Anda di halaman 1dari 11

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Ni Kt. Maha Putri Widiantari1, I Md. Suarjana2, Nym. Kusmariyatni3


1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: mahaputri27@yahoo.co.id1, suarjana_undiksha@yahoo.co.id2,


nym_kusmariyatni@yahoo.co.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, untuk
mengetahui upaya-upaya guru agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat
berkembang, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa
dalam pelaksanaan upaya-upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas IV dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan
Buleleng. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV yang berjumlah 24
orang. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran
matematika, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis
matematika, dan kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
tes dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sebesar 55,04 tergolong Rendah,
dengan indikator tertinggi adalah indikator menganalisis pertanyaan sebesar 82,99%
dan indikator terendah adalah indikator mengidentifikasi asumsi sebesar 0%. (2) upaya-
upaya yang dilakukan guru di SD Negeri 2 Pemaron untuk pengembangan kemampuan
berpikir kritis, yaitu memberikan soal terbuka dan memberikan bimbingan belajar. (3)
kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa, yaitu fasilitas sekolah kurang memadai, dan kurang perhatian orang
tua terhadap aktivitas belajar anak-anaknya.

Kata kunci: matematika, kemampuan, berpikir kritis.

Abstract
This research aims to know the critical thinking ability of the students, to knowing the
efforts undertaken of teacher in order that critical thinking ability of the students could
flourish, and to knowing the constraints faced by teacher and students in efforts
implementation the development of critical thinking ability of students class IV in
mathematics learning in SD Negeri 2 Pemaron of subdistrict Buleleng. the subjects of
this research is teacher and student 24 person. the object of this research is the critical
thinking ability of the students in mathematics learning, the efforts made to develop the
critical thinking ability of mathematics, and the constraints facing in efforts improving the
critical thinking ability of mathematics. data collection methods used are observations,
tests and interviews. Data analysis techniques in this research the using qualitative
descriptive and quantitative descriptive. The results of this study suggest that (1) the
average ability critical thinking of the students class IV of 55,04 belongs to low, with the
highest indicator is an indicator analyze the question of 82.99% and the lowest indicator
is an indicator identifying the assumption of 0%. (2) the efforts made the teacher in SD
Negeri 2 Pemaron for the develop of critical thinking ability, i.e. giving open text and
provides tutoring. (3) the obstacle facing teacher and students in the development of

1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

critical thinking ability of the students, i.e. inadequate facilities, and supervision parental
less of their children's learning activities.

Keywords: mathematics, ability, critical thinking

PENDAHULUAN Yaumi (2012:67) menyatakan,


Pendidikan mempunyai peranan yang “Berpikir kritis merupakan kemampuan
sangat penting dalam kehidupan. Trianto kognitif dalam pengambilan kesimpulan
(2008:3) mengungkapkan bahwa berdasarkan alasan logis dan bukti
“Pendidikan hendaknya melihat jauh empiris”. Pengertian berpikir kritis tersebut
kedepan dan memikirkan apa yang akan dilengkapi lagi oleh Eggen dan Don (2012)
dihadapi peserta didik di masa yang akan bahwa pada kesimpulan yang dibuat juga
datang”. Adapun tujuan pendidikan cenderung dilakukan asesmen (penilaian)
seyogyanya harus menyiapkan individu berdasarkan bukti. Siswa yang berpikir kritis
agar dapat membentuk manusia adalah siswa yang mampu memahami,
berwawasan luas, sehingga mampu memecahkan masalah, mengambil
memecahkan permasalahan-permasalahan keputusan, serta meneliti permasalahan
yang dihadapi serta dapat memberikan yang diberikan sehingga mereka mampu
solusi untuk permasalahan tersebut. Untuk menolong dirinya atau orang lain dalam
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, memecahkan permasalahan yang dihadapi
diselenggarakanlah rangkaian (Rosalina, 2008). Karena berpikir kritis itu
kependidikan, baik formal maupun non tidak hanya terjadi dalam dunia ilmiah
formal. Pendidikan formal dalam proses melainkan juga dalam pengalaman
belajar dan pembelajaran meliputi berbagai kehidupan sehari-hari (Molan, 2012).
bidang ilmu pengetahuan diantaranya ilmu Berdasarkan pendapat ahli tersebut,
agama, sains, sosial, bahasa dan kemampuan berpikir kritis merupakan
matematika. kemampuan peserta didik dalam
Matematika merupakan salah satu pemecahan masalah dan pengambilan
mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI kesimpulan dari berbagai aspek dan sudut
sebagaimana dikatakan Prihandoko pandang yang dihadapinya.
(2006:1) bahwa “Matematika merupakan Dalam pembelajaran matematika
ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk keterampilan berpikir kritis hendaknya perlu
mempelajari ilmu-ilmu yang lain”. Mata dilatih/diajarkan sejak sd. Puskur (dalam
pelajaran matematika perlu di berikan Lambertus, 2009:136) menyatakan, “Salah
kepada semua peserta didik mulai dari satu tujuan pembelajaran matematika pada
sekolah dasar untuk membekali peserta jenjang pendidikan dasar adalah
didik dengan kemampuan berpikir logis, pengembangan pola pikir praktis, logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kritis, dan jujur dengan berorientasi pada
kemampuan bekerja sama. Hal penting penerapan matematika dalam
yang merupakan bagian dari tujuan menyelesaikan masalah”. Kemampuan
pembelajaran matematika yaitu berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
meningkatkan kemampuan dasar matematika sangat diperlukan untuk
matematika, kemampuan dasar yang memahami dan memecahkan suatu
dimaksud adalah kemampuan bernalar permasalahan yang dihadapinya dengan
matematika. Untuk meningkatkan mampu menganalisis, mengevaluasi, dan
kemampuan dasar siswa, hendaknya siswa menginterpretasikan pemikirannya menjadi
diarahkan untuk mengamati, menebak, lebih baik sehingga memungkinkan
berbuat, mencoba, maupun menjawab terjadinya kesalahan dalam mengerjakan
pertanyaan, dengan ini diharapkan dapat permasalahan matematika bisa
menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. diminimalisir. Materi dan tahap-tahap
Berpikir yang diarahkan melalui kemampuan berpikir kritis yang
pembelajaran di sekolah dasar adalah dikembangkan di sekolah dasar
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti disederhanakan dan disesuaikan dengan
kemampuan berpikir kritis (critical thinking). tingkat kognitif dan kemampuan peserta

2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

didik di sekolah dasar yang masih berada merupakan faktor penentu kemajuan
pada tahap operasional konkret (Yaumi, bangsa yang menghasilkan sumber daya
2012). Pada penelitian ini kemampuan manusia berkulitas. Kemampuan awal
berpikir kritis hanya diukur berdasarkan siswa/peserta didik dalam pembelajaran
enam indikator dari Enis (dalam Pritasari, hanya diketahui oleh guru/pendidiknya
2011), yaitu (1) menganalisis pertanyaan, sehingga tindakan yang tepat dilakukan
(2) memfokuskan pertanyaan, (3) agar kemampuan siswa/peserta didik
mengidentifikasi asumsi, (4) menulis berkembang juga lebih diketahui oleh
jawaban atau solusi dari permasalahan pendidik. Oleh karena itu, guru menjadi
soal, (5) menarik kesimpulan dari solusi penentu atau yang berpengaruh dalam
permasalahan yang telah diperoleh, dan (6) mengembangkan kemampuan berpikir kritis
menentukan alternatif-alternatif cara lain siswa. Pada intinya dalam pembelajaran
dalam menyelesaikan masalah. yang dilakukan guru seharusnya lebih
Muhfahroyin (2009:90) menyatakan, difokuskan pada pengembangan
“Pelatihan kemampuan berpikir kritis siswa kemampuan berpikir kritis siswa.
khususnya dalam pembelajaran Berdasarkan uraian kemampuan
matematika yang dilaksanakan dengan baik berpikir kritis di atas maka analisis
akan meningkatkan kesuksesan hasil kemampuan berpikir kritis siswa dalam
belajar siswa, dimana kepercayaan diri, pembelajaran matematika perlu dilakukan.
minat dan semangat siswa akan mengubah Oleh karena itu dilakukan suatu penelitian
cara pandangnya untuk memecahkan yang tujuan untuk (1) mengetahui
masalah-masalah matematika yang kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV
dihadapi menjadi lebih menyenangkan”. dalam pembelajaran matematika di SD
Hasil wawancara yang dilakukan Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng
dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Pemaron Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
pada hari kamis tanggal 7 januari 2016, 2015/2016, (2) untuk mengetahui upaya-
salah satu kemampuan siswa yang masih upaya yang dilaksanakan guru agar
rendah yaitu kemampuan berpikir kritis. kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV
Dari catatan dokumen siswa kelas IV SD dalam pembelajaran matematika di SD
Negeri 2 Pemaron, nilai rata- rata ulangan Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng
tengan semester siswa pada mata Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
pelajaran matematika adalah 65 dimana 2015/2016 dapat berkembang, dan (3)
KKM dari mata pelajaran matematika di untuk mengetahui kendala-kendala yang
kelas IV yaitu 60. Dari 24 siswa terdapat 9 dihadapi oleh guru dan siswa dalam
siswa yang memperoleh nilai ulangan pelaksanaan upaya-upaya pengembangan
tengah semester dibawah KKM. Pada saat kemampuan kemampuan berpikir kritis
observasi dilakukan ditemukan bahwa siswa kelas IV dalam pembelajaran
dalam proses pembelajaran, guru jarang matematika di SD Negeri 2 Pemaron
menggunakan media/alat peraga untuk Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
menjelaskan materi pelajaran. Guru lebih Tahun Pelajaran 2015/2016.
banyak menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Hal ini METODE
berdampak pada proses pembelajaran Jenis penelitian yang dilaksanakan
bersifat pasif sehingga peserta didik tidak merupakan jenis penelitian deskriptif.
terampil (Yaumi, 2012). Penelitian deskripitif diartikan sebagai suatu
Pembelajaran yang masih didominasi penelitian yang berusaha mendeskripsikan
oleh guru kadang-kadang juga tidak dapat suatu fenomena/peristiwa secara sistematis
membangkitkan aktivitas dan kemampuan sesuai dengan apa adanya. Penelitian
berpikir kritis siswa dalam belajar. Guru deskriptif dilakukan untuk memperoleh
merupakan salah satu penentu keadaan saat ini. Data yang digunakan
keberhasilan belajar siswa. Untuk dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
meningkatkan keberhasilan belajar siswa, dan kualitatif. Dianalisis secara analisis
guru harus lebih peka terhadap inovasi deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
dalam pendidikan. Karena pendidikan

3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

Untuk memperoleh data kemampuan digunakan hanya berisi pertanyaan-


berpikir kritis siswa kelas IV dalam pertanyaan pokok yang akan berkembang
pembelajaran matematika, maka penelitian ketika proses wawancara berlangsung.
ini dilakukan pada semester II tahun Berdasarkan metode dan instrumen
pelajaran 2015/2016 dan tempat penelitian pengumpulan data, data utama yang
di SD Negeri 2 Pemaron, Kecamatan dihasilkan dalam penelitian ini berupa skor
Buleleng, Kabupaten Buleleng. kemampuan berpikir kritis. Pada kegiatan
Subjek dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara diperoleh
guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 informasi tentang upaya-upaya yang
Pemaron yang berjumlah 24 orang. Pada dilakukan guru agar kemampuan berpikir
penelitian ini hanya diambil satu kelas kritis siswa dapat berkembang. Melalui
sebagai sumber data. Penentuan informan wawancara juga ditemukan permasalahan
dalam penelitian ini menggunakan prosedur mengenai kendala-kendala yang dihadapi
purposive yaitu dipilih dengan guru dan siswa dalam upaya
pertimbangan dan tujuan tertentu pengembangan kemampuan berpikir kritis
(Sugiyono, 2009). Objek dalam penelitian siswa.
ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian ini menggunakan dua
kelas IV dalam pembelajaran matematika di teknik analisis data, yaitu teknik analisis
SD Negeri 2 Pemaron, upaya-upaya yang data kuantitatif dan teknik analisis data
dilaksanakan guru agar kemampuan kualitatif. Analisis data kuantitatif digunakan
berpikir kritis siswa kelas IV dalam untuk mengolah data hasil tes dan
pembelajaran matematika dapat observasi. Analisis data kualitatif digunakan
berkembang, dan kendala-kendala yang untuk mengolah data hasil wawancara.
dihadapi oleh guru dan siswa dalam Dalam penelitian, data diperoleh dari
pelaksanaan upaya-upaya pengembangan berbagai sumber, dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV teknik pengumpulan data yang bermacam-
dalam pembelajaran matematika. macam (triangulasi), dan dilakukan secara
Data penelitian dikumpulkan dengan terus-menerus sampai datanya jenuh.
metode observasi, tes dan wawancara. Metode analisis data ini menggunakan
Observasi dilaksanakan untuk melihat metode analisis data yang dikemukakan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,
antara siswa dan guru saat di dalam kelas. 2009:247) yang mencakup tiga kegiatan
Observasi dilakukan selama 2 kali secara bersamaan yaitu data reduction,
pertemuan. Tes yang digunakan untuk data display, dan conclusion
memperoleh kemampuan berpikir kritis drawing/verification.
siswa adalah tes uraian yang berjumlah 3 Data berupa skor tes kemampuan
butir. Tes dibuat berdasarkan indikator- berpikir kritis dianalisis menurut pedoman
indikator kemampuan berpikir kritis yang penskoran yang telah disediakan. Data-
meliputi menganalisis pertanyaan, data hasil observasi pada tabel observasi
memfokuskan pertanyaan, mengidentifikasi skala lima juga dianalisis menurut pedoman
asumsi, menuliskan jawaban atau solusi penskoran yang telah disediakan. Skor tes
dari permasalahan soal menarik kemampuan berpikir kritis kembali dianalisis
kesimpulan dari solusi permasalahan yang per indikator untuk mengetahui kemampuan
telah diperoleh, dan menentukan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
alternative-alternatif/cara lain dalam matematika secara mendalam. Rata-rata
menyelesaikan masalah. Sedangkan skor (mean) hasil tes siswa secara klasikal
wawancara diberikan kepada siswa dan ini akan dikonversikan berdasarkan
guru matematika kelas IV. penilaian acuan patokan (PAP) skala lima
Terkait dengan metode pengumpulan berikut.
data yang digunakan, maka instrumen
pengumpulan datanya adalah tes uraian
(esay). Pedoman observasi berupa check-
list sehingga hasil observasi lebih
sistematis. Pedoman wawancara yang

4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

Tabel 1 Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tentang


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Persentase Penguasaan Kategori


90 – 100 Sangat Tinggi
80 - 89 Tinggi
65 - 79 Sedang
55 - 64 Rendah
00 – 54 Sangat Rendah

Setelah dianalisis data-data tersebut siswa. Data kemampuan berpikir kritis


kemudian diuraikan dan dibuat kesimpulan. dikumpulkan dengan tes uraian
kemampuan berpikir kritis yang mengacu
HASIL DAN PEMBAHASAN pada indikator kemampuan berpikir kritis,
Hasil penelitian berisi deskripsi data masing-masing indikator harus dianalisis
hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, untuk mengetahui persentase keberhasilan
upaya-upaya yang dilakukan guru agar peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dapat kemampuan berpikir kritis.
berkembang, dan kendala-kendala yang Berikut ini disajikan tabel hasil analisis
dihadapi guru dan siswa dalam upaya per indikator kemampuan berpikir kritis
pengembangan kemampuan berpikir kritis matematika peserta didik

Tabel 2 Hasil Analisis Per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematika


di SD Negeri 2 Pemaron.

Nomor Indikator Persentase Kategori


1 Menganalisis Pertanyaan 82,99% Tinggi
2 Memfokuskan Pertanyaan 78,47% Sedang
3 Mengidentifikasi Asumsi 0% Sangat
Rendah
4 Menuliskan Jawaban atau Solusi dari 68,75% Sedang
Permasalahan Soal
5 Menarik Kesimpulan dari Solusi 62,15% Rendah
Permasalahan Yang Telah Diperoleh
6 Menentukan alternatif-alternatif/cara 40,28% Sangat
lain dalam menyelesaikan masalah Rendah

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan kategori tinggi sedangkan indikator yang


bawa indikator “menganalisis pertanyaan”, memperoleh nilai terendah adalah indikator
“memfokuskan pertanyaan”, “mengidentifikasi asumsi” sebesar 0%
“mengidentifikasi asumsi”, “menuliskan dengan kategori sangat rendah.
jawaban atau solusi dari permasalahan Data hasil tes kemampuan berpikir
soal”, “menarik kesimpulan dari solusi kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran
permasalahan yang telah diperoleh”, dan matematika di SD Negeri 2 Pemaron dapat
“menentukan alternatif- alternatif cara lain dilihat pada tabel 3 berikut.
dalam menyelesaikan masalah memiliki
kategori yang berbeda”. Dari enam indikator
diatas indikator yang memperoleh nilai
tertinggi adalah indikator “menganalisis
pertanyaan” sebesar 82,99% dengan

5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematika


Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pemaron.

Nomor Rentang Nilai Frekuensi Nilai Tengah fx


(f) (x)
1 3-15 1 9 9
2 16-28 0 22 0
3 29-41 4 35 140
4 42-54 5 48 240
5 55-67 8 61 488
6 68-80 6 74 444
Jumlah 24 - 1321

Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai sudah diajarkan agar siswa benar-benar


yang diperoleh siswa cenderung bervariasi. mengerti mengenai materi yang diajarkan.
Nilai tertinggi yang berkisar antara 68-80 Pada penerapan upaya-upaya
diperoleh sekitar 6 peserta didik sedangkan pengembangan kemampuan berpikir kritis,
nilai terendah yang berkisar 3-15 diperoleh ada beberapa kendala yang dihadapi guru
sekitar 1 orang. dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Pemaron.
Upaya-upaya yang dilakukan guru Adapun kendala yang dihadapi guru dalam
agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
berkembang diketahui melalui observasi dalam pembelajaran matematika yaitu
dan wawancara. Observasi dilakukan untuk belum diadakan penilaian terhadap
mengetahui proses pembelajaran yang kemampuan berpikir kritis siswa, fasilitas-
dapat meningkatkan kemampuan berpikir fasilitas di sekolah kurang memadai, waktu
kritis siswa proses pembelajaran belajar cukup singkat disekolah, komunikasi
matematika dilakukan dua kali. Hasil dengan orang tua masih kurang, tidak
observasi pertama dan kedua menunjukkan mendapat perhatian khusus dari orang tua
bahwa cara guru mengajar berada pada siswa tersebut ketika siswa belajar dirumah
kategori cukup baik. Hasil wawancara yang dan respon siswa terhadap pertanyaan
telah dilakukan menunjukkan bahwa secara guru masih kurang. Hasil wawancara
keseluruhan upaya-upaya yang dilakukan dengan siswa kelas IV yang memperoleh
guru agar kemampuan berpikir kritis siswa nilai tertinggi dan terendah terdapat
kelas IV dapat berkembang yaitu kendala-kendala yang dihadapi siswa
memberikan pendapat yang berbeda, dalam mengembangkan kemampuan
terkadang guru membuat lagu yang berpikir kritis dalam pembelajaran
berkaitan dengan materi agar siswa lebih matematika yaitu siswa lupa cara membuat
senang dan semangat dalam mengikuti langkah-langkah mengerjakan soal, siswa
proses pembelajaran, melakukan tanya kesulitan menyelesaikan dengan jawaban
jawab dengan siswa, memberikan lain, siswa juga masih kesulitan dalam
bimbingan belajar/les diluar jam sekolah, menyamakan penyebut, mengubah
memberikan soal-soal yang dapat pecahan biasa ke pecahan desimal, dan
dikerjakan dengan lebih dari satu jawaban mengubah pecahan desimal ke pecahan
atau cara, mendiskusikan jawaban teman. biasa.
Meskipun demikian ada sebagian siswa Secara lebih spesifik kendala-kendala
yang belum mampu menunjukkan siswa dalam mengembangkan kemampuan
kemampuan berpikir kritisnya karena tidak berpikir kritis meliputi kendala-kendala pada
semua siswa mempunyai daya serap yang indikator-indikator yang perlu
sama di setiap mata pelajaran. Untuk dikembangkan yaitu “memfokuskan
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami pertanyaan”, “mengidentifikasi asumsi”,
siswa dalam mengembangkan kemampuan “menuliskan jawaban dari permasalahan
berpikir kritis, guru mengulang materi yang dalam soal”, “menentukan kesimpulan dari
permasalahan yang telah diperoleh”, dan

6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

“menentukan altrenatif-alternatif/cara lain mengidentifikasi seluruh informasi dan


dalam menyelesaikan masalah”. menuliskan tepat sekaligus benar pada
Kendala yang paling banyak dihadapi bagain diketahui. Hasil wawacara dan
siswa yaitu kendala pada indikator observasi ditemukan penyebab siswa lain
“mengidentifikasi asumsi”. Pada saat belum mampu menganalisis pertanyaan
mengerjakan soal semua siswa tidak dapat dengan cara menuliskan diketahui yaitu
mengidentifikasi asumsi dengan kemampuan siswa dalam memaknai
menentukan dan menerapkan bahasa soal masih kurang dan mereka
konsep/definisi/teorema dalam tidak dapat mendeskripsikan soal cerita
menyelesaikan masalah hal itu terjadi kedalam model matematika.
karena guru tidak mengetahui teknik, Dalam hal “memfokuskan
prosedur, dan instrumen penilaian berpikir pertanyaan”, peserta didik yang dapat
kritis sehingga siswa hanya dilatih untuk mengerjakan dengan benar adalah 78,47%
mengerjakan soal-soal biasa. Selain itu termasuk dalam kategori sedang. Hal ini
kendala-kendala yang dihadapi siswa berarti siswa sudah cukup mampu
mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis memfokuskan pertanyaan dengan
dalam pembelajaran matematika pada saat merumuskan masalah atau pertanyaan dan
menentukan alternatif-alternatif/cara lain menuliskan kalimat yang benar sekaligus
dalam menyelesaikan masalah kebanyakan tanda baca yang tepat pada bagian ditanya.
siswa hanya menjawab satu cara tanpa Termasuk dalam kategori sedang
membuat cara lain dalam mengerjakan tes penyebabnya yaitu siswa menuliskan
hal ini dikarenakan kemampuan siswa kalimat tidak lengkap dalam memfokuskan
hanya sebatas apa yang diingat saja pertanyaan pada saat membuat ditanya
sehingga siswa mengerjakan dengan cara karena siswa kurang cermat dan teliti dalam
yang menurut mereka mudah. mengerjakannya selain itu siswa tidak
Analisis kemampuan berpikir kritis dapat mendeskripsikan soal cerita kedalam
diperoleh hasil tes peserta didik kelas IV SD model matematika.
Negeri 2 Pemaron kurang memuaskan, hal Dalam hal “mengidentifikasi asumsi”,
ini terlihat dari nilai-nilai peserta didik. Nilai peserta didik yang dapat mengerjakan
tertinggi diperoleh adalah 79,17 dan nilai dengan benar adalah 0% termasuk dalam
terendah adalah 2,78. Rata-rata hasil tes kategori sangat rendah. Hal ini
kemampuan berpikir kritis sebesar 55,04% menunjukkan bahwa siswa tidak mampu
dengan kategori rendah. Dari 24 peserta mengidentifikasi asumsi dengan
didik, 10 orang peserta didik atau 41,67% menentukan konsep/definisi/teorema dalam
memperoleh nilai dibawah rata-rata, dan 14 menyelesaikan permasalahan dan tidak
orang peserta didik atau 58,33% peserta menuliskan pada bagian jawaban. Hal ini
didik memperoleh nilai diatas rata-rata. dikarenakan tidak ada siswa yang
Untuk mengetahui kemampuan menuliskan konsep/definisi/teorema dalam
berpikir kritis matematika peserta didik, menyelesaikan masalah pada bagian
maka dilakukan analisis terhadap indikator- jawaban dan guru juga tidak mengetahui
indikator yang diteskan. Indikator-indikator dan tidak mengajarkan teknik, prosedur,
tersebut meliputi indikator “menganalisis dan instrumen penilaian berpikir kritis
pertanyaan”, “memfokuskan pertanyaan”, sehingga guru hanya memberikan siswa
“mengidentifikasi asumsi”, “menuliskan latihan soal dengan soal-soal biasa.
jawaban atau solusi dari permasalahan Dalam hal “menuliskan jawaban atau
soal”, “menarik kesimpulan dari solusi solusi dari permasalahan dalam soal”,
permasalahan yang telah diperoleh”, dan peserta didik yang dapat mengerjakan
“menentukan alternatif- alternatif cara lain dengan benar sebanyak 68,75% termasuk
dalam menyelesaikan masalah”. dalam kategori sedang. Hal ini
Dalam hal “menganalisis menunjukkan bahwa siswa sudah cukup
pertanyaan”, peserta didik yang dapat mampu menuliskan jawaban atau solusi
mengerjakan dengan benar adalah 82,99%. dari permasalahan dalam soal dengan
Ini berarti siswa sudah mampu menunjukkan hasil utama dan prosedur
menganalisis pertanyaan dengan dengan dengan benar pada bagian jawaban.

7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

Termasuk kategori sedang karena siswa tingkat tinggi) dalam konteks yang benar
lupa langkah-langkah dalam mengerjakan mengajarkan kepada siswa kebiasaan
soal sehingga siswa kesulitan dalam berpikir mendalam, kebiasaan menjalani
memperoleh hasil akhirnya. Siswa kurang hidup, dengan pendekatan yang cerdas,
memahami soal cerita sehingga siswa sulit seimbang, dan dapat dipertanggung
untuk menyelesaikannya. jawabkan. Sejalan dengan pendapat
Dalam hal “menarik kesimpulan dari tersebut, kemampuan berpikir kritis siswa
solusi permasalahan yang telah diperoleh”, masih dapat dikembangkan dengan upaya-
peserta didik yang dapat mengerjakan upaya yang tepat. Hal ini sesuai dengan
dengan benar adalah 62,15% termasuk pendapat Bloom (dalam Iskandar, 2009:90)
dalam kategori rendah. Ini menunjukkan bahwa pemikiran kritis dapat diperbaiki
bahwa siswa kurang mampu menarik melalui latihan berpikir tingkat tinggi, yaitu
kesimpulan dari solusi permasalahan yang dari tingkat aplikasi sampai pada tingkat
telah diperoleh dengan menentukan penilaian (evaluasi). Selain itu, menurut
kesimpulan dari solusi permasalahan Sagala (dalam Iskandar, 2009:101) dalam
dengan benar dan kalimat sekaligus proses pembelajaran harus dibangun
jawabannya benar. Siswa dalam suasana dialogis dan tanya jawab terus
menentukan kesimpulan dari solusi menerus yang diarahkan untuk perbaikan
permasalahan dalam soal sering kurang dan peningkatan kemampuan berpikir
lengkap, terburu-buru dan salah tulis dalam siswa.
menyebutkan hasilnya. Kemampuan berpikir kritis siswa akan
Dalam hal “menentukan alternatif- berkembang apabila didukung dengan
alternatif/cara lain dalam menyelesaikan upaya-upaya yang dilakuan oleh guru.
masalah”, peserta didik yang dapat upaya-upaya yang dilakukan sudah sesuai
mengerjakan dengan benar adalah 40,28% dengan kegiatan inti yang diharapkan. Guru
termasuk dalam kategori sangat rendah. berusaha meningkatkan kemampuan
Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum berpikir kritis dengan memberikan pendapat
mampu menentukan alternatif- yang berbeda, terkadang guru membuat
alternatif/cara lain dalam menyelesaikan lagu yang berkaitan dengan materi agar
masalah. Termasuk dalam kategori sangat siswa lebih senang dan semangat dalam
rendah dikarenakan dalam mengerjakan mengikuti proses pembelajaran, melakukan
soal siswa hanya menulis satu jawaban tanya jawab dengan siswa agar siswa aktif
tanpa menuliskan alternatif/cara lain dalam dalam proses pembelajaran dan melatih
mengerjakan soal disamping itu siswa agar berani mengemukakan
kemampuan siswa hanya sebatas apa yang pendapatnya, memberikan bimbingan
diingat saja sehingga siswa mengerjakan belajar/les diluar jam sekolah, dan upaya
dengan cara yang menurut mereka mudah. yang terakhir adalah mendiskusikan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat jawaban teman agar siswa bisa bertukar
disimpulkan bahwa masih ada indikator pikiran dan berkomunikasi dengan
yang belum bisa dikerjakan siswa. Hasil tes temannya sehingga banyak informasi yang
rata-rata siswa secara klasikal sebesar diperoleh siswa.
55,04% termasuk dalam kategori rendah. Namun metode yang paling sering
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan digunakan guru dalam mengajarkan materi
berpikir kritis siswa kelas IV di SD Negeri 2 adalah metode ceramah, karena metode ini
Pemaron dalam pembelajaran matematika dianggap paling efektif dalam menjelaskan
perlu di latih lagi agar kemampuan berpikir materi namun membuat peserta didik tidak
siswa dapat berkembang. mampu mengembangkan kemampuan
Hasil persentase rata-rata yang berpikir kritisnya. Sumiati (2007)
diperoleh disekolah minimal harus berada menyatakan ceramah yang baik harus
pada kategori tinggi agar siswa dikatakan divariasikan dengan metode-metode
mampu berpikir secara kritis. Johnson pembelajaran lain agar memungkinkan
(dalam Lambertus, 2009) menyatakan siswa aktif dalam melakukan suatu
bahwa menggunakan keahlian berpikir kegiatan. Selain metode ceramah, metode
dalam tingkatan yang lebih tinggi (berpikir lain yang sering digunakan adalah metode

8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

tanya jawab, dengan hanya menggunakan dasar antara lain buku pelajaran, media,
metode ceramah dan tanya jawab maka alat-alat peraga dan fasilitas lainnya. Jika
tidak akan mampu untuk mengembangkan fasilitas yang tersedia disuatu sekolah
kemampuan berpikir kritis siswa dan siswa memadai, maka kemungkinan besar
akan bersifat pasif. Hal ini sejalan dengan peserta didik akan lebih mudah
pendapat John Dewey (dalam Yaumi, 2012) mengembangkan kemampuan berpikir
menekankan bahwa berpikir kritis kritis, namun sebaliknya jika sekolah tidak
merupakan proses yang aktif, maksudnya mempunyai fasilitas-fasilitas penunjang
untuk mengontraskan proses berpikir maka peserta didik akan sulit
seseorang dalam menerima atau mengembangkan kemampuan berpikir
memperoleh informasi dari pihak lain yang kritisnya. Kendala ketiga adalah kurangnya
cenderung menerima pasif. Model, strategi, perhatian khusus dari orang tua ketika
metode atau teknik yang digunakan peserta didik belajar di rumah. Hal ini
pendidik pada kegiatan inti pembelajaran menyebabkan peserta didik malas belajar
harus sesuai dengan pendekatan yang dan bertanya karena saat belajar dirumah,
berfokus pada siswa, ranah pembelajaran, peserta didik tidak didampingi oleh orang
dan karakteristik mata pelajaran. tuanya. Jika peserta didik malas belajar
Penggunaan media pembelajaran maka ketika proses pembelajaran
diperlukan agar siswa lebih mudah berlangsung disekolah peserta didik hanya
mengembangkan pengetahuan awal siswa duduk dan mendengarkan saja tanpa
mengingat media pembelajaran yang memamami yang diajarkan guru. Ini
terbatas akan berpengaruh pada membuat guru susah dalam
pemahaman konsep-konsep matematika mengembangkan kemampuan berpikir kritis
yang tidak optimal. Hal ini sejalan dengan siswa. Setiap siswa mempunyai
pendapat Hamalik (2015) penggunaan kemampuan yang berbeda dalam
media atau alat peraga yang lebih variatif memahami materi yang diajarkan. Sumiati
akan membuat pelajaran lebih menarik, (2007) menyatakan bahwa apa yang
menjadi lebih konkrit, mudah dipahami dan dipelajari seseorang secara cepat, mungkin
hasil belajar menjadi lebih bermakna. tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan
Upaya-upaya guru dalam melatih cara yang sama. Oleh karena itu mengajar
kemampuan berpikir siswa perlu dirancang. harus memperhatikan tingkat kemampuan
Latihan berpikir tingkat tinggi ini perlu siswa.
dirancang oleh guru sebagai pengalaman Secara umum kendala-kendala siswa
belajar siswa. dalam mengembangkan kemampuan
Kendala-kendala dalam berpikir kritis untuk menjawab soal
mengembangkan kemampuan berpikir kritis disebabkan proses pembelajaran
siswa yang pertama yaitu belum diadakan matematika masih dominan menggunakan
penilaian terhadap kemampuan berpikir metode ceramah, dan kondisi pembelajaran
kritis. Dalam proses pembelajaran guru matematika tidak berpusat pada siswa
belum pernah mengadakan penilaian sehingga siswa kesulitan memahami
secara khusus hanya untuk mengukur konsep matematika.
kemampuan berpikir kritis saja. Guru hanya Berdasarkan hasil wawancara dapat
memberikan penilaian biasa tanpa disimpulkan bahwa kendala-kendala yang
memfokuskan kemampuan berpikir kritis dihadapi guru dalam upaya-upaya
siswa. Hal ini yang menyebabkan mengembangkan kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis siswa kurang siswa dapat diatasi dengan solusi-solusi
dilatih selain itu guru tidak mengetahui yang diberikan guru terhadap kendala-
teknik/prosedur/instrumen kemampuan kendala yang muncul dalam
berpikir kritis sehingga guru melatih siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dengan soal-soal biasa. Kendala yang siswa ini artinya guru selalu berupaya agar
kedua adalah fasilitas yang ada disekolah siswanya mampu berpikir kritis.
kurang memadai dan masih sangat perlu Kemampuan guru tersebut terkait dengan
disempurnakan. Fasilitas-fasilitas kompetensi pedagogic guru menurut PP
penunjang yang diperlukan di sekolah nomor 74 tahun 2008, yaitu pengembangan

9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

berbagai potensi peserta didik. dan respon siswa terhadap pertanyaan


Berdasarkan standar kompetensi Lulusan guru masih kurang
Satuan Pendidikan (SKL-SP), salah satu Ada beberapa saran yang dapat
kemampuan yang harus ditunjukkan siswa diberikan dari hasil penelitian ini. Pertama,
melalui bimbingan guru/pendidik adalah guru agar mampu memilih dan menerapkan
kemampuan berpikir kritis. metode maupun media pembelajaran yang
inovatif agar siswa mampu
SIMPULAN DAN SARAN mengembangkan kemampuan berpikir
Simpulan yang dapat dibuat dari hasil kritisnya. Kedua, siswa agar lebih banyak
penelitian ini adalah Kemampuan berpikir berlatih soal-soal matematika yang
kritis siswa di SD Negeri 2 Pemaron secara bervariasi agar semakin terbiasa
keseluruhan masih perlu ditingkatkan menyelesaikan berbagai bentuk soal
karena tergolong kategori sedang. Hasil tes sehingga dapat meningkatkan kemampuan
yang diperoleh peserta didik kurang berpikir kritis siswa. Ketiga, sekolah agar
memuaskan, hal ini terlihat nilai tertinggi selalu mendukung proses pembelajaran
adalah 79,17 dan nilai terendah adalah dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas
2,78. Rata-rata tes kemampuan berpikir yang digunakan dalam proses
kritis siswa sebesar 55,04% dengan pembelajaran sehingga dapat
kategori rendah. Dari 24 peserta didik, mempermudah guru dalam upaya
41,67% memperoleh nilai dibawah rata- mengembangkan kemampuan berpikir kritis
rata, dan 58,33% peserta didik memperoleh siswa serta dapat memperbaiki kualitas dari
nilai diatas rata-rata. Indikator dari kegiatan pembelajaran. Dan Keempat,
kemampuan berpikir kritis siswa yang peneliti lain yang berminat untuk
paling tinggi adalah indikator “menganalisis mengadakan penelitian lebih lanjut atau
pertanyaan” sebesar 82,99%, dan Indikator penelitian yang sejenis tentang kemampuan
dari kemampuan berpikir kritis siswa yang berpikir kritis siswa dalam bidang ilmu
paling rendah adalah indikator matematika maupun bidang ilmu lainnya
“mengidentifikasi asumsi” sebesar 0%. yang sesuai agar memperhatikan kendala-
Upaya-upaya yang dilaksanakan guru agar kendala yang dialami dalam penelitian ini
kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV sebagai bahan pertimbangan untuk
dalam pembelajaran matematika di SD perbaikan dan penyempurnaan penelitian
Negeri 2 Pemaron dapat berkembang yaitu yang akan dilaksanakan.
memberikan pendapat yang berbeda,
membuat lagu yang berkaitan dengan UCAPAN TERIMAKASIH
materi agar siswa lebih senang dan Diucapkan terimakasih kepada Drs. I
semangat dalam mengikuti proses Made Suarjana, M.Pd. dan Dra. Nyoman
pembelajaran, tanya jawab, memberikan Kusmariyatni, S.Pd., M.Pd. yang selama ini
soal-soal yang dapat dikerjakan dengan telah memberikan arahan dan
lebih dari satu jawaban atau lebih dari satu bimbingannya.
cara, dan mendiskusikan jawaban teman.
Selain itu guru juga memberikan bimbingan DAFTAR PUSTAKA
belajar diluar jam sekolah agar siswa dapat Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan
waktu tambahan dalam mempelajari materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
sehingga siswa dapat melatih kemampuan
berpikir kritisnya lebih banyak lagi. Kendala- Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan
kendala yang dihadapi oleh guru dalam (Sebuah Orientasi Baru). Ciputat:
pelaksanaan upaya-upaya pengembangan Gaung persada.
kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV
dalam pembelajaran matematika yaitu Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih
belum diadakan penilaian terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
kemampuan berpikir kritis siswa, fasilitas Pembelajaran Matematika di SD..
yang ada disekolah tidak memadai, tidak Jurnal Forum Kependidikan. Vol. 28,
mendapat peratian khusus dari orang tua No. 02, Hal: 137-141. Palembang:
siswa tersebut ketika siswa belajar dirumah,

10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Prihandoko, A.Cahya . 2006. Pemahaman


Pendidikan Universitas Sriwijaya. dan Penyajian Konsep Matematika
Secara Benar dan Menarik. Jakarta:
Molan, Benyamin. 2012. Logika Ilmu dan Direktorat Jenderal Pendidikan
Seni Berpikir Kritis. Jakarta: PT Tinggi.
Indeks.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Peraturan Menteri Pendidikan Bandung: CV Alfbeta.
Nasional No. 23 Tahun 2006
Tentang Standar Kompetensi Sumiati dan Asra. 2008. Metode
Lulusan Untuk Satuan Pembelajaran. Bandung: CV
Pendidikan Dasar dan Menengah. Wacana Prima.
Jakarta.
Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Berbasis Multiple Intelligences.
2008. Peraturan Pemerintah Jakarta: Dian Rakyat.
Republik Indonesia No. 74 Tahun
2008 Tentang Guru. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai