Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


SOLVING BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD

Putu Inten Cahaya Dewi1, Komang Sudarma2, Kadek Suartama3

1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: Intan_cahayadewi@ymail.com1, darma_tp@yahoo.co.id2,


deksua@gmail.com3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
siswa yang belajar dengan model pembelajaran problem solving dengan siswa yang belajar
dengan model konvensional pada siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) semester ganjil tahun
pelajaran 2013/2014 di Gugus V Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian berjumlah 71 orang dari
siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar tahun pelajaran
2013/2014. Sampel penelitian ini yaitu berjumlah 35 orang dari kelas IV SD Negeri 1 Pupuan
sebagai kelompok eksperimen dan 36 orang dari kelas IV SD Negeri 2 Pupuansebagai
kelompok kontrol. Data hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan metode tes pilihan
ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis tipe statistik
deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) hasil
belajar matematika siswa kelompok eksperimen tergolong tinggi dengan dengan rata-rata M
15,5, (2) hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol tergolong sedang dengan rata-rata
M 10,44, (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problrm
solving dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV semester I di SD Gugus V Kecamatan Tegallalang
Kabupaten Gianyar (thitung> ttabel, thitung = 6,667 dan ttabel = 2,000).

Kata kunci: Model Pembelajran problem solving, hasilbelajarMatematika.

Abstract
This research aims to know the differences of students’ achievement significantlybetween
studnents who learn through problem solving learning model with the students who learn
through conventional learning model of four grade elementary school at five cluster
Tegallalang subdistrict Gianyar regency in academic year 2013/2014. Kind of this research is
quasi-experiment. The populations of this research were 71 students from four grade of five
cluster in Tegallalang subdistrict Gianyar regency in academic year 2013/2014. Samples of
this research were 35 students from four grade students of Negeri 1 Pupuan elementary
school as experiment group and 36 students of Negeri 2 Pupuan elementary school as
control group. The data of students’ achievement were collected by using multiple choice
test. The data obtainedwere analized by using analysis technique descriptive statistic type
and inferential statistic that is t-test. The result of this research found that: (1) the result of
students’ mathematic learning of experiment group was high with the mean score M 15,5, (2)
the result of students’ mathematic learning of control group was moderate with the mean
score M 10,44, (3) there was significant difference between students who were taught using
problem solving learning model and students’ who were taught using conventional learning
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

model of four grade students in semester I at five cluster of Tegallalang subdistrict Gianyar
regency (tcount> ttable, tcount= 6,667 dan ttable= 2,000).

Key words : Problem solving learning model, students’ mathematic achievement.

PENDAHULUAN Thailand dengan skor rata-rata 427, dan


Memasuki era globalisasi yang ditandai Singapura dengan skor rata-rata 573. hari.
persaingan antar bangsa yang ketat, Dalam bidang membaca (reading), siswa-
penguasaan ilmu Pengetahuan dan siswa Indonesia berada pada urutan ke-60
Teknologi (IPTEK) oleh setiap bangsa dari 65 negara dengan skor-rata-rata 396 di
mutlak diperlukan, tak terkecuali oleh bawah Malaysia dengan skor rata-rata 398,
bangsa Indonesia. Untuk dapat memenuhi Thailand dengan skor rata-rata 441, dan
tuntutan tersebut dibutuhkan sumber daya Singapura dengan skor rata-rata 542.
manusia (SDM) yang berkualitas. Bukti- Kemudian dalam bidang sain (science)
bukti itu atara lain, sebuah laporan dari siswa-siswa Indonesia berada pada urutan
International Educational Achievement ke-64 dari 65 negara dengan skor rata-rata
(IEA) menyatakan, kemampuan bidang Ilmu 382 juga di bawah Malaysia dengan skor
Pengetahuan Alam (IPA) dan Matematika rata-rata 420, Thailand dengan skor rata-
peserta didik di Indonesia pada tahun 2011 rata 444, dan Singapura dengan skor rata-
berada pada ranking ke-38 dari 39 negara rata 551.
yang disurvei. Kemudian menurut Trends in Lebih-lebih jika dilihat dari prestasi
International Mathematics and Science belajar Matematika para siswa. Dukungan
Study (TIMSS), kemampuan matematika temuan lapangan juga menunjukkan bahwa
peserta didik di Indonesia pada tahun yang prestasi belajar Matematika siswa masih
sama berada pada ranking ke-34 dari 38 kurang memuaskan. Berdasarkan studi
negara, dan kemampuan IPA berada pada dokumen yang dilakukan di gugus V di
ranking ke-32 dari 38 negara (Bank Dunia, Kecamatan Tegallalang, juga ditemukan
2011). bahwa prestasi belajar Matematika siswa
Berdasarkan sampel 6.233 orang di sekolah-sekolah tersebut, khususnya
siswa kelas 4 di 150 Madrasah, siswa-siswa kelas IV masih berada
menemukan bahwa dalam tes Matematika dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)
rata-rata pencapaian siswa 14%, dalam yang ditetapkan oleh sekolah yakni 65.
bidang IPA 15,6%, dalam bidang Bahasa Untuk siswa di SD 1 Pupuan rata-rata nilai
Indonesia 16,2%, dan dalam bidang matematikanya 58,50, di SD 2 Pupuan
Bahasa Inggris 17,2%. Rata-rata dalam tiga 60,00, di SD 3 Pupuan 50,90, dan di SD 4
mata pelajaran (Matematika, IPA, dan Pupuan 56,80.
Bahasa Inggris) itu disebutkan jauh dari Secara teoretik prestasi belajar
rata-rata internasional berdasarkan soal dipengaruhi oleh proses pembelajaran, dan
yang diambil dari tes internasional seperti proses pembelajaran dipengaruhi oleh
Programme for International Student model pembelajaran yang diterapkan guru.
Assessment (PISA) dan Trends in Hasil pengamatan terhadap proses
International Mathematic and Science pembelajaran yang dilakukan oleh guru-
Study (TIMSS) (Bank Dunia Indonesia, guru SD di gugus V Kecamatan Tegallalang
2010:2). dalam membelajarkan Matematika
Selain itu, suatu survei yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran
oleh TheProgramme for International Matematika masih menggunakan model
Student Assessment (PISA) tahun 2012 konvensional dengan metode ceramah
melaporkan bahwa dalam bidang sebagai metode utama dan pembelajaran
matematika siswa Indonesia hanya berada sangat berpusat pada guru.
pada urutan ke-64 dari 65 negara yang Hal inilah yang tidak dilakukan para
disurvei dengan skor rata-rata 375 di guru. Menurut mereka hal ini dilakukan
bawah negara-negara tetangga seperti karena meateri pelajaran terlalu padat
Malaysia dengan skor rata-rata 421, sedangkan waktu yang disediakan dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

satu semester sangat terbatas. Padahal yang lain seperti misalnya mendapat
terbatasnya waktu dan padatnya materi perlakuan karena berstatus sebagai grup
pembelajaran dapat diatasi dengan kontrol. Jadi kuasi eksperimen adalah
menekakankan proses pembelajaran pada pemberian perlakuan (treatment) pada
konsep-konsep utama, karena dengan subjek, dengan tidak membeda-bedakan
penguasaan yang baik terhadap konsep- subjek yang akan diteliti.
konsep utama akan mempermudah Populasi dalam penelitian ini
pemahaman terhadap konsep-konsep yang merupakan populasi yang berada dalam
tidak utama. satu wilayah. Secara geografis dan
Penerapan model pembelajaran yang ekonami dari populasi penelitian ini sudah
berpusat pada guru inilah yang diperkirakan dapat dikatakan berhasil dari populasi yang
menjadi penyebab rendahnya prestasi setara. Untuk lebih akurat mengenai
belajar siswa. Jika permasalahan diatas kesetaraan populasi ini dilakukanlah
dibiarkan dalam proses pembelajaran dapat analisis statistik.
diperkirakan bahwa prestasi belajar siswa Berdasarkan hal tersebut untuk
tidak akan meningkat, dan kualitas emngetahui kemampuan siswa kelas IV
pendidikan menjadi rendah. masing-masing SD setara atau tidak, maka
Model pembelajaran problem solving terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan
memberikan peluang pada siswa untuk dengan menggunakan analisis varian satu
lebih banyak terlibat dalam proses jalur ( ANAVA A). Berdasarkan analisis
pembeljaran matematika. Zakaria & Yusoff denfan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%
(2009) menyatakan bahwa “sasaran dari diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,65
pengajaran Matematika adalah sedangkan nilai Ftabel pada dbantar = 4 dan
mengembangkan keterampilan siswa untuk dbdalam = 107 yaitu diperoleh Ftabel sebesar
pemecahan masalah matematika”. 2,44. Dengan demikian, maka terlihat Ftabel>
Berdasarkan uraian di atas maka Fhitung sehingga H0 diterima. Dari pernyataan
penelitian ini dilakukan dengan memilih tersebut maka dapat ditari kesimpulan
judul“Pengaruh Model Pembelajara bahwa H0 yang menyatakan tidak ada
Problem SolvingBerbantuan Media Konkret perbedaan yang signifikan hasil belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ulangan semeseter mata pelajaran
Kelas IV SD Semester Ganjil di Gugus V Matematika sisaw kelas IV SD Gugus V
Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar
Tahun Pelajaran 2013/2014. tahun Pelajaran 2013/2014 adalah diterima.
Dengan kata lain, tidak ada perbedaan
yang signifikan hasil belajar ualangan
METODE semester mata pelajaran Matematika siswa
Penelitian ini tergolong kedalam kelas IV semester ganjil Tahun ajaran
penelitian “eksperimen semu”. Penelitian 2013/2014 SD Gugus V Kecamatan
eksperimen merupakan penelitian yang Tegallalang Kabupaten Gianyar.
bertujuan untuk menguji keefektifan suatu Dari empat SD yang ada di Gugus V
teori/konsep/model dengan cara kecamatan Tegallalang Kabupaen Gianyar,
menerapkan (treatment) pada suatu diadakan undian untuk mengambil dua
kelompok subjek penelitian dengan sekolah yang menjadi sampel penelitian.
menggunakan kelompok pembanding yang Hasil dari pengundian tersebut yaitu SD No.
biasa disebut kelompok kontrol (Agung, 1 Pupuan dan SD No. 2 Pupuan. Kedua SD
2010). Sedangkan Sukardi (2008: 16) tersebut diundi kembali untuk emnentukan
berpendapat “kuasi eksperimen dapat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
diartikan sebagai eksperimen yang dari pengundian tersebut yaitu Sd No.1
mendekati eksperimen semu”. Bentuk Pupuan sebagai kelas eksperimen dan SD
penelitian kuasi eksperimen banyak No.2 Pupuan sebagai kelas kontrol. Kelas
digunakan di bidang ilmu pendidikan atau eksperimen dibelajarankan dengan Model
penelitian lain dengan subjek yang diteliti pembeljaran Problem Solving berbantuan
adalah manusia, di mana mereka tidak media konkret, sedangkan kelas kontrol
boleh dibedakan antara yang satu dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dibelajarkan dengan pembelajaran maka suatu tes/soal-soal tersebut adalah


konvensional. reliabel, tetapi jika sebaliknya yaitu rhitung ≤
Data yang dikumpulkan dalam rtabel, maka suatu tes/soal-soal tersebut
penelitian ini adalah data tentang hasil adalah tidak reliabel dengan taraf
belajar matematika siswa kelas IV SD signifikansi 5%.
Negeri 1 Pupuan dan SD Negeri 2 Pupuan. Sebelum menganalisis data yang
Untuk mengumpulkan data tersebut, dalam telah diperoleh, data tersebut perlu
penelitian ini digunakan tes hasil belajar. dianalisis menggunakan uji prasyarat guna
Tes adalah suatu metode pengumpulan mengetahui apakah data tersebut cocok
data dengan jalan mengajukan sekelompok dianalisis menggunakan uji t atau
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus menggunakan uji yang lain. Uji prasyarat
dijawab atau diselesaikan oleh siswa yang dimaksud adalah uji normalitas
dengan tujuan untuk mengukur kemajuan sebaran data dan uji homogenitas.
belajar siswa.Tes hasil belajar yaitu tes Selain diperlukan uji normalitas, juga
yang menilai sampai dimana hasil belajar diperlukan uji homogenitas varians untuk
yang dicapai siswa, setelah mereka kedua kelompok dengan menggunakan uji
menjalani perbuatan belajar dalam waktu F Kriteria pengujian, jika
tertentu. Jadi tes ini dilalukan setelah siswa maka sampel tidak homogen dan jika
mengalami proses belajar, dan bahan yang maka sampel homogen.
dijadikan soal tes tidak keluar dari bahan Pengujian dilakukan pada taraf signifikan
yang telah dipelajari oleh siswa. Tes hasil 5% dengan derajat kebebasan untuk
belajar ini diberikan kepada siswa kelas IV pembilang n1-1 dan derajat kebebasan
SD Negeri 1 Pupuan dan SD Negeri 2 untuk penyebut n2-1.
Pupuan sebagai kelompok eksperimen dan Data yang dikumpulkan pada
kelompok kontrol baik pada pretest maupun penelitian ini adalah data hasil belajar
posttest. Selanjutnya kelompok eksperimen Matematika. Data yang telah dikumpulkan,
dibelajarkan dengan model pembelajaran selanjutnya akan dianalisi menggunakan
problem solving berbantuan media konkret statistik deskriptif dan statistik inferensial.
dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan Analisis deskriptif dilakukan guna
model konvensional mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari
Dalam penyusunan tes hasil belajar, variabel yang diteliti, yaitu model
perlu kiranya disusun kisi-kisi soal terlebih pembelajaran problem solving dan hasil
dahulu. Kisi-kisi soal ini berfungsi sebagai belajar Matematika. Untuk mengetahui
peta tentang penyebaran butir soal tinggi rendahnya kualitas variabel yang
sehingga taraf kesukaran, tingkat kognitif, diteliti, perlu kiranya terlebih dahulu
dan jumlah soal tersebar secara merata. ditentukan nilai mean, median, dan modus
Tes prestasi belajar matematika disusun dari data yang telah diperoleh. Hasil
berdasarkan tingkat kognitif yang meliputi penghitungan dari mean, median dan
pengetahuan dan pemahaman. Apabila modus, digambarkan dalam grafik polygon.
siswa menjawab pertanyaan dengan tepat Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan
maka siswa mendapat skor 1, dan apabila menggambarkan posisi tendensi sentral
siswa menjawab soal dengan kurang tepat, yaitu, mean, median, dan modus dalam
maka siswa mendapat skor 0. suatu distribusi. Jika M < Me < Mo, maka
Setelah instrumen tersusun, agar kurva disebut juling negatif yang berarti
instrumen itu memenuhi syarat instrumen skor cenderung tinggi dan jika M > Me > Mo
yang baik, maka dilakukan uji validitas butir, maka kurva disebut juling positif berarti skor
uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji cenderung rendah (Koyan, 2009:16).
daya pembeda. Tetapi sebelum dianalisis Sesuai dengan hipotesis penelitian
menggunakan rumus tersebut, instrumen atau hipotesis alternatif (Ha) yang telah
diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa diajukan,maka dapat dirumuskan hipotesis
kelas IV SD. nol (H0) yang secara statistik dirumuskan,
Uji reliabilitas menggunakan rumus Hipotesis satu: Ho : µ1 = µ2 yaitu tidak
yang diketemukan oleh Kuder dan terdapat perbedaan hasil belajar sebelum
Richardson yaitu K-R. 20. Jika rhitung ≥ rtabel,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

diterapkannya model pembelajaran problem


solving berbantuan media konkret dengan Berdasarkan kurva poligon di atas,
hasil belajar sesudah diterapkannya model diketahui modus lebih besar dari median
pembelajaran problem solving berbantuan dan median lebih besar dari mean
media konkret melawan Ha : µ1 ≠ µ2 : yaitu (M<Me<Mo). Dengan demikian, kurva di
terdapat perbedaan hasil belajar sebelum atas adalah kurva juling negatif, artinya
diterapkannya model pembelajaran problem sebagian besar skor cenderung tinggi.
solving dengan hasil belajar sesudah Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan
diterapkannya model pembelajaran problem dengan melihat frekuensi relatif pada tabel
solving berbantuan media konkret. distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor
Hipotesis kedua Ho : µ3 = µ4: yaitu yang berada di atas rata-rata lebih besar
tidak terdapat perbedaan hasil belajar dibandingkan frekuensi relatif skor yang
antara kelompok siswa yang diajar dengan berada di bawah rata-rata.
model pembelajaran problem solving Untuk mengetahui kualitas dari
berbantuan media konkret dan kelompok variabel hasil belajar matematika siswa,
siswa yang diajar dengan model skor rata-rata hasil belajar matematika
pembelajaran konvensional. Melawan Ha : siswa dikonversikan dengan menggunakan
µ3 ≠ µ4: yaitu terdapat perbedaan hasil kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar
belajar antara kelompok siswa yang diajar deviasi ideal (SDi). Hasil belajar matematika
dengan model pembelajaran problem siswa kelompok eksperimen selanjutnya
solving berbantuan media konkret dan dikonversi kedalam PAP sekala lima untuk
kelompok siswa yang diajar dengan model menentukan tinggi rendahnya sebaran
pembelajaran konvensional. data.
Berdasarkan hasil konversi,
HASIL DAN PEMBAHASAN diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar
Hasil post-test terhadap 35 orang matematika siswa kelompok eksperimen
siswa kelompok eksperimen menunjukkan dengan 15,5 tergolong tinggi. Hasil post-
bahwa skor tertinggi adalah 20 dan skor test terhadap 36 orang siswa kelompok
terendah adalah 11. Mean, median, dan kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi
modus hasil belajar matematika siswa adalah 16 dan skor terendah adalah 6.
kelompok eksperimen yang telah dihitung
tersebut selanjutnya disajikan ke dalam 8f
kurva poligon. Tujuan penyajian data ini
adalah untuk menafsirkan sebaran data 6
hasil belajar matematika pada kelompok 4
eksperimen. Hubungan antara mean (M), 2
median (Md), dan modus (Mo) adalah untuk
0
menentukan kemiringan kurva poligon
distribusi frekuensi. 6 7 8 9 1011121314
x
f 10
8
6 Gambar 2. Polygon Data Hasil Post-test
4 Kelompok Kontrol
2
0 Skor Mean (M), Median (Me),
11 12 13 14 15 16 17 18 19 Modus (Mo) digambarkan dalam grafik
poligon tampak bahwa kurve sebaran data
x pada kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran
Gambar 1. Polygon Data Hasil Post-test konvensionalmerupakan juling positif
Kelompok Eksperimen karena M> Me > Mo (10,44 > 10 > 6). Hal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

ini menunjukkan bahwa sebagian besar belajar matematika kelompok eksperimen


skor siswa kelompok kontrol cenderung dan kelompok kontrol.
rendah. Adapun kaidah pengujian adalah Jika
Untuk mengetahui kualitas dari Dhitung Dtabel , maka Ho diterima sehingga
variabel hasil belajar matematika siswa,
skor rata-rata hasil belajar matematika sebaran data berdistribusi normal. Jika
siswa dikonversikan dengan menggunakan Dhitung Dtabel , maka Ho ditolak sehingga
kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar
sebaran data tidak berdistribusi normal.
deviasi ideal (SDi). Hasil belajar matematika
Berdasarkan uji prasyarat analisis
siswa kelompok kontrol selanjutnya
data, diperoleh bahwa data hasil post-test
dikonversi kedalam PAP sekala lima untuk
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
menentukan tinggi rendahnya sebaran
normal dan homogen. Setelah diperoleh
data.
hasil dari uji prasyarat analisis data,
Uji normalitas dilakukan untuk
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
menguji apakah suatu distribusi empirik
penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0).
mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan
untuk menyelidiki bahwa fo (frekuensi
dengan menggunakan uji-t sampel
observasi) dari gejala yang diselidiki tidak
independent (tidak berkorelasi) dengan
menyimpang secara signifikan dari fe
rumuspolled varians dengan kriteria tolak
(frekuensi harapan) dalam distribusi normal
H0 jika thit> ttab dan terima H0 jika thit < ttab.
teoritik. Uji normalitas data dilakukan
Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar
terhadap data hasil post-test pada hasil
kelompok eksperimen dan kontrol disajikan
pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t


Data Kelompok N X s2 thit ttab (t.s. 5%)
Eksperimen 35 15,5 7,43
Hasil Belajar 6,667 2,000
Kontrol 36 10,44 12,71

Dari hasil perhitungan uji-t, diperoleh t dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
hitung sebesar 6,667. Untuk mengetahui dengan model pembelajaran konvensional.
signifikansinya maka, perlu dibandingkan Tinjauan ini didasarkan pada hasil belajar
dengan ttabel taraf signifikansi 5% dan db= matematika pada siswa kelas IV SD No. 1
69 adalah 2,000. Karena nilai t hitung lebih Pupuan yang mengikuti model
besar dari t tabel (6,667 > 2,000) maka H0 pembelajaran problem solving lebih tinggi,
ditolak dan H1 diterima. Ada perbedaan rata-rata skor hasil belajar siswa yang
antara siswa yang di ajar dengan mengikuti model pembelajaran Problem
menggunakan model pembelajaran Solving adalah 15,5 yang berada pada
Problem Solving dengan siswa yang di ajar kategori tinggi dan rata-rata skor hasil
dengan model pembelajaran konvensional belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
terhadap hasil belajar matematika siswa dengan model konvensional adalah 10,44
kelas IV SD Gugus V Kecamatan yang berada pada kategori sedang.
Tegallalang Kabupaten Gianyar. Model Berdasarkan analisis data
pembelajaran Problem Solving menggunakan uji t diperoleh thitung =
berpengaruh signifikan terhadap hasil dan ttabel = 2,00 untuk db = 54 dengan
belajar Matematika siswa kelas IV SD taraf signifikansi 5%. Ini berarti H0 ditolak
Gugus V Kecamatan Tegallalang dan H1 diterima. Dengan kata lain, adanya
Kabupaten Gianyar. perbedaan hasil belajar Matematika antara
Berdasarkan deskripsi data hasil siswa yang belajar dengan model
penelitian, kelompok siswa yang pembelajaran Problem Solving dengan
dibelajarkan dengan model pembelajaran siswa yang belajar dengan pembelajaran
problem solving lebih tinggi dibandingkan konvensional.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Perbedaan yang signifikan antara Model pembelajaran Problem


siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Solving akan mambuat siswa tidak merasa
model pembelajaran Problem Solving dan jenuh dalam belajar karena siswa dapat
siswa yang mengikuti pembelajaran dikondisikan secara berbeda-beda. Tidak
konvensional disebabkan karena monoton kerja kelompok atau tidak
perbedaan perlakuan pada langkah- monoton ceramah. Apalagi dengan media
langkah pembelajaran dan proses konkret yang disiapkan guru akan membuat
penyampaian materi. Model Pembelajaran siswa lebih aktif dan kreatif.
Problem Solving menekankan pada Perbedaan cara pembelajaran antara
aktivitas guru dan juga siswa. Adapun pembelajaran dengan model pembelajaran
langkah-langkah pembelajarannya yaitu: Problem Solvingdan pembelajaran dengan
penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, model konvensional tentunya akan
menyajikan informasi, mengarahkan siswa memberikan dampak yang berbeda
membuat memecahkan permasalahan terhadap hasil belajar siswa. Penerapan
(Problem Solving), mengawasi siswa dalam Model Pembelajaran Problem Solving
bekerja dan belajar, memberikan evaluasi berbantu media konkret terhadap hasil
dan memberikan penghargaan. belajar matematika siswa kelas IV SD
Pada tahap penyampaian tujuan ini, semester ganjil di gugus V kecamatan
guru memberikan orientasi terhadap materi Tegallalang kabupaten Gianyar dalam
melalui kegiatan tanya jawab untuk pembelajaran memungkinkan siswa untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa lebih memahami materi karena dijelaskan
tentang materi, menginformasikan tujuan dengan media konkret secara menarik,
pembelajaran, memberikan penjelasan dan sehingga materi mudah diingat oleh siswa.
arahan mengenai kegiatan yang akan Dengan demikian, hasil belajar
dilakukan, kemudian menginformasikan Matematika siswa yang diajar dengan
materi yang akan dibahas. Hal ini akan model pembelajaran Problem Solving akan
membuat siswa memperoleh gambaran lebih baik dibandingkan dengan hasil
tentang materi pelajaran, kemudian siswa belajar siswa yang diajar dengan model
dapat mempunyai waktu untuk mengingat konvensional.
kembali pengetahuan siswa sebelumnya Sejalan dengan pernyataan Cankoy &
yang berhubungan dengan materi tersebut. Darbas (2010) mengatakan bahwa banyak
Pada tahap informasi, guru menyajikan penelitian yang menunjukan bahwa antara
materi dan membuat permasalahan yang matematika dan problem solving saling
telah disiapkan guru sehingga siswa dapat berhubungan erat dan problem solving
menguasai materi dalam waktu yang relatif merupakan suatu strategi yang sangat
pendek. Pada tahap latihan, guru memandu penting untuk mendukung keterampilan
dan membimbing siswa untuk memecahkan dalam memecakan masalah. Terkait
suatu permasalahan secara berkelompok, dengan Problrm solving pada matematika,
sehingga siswa lebih memahami dan ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
mengingat materi yang dibahas pada saat 1) idetifikasi suatu masalah, 2)
pembelajaran. Selanjutnya salah satu menampilakan masalah dan 3) pemikiran
perwakilan kelompok maju untuk kualitatif tentang masalah.
mempresentasikan permasalahanyang Penelitian ini juga dilakukan Ni Putu
telah dibuat. Siswa diberikan soal-soal oleh Evi Margareta Purnami (2011) judul
guru untuk mengevaluasi seberapa jauh penelitiannya “Pengaruh Model
kemampuan siswa. Guru memberikan Pembelajaran problem solving terhadap
pernghargaan kepada siswa yang mampu prestasi belajar IPA pada siswa SD NO. 1
mengikuti pembelajaran dengan baik. Kendran Kelas V Semester II Tahun
Tahap terakhir adalah guru memberikan Pelajaran 2011-2012 kabupaten buleleng,
tugas-tugas mandiri kepada siswa sehingga menunjukan bahwa terdapat perbedaan
siswa dapat kembali berlatih secara mandiri prestasi belajar siswa antara kolompok
yang akan membuat siswa semakin paham siswa yang dibelajarkan dengan model
dengan materi yang telah diajarkan. pembelajaran problem solving dan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

metode konvensional. Rata-rata prestasi DAFTAR RUJUKAN


belajar kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan metode pembelajaran Problem Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian
Solving adalah 17,05; sedangkan rata-rata Konvensional: Eksperimental dan
prestasi belajar kelompok siswa yang Non Eksperimental. Singaraja:
dibelajarkan dengan metode konvensional Undiksha
adalah 13,05. Ini membuktikan penerapan
model pembelajaran Problem Solving dapat Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi
membantu meningkatkan prestasi belajar Penelitian Pendidikan: suatu
siswa, dan Penelitian ini juga dilakukan oleh pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu
Veronica (2010) dengan judul penelitiannya Pendidikan Undiksha Singaraja.
“Penerapan Model Pembelajaran problem
solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan -------. 2010. Statistika Inferensial.
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Singaraja: Fakultas Ilmu
Semester II SD No. 3 Banyuning Tahun Pendidikan Universitas Pendidikan
Pelajaran 2010/2011” menujukan bahwa Singaraja.
terjadi peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Pada siklus I, presentase Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar
aktivitas belajar sebesar 68,05%, setelah Evaluasi Pendidikan. Cetakan
dilaksanakan tindakan pada siklus II, Ketujuh.. Jakarta: Bumi Aksara.
presentase tingkat aktivitas belajar siswa
mampu mencapai 86,80%. Peningkatan Bank Dunia Indonesia. 2010. Temuan
juga terjadi pada hasil belajar siswa, Kajian Mutu Pendidikan di Madrasah
presentase hasil belajar siswa pada siklus I (QEM) 2010, Mengukur Prestasi
sebesar 65%, dan setelah dilaksanakan Belajar Siswa Madrasah. Jakarta: Unit
tindakan pada siklus II, presentase hasil Pendidikan Bank Dunia Indonesia.
belajar siswa mampu mencapai 85,50%. (online),((http://www.google.co.id/url?
Kreteria ketuntasan secara klasikal ini sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
sudah memenuhi kreteria ketuntasan =web&cd=1&ved=0CCwQFjAA&url=h
minimal pada penelitian ini yaitu sebesar ttp%3A%2F%2Fmadrasah.kemenag.
70%. Jadi dapat disimpulkan bahwa go.id%2FUserFiles%2FFile%2FBEC-
penelitian ini dikatakan berhasil kerena di TFMengukur%2520Prestasi%2520Bel
akhir penelitian kriteria keberhasilan sudah ajar%2520Siswa%2520Di%2520Madr
dapat tercapai. asah.pdf&ei=8LyyULGGFcrOrQfanIH
QDg&usg=AFQjCNHuwoKzvEpzjAW
Ucapan Terimakasih hfdgkq9y5oWLZwA&sig2=znYBtY5-
Terselesainya laporan ini tentunya 4ZgIpSeo3IcdeQ), diakses tanggal 26
tidak lepas dari dorongan serta bantuan Nopember 2012.
dari semua pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini diucapkan terimakasih Bank Dunia. 2011. Peningkatan Kualitas
kepada: (1) Dr. I Komang Sudarma, M.Pd. Pendidikan. (online),
selaku pebimbing 1 yang telah memberikan (http://www.google.com/url?sa=t&rct
bimbingan, masukan, serta saran dalam =j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&
penyusunan skripsi ini, (2) I Kadek cts=1331209698067&sqi=2&ved=0
Suartama, S.Pd, M.Pd M.Pd selaku CDkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fsit
pebimbing 2 yang telah memberikan eresources.worldbank.org%2FINTIN
bimbingan, masukan, serta saran dalam DONESIA%2FResources%2FPublic
penyusunan skripsi ini, (3) Ni Wayan ation%2F2800161106130305439%2
Arnasih, S.Pd.SD selaku Kepala SD No. 1 F6173311110769011447%2F81029
Pupuan (4) I Nyoman Lampias Artha, 61110769073153%2Feducation.pdf
A.Ma.Pd selaku Kepala SD No. 2 Pupuan, &ei=AqVYT97UPI3zrQfXov33Cw&u
serta (5) seluruh siswa kelas IV yang telah sg=AFQjCNHcUaUNlhVB5AOe7t5t7
banyak membantu dalam melaksanakan yZ0jogzeg&sig2=nym8LtV8Im8VpW
penelitian.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

hjhgVGQ), diakses tanggal 9 Maret Malik, M. A. & Iqbal, M. Z. 2011. Effects of


2012. problem solving adn reasoning
ability of 8th grades. International
Conkay & Darbas 2010. Efek of problem Journal of Academic Research.
solving intruction on understanding 3(5). 80-84.
problem. Jurnal of Education. 4 (1).
1308-1470. Pait, I Made. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Solving
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan dan Penalaran Formal Terhadap
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Prestasi Belajar Matematika Bagi
Cipta. Siswa Sekolah Menengah
Pertama.
Evi Margareta. 2012. Pengaruh model
Pembelajaran Problem Solving Programme for International Student
berbantuan media lingkungan Assessment (PISA). 2012. Compare
tehadap peningkatan hasil belajar your country - PISA 2012. (online),
IPA pada siswa SD NO. 1 Kendran (http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/
Kelas V Semester II kabupaten pisa-2012-results.htm),diaksestanggal
buleleng. 18 April 2013.
Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan
Ibrahim dan Nana Syahodin. 1993. Sabbatical Model-model
Penerapan pengajaran. Pembelajaran. Singaraja : DIPA
Depdikbud. PNBP FIP UNDIKSHA.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran
Japa, I Gusti Ngurah dan I Made Suarjana. Tesis. Bandung: Alfabeta.
2012. Pembelajaran Matematika
SD. Singaraja. Undiksha. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Jonassen, D. H. 2010. Research issues in PT Remaja Rosdakarya.
problem solving. The 11th
International Coference on Sukardi. 2008. Metodelogi Penelitian
Education Research. New Pendidikan: Kompetensi dan
Educational Paradigma for learning Praktiknya. Yogyakarta: Bumi
and Intruction. September 29- Aksara
0ctober 1, 2010.
Tegeh, I Made. 2010. Peningkatan Kualitas
Jonassen, D. 2011. Surpport problem Pembelajaran Melalui Perencanaan
solving in PBL. The Model Pembelajaran Inovatif.
Interdisciplinary journal of problem- Makalah dalam Seminar Jurusan
Based Learning. 5 (2). 95-119 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Universitas Pendidikan Ganesha
Kontekstual Konsep dan Aplikasi. bagi Guru SD se- Kabupaten
Bandung : Refika Aditama. Buleleng. Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu
Koyan, I Wayan. 2007. Statistik Terapan Pendidikan. Universitas Pendidikan
(Teknik Analisis Data Kuantitatif). ganesha. Singaraja 10 Juli 2010.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Wisma Parwata. 2011. Penggunaan Media
-------. 2009. Statistik Dasar dan Lanjut konkret (Benda Asli) untuk
(Teknik Analisis Data Kuantitatif. meningkatkan aktivitas dan hasil
Singaraja: Undiksha. belajar IPA pada siswa kelas III
Semester I Sekolah Dasar NO. 4
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

KayuPutih Melaka. Kecamatan


Sukasada Kabupaten Buleleng.

Zakaria. & Yussoff. 2009. Antitude and


Problem solving skills in algebra
among malaysian matriculation
college students. Europian Journal
of Social science. 8(2). 232-245.

Anda mungkin juga menyukai