Anda di halaman 1dari 70

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK

BLOK PENDAHULUAN

SEMESTER I

Editor

Tim Prodi Kedokteran FK Universitas Batam

PRODI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM

2016

1
DAFTAR ISI HALAMAN

Peraturan Kegiatan Skills Lab(CSL) /praktikum 3

CSL Teknik Komunikasi (Mendengar Aktif) 4

CSL Teknik Anamnesis 10

CSL Teknik Mencuci Tangan (Handwashing) 12

CSL Teknik Memasang Sarung Tangan

CSL Pemeriksaan Tanda Tanda Vital

CSL Pemeriksaan Rumple Leed

CSL Pengambilan Darah

Praktikum Anatomi Tulang

2
PERATURAN KEGIATAN SKILLS LAB (CSL) DAN PRAKTIKUM
PRODI KEDOKTERAN UNVERSITAS BATAM

1. Kegiatan CSL dan Praktikum dilaksanakan di Gedung Laboratorium Universitas Batam


2. Kegiatan CSL dan praktikum dibimbing oleh Seorang Instruktur CSL dan Praktikum
3. Kegiatan CSL dan praktikum dilaksanakan di ruang laboratorium yang telah ditetapkan oleh pihak
laboratorium.
4. Sebelum kegiatan CSL dan Praktikum dimulai petugas piket (dari mahasiswa) yang bertugas dihari tersebut
wajib lapor ke petugas laboratorium dan mengisi formulir peminjaman alat dan bahan yang disediakan oleh
pihak laboratorium
5. Petugas piket wajib menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan CSL dan praktikum yang akan dilaksanakan
6. Setelah kegiatan CSL dan Praktikum selesai petugas piket wajib melapor kepada petugas laboratorium dan
mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan.
7. Mahasiswa harus hadir diruangan kelas 15 menit sebelum kegiatan CSL dan praktikum dimulai
8. Mahasiswa tidak boleh datang terlambat ke ruang praktikum/ CSL
9. Mahasiswa yang terlambat atau tidak hadir akan di catat oleh ketua kelas dan dilaporkan kepada koordinator
blok yang bersangkutan
10. Selama kegiatan CSL dan praktikum mahasiswa wajib menjaga ketenangan dan kenyamanan ruangan kelas
11. Mahasiswa Wajib menjaga kondisi alat dan bahan CSL dan praktikum dalam kondisi baik.
12. Apabila terjadi kerusakan pada alat dan bahan CSL dan praktikum yang diakibatkan oleh kelalaian
mahasiswa, maka mahasiswa tersebut wajib mengganti kerusakan yang terjadi.
13. Mahasiswa yang hadir pada saat kegiatan CSL dan praktikum wajib mengisi lembar absensi kegiatan CSL
dan praktikum
14. Lembar absensi kegiatan CSL dan praktikum di pegang oleh ketua kelas blok
15. Lembar absensi diserahkan kepada koordinator blok setiap akhir blok
16. Mahasiswa Wajib mengikuti setiap kegiatan CSL dan praktikum beserta Review CSL dan praktikum yang
dilaksanakan di dalam Blok.
17. Mahasiswa yang tidak hadir dengan alasan sakit wajib menyerahkan surat keterangan sakit dari dokter sehari
setelah Kegiatan CSL dilaksanakan
18. Mahasiswa mengikuti Kegiatan CSL dan praktikum dengan memakai pakaian yang rapi dan sopan ( Tidak
boleh ketat, terbuka,transparan, berbahan jeans, T-shirt, sandal,sepatu sandal).
19. Khusus bagi mahasiswi perempuan di Wajibkan mengenakan Rok yang panjang
20. Mahasiswa harus mengenakan name tag.
21. Mahasiswa harus mengenakan jas lab selama mengikuti kegiatan praktikum/ CSL, dan jas lab harus dilepas
sebelum meninggalkan laboratorium.
22. Peraturan ini dibuat untuk kelancaran kegiatan CSL dan praktikum dan apabila ada perubahan akan di revisi
dikemudian hari.

Batam, September 2016


Mengetahui
Dekan FK Uniba
ttd

dr. H. Saiful Batubara, M. Pd

3
CSL TEKNIK DASAR KOMUNIKASI (MENDENGAR AKTIF)

Pendengar aktif merupakan salah satu peran yang harus dilakukan oleh dokter
untukmendapatkan informasi tentang keluhan pasien dan riwayat penyakit yang dialaminya.
Peran inipenting karena jika tidak dilakukan dengan benar maka konsultasi yang diharapkan
akan berjalan baikjustru akan berakibat sebaliknya. Beberapa hasil penelitian yang dirangkum
oleh Kurtz, Silverman &Drapper, 1998 menyatakan bahwa dokter sering menginterupsi pasien
begitu si pasien baru memulaimenyampaikan keluhan sehingga keluhan utama pasien sering
tidak terucapkan, akibatnyapenangananpun bukan berdasarkan keluhan utama yang dialami
pasien. Ditambahkan juga bahwasebagian besar penyebab utama malpraktik yang terjadi
dikarenakan tidak efektifnya komunikasi yangterjadi antara dokter-pasien.
Setelah mengikuti latihan ketrampilan PENDENGAR AKTIF,diharapkan mahasiswa
akan mampu berkomunikasi secara efektif.Keterampilan ini bukan hal yang baru bagi
mahasiswa karena ketika belajar di SMA,mahasiswa telah mempunyai kompetensi
Mendengarkan cerita yang disampaikan secara lansung dantidak langsung, yang menjadi dasar
terhadap kegiatan ketrampilan berkomunikasi yang akan merekaperoleh pada Blok ini.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan komunikasi
yangefektif sebagai seorang pendengar yang aktif.

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memperkenalkan diri sebelum pembicaraan di mulai
2. Mengulangi percakapan yang disampaikan oleh pembicara
3. Memparafrasekan percakapan yang disampaikan oleh pembicara
4. Mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh pembicara
5. Menanyakan pertanyaan pada saat yang tepat
6. Menyimpulkan dengan tepat apa yang disampaikan oleh pembicara.
7. Melakukan kontak mata dengan baik
8. Memberikan perhatian penuh terhadap pembicaraan melalui bahasa non verbal, bahasa
tubuh dan sikap.

STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Responsi
Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan
ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberikan pretest bagi
mahasiswa.
b. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari
kuranglebih sepuluh orang mahasiswa dengan satu orang instruktur.
c. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok di bawah pengawasan instruktur
yangdikenal MANDIRI TERJADWAL atau dilakukan tanpa pengawasan instruktur di
luarjadwal yang ditentukan yang disebut MANDIRI TAK TERJADWAL.

4
TEORI
Di dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi merupakan kunci penting dalam
membangunsebuah hubungan. Begitu juga dengan hubungan antara dokter-pasien. Komunikasi
efektif merupakankomunikasi yang akan menyebabkan hubungan tersebut berjalan dengan baik
dan berkelanjutan.
Walaupun secara tersirat di dalam kode etik kedokteran tidak tercantum etika
berkomunikasi, hanyasaja dikatakan bahwa setiap dokter dituntut melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesiyang tertinggi atau menjalankannya secara optimal. Akan tetapi di
dalam Undang-undang No. 29tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 35 menyatakan
bahwa kompetensi dalam praktikkedokteran antara lain dalam hal kemampuan mewawancarai
pasien.Untuk tercapainya komunikasi yang efektif diperlukan pemahaman tentang pemanfaatan
jeniskomunikasi (lisan, tulisan/verbal, non verbal), menjadi pendengar yang aktif (active
listener),hambatan proses komunikasi (noise), pemilihan cara penyampaian pikiran/informasi
(channel) danidentifikasi terhadap ekspresi perasaan dan emosi (Ali, M dan Sidi, I P S , 2006).

5. Berikut contoh hasil komunikasi efektif dan yang tidak efektif (Ali, M dan Poernomo, Ieda SS
,2006):

5
Menurut van Dalen (2001) aplikasi komunikasi dokter-pasien terbagi dalam tiga tahap:

1. Pasien merupakan seorang ‘ahli’, artinya karena pasien yang menderita sakit maka
dialahyang tahu apa yang telah dan sedang dialaminya. Pada posisi ini dokter
mendengarkan,mengeksplorasi dan menerima informasi dari pasien. Ali, M dan
Poernomo, ISS (2006)menyebutkan tahap ini sebagai sesi pengumpulan informasi,
dimana dokter akan menggaliinformasi lebih dalam tentang alasan kedatangan
pasien.Dokter yang baik akan berusahamejadi pendengar aktif terhadap apa yang
disampaikan oleh si pasien. Sehingga akan membantu dokter untuk mmendapatkan
keterangan atau data-data riwayat penyakit yang akan
berguna dalam menegakkan diagnosis.
2. Dokter sebagai ‘ahli’, artinya dokter mampu menterjemahkan semua keluhan pasien ke
dalamilmu kedokteran yang dimilikinya. Dokter harus mengklarifikasi keterangan
yangditerimanya, mencari tahu lebih detil dan kemudian melakukan pemeriksaan
fisik.Komunikasi yang dapat dilakukan pada tahap ini yakni dengan cara mengajukan
pertanyaanterbuka terlebih dahulu (misalnya: Bagaimana nyeri yang anda rasakan?
Terasa menusuknusuk?Atau seperti terbakar?) dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup
yang membutuhkanjawaban “ya” atau “tidak” (Ali, M dan Poernomo, ISS, 2006).

6
Pasien dan dokter adalah ‘ahli’, sesuai dengan peran masing-masing. Pada tahap ini
doktersetelah mendapatkan keterangan yang akurat pada tahap sebelumnya maka dokter
sudahmengetahui cara penanganan pasien dan beberapa alternatif tindakan yang perlu
disampaikankepada pasien. Sementara itu pasien mempunyai hak untuk menyampaikan pilihan
tindakanyang sesuai dengan kondisi (sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan dsb) , prioritas
dankemungkinan lain sebagai cara pemecahan masalahnya. Jadi pada tahap ini merupakan
tahapnegosiasi terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh seorang dokter kepada pasiennya
(Ali,M dan Poernomo, ISS, 2006).

Pada ketrampilan berkomunikasi dalam Blok 1 ini ditujukan kepada kemampuan


mendengarseperti yang diharapkan pada tahap 1 dan 2 di atas, yang merupakan suatu proses
aktif dalammenerima stimulus oral dan menuntut adanya komitmen untuk bertindak terhadap
apa yang didengarkan.Ada beberapa tujuan dari mendengarkan secara aktif: pertama,
memungkinkan untuk mencekulang pengertian yang dimaksudkan oleh si pembicara; kedua,
pendengar dapat mengekspresikanperasaan yang dialami oleh si pembicara; dan ketiga yang
paling penting adalah menstimulasipembicara untuk menyampaikan apa yang di rasakannya dan
dapat berfikir lebih jauh dalammenyelesaikan suatu masalah (UGM, 200..)

Seseorang dikatakan mendengar aktif apabila selama pembicaraan si pendengar, antara lain:
1. Berkonsentrasi
2. Melihat si pembicara, mempertahankan kontak mata dengan si pembicara
3. Menggangguk
4. Mengulangi pembicaraan atau memparafrasekan
5. Mengajukan pertanyaan terbuka dan tertutup, tetapi dengan jumlah pertanyaan yang
terbatas.
6. Merefleksikan perasaan
7. Jeda dan memberi waktu kepada si pembicara untuk melanjutkan
8. Menyimpulkan pembicaraan dengan tepat
9. Bersikap yang menandakan bahwa pendengar tertarik dengan isi pembicaraan seperti
mimikmuka/raut wajah yang menunjukkan ekspresi sesuai dengan isi pembicaraan,
menatap sipembicara,Akan tetapi sebelum memulai sebuah percakapan dan menjadi
pendengar yang baik, seseorangperlu membina sambung rasa dengan orang yang akan
diajaknya berbicara. Sambung rasa dapatdilakukan dengan berjabat tangan (sesuai
dengan budaya dan kebiasaan setempat).

7
PROSEDUR LATIHAN:
Memperkenalkan diri
Waktu 1x 25 menit
a. Mahasiswa di bagi dua kelompok A dan B.
b. Pada saat kelompok A memperkenalkan diri, maka kelompok B harus mendengarkan
c. perkenalan tersebut. Begitu pula sebaliknya.
d. Dua orang dari kelompok B (random) diminta mengulangi perkenalan yang disampaikan
e. oleh dua orang dari kelompok A tadi.
f. Dan sebaliknya dua orang dari kelompok A (random) diminta mengulangi perkenalan
g. yang disampaikan oleh dua orang dari kelompok B.
h. Mahasiswa lain memberikan feedback tentang kegiatan mendengarkan aktif tersebut.
i. Mahasiswa yang memainkan peran merefleksikan peran mereka sebagai pendengar.

Pesan Berantai
Waktu 1x 25 menit
a. Mahasiswa di bagi dalam dua kelompok.
b. Masing – masing mahasiswa secara bergilir menyampaikan pesan yang diterima dari
instruktur hingga mahasiswa yang terakhir menyebutkan isi pesan yang diterima.
c. Mahasiswa merefleksikan kegiatan sebagai pendengar aktif

Sambung rasa, dengar dan ceritakan


Waktu 1 x 50 menit:
a. Mahasiswa akan memainkan peran, 1 orang sebagai pasien, 1 orang sebagai dokter.
b. Mahasiswa yang memainkan peran diminta untuk melakukan sambung rasa terlebih
dahulu (mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilakan duduk, dan
c. Menanyakan identitas pasien). Topiknya adalah beberapa skenario komunikasi
dokterpasienpada tahap anamnesa
d. Mahasiswa yang berperan sebagai dokter diminta menceritakan kembali apa yang
disampaikan pasien.
e. Mahasiwa yang berperan sebagai pasien menilai apa mahasiswa yang menjadi dokter
f. Mahasiswa lain yang mengamati diminta untuk memberikan penilaian juga
semua mahasiswa diminta untuk menyimpulkan permainan peran di atas.

8
EVALUASI
Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut:

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
Membina sambung rasa:
1. Mengucapkan salam (kontak mata, senyum)
2. Memperkenalkan diri (nama, jabat tangan, kontak mata)
3. Mempersilakan duduk (kontak mata)
4. Menanyakan identitas pasien
Mendengar aktif
5. Mengulangi percakapan yang disampaikan oleh pembicara
6. Memparafrasekan percakapan yang disampaikan oleh
Pembicara
7. Mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh pembicara
8. Menanyakan pertanyaan pada saat yang tepat
9. Menyimpulkan apa yang disampaikan oleh pembicara.
10. Melakukan kontak mata
11. Memberikan perhatian penuh terhadap pembicaraan
melalui
bahasa non verbal, bahasa tubuh dan sikap

SUMBER RUJUKAN:
1. Ali, M dan Poernomo, Ieda SS (ed.), (2006). Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
Jakarta:Konsil kedokteran Indonesia.
2. Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning Communication
Skillsin Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.
3. van Dalen, J, Bartholomeus P, Kerkhofs E, Lulofs, R., van Thiel, J, Rethans, JJ,
4. Scherpbier AJJA, van der Vleuten, CPM. Medical Teacher, Teaching and assessing
communication skills in Maastricht: the first twenty years. Medical Teacher, 3, 23,
245-251.
5. FK-Unand (2008). Penuntun Skills lab Blok 1: Komunikasi.

9
ANAMNESIS

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The SacredSeven).

Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara
mencari data:

1. Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)


2. Riwayat Penyakit Dahulu(RPD)
3. Riwayat KesehatanKeluarga
4. Riwayat Sosial danEkonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah
identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.

1. Riwayat PenyakitSekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan
yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,
misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih
dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :

10
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)
5. Faktor-faktor yang memperberatkeluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu :


1. LokasiSakit
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut
secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan
dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.

Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan
duodenum; sebelah kiri  lambung; sebelah kanan  duodenum, hati, kandung
empedu; di atas  hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.

Penjalaran nyeri tepat lurus di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas atau
duodenum dinding belakang; di punggung lebih ke atas  lambung dan duodenum; bawah
belikat kanan  kandung empedu; bahu kanan  duodenum, kandung empedu,
diafragma kanan; bahu kiri  diafragmakiri.
2. Onset dankronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.
Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap.
Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul
secara ritmik  curiga ulkus peptikum, malam hari  ulkus peptikum dan tiap pagi 
dispepsia nonulkus.

11
3. Kualitas (sifatsakit)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit
yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan
inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu
yang bergerakbiasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna,
empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).

12
4. Kuantitas (derajatsakit)
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari
penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan
seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
5. Faktor yang memperberatkeluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,
keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit,
seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/
minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas.
Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis, perforasi,
peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada pleuritis.
6. Faktor yang meringankankeluhan.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan
minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna
bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses
inflamasi dari pankreas atauhati.
7. Keluhan yangmenyertai
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,
misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah
- Apakah keluhan tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?
- Bagaimana buang air besarnya, adakah flatus ?
- Adakah ikterik?
- Adakah pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?
- Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin
atau badan lemas?
- Adakah penurunan berat badan?

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
13
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga
pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan
pengetahuan sosiologi, psikologi danantropologi.

2. Riwayat PenyakitDahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang
relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll),
perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk
wanita).

3. Riwayat PenyakitKeluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial danekonomi


Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-
obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).

14
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat ada beberapa bagian dari ”ANAMNESIS”.

A. TAHAP – TAHAP ANAMNESIS yang terdiri atas:


1. Initialexploration : Berisi keluhan utamapasien.
2. Further exploration : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari
15
sisi penyakit maupun perspektifpasien.

16
3. Essential backgroundinformation.

B. ISI (content) yang terdiri atas:


1. Diseaseframework
2. Illnessframework

Baik disease framework maupun illness framework termasuk dalam tahap further
exploration.

Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven) merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.

Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dapat kita jabarkan sebagai
berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”; Riwayat
Penyakit Dahulu (RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan Ekonomi
merupakan bagian dari ”essential background information”.

KETERAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI DALAM MELAKUKAN ANAMNESIS

KETERAMPILAN MENGEKSPLORASI MASALAH PASIEN :


1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya
(dengan kata – kata pasiensendiri).
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan
terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.
3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk menyelesaikan
ceritanya, dan janganmenginterupsi.
4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal maupun
nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan, adanya
pengulangan, paraphrasing, interpretasi,dll.
17
5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.

18
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu
keterangantambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk memverifikasi
pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda, atau mintalah pada
pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah –
istilah medis yang tidak dipahamipasien.
9. Buatlah urutan waktu suatukejadian.

CONTOH KASUS

Seorang laki-laki umur 24 tahun mengeluh nyeri pinggang.

Anamnesis yang sistematis adalah:


Dengan menggunakan pertanyaan terbuka, galilah mengenai keluhan utama pasien,
yaitu pada kasus ini adalah : Nyeri pinggang.

Pada penggalian informasi lebih lanjut tanyakan :


1. Lokasi nyeri : pertengahan daerah lumbal kadang-kadang menjalar ke tungkai atas dan
kakikanan
2. Onset & kronologi : berangsur-angsur sejak bekerja di kebun, sudah dirasakan selama 3
hari, memburuk waktu sore, membaik waktu pagi.
3. Kuantitas nyeri : ringan, namun tidak dapat bekerja, karena rasa kurang nyaman
4. Kualitas nyeri : nyeritumpul.
5. Faktor pemberat : bertambah nyeri bila digerakkan, masuk kendaraan dan batuk,
6. Faktor peringan : bila diam terlentang.
7. Gejala yang menyertai : kaku
19
Sistem saraf perifer : Tidak ada kelemahan atau perubahan sensorik
Sistemik : Tidak adademam

20
Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat jatuhdisangkal
- Riwayat batu ginjaldisangkal

Riwayat sosial: Pasien tinggal sendiri, bekerja sebagai salesman, dalam sepekan pada akhir
minggu mengelola sebuah peternakan kecil., hobi bermain bowling.

Keuangan : Tidak mempunyai asuransi kesehatan.


CHECKLIST PENILAIAN

KETERAMPILAN ANAMNESIS/ HISTORY TAKING

SKOR
No ASPEK
0 1 2
PENILAIAN
MEMBUKA WAWANCARA
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
5. Menegosiasikan agendakonsultasi
ANAMNESIS
6 Menanyakan identitas penderita
7 Menanyakan keluhan utama
8 Menanyakan lokasi
9 Menanyakan onset dankronologi
10 Menanyakan kualitas keluhan
11 Menanyakan kuantitas keluhan
12 Menanyakan faktor-faktor pemberat
13 Menanyakan faktor-faktorperingan
14 Menanyakan gejala penyerta
15 Menanyakan riwayat penyakitdahulu
16 Menanyakan riwayat kesehatankeluarga
17 Menanyakan riwayat sosialekonomi
18 Menanyakan kebiasaan pribadi
19 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
20 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
21 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
MENUTUP WAWANCARA
22 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
23 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
24 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
25 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai
26 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau
menulis), tidak sampai mengganggu proses wawancara
dengan pasien.
27 Tidak menghakimi
28 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
29 Tampak percaya diri
KETERAMPILAN MENSTRUKTUR WAWANCARA
30. Menggunakan signposting
31 Menjalankan wawancara dengan urutan yang logis/ tepat
32 Memperhatikan waktu
JUMLAH SKOR
MENCUCI TANGAN ( HAND WASHING )

A. PENDAHULUAN

Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau klinik,
dihadapkan kepada risiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah
terjadinya infeksi. Selain itu, petugas kesehatan yang melayani mereka dan staf pendukung
semuanya dihadapkan pada risiko infeksi. Infeksi rumah sakit dan infeksi pekerjaan
merupakan masalah penting di seluruh dunia dan kejadiannya terus meningkat.

Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada dan relatif
murah yaitu :

 Menaati praktik-praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan khususnya cuci


tangan dan pemakaian sarung tangan
 Memperhatikan proses-proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor
 Meningkatkan keamanan diruang operasi dan area-area lain yang berisiko tinggi
dimana
perlukaan yang serius dan paparan terhadap infeksi sering terjadi

 Mengingat pentingnya strategi di atas dimiliki oleh seorang dokter, maka salah satu
 kompetensi ketrampilan yang terkait dengan higines dan asepsis diberikan dalam
kurikulum ketrampilan pada mahasiswa kedokteran. Untuk saat ini akan diberikan
ketrampilan MENCUCI TANGAN (HANDWASHING).

Ketrampilan ini terkait dengan semua ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter.
Pada keterampilan komunikasi, mahasiswa di harapkan dapat menyampaikan kepada
masyarakat cara mencuci tangan yang benar. Pada ketrampilan pemeriksaan fisik, mencuci
tangan dilakukan sebelum dan sesudah pemeriksaan pasien. Sama halnya dengan ketrampilan
di atas, pada ketrampilan prosedural, mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan kepada pasien.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN:

Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu mencuci
tangan yang benar.

Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiswa mengetahui prosedur cuci tangan yang benar


b. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis prosedur cuci tangan
c. Mahasiswa mampu melakukan cuci tangan yang benar sesuai dengan urutan prosedur
d. Mahasiswa mampu menerapkan prosedur cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari.

C. TEORI

Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam hal
hiegienisasi, yaitu: :

1. Antisepsis : proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit dan selaput lendir
atau duh tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
2. Asepsis dan teknik aseptik : upaya kombinasi untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi.
Tujuan asepsis adalah menurunkan sampai ketingkat aman atau membasmi jumlah
mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan objek mati (alat-alat
bedah dan barang-barang yang lain)
3. Dekontaminasi : proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum
dibersihkan {umpama : menginaktifasi HBV (Hepatits B Virus), HIV serta
menurunkan tetapi tidak membasmi, jumlah mikroorganisme lain yang
mengkontaminasi}

4. Disinfeksi tingkat tinggi (DDT) : proses menghilangkan semua mikroorganisme,


kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau
penggunaan disinfektan kimia
5. Pembersihan : proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah
atau duh tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani benda tersebut.
6. Sterilisasi : proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit)
termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap panas tekanan tinggi
(otoklaf), panas kering (oven) atau radiasi.

Salah satu prosedur pencegahan infeksi yang paling murah adalah mencuci tangan.

Tujuan mencuci tangan

Tujuan dilakukan tindakan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.

Indikasi mencuci tangan

Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang paling penting dan efektif
dalam mencegah penularan infeksi. Mencuci tangan dilakukan pada sebelum dan setelah :

1. memeriksa dan kontak dengan pasien


2. memakai dan melepas sarung tangan bedah steril atau yang telah didisinfeksi tingkat
tinggi
3. sebelum operasi atau ketika memakai dan melepas sarung tangan pemeriksaan untuk
prosedur rutin
4. menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
5. Pada situasi yang membuat tangan jadi terkontaminasi seperti :
 memegang instrumen kotor atau barang-barang lainnya
 menyentuh membran mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau
eksresi)
 melakukan kontak intensif dan lama dengan pasien
 mengambil sampel darah
 mengukur tekanan darah atau memeriksa tanda vital pasien
6. Masuk dan meninggalkan unit isolasi

Mencuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan
menggunakan sabun anti mikrobial. Selain itu, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila
menggunakan sabun biasa. Idealnya air mengalir dan sabun yang digosok-gosokkan harus
digunakan selama 15-20 detik. Penting sekali untuk mengeringkan tangan setelah
mencucinya.

Pemakaian sabun dan air tetap penting ketika tangan terlihat kotor. Untuk kebersihan tangan
rutin ketika tidak terlihat kototran atau debris, alternatif seperti handscrub berbasis alkohol
70% yang tidak mahal, mudah didapat, mudah dijangkau sudah semakin diterima di tempat di
mana akses wastafel dan air bersih terbatas.

Jika air kran terkontaminasi, air yang telah didihkan selama 10 menit dan disaring guna
menghilangkan partikel kotoran (jika diperlukan), atau mendisinfeksi air dengan cara
menambahkan sedikit larutan sodium hipoklorit (pemutih komersial) agar konsentrasi akhir
mencapai 0,001%.

D. PROSEDUR KERJA

Persiapan

Alat dan Bahan :

1. air mengalir atau air dalam ember dilengkapi dengan gayung


2. sabun
3. handuk kertas/handuk bersih

Pelaksanaan:

Cuci Tangan

Teknik pencucian tangan rutin dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan sebagai berikut
:

1. Basahilah tangan dengan baik


2. Oleskan sabun biasa
3. Gosok dengan teliti dan benar semua bagian tangan dan jari selama 5 menit sesuai
dengan 6 langkah higiene tangan, perhatikan dengan teliti daerah di bawah jari kuku
dan di antara jari. (lihat gambar 1.)
4. Bilas dengan menggunakan air
5. Keringkan tangan menggunakan handuk kertas dan gunakan handuk tersebut untuk
memutar kran sewaktu mematikan air
Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk yang bersih atau keringkan
dengan udara. Handuk yang digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi dan tidak
boleh digunakan. Membawa handuk atau sapu tangan kecil pribadi dapat membantu anda
untukmenghindari pemakaian handuk kotor. Jika menggunakan handuk sendiri maka cucilah
setiap hari.

Gambar 1

Gambar 2
Gambar 3

Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 1. Cara mencuci tangan

Ket. gambar :
Menggosok :

1. telapak tangan kiri ke telapak tangan kanan atau sebaliknya.


2. punggung tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain.
3. dan memutar jari-jari di telapak tangan
4. kedua telapak tangan dengan jari-jari terjepit
5. ibu jari memutar di telapak tangan
6. tangan sampai pergelangan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

 dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang


 jangan menambahkan sabun cair kedalam tempatnya bila masih ada isinya,
penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang
dimasukkan
 jangan menggunakan baskom yang berisi air. Meskipun memakai tambahan
antiseptik,
mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak dalam larutan ini.

 Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau gunakan ember
dan
gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan buanglah di
toilet.

Antisepsis Tangan

Tujuan antisepsis tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu serta mengurangi baik flora
sementara atau tetap. Teknik antisepsis tangan sama dengan teknik mencuci tangan biasa. Hal
ini terdiri mencuci kedua tangan dengan air dan sabun atau deterjen (jenis batangan atau cair)
yang mengandung bahan antiseptik (klorheksidin, iodofor atau triklosan selain sabun biasa.

Antisepsis tangan harus dilakukan sebelum :

 memeriksa atau merawat pasien yang rentan (misalnya bayi prematur, pasien manula
atau
penderita AIDS stadium lanjut)

 melakukan prosedur invasif seperti pemasangan alat intravaskular


 meninggalkan ruang pasien Kewaspadaan Kontak (misalnya hepatitis A atau E) atau
 penderita infeksi yang kebal terhadap obat (misalnya S.aureus resisten methisilin)

Penggosok Tangan Antiseptik


Penggunaan penggosok antiseptik lebih efektif membunuh flora sementara dan tetap daripada
mencuci dengan bahan antimikroba atau sabun biasa dengan air.lebih cepat dan lebih mudah
dilakukan serta mengurangi flora tangan lebih besar. Penggosok anti septik ini juga
mengandung

emolien yang lebih sedikit seperti gliserin, propilen glikol atau sorbitol yang melindungi dan
memperhalus kulit.

Teknik untuk melakukan penggosokan tangan antiseptik adalah ;

 Gunakan penggosok antiseptik secukupnya untuk melumuri seluruh permukaan


tangan dan jari jemari (kira-kira satu sendok teh)
 Gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah tangan,
khususnya diantara jari jemari dan dibawah kuku hingga kering.

Karena penggosok antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, apabila kedua
tangan terlihat kotor atau terkontaminasi darah atau duh tubuh, maka pertama-tama harus
dilakukan cuci tangan dengan sabun dan air.

Penggosok Cuci Tangan Bedah

Tujuan cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara
secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan dan lengan dokter
bedah danasistennya.

Langkah-langkah cuci tangan bedah adalah sebagai berikut :

1. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang


2. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga siku dengan sabun dan air
bersih. (jika menggunakan sikat, sikat itu harus bersih disterilisasi atau DDT sebelum
digunakan kembali. Jika digunakan spon, harus dibuang setelah digunakan).
3. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku
4. Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air
5. Gunakan bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan bawah sampai bawah siku
dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat selama sekurang-kurangnya 2 menit.
6. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah seluruhnya
dengan air bersih
7. Tegakkan kedua tangan keatas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan atau
benda apapun dan keringkan kedua tangan itu dengan lap bersih dan kering atau
keringkan dengan diangin-anginkan.
8. Pakailah sarung tangan bedah yang steril atau DTT pada kedua tangan

Penggunaan antiseptik meminimalkan jumlah mikroorganisme pada kedua belah tangan


dibawah sarung tangan dan meminimalisasi pertumbuhan flora selama pembedahan.
Kesalahan yang mungkin timbul dalam melakukan ketrampilan ini:

 Berulangnya kontaminasi sisi tangan yang telah steril oleh sisi tangan lain yang belum
steril
 Tidak tersterilisasi dengan baik bagian bawah kuku

TEKNIK PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL

(Open Donning / Sarung tangan terbuka)

1. Buka sampul pembungkus dalam yang steril setelah asisten membuka sampul
pembungkus luar sarung tangan dan paparkan di atas meja serta perhatikan tanda
sarung tangan kanan (R) dan kiri (L).

2. Ambil sarung tangan kanan (R) menggunakan tangan kiri dengan memegangnya
pada pangkallipatan tanpa membuka lipatannya.
3. Masukkan tangan kanan hingga seluruh jari tepat masuk kedalam sarung yang
sesuai (Tangan kiri yang telanjang hanya boleh menyentuh sisi dalam lipatan
sarung tangan !).

4. Selipkan ujung jari tangan kanan diantara lipatan sarung tangan kiri lalu
masukkan tangan kiri kedalam sarung tangan kiri hingga seluruh jari tepat masuk
ke dalam sarung yang sesuai.
5. Buka lipatan sarung tangan hingga menutupi pergelangan tangan kanan dan kiri(
Pastikan sarung tangan tidak menyentuh lengan atau pergelangan tangan yang
telanjang ! ).
KETERAMPILAN KLINIS

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

PENDAHULUAN

Tanda-tanda vital terdiri pernafasan, denyut nadi, tekanan darah dan temperatur dapat
memberikan informasi utama pasien termasuk masalah medis akut maupun kronis atau
keadaan penyakitnya.

Frekuensi penafasan normal pada dewasa adalah 14-20 x/menit. Pernafasan yang lambat
disebut bradipnoe. Pernafasan yang cepat disebut tachipnoe.

Pemeriksaan frekuensi nafas dapat dilakukan dengan cara inspeksi ataupun auskultasi
(dengan cara meletakkan stetoskop pada trakea penderita).

Tipe penafasan terbagi:

1. Torakal
2. Abdominal
3. Torako abdominal

Denyut nadi dinilai pada arteri – arteri besar seperti: arteri karotis, arteri femoralis, arteri
radialis (yang terbanyak dilakukan).

Yang dinilai adalah:

- Frekuensi, nilai normal 60-100 kali permenit. Nadi yang lambat disebut bradikardi.
Nadi yang cepat disebut takikardi.
- Ritme (irama), reguler atau irreguler. Jika irreguler, dapat dikonfirmasi dengan
mendengar suara jantung.
- Volume,apakah volume normal atau menurun.

Alat yang digunakan sphygmomanometer (tensimeter air raksa) dan ukuran dalam
mmHg.

Alat ini terdiri dari:

- manometer 0-300mmHg
- cuff
- bladder ( karet pembalut yang dapat diisi udara bertekanan)
- pompa
- pipa karet
Pemilihan cuff yang sesuai:

- Lebar bladder cuff harus ± 40% dari lingkar lengan atas ( ±12-14cm  ukuran rata –
rata dewasa).
Panjang bladder harus ± 80% dari lingkar lengan atas.

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH DEWASA (>18 TAHUN)

Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 ≥160 ≥100

Ada 2 jenis termometer yaitu termometer gelas (termometer air raksa) dan termometer
elektronik. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada oral, rektal, aksila dan membran
timpani.

Satuan yang sering digunakan derajat Celcius. Suhu normal di:

- oral : 35,80C – 37,30C

- rektal: lebih tinggi ± 0,4-0,50C dari pada oral

- aksila : lebih rendah ± 10C dari pada oral

- membran timpani: lebih tinggi ± 0,80C dari pada oral

Temperatur oral. Jika menggunakan termometer air raksa, turunkan air raksa sampai ≤
35,00C, letakkan di bawah lidah, perintahkan penderita untuk menutup mulutnya, tunggu 3-5
menit, baca nilainya, masukkan lagi selama 1 menit, kemudian baca lagi.Jika suhu masih
meningkat, ulangi pemeriksaan sampai suhu stabil.

Minuman dingin atau panas serta merokok dapat mengacaukan pengukuran temperatur oral.
Pada situasi seperti tersebut, tunda pemeriksaan selama 10-15 menit.

Jika menggunakan termometer elektronik, masukkan termometer dibawah lidah, perintahkan


penderita untuk menutup mulut, kemudian perhatikan hasil yang tertulis. Pengukuran yang
akurat biasanya membutuhkan waktu ± 10 detik.
Temperatur oral tidak disarankan pada penderita:

- kesadaran menurun
- restless
- tidak mampu untuk menutup mulut.

Temperatur rektal. Perintahkan penderita untuk berbaring miring ke satu sisi dengan sendi
panggul flexi. Pilih termometer rectal yang memiliki ujung pendek, lubrikasi ujungnya,
masukkan sedalam 3-4cm (1,5 inci) ke dalam rongga anus, dengan arah ke daerah umbilikus.
Keluarkan setelah 3 menit, kemudian bada hasilnya.

Jika menggunakan termometer elektronik, setelah ujungnya dilubrikasi, tunggu selama 10


detik, kemudian catat hasilnya.

Temperatur axilla. Pengukurannnya membutuhkan waktu kira – kira 5 – 10 menit dan pada
umumnya kurang akurat dibandingkan pengukuran ditempat lain.

Temperatur membran timpani. Pengukuran pada daerah ini makin sering digunakan,
membutuhkan waktu yang singkat, aman dan dapat dipercaya jika dilakukan dengan tepat.
Pastikan rongga telinga luar bersih dari cerumen. Posisikan ujung termometer pada rongga
telinga sehingga sinar infra merah mengarah ke membran timpani. Tunggu selama 2-3 detik
sampai hasil dari temperatur digital tersebut muncul. Metode ini mengukur suhu inti tubuh
(core body temperature), dimana suhunya sedikit lebih tinggi dari suhu normal oral.

TUJUAN KEGIATAN

TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan dalam


pemeriksaan tanda vital dengan teknik yang benar pada penderita.

TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tanda vital:

1. Penghitungan frekuensi pernafasan dengan cara yang benar


2. Penghitungan frekuensi denyut nadi dengan cara yang benar
3. Pengukuran tekanan darah dengan cara yang benar
4. Pengukuran suhu tubuh dengan cara yang benar
RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Kasper et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York:
McGraw Hill ; 2005

PERALAT DAN BAHAN

- Tensimeter air raksa (sphygmomanometer)


- Stetoskop
- Termometer air raksa
- Stop watch / jam tangan dengan hitungan detik
- Kapas dan alkohol 70%
- Kain kasa

TEKNIK PELAKSANAAN

Cara melakukan pemeriksaan Suhu Tubuh di Aksila

1. Mempersilahkan pasien duduk


2. Bersihkan ujung termometer dengan alkohol 70%.
3. Turunkan permukaan air raksa pada termometer hingga mencapai ≤ 35,00C dengan
cara mengibaskannya ke bawah.
4. Keringkan daerah aksila kiri dengan kain kasa bersih.
5. Posisikan ujung termometer air raksa yang dilapisi besi pada fossa aksila dan biarkan
selama 3-5 menit.
6. Cabut dan lihat dimana posisi air raksa pada termometer

Cara pemeriksaan frekuensi dan tipe pernafasan :

1. Penderita dalam posisi duduk.


2. Usahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa pemeriksa akan menghitung
frekuensi nafasnya. Cara mengalihkan perhatiannya adalah dengan berpura – pura
menghitung nadi penderita.
3. Pemeriksaan frekuensi pernafasan ini dilakukan dengan cara inspeksi.
4. Frekuensi nafas dihitung selama 1 menit.
5. Pada saat menghitung frekuensi pernafasan, pemeriksa juga harus memperhatikan tipe
pernafasan penderita.

Cara melakukan pemeriksaan Denyut Nadi :

1. Pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sebelah kanan.


2. Raba arteri radialis kanan penderita dengan ujung – ujung jari kedua dan ketiga
tangan kanan pemeriksa dan cari tempat pulsasi yang maksimal
3. Hitung frekuensi nadi selama 1 menit, selama melakukan penghitungan, perhatikan
juga apakah ritme nya teratur atau tidak, serta volumenya normal atau menurun.
Cara melakukan pemeriksaan Tekanan darah

Persiapan sebelum pengukuran tekanan darah :

1. Idealnya, beritahukan penderita untuk tidak merokok atau meminum minuman yang
mengandung kafein ± 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.
2. Pastikan kamar periksa tenang dan nyaman.
3. Perintahkan penderita untuk duduk (istirahat) selama 5 menit di kursi. Lengan
diletakkan sejajar dengan jantung.
4. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. Pastikan juga tidak
ada fistula arteri-vena untuk dialisa, skar (bekas luka) pemotongan arteri brakial,
tanda – tanda limfedema.
5. Palpasi arteri brakial untuk memastikan pulsasinya baik.
6. Posisikan lengan sehingga arteri brakial pada fossa antekubiti berada sejajar dengan
jantung
7. Jika penderita duduk, letakkan lengan pada meja yang lebih tinggi sedikit dari
pinggang penderita. Jika berdiri, untuk mempertahankan posisi lengan setinggi
pertengahan dada penderita.

Langkah – langkah untuk mengukur tekanan darah :

1. Lilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri brakialis, bagian
bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak jantung.
Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan
penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.
2. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmometer terlebih dahulu kemudian kunci
katub pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.
3. Untuk menetapkan tingginya tekanan cuff, pertama – tama perkirakan tekanan sistole
dengan cara palpasi pada arteri radialis. Rasakan pulsasi arteri radialis dengan jari
kedua dan ketiga tangan kiri, secara cepat pompa cuff hingga menggembung sampai
pulsasi arteri radialis menghilang. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer,
kemudian tambahkan 30 mmHg. Jumlah tekanan tersebut merupakan target untuk
menetapkan tingginya tekanan cuff pada saat pemeriksaan, sehingga dapat mencegah
ketidaknyamanan yang mungkin terjadi akibat tingginya tekanan cuff yang
sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini juga mencegah error yang kadang –kadang
disebabkan oleh auscultatory gap (merupakan silent interval yang muncul antara
tekanan sistole dan diastole).
4. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik.
5. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian letakkan bell stetoskop di atas arteri
brakial (pastikan seluruh pinggir bagian bell stetoskop tersebut menempel pada
lengan, sehingga suara Korotkoff dapat didengar dengan jelas). Karena suara
Korotkoff tidak begitu kuat, maka sebaiknya didengar dengan bell stetoskop.
6. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara
perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik. Perhatikan dimana terdengar suara
pertama kali dan ini merupakan tekanan sistole.
7. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna
dan ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0.
8. Catat kedua tekanan tersebut. Tunggu selama 2 menit, ulangi pemeriksaan. Rata –
ratakan hasil yang didapat. Jika 2 pembacaan tersebut berbeda sebesar 5 mmHg atau
lebih,pemeriksaan diulang.
9. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan. Normalnya,
didapati perbedaan sebesar 5 mmHg, kadang – kadang bisa sampai 10 mmHg.
Pemeriksaan yang berikutnya sebaiknya dilakukan pada lengan yang memiliki
tekanan yang lebih tinggi.

LEMBAR PENGAMATAN TANDA-TANDA VITAL

ASPEK YANG DINILAI NILAI

0 1 2

I. PERKENALAN

1. Memberikan salam, memperkenalkan diri dan


mempersilahkan pasien duduk
2. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan

3. Meminta persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan

II. PEMERIKSAAN SUHU TUBUH

1. Membersihkan ujung termometer dengan alkohol 70%.


2. Menurunkan permukaan air raksa pada termometer
hingga mencapai ≤ 35,00C dengan cara mengibaskannya
ke bawah
3. Mengeringkan daerah aksila kiri dengan kain kasa
bersih.
4. Memosisikan ujung termometer air raksa yang dilapisi
besi pada fossa aksila dan biarkan selama 3-5 menit.
5. Menyabut dan melihat dimana posisi air raksa pada
termometer dan catat
III. PEMERIKSAAN FREKUENSI DAN TIPE PERNAFASAN :

1. Memosisikan pasien dalam keadaan duduk.


2. Mengusahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa
pemeriksa akan menghitung frekuensi nafasnya. Cara
mengalihkan perhatiannya adalah dengan berpura – pura
menghitung nadi penderita
3. Memeriksa frekuensi pernafasan dengan cara inspeksi.
4. Menghitung frekuensi pernafasan dalam 1 menit dan
mengamati tipe pernafasan penderita serta mencatat.
IV. PEMERIKSAAN DENYUT NADI

1. Memosisikan pasien dalam keadaan duduk dan


pemeriksa berada di sebelah kanan.
2. Meraba arteri radialis kanan penderita dengan ujung –
ujung jari kedua dan ketiga tangan kanan pemeriksa dan
mencari tempat pulsasi yang maksimal
3. Menghitung frekuensi nadi selama 1 menit, selama
penghitungan perhatikan ritme dan volumenya serta
mencatat.
V. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

1. Melilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas,


tepat di atas arteri brakialis, bagian bawah cuff berada
2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak
jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun
terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga
sedikit flexi pada sendi siku.
2. Membuka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu
sebelum memompa cuff dan mengunci katup pompa
serta menghadapkan sphygmomanometer ke arah
pemeriksa.
3. Memompa cuff sehingga pulsasi arteri radialis
menghilang serta membaca tekanan yang tertera pada
manometer.
4. Memompa cuff untuk menaikkan tekanan 30 mmHg
lebih tinggi dan perhatikan.
5. Mengempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan
tunggu selama 15-30 detik.
6. Memasang stetoskop dan meletakkan bellnya di atas
arteri brakialis.
7. Memompa cuff sampai level yang telah ditetapkan pada
poin 4.
8. Mengempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3
mmHg per detik dan menderdengar suara pertama kali
terdengar sistole.
9. Menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara
menghilang sempurna dan ini merupakan tekanan
diastole serta menurunkan tekanan sampai angka 0.
10. Mencatat tekanan Sistole dan Diastole.
11. Membuka cuff, menggulung, mengunci air raksa dan
menutup manometer.
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksan pada formulir
terlampir.

PEMERIKSAAN RUMPLE LEED TES (TOURNIQUET TEST)


Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan pembendungan
pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trombosit. Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:

1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100
mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg, pump sampai tekanan ditengah-
tengah nilai sistolik dan diastolik).

2. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test
IVY, 5 menit sudah mencukupi).

3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah
telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi
seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu
lagi (yang tidak diikat).

4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm
kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

Catatan:

– Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari
fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak
ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple
Leede juga dikatakan positif.

– warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sebagai
petechiae

– pasien yg “tek” darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada “tek” 80 mmHg

– pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu

– Derajad laporan :

(-) = tidak didapatkan petechiae


(+1) = timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan & telapaktangan muka
& belakang
(+4) = banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan & jari,muka &
belakang

– Ukuran normal: negative atau jumlah petechiae tidak lebih dari 10


PENUNTUN SKILLS LAB

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

Dalam pemeriksaan hematologi umumnya digunakan darah kapiler dan darah vena.

1. Darah kapiler
Darah kapiler diambil dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa
dandari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari
bagian tubuh dengan gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia.
Cara mengambilsampel darah kapiler adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pegang bagian yang dipilih supaya tak bergerak
c. Tekan sedikit untuk mengurangi nyeri
d. Tusuk dengan cepat dan cukup dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk
secarategak lurus dengan garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun
telinga, tusukpinggirnya, jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena darah
akan bercampurdengan cairan jaringan sehingga menjadi lebih encer, yang
berdampak terhadapakurasi hasil pemeriksaan.
e. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.
2. Darah vena
Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa
kubiti.Untuk bayi, darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis
superior.
Cara mengambil darah vena adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pasang torniket, sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya
venaterlihat jelas
c. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak
bergerak
d. Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena
e. Longgarkan torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan
kebutuhan
f. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.
g. Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat
h. Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan
olehpasien)
i. Cabut jarum dari semprit lalu alirkan darah ke botol secara perlahan melalui
dindingbotol supaya tidak terjadi lisis sel-sel darah
PENUNTUN SKILLS LAB
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM
DAN RHESUS FAKTOR

PENDAHULUAN
Pemeriksaan golongan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang penting yang
harus dikuasai oleh seorang Dokter. Kepentingan klinis dari pemeriksaan golongan darah ini
antara lain untuk tindakan transfusi darah atau tindakan pendonoran organ lainnya. Prinsip
pemeriksaan golongan darah ini adalah pemeriksaan antigen eritrosit.

GOLONGAN DARAH ABO


1. Pemeriksaan Antigen golongan darah ABO ditemukan oleh Karl Landsteiner (1901)
2. Terdiri dari 4 group mayor: A, B, AB atau O
3. Setiap Individu mempunyai Antigen A atau B pada eritrosit, kombinasi A&B atau
tidak mempunyai keduanya (group O).
4. Golongan darah O : donor universal karena tak mempunyai antigen yg dapat dikenali
oleh resipien
5. Golongan darah AB : resepien universal karena tidak mempunyai antibodi di dalam
serum

Yang diperiksa adalah antigen eritrosit :


Sejumlah darah dicampur dengan reagen antibodi dengan volume yang sama.
Alat : Object glass, pengaduk plastik
Reagen : Anti A (warna biru).
Anti B (warna kuning).
Anti AB (warna jernih).
PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABO

Golongan Darah Antigen Antibodi


Antigen pada Aglutinin
Eritrosit Dalam serum
(aglutinogen) (antibodi)
A A anti B
B B anti A
O - anti A dan anti B
AB AB -

Interpretasi :
Golongan darah A : terjadi aglutinasi pada Anti A.
Golongan darah B : terjadi aglutinasi pada Anti B.
Golongan darah O : tidak terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.
Golongan darah AB : terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.

GOLONGAN DARAH RHESUS


Selain grup ABO pembagian golongan darah faktor Rhesus. Faktor Rhesus
merupakan protein yang ada dipermukaan sel Eritrosit.Ada tidaknya faktor Rhesus
menunjukkan Rhesus positif atau Rhesus negatif, contoh : Golongan darah O+ berarti
golongan darah O dengan Rhesus positif. Gen Rhesus negatif bersifat resesive sedangkan
Rhesus positif bersifat dominansehingga Ibu dengan Rhesus negatif akan melahirkan bayi
dengan Rhesus positif jika ayahnya Rhesus positif.
Jika ayahnya mempunyai gene Rh-positif dan Rh-negatif maka anaknya mempunyai
kesempatan 50-50 Rh-positif tetapi jika mempunyai 2 gen Rh-positif semua anaknya Rh-
positifContoh: Ibu Rh-negatif mengandung bayi dengan Rh-positif. Pada tubuh ibu terjadi
respon sistem imun terhadap faktor Rhesus yang merupakan protein asing sehingga terbentuk
antibodi anti D terhadap Rh-positifJika Ibu mengandung bayi lagi dengan Rh-positif maka
antibodi Anti-D akan bereaksi terhadap eritrosit bayi yang belum lahir dan disebut penyakit
Rhesus. Komplikasi kehamilan ini disebut hydrops foetalis.

Yang diperiksa adalah faktor rhesus:


Sejumlah darah dicampur dengan reagen antibodi faktor rhesus dengan volume yang sama.
Alat : Object glass, pengaduk plastik
Reagen : Anti D (warna jernih)
Cara Kerja :
1. Sampel berupa darah EDTA
2. Letakkan setetes reagen anti D di sebelah kiri pada kaca object yang bersih.
3. Teteskan darah disamping tetesan anti D tadi, kemudian dicampur.
4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

Interpretasi :
Golongan darah Rhesus positif : terjadi alutinasi pada Anti D.
Golongan darah Rhesus negatif : tidak terjadi aglutinasi pada Anti D.
TUJUAN PEMBELAJARAN:

Tujuan Instruksional Umum


Melatih mahasiswa agar mampu melakukan pemeriksaan golongan darah untuk berbagai
kepentingan klinis

Tujuan Instruktional Khusus :


1. Pemeriksaan golongan darah system ABO
2. Pemeriksaan system rhesus faktor
3. Melakukan evaluasi dan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan golongan darah

TEKNIK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SISTEM
1. Letakkan setetes reagen anti A dan reagen anti B serta reagen Anti AB pada kaca
object yang bersih.
2. Teteskan darah EDTA pada masing-masing tetesan reagen
3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga merata
4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

B. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS SYSTEM


1. Letakkan setetes reagen anti D di sebelah kiri pada kaca object yang bersih.
2. Teteskan darah EDTA disamping tetesan anti D,
3. Kemudian dicampur dan di aduk sampai merata.
4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

DAFTAR TILIK

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN

0 1 2

A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM

1. Meletakkan setetes reagen anti A dan reagen


anti B serta reagen Anti AB pada kaca object
yang bersih.
2. Meneteskan darah EDTA pada masing-
masing tetesan reagen
3. Mengaduk masing-masing tetesan hingga
merata
4. Mendiamkan beberapa menit dan
memperhatikan adanya aglutinasi.
B. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS SYSTEM
1. Meletakkan setetes reagen anti D di sebelah
kiri pada kaca object yang bersih.
2. Meneteskan darah EDTA disamping tetesan
anti D
3. Mengaduk tetesan hingga merata

4. Mendiamkan beberapa menit dan


memperhatikan adanya aglutinasi.
C. DOKUMENTASI
1. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan
ABO system
2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Rhesus system
3. Evaluasi hasil

PENUNTUN PRAKTIKUM

ANATOMI TULANG (OSTEOLOGI)

PENDAHULUAN

Praktikum Osteologi dapat dibagi atas:


1. Anal Skeleton
2. Apendikular Skeleton

Sebelum mempelajari tulang-tulang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :


a. Perlu diingat, bahwa tulang-tulang yang dipergunakan untuk mempelajari ilmu
anatomi itu adalah sisa-sisa manusia, yang tidak boleh dipermainkan. Privilage untuk
menggunakan mayat-mayat dan tulang-tulang guna pelajaran ilmu kedokteran hanya
dipertanggung jawabkan jika kita menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya
dengan maksud yang suci
b. Dalam mempelajari tulang-tulang itu kita harus selalu ingat bahwa dalam tubuh
manusia tulang-tulang itu juga hidup, didalamnya ada darah yang mengalir, sel-sel
didalamnya merupakan sel-sel yang hidup yang memerlukan zat dan mengalami
proses-proses kehidupan lainnya.
c. Dalam mempelajari tulang-tulang itu kita harus membandingkn dengan apa yang kita
lihat dan raba pada manusia hidup
d. Tiap-tiap nama tulang atau bagian dari pada tulang adalah penunjuk jalan tentang
bentuk, fungsi dan berhubungan dengan itu nama-nama itu harus kita ketahui artinya.
e. Kita harus belajar menyebut nama-nama dan akhirannya dengan tepat, sesuai dengan
pokok-pokok perubahan nama latin menurut jenis, kasus dan nomenclatura
anatimuca.

A. AXIAL SKELETON
Terdiri atas tulang-tulang yang terdapat sepanjang sumbu sentral tubuh
 Cranium
 Columna vertebralis
 Sternum
 Costae
Cranium

Tulang cranium dibagi dalam dua golongan :


a. Neuro cranium
b. Spanchno cranium
Carilah tulang-tulang yang membentuk neuro cranium :
o Os. Occipital

o Os Temporal

o Os. Sphenoidale

o Os. Frontale

o Os. Parientale

o Os. Ethmoidale
Tulang-tulang spanchno cranium :
o Os. Maxillare

o Os. Mandibulare

o Os. Zygomaticum

o Os. Nasale

o Os. Vomer

o Concha nasali inferior


Carilah sutura-sutura :
o Lambdoidea

o Coronalis

o Squamosa

o Parietomastoidea

o Spheno temporalis

o Spheno frontalis
a. Neuro cranium
Terdiri atas :
 Calvaria
Carilah tulang yang membentuk calvaria
o Os. Frontale

o Os. Occipital

o Os. Temporal

 Tulang yang menyangga otak (basis cranii)


Carilah pada :
o Os. Temporal

 Fossa temporalis
 Crista infra temporalis
 Pars squamosa ; pars mastoidea
 Proc. Zygomaticus ; pars tympanica
 Meatus acusticus externus
 Processus styloideus
 Fossa jugularis
 Foramen jugulare
 Canalis caroticus
 Foramen mastoideum
 Incisura mastoidea
 Semi canalis m. tensoris tympani
 Semi canalis tubae auditivae
 Fossula petrosa
o Os. Occipital

 Pro –tuberantia occipitalis externa


 Linea nuchea superior
 Foramen magnum
 Condylus occipitalis
 Fossa condyloideus
 Canalis hypoglossi
 Linea nuchea inferior
 Pars lateralis
 Clivus blumenbachii
 Foramen lacerum
 Tuberculum pharyngeum
 Squama occipitalis
 Crista occipitalis externa
o Os. Frontale

 Arcus super ciliaris


 Glabella
 Tuber frontale
Bagian dalam tengkorak
Carilah pada :
 Calvaria bagian dalam
 Sulcus sagitalis superior
 Feveolae sagitalis granulares
 Sulcus a. meningae media
 Basis cranii bagian dalam
Fossa cranii anterior
 Crista galii
 Lamina cribriformis
 Corpus ossis sphenoidalis
 Ala parva ossis sphenoidalis
Fossa cranii media
 Canalis apticus
 Sulcus chiantimaticus
 Tuberculum sellae
 Sella turcica
 Dorsum sellae
 Processus climoideus posterior
 Fossa hypophysealis
 Fissura orbitalis superior
 Foramen rotumdum
 Foramen ovale
 Foramen spinosum
 Impression trigemini
 Sulcus petrosus major
 Sulcus petrosus minor
 Tegmen tympani
 Eminentia arcuata
Fossa cranii posterior
 Meatus acusticus internus
 Foramen jugulare
 Sulcus sigmoideus
 Clivus
 Canalis hypoglossi
 Canalis condyloideus
 Protuberantis occipitalis internus
 Sulcus transverses
 Sulcus sigmoideus
Carilah :
 Sinus acusticus internus
 Fissura orbitalis superior
 Apertura piriformis
 Meatus nasi superior
 Meatus nasi media
 Meatus nasi inferior
 Sinus maxillaries
 Sinus frontalis
 Apertura sinus frontalis
 Apertura sinus spheinoidalis
 Canalis naso lacrimalis

b. Splancho cranium
1. Maxilla
Carilah :
o Processus zygomaticus

o Corpus ossis maxillaries

o Processus zygomaticus
o Processus alveolaris

o Processus frontalis

o Tuber maxillare

o Processus palatines

o Sinus maxillaries

o Fossa canina

o Foramen infra orbitale

2. Os zygomaticum
Carilah :
o Processus frontalis

o Processus maxillaries

o Processus temporalis

3. Os vomer
4. Os palatinum
Carilah :
o Processus orbitalis

o Lamina perpendicularis

o Lamina horizontalis

5. Mandibula
Carilah :
o Condylus mandibula

o Fossa mandibularis

o Processus condylaris

o Processus coronoideus

o Foramen mandibularis

o Ramus mandibula

o Corpus mandibula
o Angulus mandibula

o Protuberantra mentale

o Foramen mentale

o Processus alveolaris

o Linea mylohyoid

Pelajarilah
o Orbita

o Cavum nasi

Columna vertebralis
a. Pelajarilah collumna vertebralis pada rangka :
o Hitunglah jumlah tulang belakang : vertebrae cervicales, vertebrae
thoracales, vertebrae lumbales, vertebrae sacrales, vertebrae coccygeae
o Perhatikanlah perbedaan-perbedaan yang kelihatan antara : vertebrae
cervicales, vertebrae thoracales, dan vertebrae lumbales
o Pelajarilah dan perhatikan lengkung-lengkung pada collumna vertebralis ;
lordosis cervicalis, kyphosis thoracalis, lordosis sacralis, scoliosis
b. Pelajarilah sekarang vertebrae thoracalis lebih teliti. Carilah :
o Corpus vertebrae

o Arcus vertebrae

o Processus transeversus

o Processus spinosus

o Processus articularis superior

o Processus articularis inferior

o Incisura vertebralis superior

o Incisura vertebralis inferior

o Fovea eostalis

c. Pelajarilah vertebrae lumbalis


Perhatikan dan bandingkanlah dengan vertebra thoracalis
o Ukuran dan bentuk corpus vertebrae

o Ukuran dan bentuk foramen vertebrae


o Bentuk proseccus spinosus

o Arahnya processus spinosus

o Arah dan bidang fascies articularis

d. Pelajarilah vertebrae cervicalis


Ambil vertebrae cervicalis IV
o Ukuran dan bentuk corpus vertebrae

o Ukuran dan bentuk foramen vertebrae

Vertebra C2 (axis)
o Bentuk processus spinosus

o Bidang processus articularis

Carilah :
o Tuberculum anterius

o Tuberculum posterius

o Foramen (costo) tranversarium

Pelajarilah :
o Vertebra C1 atlas

o Vertebrae cervicalis VII (vert. prominens)

o Vertebrae cervicalis VI ; tuberculum anterius processus transverisinya


besar dan disebut tuberculum coraticum (cassaignae)
o Os sacrum :

 Apex ossis sacri


 Facies pervina
 Facies dorsalis
 Crista sacralis media
 Crista sacralis articularia
 Crista sacralis lateralis
Os coccygis mempunyai bentuk sederhana
Costa dan sternum
1. Costa
Terdiri atas :
o costa verae

o costa spuriae

o costa fluctuantes

Perhatikan costa I sampai XII :


o capitulum castae

o collum costae

o corpus costae

Iga I :
o Tuberculum scalene

o Tuberculum scalene (liesfranci)

2. Sternum
Bagian-bagiannya :
o Manubrium sterni

o Corpus sterni

o Processus xyphodens

o Angulus sterni (ludovici)

B. APENDICULAR SKELETON
1. Apendicular skeleton bagian atas
Terdiri atas :
o Gelang bahu

Yang membentuk gelang bahu


 Clavicula
 Scapula
o Tulang-tulang extremitas superior

Yang membentuk adalah :


 Humerus
 Radius dan ulna
 Ossa carpalia
 Ossa metacarpalia
 Ossa phalanges

2. Apendicular skeleton bagian bawah


Terdiri atas :
o Gelang panggul

Yang membentuk :
 Sacrum
 Coecygis
 Kedua os coxae

Scapula
Perhatikanlah :
a. Bentuknya
b. Tepi-tepinya
c. Sudut-sudutnya
d. Tajunya
e. Lengkung sendi
Carilah marge superior, marge vertebralis dan marge axilaris :
a. Angulus medialis, angulus lateralis, angulus inferior
b. Cavitas glenoidalis
c. Coullum scapulae
d. Acromion
e. Fossa supraspinalis
f. Fossa infra spinata
g. Processus corscoideus
h. Incisura scapulae
i. Fossa subscapularis
j. Tuberositas supraglenoidalis
k. Tuberositas infraglenoidalis
l. Facies articularis clavicularis
Clavicula
Perhatikanlah :
a. Bentuknya
b. Ujung medialis, ujung lateralis
Carilah :
a. Tuberositas costalis
b. Sulcus subclavicularis
Pelajarilah letak clavicula terhadap scavula dan sternum

Humerus
Perhatikan letak humerus pada seletum
Carilah :
a. Caput humeri
b. Collum anatomicum
c. Tuberculum majus
d. Tuberculum minus
e. Sulcus intertubercularis
f. Crista tuberculi majoris
g. Crista tuberculi minoris
h. Collum hirrurgikum
i. Tuberositas deltoidea
j. Sulcus spiralis
k. Sulcus nervi radialis
l. Epycondylus medialis
m. Epycondylus lateralis
n. Sulcus nervi ulnaris
o. Trochlea coromoidea
p. Trochlea humeri
q. Fossa coromoidea
r. Fossa radialis
s. Fossa olecrani

Radius dan ulna


Perhatikan hubungan antara radius ulna dan humerus. Carilah pada radius :
a. Capitulum radii
b. Bagian-bagian fossa capituli
c. Circum forentia articularis radii
d. Collum radii
e. Tuberositas radii
f. Crista interossea
g. Processus styloideus
h. Incisura ulnaris

Carilah pada ulna :


a. Incisura semilunaris
b. Processus coroneideus
c. Tuberositas ulnae
d. Incisura radialis
e. Crista interosea
f. Processus styloideus

Perhatikanlah bahwa dataran dorsalis ujung distalis radius mempunyai alur-alur untuk
urat-urat yang menuju ketangan.
Tulang-tulang tangan
a. Pelajarilah ossa carpalis
b. Pelajarilah ossa meta carpalis
Carilah tulang-tulang yang membentuknya dan cirri-ciri khas masing-masing tulang
c. Pelajarilah ossa phalanges
Os Coxae
Perhatikanlah bahwa os caxae terdiri atas tiga tulang yang bersatu (synostosis). Bayangkan
batas-batas antara os ilium, os pubis dan os ischii. Kemudian perhatikanlah hubungannya
dengan os sacrum, hubungan sesame os ischium kiri dan kanan.
Carilah :
a. Aebtabulum
b. Incisura acetabuli
c. Facies lunata acetabuli

Os ilium :
a. Alaossis ilii
b. Corpus ossi ilii
c. Linea arcuata
d. Fossa iliaca
e. Crista iliaca
f. Labium internum crista iliaca
g. Spina iliaca anterior superior
h. Liena glueta anterior
i. Linea glueta inferior
j. Liena glueta posterior
k. Facies aurricularis
l. Spina iliaca anterior inferior
m. Spina iliaca posterior sup/inf
n. Tuberositas iliaca
Os ischium :
a. Corpus ossis ischii
b. Rumus superior ossis ischii
c. Rumus inferior ossis ischii
d. Tuber-ischiaaicum
e. Spina ischiadica
f. Incisura ischiadica
g. Incisura ischiadica mayor
h. Incisura ischiadica minor
Os pubis
a. Corpus ossis pubis
b. Tuberculum pubicum
c. Eminentia iliopectinae
d. Pecton ossis pubis
e. Foramen obturatum
f. Sulcus obturatorius
g. Facies symhyseos
 Bedakan pelvis minor dengan pelvis mayor
 Perhatikanlah beda tulang-tulang panggul laki-laki atau peremuan dewasa

Os femur
Pelajarilah : bentuk, panjang dan beratnya. Carilah :
a. Caput femoris
b. Fovea capitis
c. Collum femoris
d. Trochanter minor
e. Trochnater mayor
f. Linea intertrochenterica
g. Crista intertrochenterica
h. Linea pactinea
i. Linea aspere, labium medial dan lateral
j. Tuberositas glutea
k. Planum popliteum
l. Epicondylus medialis/lateralis
m. Condylus medialis
n. Condylus lateralis
o. Linea intercondyloidea
p. Fossea intercondyloidea
q. Facies patellaris

Patella
a. Basis patelae
b. Apex patelae
c. Facies articularis
Tibia
Carilah hubungan-hubungannya :
a. Condylus medialis
b. Condylus lateralis
c. Facies articularis superior
d. Eminentia intercondyloidea laterale/mediale fossa
e. Intercondyloidea anterior/posterior
f. Margo infra glenoidalis
g. Facies lateralis tibiae
h. Facies medialis tibiae
i. Facies posterior tibiae
j. Crista anterior
k. Crista interossea
l. Linea poplitea
m. Margo medialis
n. Malleous medialis
o. Sulcus malleoralis
p. Incisura fibularis
Fibula
Perhatikan bentuknya dan letaknya terhadap tibia bagian-bagiannya :
a. Capitulum fibulae
b. Facies lateralis
c. Facies medialis
d. Facies posterior
e. Crista anterior
f. Crista lateralis
g. Crista interossea
h. Crista medialis
i. Malleous lateralis
j. Apex capituli fibulae

Ossa tarsalia
Terdiri dari 7 buah tulang yaitu :
a. Talus
b. Calceneus
c. Naviculare pedis
d. Cuboideum
e. Ossa cuneformia I, II dan III
Talus
Pelajarilah bentuknya hubungannya dengan tibia dan fibula serta ossa tarsalia lainnya.
Kemudian carilah :
a. Corpus tali
b. Caput tali
c. Trohlea tali
d. Facies malleolaris medialis
e. Facies malleolaris lateralis
f. Processus lateralis tali
g. Processus posterior tali
h. Sulcus m. flexoris halusis longi
i. Sulcus tali
j. Facies articularis calcanei anterior
k. Facies articularis calcanei medialis lateralis posterior
l. Facies articularis navicularis

Calcaneus
Perhatikan bentuk dan hubungannya dengan ossa tarsalia yang lain. Carilah :
a. Facies articularis anterior
b. Facies articularis media
c. Facies articularis posterior
d. Facies articularis cubiodea
e. Sulcus calcanei
f. Sustentaculum tali
g. Sulcus m. flexorishallus longi
h. Sulcus m. fronei (longi).
i. Tuber calcanei
j. Processus lateralis tuberis calcanei
k. Processus medialis tuberis calcanei
l. Processus trochlearis
Naviculre pedis
Berbentuk perahu dan berhubungan dengan talus, cuneinformme I, II dan III cuboidea
Carilah tuberositas obsis navicularis

Cuneiforme I, II, III


Perhatikan masing-masing bentuknya sehingga bias dibedakan antara satu dengan yang
lainnya.

Cuboideum
Pelajarilah bentuknya dan hubungan-hubungannya dengan calcuneus, metatarsal IV, V dan
cuneiforme III. Carilah tuberositas ossis cuboidea

Anda mungkin juga menyukai