝑖,𝑖+1 =
√𝑔𝑖 𝑔𝑖 +1

FBW merupakan bandwidth yang ditentukan dari spesifikasi frekuensi yang


ditentukan yaitu sebesar 0,2 GHz dan 𝑔𝑖 adalah elemen chebyshev untuk orde ke-
i. Berikut merupakan hasil perhitungan berdasarkan persamaan (2.28).

43
0,2
𝑀1,2 = 𝑀4,5 = = 0,159 mm
√1,1468 x 1,3712

0,2
𝑀2,3 = 𝑀3,4 = = 0,121 mm
√1,3712 x 1,9750

𝑆1 = 0,159 𝑚𝑚

𝑆2 = 0,121 𝑚𝑚

Jadi, nilai dari 𝑀1,2 = 𝑀4,5 =0,159 𝑚𝑚 dan 𝑀2,3 = 𝑀3,4 = 0,121 𝑚𝑚. Setelah
mengetahui nilai koefisien kopling (M), maka diperoleh nilai jarak antar resonator.
Dimensi jarak antar resonator filter hairpin akan simetris, dimana jarak antar
resonator 1 dan 2 akan sama nilainya dengan jarak antar resonator 4 dan 5, sehingga
didapatkan 𝑆1 = 𝑆12 = 𝑆45 =0,159 𝑚𝑚 . Sedangkan jarak antar resonator 2 dan 3 akan
sama nilainya dengan jarak antar resonator 3 dan 4 yaitu 𝑆2 = 𝑆23 = 𝑆34 =0,121 𝑚𝑚.
Maka didapatkan nilai

𝑆1 =0,159 𝑚𝑚

𝑆2 =0,121 𝑚𝑚.

4.1.3.9 Menentukan Nilai Faktor Q

Nilai faktor Q diperlukan pada perancangan BPF mikrostrip hairpin dengan


metode DGS untuk dijadikan parameter dalam mengukur tingkat selektivitas dari
rangkaian filter yang dirancang. Berikut merupakan perhitungan nilai faktor Q
dengan menggunakan persamaan (2.10).

𝑓𝑐 3
𝑄𝑒0 = 𝑓 = 0,2 = 15
2 − 𝑓1

𝑓1 adalah frekuensi start yaitu sebesar 2,9 GHz, 𝑓2 adalah frekuensi stop
yaitu sebesar 3,1 GHz dan 𝑓𝐶 adalah frekuensi center sebesar 3 GHz. Jadi nilai
faktor kualitas yang didapatkan berdasarkan perhitungan sebesar 15. Semakin
tinggi nilai faktor kualitas maka semakin tinggi selektivitas filter tersebut, dalam
arti respon dari frekuensi kerja akan semakin curam.

44
4.2 Simulasi

Simulasi merupakan tahapan perancangan bandpass filter mikrostrip


Hairpin dengan DGS bentuk dumbbell. Tahapan simulasi harus dilakukan dengan
sangat teliti dan tekun yang bertujuan untuk memperoleh nilai respon yang baik
dari simulasi yang dilakukan. Tujuan dari dilakukannya simulasi adalah untuk
membuat desain filter dan mengetahui nilai respon dari filter yang dirancang,
apakah desain yang dirancang berdasarkan ukuran parameter hasil responnya sudah
sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Jika hasil respon simulasi filter belum
mencapai nilai spesifikasi yang diinginkan maka dilakukan tahapan optimasi
sampai diperoleh nilai respon yang baik sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.

Perangkat yang digunakan untuk simulasi perancangan BPF mikrostrip


hairpin dengan metode DGS yaitu ADS 2011. Dalam perancangan filter ini,
simulator ADS 2011 akan menampilkan respon filter yang dirancang.

Tahapan simulasi dilakukan dengan membuat sebuah desain filter dengan


memanfaatkan tools yang ada pada menu desain layout filter pada simualtor ADS
2011. Nilai parameter-parameter yang telah dihitung berdasarkan persamaan teori
dimasukkan untuk membuat desain dari BPF mikrostrip hairpin yaitu lebar
resonator, panjang resonator, jarak antar resonator, sliding factor serta dimensi dari
subrat. Nilai parameter tersebut sudah ditentukan pada tahap perhitungan.

45
4.2.1 Simulasi Filter dengan Dimensi dari Hasil Perhitungan

Desain BPF mikrostrip hairpin berdasarkan spesifikasi dari hasil


perhitungan yaitu:

Gambar 4. 2 Layout hairpin dengan DGS dumbbell

Tabel 4. 2 Nilai – nilai parameter hasil perhitungan

W L1 L2 L3 L4 L5 Sr S1 S2
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

3.676 1.7 6.264 4.442 4.442 7.26 3.326 0.159 0.121

Tabel 4.2 merupakan nilai – nilai parameter filter yang akan dirancang dari
hasil perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan persamaan teori. Nilai -nilai
tersebut kemudian dimasukkan pada layout simulasi perancangan filter hairpin.
Setelah semua nilai parameter dimasukkan selanjutnya disimulasikan. Selanjutnya
akan ada hasil keluaran dari simulasi dalam bentuk grafik respon.

Gambar 4.3 menunjukan grafik hasil simulasi berupa respon filter yang
dirancang berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan. Dari grafik tersebut
terlihat nilai frekuensi puncak yang diperoleh yaitu 2.930 GHz,

46
Gambar 4. 3 Grafik Insertion loss dan Return Loss Hasil Simulasi Bedasarkan Perhitungan

Nilai intertion loss -1,933 dB dan nilai return loss -18,233 dB. Hasil yang
diperoleh dari simulasi berdasarkan perhitungan belum sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukkan pada Tabel 3.1 Nilai intertion loss dan nilai return loss yang
dihasilkan dari simulasi filter berdasarkan teori ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Simulasi Berdasarkan Perhitungan

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)

Intertion loss (dB) -2,136 -3,920 -5,761

Return loss (dB) -9,925 -4,990 -3,148

Pada spesifikasi insertion loss < -3 dB sedangkan pada hasil simulasi


perhitungan sebesar -3.920 dB. Pada simulasi berdasarkan perhitungan hasilnya
ternyata tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Maka dilakukan optimasi
simulasi untuk mendapatkan filter yang sesuai spesifikasi. Nilai VSWR yang
diperoleh dari simulasi berdasarkan perhitungan yaitu 1.28, untuk menenttukan
nilai VSWR dapat dilihat berdasarkan tabel pada lampiran C. Adapun untuk
mencari nilai VSWR berdasarkan perhitungan yaitu berdasarkan sinyal respon

47
return loss dalam bentuk dB diubah kedalam bentuk tegangan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

18.233
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 45.217 𝑉𝑜𝑙𝑡

5.960
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 35.5 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.217
VSWR = = = 1.27.
𝑉𝑚𝑖𝑛 35.5

Untuk nilai bandwidth sebesar 260 MHz, nilai bandwidth yang diperoleh
masih belum sesuai dengan spesifikasi. Nilai tersebut masih lebih besar 60 MHz
dari spesifikasi yang ditentukan yaitu 200 MHz .

4.2.2 Optimasi Simulasi

Respon filter yang dihasilkan dari simulasi berdasarkan perhitungan belum


sesuai dengan spesifikasi filter yang diinginkan sesuai dengan Tabel 3.1. Untuk
mendapatkan respon hasil simulasi filter berdasarkan spesifikasi, maka dilakukan
proses optimasi. Optimasi merupakan suatu proses mengoptimalkan sesuatu yang
telah ada yang bertujuan untuk diperolehnya hasil yang ideal. Proses optimasi
simulasi filter yang dirancang yaitu dengan cara mengubah nilai – nilai setiap
parameter pada filter. Nilai – nilai parameter filter yang diubah untuk proses
optimasi ditunjukkan pada Tabel 4.4.

48
Tabel 4. 4 Nilai – nilai Parameter Filter berdasarkan Hasil Optimasi

Optimasi W L1 L2 L3 L4 L5 Sr S1 S2
ke- (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

1 3.676 1.7 7.264 4.442 4.442 7.26 3.326 0.159 0.121

2 3.676 2 7.5 5 5 8 3.326 0.159 0.121

3 3.676 1.7 6.264 4.442 4.442 7.26 3.326 0.159 0.25

4 3.676 1.7 6.264 4.442 4.442 7.26 4 0.159 0.121

5 2 1.7 6.264 4.442 4.442 7.26 3.326 0.159 0.121

6 1.5 2.6 8 5 5.6 10 3.326 0.159 0.121

7 1 2.6 8 5 5.6 10 3.326 0.8 1.4

8 1 2.6 8 5 5.6 10 5 1 1.8

9 1 3.6 9.5 5.5 6.5 12 5 1.2 2

10 0.8 4 9.5 5 7 10 4.9 1 2

11 0.7 4.4 9.4 5 7 9.9 4.9 1 1.9

Berikut merupakan grafik - grafik dari respon filter yang dihasilkan pada
proses optimasi berdasarkan perubahan nilai – nilai parameter yang ditunjukkan
pada Tabel 4.4.

Gambar 4.4 merupakan respon filter hasil simulasi berdasarkan nilai


parameter resosnator ke-1, dimana dari grafik tersebut masih terdapat ripple.
Frekuensi puncak yang dihasilkan berada pada 2,950 GHz, dengan nilai insertion
loss -2,170 dB dan nilai return loss -18,448 dB. Pada optimasi resonator ke-1
parameter nilai yang diubah yaitu panjang diperbesar dari nilai berdasarkan
pengukuran.

49
Gambar 4. 4 Insertion Loss dan Retun Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-1

Nilai insertion loss dan nilai return loss dari hasil simulasi berdasarkan
optimasi parameter pada resonator ke-1 ditunjukkan oleh Tabel 4.5. Nilai insertion
loss hasil optimasi pertama sebesar -3.739, nilai tersebut masih belum memenuhi
spesifikasi filter yang telah ditentukan. Nilai return loss hasil optimasi pertama
sebesar -18.438 dB, nilai tersebut belum memenuhi spesifikasi filter. Parameter
hasil respon optimasi pertama filter belum memenuhi spesifikasi, sehingga tahapan
optimasi harus dilakukan lagi agar tercapai hasil sesuai spesifikasi filter.

Tabel 4. 5 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-1

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -3,191 -3,739 -7,435
Return loss (dB) -6,338 -18.483 -2.223

Hasil tersebut belum sesuai dengan spesifikasi filter yang telah ditentukan.
Dengan penambahan nilai L2 hasil yang diperoleh yaitu frekuensi puncak yang
dihasilkan bergeser sebesar 20 MHz. Oleh sebab itu, penambahan panjang saluran
mikrostrip dapat mempengaruhi nilai frekuensi puncak yang dihasilkan. Nilai

50
VSWR yang diperoleh berdasarkan optimasi resonator ke-1 sebesar 1.27 dan nilai
bandwidth sebesar 50 MHz.

Untuk menentukan nilai VSWR dapat diketahui berdasarkan perhitungan


yaitu sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

18.438
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 45.3 𝑉𝑜𝑙𝑡

5.990
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 35.5 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.3
VSWR = = 35.5 = 1.28.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Berdasarkan hasil optimasi ke-1, maka optimasi selanjutnya dilakukan


dengan menambahkan panjang saluran mikrostrip yaitu L1, L2, L3, L4 dan L5 yang
bertujuan agar diperoleh frekuensi puncak sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan.

Gambar 4.5 menunjukkan grafik respon hasil simulasi berdasarkan


perubahan parameter pada resonator ke-2. Pada grafik tersebut menunjukkan hasil
frekuensi puncaknya pada 3.050 GHz. Frekuensi puncak yang dihasilkan pada
optimasi resonator ke-2 ini melebihi spesifikasi frekuensi yang ditentukan.

51
Gambar 4. 5 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-2

Pada optimasi yang dilakukan dapat diketahui nilai insertion loss dan nilai
return loss ditunjukkan pada Tabel 4.6. Nilai insertion loss -1.697 dB dan nilai
return loss -19.184 dB. Nilai bandwidth sebesar 210 MHz.

Tabel 4. 6 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-2

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -3,101 -2,739 -8,435
Return loss (dB) -7,338 -18.147 -2,566

Untuk nilai VSWR pada hasil optimasi berdasarkan parameter resonator ke-
2. Untuk menentukan nilai VSR dapat dilihat dari tabel return loss vs VSWR yang
tertera pada lampiran C. Maka nilai VSWR yaitu 1.25. nilai VSWR dapat diketahui
berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

19.184
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

52
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 45.6 𝑉𝑜𝑙𝑡

6.425
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 36.6𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.3
VSWR = = 35.5 = 1.28.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Gambar 4.6 merupakan respon hasil optimasi filter berdasarkan parameter


nilai pada optimasi resonator ke-3. Parameter filter yang diubah yaitu nilai jarak
antar resonator S2. Grafik menunjukkan frekuensi puncak sebesar 2.950 GHz.

Gambar 4. 6 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-3

Nilai insertion loss dan return loss hasil otpimasi berdasarkan parameter
resonator ke-3 ditunjukkan pada Tabel 4.7. Nilai insertion loss pada frekuensi
puncak berdasarkan hasil optimasi resonator ke-3 sebesar -2.003 dB. Nilai return
loss pada frekuensi puncak berdasarkan hasil optimasi resonator ke-3 sebesar -

53
18.049 dB. Hasil insertion loss sudah memenuhi spesifikasi dari filter yaitu < -3
dB. Untuk nilai return loss hasilnya belum memenuhi spesifikasi filter yang
ditentukan yaitu > -20 dB. Nilai VSWR sebesar 1.28 dan bandwidth sebesar 30
MHz.

Tabel 4. 7 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-3

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -2.861 -2.003 -4.589
Return loss (dB) -7.297 -18.094 -4.678

Nilai VSWR pada hasil optimasi berdasarkan parameter resonator ke-3


yaitu 1.29. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan tabel return loss vs VSWR yang
tertera pada lampiran C. selain itu, nilai VSWR dapat dilitentukan dengan
perhitungan yiatu sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

18.049
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 45.1 𝑉𝑜𝑙𝑡

5.595
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 34.9 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.1
VSWR = 𝑉𝑚𝑖𝑛
= 34.9 = 1.29.

54
Penambahan nilai S2 pada dimensi filter, nilai insertion loss mengalami
perubahan. Perubahan nilai insertion loss tersebut lebih baik karena nilai bergeser
ke arah yang lebih kecil. Penambahan nilai S2 juga berdampak pada tampilan sinyal
yang dihasilkan, dimana dengan menambahkan nilai S2 ripple pada respon
insertion loss lebih berkurang dan sinyal menjadi lebih halus.

Gambar 4.7 merupakan grafik hasil optimasi BPF mikrostrip hairpin


dengan DGS dumbell berdasarklan parameter nilai pada resonator ke-4. Dari grafik
tersebut menunjukkan frekuensi puncak yang dihasilkan sebesar 2.870 GHz. Nilai
tersebut belum memenuhi spesifikasi frekuensi puncak yang ditentukan yaitu
3GHz.

Gambar 4. 7 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-4

Tabel 4.8 merupakan hasil insertion loss dan return loss pada BPF
mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan hasil optimasi resonator ke-
4. Nilai insertion loss yang dihasilkan pada frekuensi puncak sebesar -2 dB. Nilai
tersebut sudah sesuai spesifikasi yang ditentukan yaitu < -3 dB. Nilai return loss
yang dihasilkan pada frekuensi puncak optimasi resonator ke-4 sebesar -19.177 dB.

55
Nilai return loss yang dihasilkan belum sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
yaitu sebesar > 20 dB. Nilai VSWR sebesar 1.25 berdasarkan tabel pada lampiran
C. nilai nVSWR dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

19.177
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 45.6 𝑉𝑜𝑙𝑡

6.725
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 36.5 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.6
VSWR = = 36.5 = 1.25.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 8 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-4

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -2.682 -6.3 -6.3
Return loss (dB) -9.016 -2.592 -7.994

Parameter nilai pada optimasi resonator ke-4 nilainya sama dengan nilai
parameter berdasarkan hasil perhitungan yang diubah pada optimasi resonator ke-4
yaitu dengan menambahkan nilai sliding factor (Sr). Berdasarkan grafik dan tabel
yang telah disajikan hasil optimasi ke-4, nilai frekuensi puncak mengalami
pergeseran ke arah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil frekuensi
puncak pda perhitungan. Dengan menambahkan nilai (Sr) dapat memperkecil nilai
frekuensi puncak yang dihasilkan. Penambahan nilai sliding factor (Sr)
berpengaruh juga terhadap nilai insertion loss mengalami kenaikan jika

56
dibandingankan dengan hasil pada pengukuran, jadi dengan menambahkan nilai
(Sr) respon insertion loss menjadi lebih buruk. Sedangkan dengan menambahkan
nilai (Sr) nilai return loss yang dihasilkan menjadi lebih besar (dalam skala minus),
artinya respon return loss yang dihasilkan menjadi lebih baik.

Gambar 4.8 merupakan grafik respon filter hasil optimasi berdasarkan nilai
parameter pada resonator ke-5. Parameter filter yang diubah pada tahap optimasi
resonator ke-4 adalah mengubah nilai lebar resonator (W) menjadi lebih kecil.
Grafik menunjukkan frekuensi filter berada sebesar 3.480 GHz.

Gambar 4. 8 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-5

Nilai return loss dan insertion loss dari hasil optimasi BPF mikrostrip
hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan parameter nilai pada resonator ke-5
ditunjukkan pada Tabel 4.9. Nilai insertion loss pada optimasi resonator ke-5
sebesar -1.021 dB, nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan hasil optimasi
sebelumnya karena nilai bergeser ke arah semakin mendekati nilai 0. Nilai return
loss pada optimasi resonator ke-4 sebesar -27.276 dB.

Berdasarkan nilai return loss yang diperoleh, maka nilai VSWR dapat
diketahui dengan melihat tabel VSWR vs return loss yang tertera pada lampiran C

57
yaitu sebesar 1.10. nilai VSWR dapat ditentukan melaui perhitungan dengan
persamaan sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

27.276
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 48.7 𝑉𝑜𝑙𝑡

173.25
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 44.3 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 48.7
VSWR = = 44.3 = 1.10.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 9 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-5

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -13.779 -1.021 -2.688
Return loss (dB) -0.736 -27.276 -6.084

Dari grafik dan tabel yang telah disajikan hasil optimasi BPF mikrostrip
hairpin dengan DGS dumbbell optimasi berdasarkan nilai resonator ke-5,
pengurangan nilai pada lebar resonator (W) berpengaruh terhadap nilai insertion
loss semakin baik. Akan tetapi bandwidth yang dihasilkan semakin melebar,
semakin menjauhi nilai spesifikasi bandwidth yang telah ditentukan.

Gambar 4.9 merupakan grafik respon BPF mikrostrip hairpin dengan DGS
bentuk dumbbell hasil optimasi berdasarkan nilai parameter pada resonator ke-6.
Grafik tersebut menampilkan frekuensi puncak sebesar 3.065 GHz. hasil tersebut
hampir mendekati dengan nilai frekeunsi puncak filter yiatu sebesar 3 GHz.

58
Parameter yang diubah pada optimasi ke-6 yaitu dengan mengurangi nilai
lebar resonator (W). Dengan mengurangi nilai lebnar resonator (W) dapat
memperkecil nilai insertion loss.

Gambar 4. 9 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-6

Tabel 4.10 menampilakn hasil respon insertion loss dan return loss dari
simulasi BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan nilai
parameter pada resonator ke-6. Nilai insertion loss sebesar -0.696 dB, hasil tersebut
menunjukkan respon insertion loss semakin baik karena nilainya hampir mendekati
nilai 0. Nilai return loss hasil optimasi ke-6 sebesar -32.763 dB. Hasil return loss
tersebut semakin baik, karena nilainya semakin besar (dalam skala minus). Semakin
kecil nilai return loss (dalam skala minus), maka semakin curam bentuk sinyal yang
dihasilkan maka kinerja dari filter semakin baik.

Tabel 4. 10 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-6

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -2.910 -0.696 -0.723
Return loss (dB) -4.285 -32.763 -2.688

Hasil respon insertion loss dan return loss dari hasil optimasi berdasarkan
parameter resonator ke-6 sudah lebih baik. Akan tetapi nilai bandwith yang

59
dihasilkan masih besar, belum sesuai spesifikasi yang ditentukan sebesar 200 MHz.
sehingga perlu dilakukan lagi optimasi agar respon hasil yang diperoleh lebih baik
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Nilai VSWR diletahui dengan melihat hasil respon return loss sesuai
dengan tabel pada lampiran C. nilai VSWR pada optimasi resonator ke-6 adalah
1.05. nilai VSWR dapat ditentukan juga memalui perhitungan berdasarkan
persamaan yaitu sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

32.736
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 45.3 𝑉𝑜𝑙𝑡

25.525
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 47.9 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.3
VSWR = = 47.9 = 1.05.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Gambar 4.10 menunjukkan grafik respon hasil moptimasi BPF mikrostrip


hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan parameter resonator ke-7. Pada
optimasi resonator ke-7 parameter nilai menggunakan beberapa parameter nilai
yang sama pada optimasin ke-6, adapun parameter yang diubah yaitu nilai jarak
antar resonator. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari optimasi resonator ke-3,
dengan mengubah nilai jarak antar resonator dapat mengurangi ripple pada bentuk
sinyal yang dihasilkan, maka dari itu pada optimasi ke-7 ini mencoba nilai jarak
antar resonator. Dari grafik tersebut terlihat frekuensi tengah yang dihasilkan

60
sebesari 3.090 GHz. Nilai tersebut makin menjauhi nilai frekuensi puncak sesuai
spesifikasi yaitu pada frekuensi 3 GHz. Akan tetapi, dari bentuk sinyal yang
dihasilkan lebih baik jika dibandingkan dengan bentuk sinyal yang dihasilkan pada
optimasi ke-6 karena sinyal pada optimasi ke-6 ripple yang dihasilkan semakin
berkurang.

Gambar 4. 10 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-7

Tabel 4.11 merupakan hasil respon insertion loss dan return loss pada
optimasi resonator ke-7. Nilai insertion loss frekuensi puncak BPF mikrostrip
hairpin dengan DGS dumbell yang dihasilkan sebesar -1.613 dB, nilai tersebut
sudah sesuai dengan spesifikasi nilai insertion loss yang telah ditentukan, akan
tetapi nilai tersebut memiliki kenaikan jika dibandingkan dengan nilai insertion loss
pada optimasi berdasarkan resonator ke-6. Untuk nilai return loss frekuensi puncak
pada BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell yang dihasilkan sebesar -
21.585 dB. Nilai tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan sebesar
> 20 dB. Akan tetapi nilai tersebut dianggap masih kurang baik, karena hanya beda
1 dB saja dengan nilai spesifikasi.

61
Nilai VSWR yaitu 1.19 dengan meilihat tabel perbandingan return loss.
Nilai VSWR juga dapat diketahui berdsarkan perhitungan menggunakan
persamaan:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

21.585
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 46.7 𝑉𝑜𝑙𝑡

93.005
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 39.2 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 46.7
VSWR = = 39.2 = 1.19.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 11 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-7

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -9.962 -1.613 -1.635
Return loss (dB) -1.885 -21.585 -18.440

Berdasarkan hasil optimasi resonator ke-7 nilai bandwidth yang dihasilkan


sebesar 340 MHz. nilai tersebut terlalu jauh dengan nilai yang ditentukan pada
spesifikasi bandwidth yaitu sebesar 200 MHz. Optimasi berdasarkan resonator ke-
7 masih menghasilkan respon yang masih belum sesuai dengan spesifikasi, maka
perlu dilakukan tahap optimasi lagi agar mencapai nilai parameter hasil yang sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan.

Gambar 4.11 menunjukkan grafik hasil optimasi BPF mikrostrip hairpin


dengan DGS dumbbell berdasarkan nilai parameter resonator ke-8. Dari grafik

62
tersebut, nilai frekuensi puncak yang dihasilkan sebesar 2.980 GHz. Hasil tersebut
sudah mendekati nilai frekuensi puncak berdasarkan spesifikasi yaitu sebesar
3GHz.

Gambar 4. 11 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-8

Tabel 4.12 merupakan nilai insertion loss dan return loss yang dihasilkan
berdasarkan optimasi BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan
parameter resonator ke-8. Nilai return loss pada frekuensi puncak optimasi
resonator ke-4 sebesar -21.673 dB. Nilai tersebut sudah memenuhi spesifikasi yang
ditentukan yaitu > -20 dB. Untuk nilai insertion loss pada frekuensi puncak hasil
optimasi berdasarkan parameter resonator ke-8 sebesar -2.089 dB. Nilai tersebut
sudah sesuai dengan spesifikasi insertion loss yang ditentukan.

Nilai VSWR yaitu 1.18 berdasarkan tabel perbandingan return loss dari
tabel pada lampiran C. nilai VSWR dapat ditentukan juga dengan persamaan
sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( 0 ) 𝑑𝐵
𝑉𝑖

63
asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

21.673
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 46.7 𝑉𝑜𝑙𝑡

9.295
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 39.5 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.1
VSWR = = 39.5 = 1.18.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 12 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-8

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -5.0458 -2.085 -2.287
Return loss (dB) -7.138 -17.235 -11.267

Optimasi pada resonator ke-8 merupakan perkembangan dari hasil optimasi


pada resonator ke-7. Dimana pada optimasi resonator ke-8 ini nilai yang diubah
yaitu nilai sliding factor (Sr) dan nilai jarak antar resonator. Perubahan tersebut
berdasarkan hasil yang diperoleh pada optimasi resonator ke-3 dan ke-4. Karena
hasil yang diperoleh pada optimasi resonator ke-7 nilai frekuensi puncak yang
dihasilkan lebih besar dari frekuensi puncak yang ditentukan, maka perlu dilakukan
optimasi yang dapat mengubah nilai frekuensi puncak bergeser kearah yang lebih
kecil. Berdasarkan hasil optimasi resonator ke-3 dengan menambahkan nilai (Sr)
frekuensi bergeser kearah yang lebih kecil. Hal tersebut terbukti pada optimasi
resonator ke-8 frekuensi puncak bergerak kearah yang lebih kecil. Berdasrakan
hasil optimasi resonator ke-3 dengan menambahkan jarak antar resonator dapat
mengurangi ripple pada sinyal yang dihasilkan, maka pada optimasi ke-8 nilai jarak

64
antar resonator diubah karena hasil yang diperoleh pada resonator ke-7 masih
terdapat ripple.

Gambar 4.12 merupakan grafik yang dihasilkan dari optimasi BPF


mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan parameter nilai resonbator
ke-9. Dari grafik tersebut dapat dilihat frekuensi puncak yang dihasilkan yaitu
sebesar 3 GHz. Nilai tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi frekuensi puncak
yiatu 3 GHz. sinyal yang dihasilkan pada respon insertion loss dB(S(2,1)) sudah
tidak terdapat ripple, akan tetapi sinyal yang dihasilkan pada respon return loss
dB(S(1,1)) masih terdapat riplle.

Gambar 4. 12 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-9

Tabel 4.13 merupakan nilai insertion loss dan return loss yang dihasilkan
berdasar parameter nilai resonator ke-9. Nilai insertion loss pada hasil oprtimasi
BPF mikrostrip harpin dengan DGS dumbbell sebesar -2.426 dB, nilai tersebut
sudah sesua dengai spesifikasi yang ditentukan yaitu < 3 dB. Untuk nilai return loss
yang dihasilkan yaitu sebesar -24.728 dB. Baik nilai insertion loss dan return
lossyang dihasilkan keduanya sudah sesuai dengan nilai spesifikasi yang
ditentukan. Akan tetapi nilai tersebut masih kurang baik, karena untuk nilai

65
insertion loss dikatakan bagu jika hasilnya mendekati nilai 0. Sedangkan untuk nilai
return loss dianggap baik jika nilainya semakin besar ( dalam skala minus ) artinya
bentuk sinyal yang dihasilkan semakin curam.

Nilai VSWR simulasi resonator ke-9 dari hasil tabel lampiran C yaitu 1.13.
nilai VSWR berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan yaitu sebagai
berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

24.728
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 47.8 𝑉𝑜𝑙𝑡

12.939
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 42.3 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.1
VSWR = = 34.9 = 1.13.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 13 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-9

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -9.748 -2.426 -2.620
Return loss (dB) -3.069 -24.784 -12.057

Gambar 4.13 merupakan grafik hasil optimasi BPF mikrostrip hairpin


dengan DGS dumbbell berdasarkan parameter nilai resonator ke-10. Dari grafik
tersebut diperoleh nilai frekuensi puncak yang dihasilkan sebesar 3.010 GHz. Nilai
tersebut bergeser dari hasil optimasi resonator ke-9. Bentuk sinyal yang dihasilkan
dari respon insertion loss dB(S(2,1)) sudah baik. Dan untuk sinyal yang dihasilkan

66
pada respon return loss dB(S(1,1)) sudah lebih bbaik jika dibandingkan dengan
hasil pada optimasi ke-9.

Gambar 4. 13 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-10

Tabel 4.14 merupakan nilai insertion loss dan return loss yang dihasilkan
dari optimasi BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan parameter
nilai resonator ke-10. Nilai insertion loss yang dihasilkan pada frekuensi puncak
yaitu sebesar -1.98 dB, nilai tersebut lebih bagus jika dibandingkan dengan optimasi
sebelumnya karena nilainya bergeser kearah yang lebih kecil mendekati nilai 0.
Untuk nilai return loss yang dihasilkan sebesar -38.647 dB. Nilai insertion loss
tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan optimasi sebelumnya karena nilai
yang dihasilkan lebih besar ( dalam skala minus ) sehingga bentuk sinyal yang
dihasilkan lebih curam.

Nilai VSWR pada optimasi resonator ke-10 yaitu 1.03, nilai tersebut
diperoleh tabel tabel pada lampiran C berdasarkan nilai return loss yang diperoleh.
Nilai VSWR juga dapat diperoleh berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

67
𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

38.647
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 51.7𝑉𝑜𝑙𝑡

32.093
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 50.02 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 45.7
VSWR = = 50.02 = 1.03.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 14 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-10

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -2.594 -1.881 -2.223
Return loss (dB) -20.057 -37.078 -14.568

Hasil optimasi pada resonator ke-10 sudah cukup baik, tetapi frekuensi
puncak belum mencapai nilai 3 GHz. sehingga perlu dilakukan optimasi lagi agar
respon filter yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Berdasarkan hasil optimasi sebelumnya, bahwa dengan menambah panjang
resonator dapat memperbesar nilai frekuensi tengah. Karena pada optimasi
resonator ke-10 frekuensi puncak melebihi frekuensi berdasarkan spesifikasi, maka
nilai panjang resonator dikurangi dengan tujuan untuk memperkecil nilai frekuensi
puncak.

Gambar 4.14 merupakan grafik respon hasil optimasi filter berdasarkan


parameter nilai pada resonator ke-11. Berdasarkan grafik tersebut nilai frekuensi
puncak berada di 3 GHz itu artinya frekuensi puncak sudah sesuai dengan

68
spesifikasi yang ditentukan. Nilai bandwidth yaitu sebesar 200 MHz, nilai tersebut
sudah susai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Gambar 4. 14 Insertion Loss dan Return Loss Hasil Optimasi Resonator Ke-11

Tabel 4.15 merupakan nilai return loss dan insertion loss dari hasil
optimasi berdasarkan nilai parameter resonator ke-11. Nilai return loss yiatu
sebesar -45.825 dB hasil tersebut cukup bagus karena menghasilkan sinyal yang
curam. Nilai insertion loss hasil optimasi resonator ke-11 yaitu -1.962 dB nilai
tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Untuk nilai VSWR yaitu 1.02 nilai tersebut didapat berdasarkan tabel pada
lampiran C dengan lihat dari nilai return loss yang diperoleh. Nilai VSWR dapat
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan den gan persamaan sebagai berikut:

𝑉
Penguat tegangan = 20 𝑙𝑜𝑔10 (𝑉0 ) 𝑑𝐵
𝑖

asumsikan nilai 𝑉𝑖 = 1 berdasarkan teori dB abslout.

45.825
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

69
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 53.2𝑉𝑜𝑙𝑡

38.003
𝑉𝑚𝑖𝑛 = 20 𝑙𝑜𝑔10 ( ) 𝑑𝐵
1

𝑉𝑚𝑎𝑥 = 51.6 𝑉𝑜𝑙𝑡

maka untuk menghitung nilai VSWR menggunakan persamaan (2.10)

𝑉𝑚𝑎𝑥 53.2
VSWR = = 51.6 = 1.02.
𝑉𝑚𝑖𝑛

Tabel 4. 15 Insertion Loss dan Retun Loss Optimasi Resonator Ke-11

Respon 𝑓1 (2,9 GHz) 𝑓𝑐 (3 GHz) 𝑓2 (3.1 GHz)


Intertion loss (dB) -3.149 -1.962 -2.487
Return loss (dB) -13.579 -45.825 -13.685

70
BAB V
REALISASI DAN ANALISIS PENGUKURAN

5.1 Realisasi

Tahapan ini merupakan tahapan realisasi filter yang telah dirancang melalui
tahap simulasi dengan mencetak layout filter pada PCB (Project Circuit Board)
dengan bahan Rogers4350B. Pada proses realisasi filter pada PCB dielektrik tidak
bisa dilakukan dengan cara manual, karena pada proses realisasi filter
membutuhkan kepresisian yang sangat tinggi. Sehingga proses realisasi dilakukan
dengan memanfaatkan alat mail machine, akan tetapi pada proses realisasi alat
tersebut memiliki ketelitian sampai dengan 0,1 mm.

Setelah tahapan proses realisasi, selanjutnya adalah tahapan pemasanbgan


konektor pada kedua sisi PCB yang telah tercetak layout filter. Terdapat beberapa
jenis konektor, sehingga konektor yang digunakan harus memiliki karakteristik
yang cocok untuk filter hairpin yang memiliki kontruksi yang kecil. Dilihat dari
karakteristiknya jenis konektor yang cocok digunakan untuk filter hairpin yaitu
konektor jenis SMA. Konektor SMA memiliki 2 bagian utama yaitu bagian inner
dan bagian outer. Untuk proses pemasangannya konektor SMA dipasang pada
bagian filter yang berbeda. Untuk konektor bagian inner dihubungkan dengan
saluran input dan saluran output dari filter. Sedangkan untuk bagian dari outer
konektor dilakukan dengan cara menempelkannya pada bagian ground filter
(ground plane). Pada saluran input dan output harus tepat di tengah-tengah saluran
untuk menghindari terjadinya mismatch atau diskontinuitas yang akan berakibat
ketidaksempurnaannya respon filter . Gambar 5.1 merupakan tampak depan hasil
realisasi filter hairpin dengan DGS dumbbell yasng sudah dipasang dengan
konektor SMA. Gambar 5.2 merupakan tampilan filter hairpin dengan DGS
dumbbell yang telah terpasang konektor SMA tampak belakang.

71
Gambar 5. 1 Hasil realisasi filter hairpin dengan DGS dumbbell terpasang konektor tampak
depan

Gambar 5. 2 Hasil realisasi filter hairpin dengan DGS dumbbell terpasang konektor tampak
belakang

Setelah konektor terpasang pada kedua sisi filter, selanjutnya adalah


melakukan tahapan pensolderan. Tujuan dari proses pensolderan adalah agar
konektor tersambung dengan layout filter dan tidak terjadi pergeseran posisi
konektor.

5.2 Pengukuran dan Analisis

Hasil pabrikasi BPF mikrostrip hairpin DGS bentuk dumbbell diukur


menggunakan alat ukur Vector Network Analyzer ADVANDTEST R3370 dengan
ketentuan range frekuensi yang bisa diukur 3 kHz – 20 kHz. Pengukuran dilakukan
di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bandung bagian pusat penelitian
telekomunikasi. Tujuan dilakukannya pengukuran untuk mengetahui hasil
spesifikasi filter sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Parameter filter yang akan diukur diantaranya intertion loss, return loss dan VSWR.
Hasil yang telah diperoleh dari hasil pengukurann bisa dibandingkan dengan hasil
simulasi, dan kemudian perbandingan dianalisis untuk mengetahui performasi dari
filter tersebut.

72
5.2.1 Hasil Pengukuran Tanpa Casing

Telah dilakukan pengukuran hasil realisasi BPF mikrostrip haripin dengan


DGS dumbbell tanpa menggunakan casing. Parameter yang diukur yaitu return
loss, insertion loss dan VSWR. Berikut merupakan hasil pengukuran dari parameter
filter beserta analisa tanpa menggunakan casing:

5.2.1.1 Hasil Pengukuran Return Loss Tanpa Casing

Pengukuran BPF mikrostrip hairpin dengan DGS bentuk dumbbell yang


pertama dilakukan adalah untuk melihat respon return loss. Pada hasil pengukuran
realisasi filter ini menunjukkan frekuensi puncak bergeser sebesar 110 MHz. Grafik
yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 merupakan tampilan respon return loss.

Gambar 5. 3 Grafik Hasil Pengukuran Return Loss Tanpa Casing

Gambar 5.3 merupakan grafik perbandingan return loss BPF mikrostrip


hairpin antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran. Dari Grafik tersebut
menunjukkan pergeseran frekuensi tengah ke nilai yang lebih kecil. Frekuensi
puncak pada simulasi yaitu 3 GHz, dan frekuensi puncak pada pengukuran yaitu
2,980 GHz.

73
Return Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi
Frekuensi
2.000 2.250 2.500 2.750 3.000 3.250 3.500 3.750 4.000
GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz
10

-10
Respon (dB)

-20

-30
Return Loss Hasil
2,98 GHz Pengukuran Tanpa
-40 Casing
Return loss Hasil
Simulasi
-50
3,0 GHz

Gambar 5. 4 Return Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi

Respon return loss BPF mikrostrip hairpin dengan DGS bentuk dumbbell
dari hasil pengukuran dan simulasi ditunjukkan pada Tabel 5.1. Pada frekuensi
tengah (𝑓𝑐 ) hasil simulasi 3 GHz nilai return loss sebesar -45,825 dB dan pada
frekuensi tengah (𝑓𝑐 ) hasil pengukuran 2,98 GHz nilai return loss -24,478 dB. Nilai
return loss mengalami pergeseran disebabkan oleh adanya pergeseran frekuensi.
Return loss hasil pengukuran nilainya masih memenuhi spesifikasi filter yang telah
ditentukan yaitu < -20 dB.

Frekuensi Return Loss


𝑓1 = 2,9 GHz - 13,579 dB
Frekuensi Pada Hasil
𝑓𝑐 = 3 GHz - 45,825 dB
Simulasi
𝑓2 = 3,1 GHz - 13,685 dB

𝑓1 = 2,9 GHz - 11,520 dB


Frekuensi Pada Hasil
𝑓𝑐 = 2,9 GHz - 24,478 dB
Pengukuran Tanpa Casing
𝑓2 = 2,9 GHz - 12,968 dB

Tabel 5. 1 Return Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi

74
Hasil return loss dari BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell pada
pengukuran dan simulasi mengalami perbedaan hasil yang cukup jauhyang
disebabkan oleh beberapa hal. Pada proses simulasi nilai wavelength yang
digunakan kecil. Agar hasil simulasi dengan pengukuran tidak terlalu jauh
seharusnya nilai wavelength lebih besar, karena dengan menggunakan nilai
wavelength yang besar maka proses simulasi akan semakin teliti dalam mencuplik
sinyal. Tetapi, pada pelaksanaanya simulasi dengan menggunakan nilai wavelength
yang tinggi membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain itu, harus menggunakan
laptop yang memiliki prosesor bagus.

Adapun beberapa faktor lainnya yang menyebabkan perbedaan hasil return


loss tersebut yiatu losses, kabel koaksial pada Vector Network Analyzer, rugi-rugi
konektor, perbedaan parameter-parameter dari jenis substrat yang digunakan saat
proses simulasi dengan parameter substrat yang sebenarnya, serta saat proses
realisasi pencetakan layout hairpin.

5.2.1.2 Hasil Pengukuran dan Analisis Intertion Loss Tanpa Casing

Pengukuran BPF mikrositrip hairpin dengan DGS dumbbell yang kedua


dilakukan dengan melihat nilai insertion loss. Gambar 5.5 merupakan tampilan
grafik hasil pengukuran nilai insertion loss. Frekuensi tengah pada pengukuran nilai
insertion loss mengalami pergeseran msebesar 110 MHz. Hasil simulasi
menunjukkan nilai frekuensi puncak sebesar 3GHz, sedangkan pada hasil
pengukuran nilai frekuensi puncak sebesar 2,89 GHz.

75
Gambar 5. 5 Grafik Hasil Pengukuran Insertion Loss Tanpa Casing

Gambar 5.6 merupakan tampilan grafik perbandingan hasil nilai insertion


loss BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell berdasarkan pengukuran dan
simulasi. Pada pengukuran nilai insertion loss frekuensi mengalami pergeseran
kearah yang nilai yang lebih kecil.

Insertion Loss Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi


Frekuensi
2.000 2.250 2.500 2.750 3.000 3.250 3.500 3.750 4.000
GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz
0
-10
-20 2,98
GHz
Respon (dB)

-30 3 GHz

-40
-50
-60
-70
-80
Intertion Loss Hasil Pengukuran
Tanpa Casing
Insertion Loss Hasil Simulasi

Gambar 5. 6 Insertion Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi

76
Tabel 5.2 merupakan perbandingan hasil nilai insertion loss berdasarkan
pengukuran dan simulasi. Terlihat pada hasil simulasi frekuensi puncak sebesar 3
GHz dan nilai insertion sebesar 1.968 dB. Nilai insertion loss dari hasil pengukuran
sebesar 2,791 dB. Nilai insertion loss hasil pengukuran masih sesuai dengan
spesifikasi filter yang telah ditentukan yiatu < -3 dB.
Frekuensi Insertion Loss
𝑓1 = 2,9 GHz - 3,148 dB
Frekuensi Pada Hasil
𝑓𝑐 = 3 GHz - 1,968 dB
Simulasi
𝑓2 = 3,1 GHz - 2,478 dB

𝑓1 = 2,783 GHz - 4,148 dB


Frekuensi Pada Hasil
𝑓𝑐 = 2,890 GHz - 2,791 dB
Pengukuran Tanpa Casing
𝑓2 = 2,762 GHz - 2,762 dB

Tabel 5. 2 Insertion Loss Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi

Perbedaan hasil pada pengukuran nilai insertion loss disebabkan oleh


beberapa faktor. Faktor penyebab perbedaan hasil tersebut yaitu losses, kabel
koaksial pada Vector Network Analyzer, rugi-rugi konektor, perbedaan parameter-
parameter dari jenis substrat yang digunakan saat proses simulasi dengan parameter
substrat yang sebenarnya, serta saat proses realisasi pencetakan layout hairpin.

Hasil insertion loss berdasarkan pengukuran dan simulasi tidak meunjukkan


perbedaan yang sigmifikan. Hal tersebut disebabkan oleh jenis substrat yang sesuai
untuk perancangan filter dengan frekuensi yang tinggi.

5.2.1.3 Hasil Pengukuran dan Analisis Bandwidth Tanpa Casing

Untuk mengetahui nilai bandwith dari hasil realisasi BPF mikrostrip hairpin
dengan DGS bentuk dumbbell berdasarkan ahsil pengukuran dapat dilihat dari
grafik yang ditunjukkan pada nilai insertion loss. Gambar 5.7 menunjukkan nilai
frekuensi start dan frekuensi stop. Untuk menentukan nilai bandwidth yaitu nilai
frekuensi stop (𝑓2 ) dikurangi nilai frekuensi start (𝑓1 ). Dari grafik terlihat nilai
frekuensi start (𝑓1 ) sebesar 2,783 GHz dan untuk nilai frekuensi stop (𝑓2 ) sebesar

77
2,978 GHz. Hasil pengurangan kedua frekuensi tersebut adalah 0.195 GHz. Jadi
bandwidth dari hasil pengukuran filter tersebut yaitu sebesar 195 MHz.

Gambar 5. 7 Hasil Pengukuran Bandwidth dengan Vector Network Analyzer

Tabel 5.3 menunjukkan perhitungan nilai bandwidth berdasarkan hasil


pengukuran dan simulasi. Dimana bandwidth hasil simulasi sebesar 200 MHz dan
nilai bandwidth hasil pengukuran sebesar 195 MHz.

Frekuensi Pada Hasil


Spesifikasi Frekuensi Pada Hasil Simulas
Pengukuran Tanpa Casing

Bandwidth ( 3,1 – 2,9 ) GHz = 0,2 GHz / (2,978 – 2,783) GHz = 0.195
200 MHz GHz / 195 MHz

Tabel 5. 3 Bandwidth Hasil Pengukuran Tanpa Casing dan Simulasi

Nilai bandwidth dari BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell hasil
pengukuran mengalami penyempitan sebesar 5 MHz dari nilai bandwidth
berdasarkan hasil simulasi. Hasil tersebut tidak memiliki hasil yang signifikan.

78
5.2.1.4 Hasil Pengukuran dan Analisis VSWR Tanpa Casing

Pengukuran VSWR pada BPF mikrostrip hairpin dengan DGS dumbbell


dilakukan pada respon return loss. Hasil VSWR berdasarkan pengukuran pada
respon return loss. Hasil nilai VSWR 1,737.

5.3 Perbandingan Antara Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran

Dalam perancangan dan perealisasian Bandpass filter mikrostrip Hiarpin


dengan DGS dumbbell diperoleh bebepa parameter hasil diantarnya yaitu
bandwidth, insertion loss, return loss, VSWR dan frekuensi puncak. Gambar 5.8
merupakan hasil perbandingan insertion loss dan return loss hasil silmulasi dengan
pengukuran.

Perbandingan Return Loss dan Insertion Loss


Frekuensi (Hz)
2.000 2.250 2.500 2.750 3.000 3.250 3.500 3.750 4.000
GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz GHz
10
0
-10
-20
Respon (dB)

-30
-40
2,89 GHz
-50
-60
-70 3,0 GHz
-80 Return Loss Hasil Pengukuran Tanpa
Casing
Return loss Hasil Simulasi

Insertion loss Hasil Pengukuran


Tanpa Cashing

Gambar 5. 8 Perbandingan Return loss dan Insertion loss hasil simulasi dengan pengukuran

Dari grafik tersebut terlihat hasil pengukuran mengalami pergeseran dari


hasil simulasi. Pergeseran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab
diantaranya yaitu pada proses simulasi menggunakan wavelength yang kecil karena
keterbatasan alat. Jika akan melakukan simulasi dengan menggunakan wavelength
yang besar sebaiknya menggunakan PC atau bisa dengan laptop yang memiliki

79
spesifikasi yang tinggi. Hasil yang pakling menonjol pergeserannya yaitu hasil
return loss. Untuk frekuensi puncak mengalami pergeseran sebesar 110 MHz dan
bandwidth nilainya hampir sama dengan hasil simulasi mengalami perbedaan 5
MHz. Hasil pengukuran dan simulasi ada yang hampir sama karena menggunakan
jenis substrat yang bagus sesuai dengan kebutuhan.

5.4 Analisis Kebutuhan


Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan antara simulasi dengan
hasil pengukuran, terdapat perbedaan antara hasil simulasi dan hasil pengukuran.
Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersbut
mempengaruhi saat proses pengukuran. Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil
pengukuran adalah sebagai berikut :

1. Suhu dan kelembapan udara, serta semua kondisi pada saat pengukuran tidak
diperhitungkan pada proses simulasi
2. Jenis bahan substrat yang digunakan
3. Adanya losses akibat kabel koaksial pada Vector Network Analyzer dan rugirugi
konektor
4. Proses realisasi pencetakkan layout haiprin

80
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Telah dilakukan perancangan dan perealisasian bandpass filter mikrostrip
Hairpin dengan lima orde menggunakan metode DGS bentuk dumbbell.
Berdasarkan hasil dan analisa yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Pada simulasi hasil perancangan telah sesuai dengan spesifiksi dengan


dilakukan optimasi sebanyak 11kali. Didapatkan frekuensi tengah berada di 3
GHz dengan rentang frekuensi kerja 2,9 GHz-3,1 GHz. Bandwidth yang
dihasilkan sebesar 200 MHz, return loss sebesar -45.825 dB, insertion loss -
19.968 dB dan VSWR 1,01. Dari paremeter-parameter hasil perancangan telah
sesuai spesifikasi yang ditentukan.
2. Pada hasil pengukuran tanpa casing yang telah diuji menggunakan Vector
Network Analyzer didapat nilai dari return loss sebesar -24.478 dB, insertion
loss sebesar -2.791 dB dan VSWR 1,737. Rentang frekuensi pada hasil
pengukuran tanpa casing yang telah diuji berada pada rentang 2.980 –
2.785GHz dengan bandwidth sebesar 195 MHz.

6.2 Saran

Pengembangan dan perancangan bandpass filter selanjutnya harus lebih


baik dan hasil yang maksimal, maka sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran
berikut ini:

1. Dalam menentukan nilai-nilai parameter pada filter, proses perhitungan harus


dilakukan dengan teliti. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil simulasi dan
pengukuran karena selisih nilai akan mempengaruhi hasil filter.
2. Saat melakukan pembulatan bilangan harap juga diperhatikan, sebaiknya
pembulatan bilangan dilakukan ketika sudah pada tahap akhir perhitungan.
3. Proses realisasi alat harus diperhatikan vendor pencetakan alat dan pemotongan
papan PCB harus rata permukaannya.

81
4. Pemasangan dan penyolderan konektor harus setipis dan serapi mungkin, karana
hal tersebut dapat meningkatkan rugi-rugi pada saat pengukuran.
5. Melakukan simulasi menggunakan PC atau bisa dengan laptop dengan
spesifikasi yang tinggi.
6. Perlu dicoba perancangan filter dengan menggunakan metode lain selain
dumbbell.

82

Anda mungkin juga menyukai