Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BLOK PENDAHULUAN
SEMESTER I
Editor
PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2016
1
DAFTAR ISI HALAMAN
2
PERATURAN KEGIATAN SKILLS LAB (CSL) DAN PRAKTIKUM
PRODI KEDOKTERAN UNVERSITAS BATAM
3
CSL TEKNIK DASAR KOMUNIKASI (MENDENGAR AKTIF)
Pendengar aktif merupakan salah satu peran yang harus dilakukan oleh dokter
untukmendapatkan informasi tentang keluhan pasien dan riwayat penyakit yang dialaminya.
Peran inipenting karena jika tidak dilakukan dengan benar maka konsultasi yang diharapkan
akan berjalan baikjustru akan berakibat sebaliknya. Beberapa hasil penelitian yang dirangkum
oleh Kurtz, Silverman &Drapper, 1998 menyatakan bahwa dokter sering menginterupsi pasien
begitu si pasien baru memulaimenyampaikan keluhan sehingga keluhan utama pasien sering
tidak terucapkan, akibatnyapenangananpun bukan berdasarkan keluhan utama yang dialami
pasien. Ditambahkan juga bahwasebagian besar penyebab utama malpraktik yang terjadi
dikarenakan tidak efektifnya komunikasi yangterjadi antara dokter-pasien.
Setelah mengikuti latihan ketrampilan PENDENGAR AKTIF,diharapkan mahasiswa
akan mampu berkomunikasi secara efektif.Keterampilan ini bukan hal yang baru bagi
mahasiswa karena ketika belajar di SMA,mahasiswa telah mempunyai kompetensi
Mendengarkan cerita yang disampaikan secara lansung dantidak langsung, yang menjadi dasar
terhadap kegiatan ketrampilan berkomunikasi yang akan merekaperoleh pada Blok ini.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan komunikasi
yangefektif sebagai seorang pendengar yang aktif.
STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Responsi
Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan
ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberikan pretest bagi
mahasiswa.
b. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari
kuranglebih sepuluh orang mahasiswa dengan satu orang instruktur.
c. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok di bawah pengawasan instruktur
yangdikenal MANDIRI TERJADWAL atau dilakukan tanpa pengawasan instruktur di
luarjadwal yang ditentukan yang disebut MANDIRI TAK TERJADWAL.
4
TEORI
Di dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi merupakan kunci penting dalam
membangunsebuah hubungan. Begitu juga dengan hubungan antara dokter-pasien. Komunikasi
efektif merupakankomunikasi yang akan menyebabkan hubungan tersebut berjalan dengan baik
dan berkelanjutan.
Walaupun secara tersirat di dalam kode etik kedokteran tidak tercantum etika
berkomunikasi, hanyasaja dikatakan bahwa setiap dokter dituntut melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesiyang tertinggi atau menjalankannya secara optimal. Akan tetapi di
dalam Undang-undang No. 29tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 35 menyatakan
bahwa kompetensi dalam praktikkedokteran antara lain dalam hal kemampuan mewawancarai
pasien.Untuk tercapainya komunikasi yang efektif diperlukan pemahaman tentang pemanfaatan
jeniskomunikasi (lisan, tulisan/verbal, non verbal), menjadi pendengar yang aktif (active
listener),hambatan proses komunikasi (noise), pemilihan cara penyampaian pikiran/informasi
(channel) danidentifikasi terhadap ekspresi perasaan dan emosi (Ali, M dan Sidi, I P S , 2006).
5. Berikut contoh hasil komunikasi efektif dan yang tidak efektif (Ali, M dan Poernomo, Ieda SS
,2006):
5
Menurut van Dalen (2001) aplikasi komunikasi dokter-pasien terbagi dalam tiga tahap:
1. Pasien merupakan seorang ‘ahli’, artinya karena pasien yang menderita sakit maka
dialahyang tahu apa yang telah dan sedang dialaminya. Pada posisi ini dokter
mendengarkan,mengeksplorasi dan menerima informasi dari pasien. Ali, M dan
Poernomo, ISS (2006)menyebutkan tahap ini sebagai sesi pengumpulan informasi,
dimana dokter akan menggaliinformasi lebih dalam tentang alasan kedatangan
pasien.Dokter yang baik akan berusahamejadi pendengar aktif terhadap apa yang
disampaikan oleh si pasien. Sehingga akan membantu dokter untuk mmendapatkan
keterangan atau data-data riwayat penyakit yang akan
berguna dalam menegakkan diagnosis.
2. Dokter sebagai ‘ahli’, artinya dokter mampu menterjemahkan semua keluhan pasien ke
dalamilmu kedokteran yang dimilikinya. Dokter harus mengklarifikasi keterangan
yangditerimanya, mencari tahu lebih detil dan kemudian melakukan pemeriksaan
fisik.Komunikasi yang dapat dilakukan pada tahap ini yakni dengan cara mengajukan
pertanyaanterbuka terlebih dahulu (misalnya: Bagaimana nyeri yang anda rasakan?
Terasa menusuknusuk?Atau seperti terbakar?) dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup
yang membutuhkanjawaban “ya” atau “tidak” (Ali, M dan Poernomo, ISS, 2006).
6
Pasien dan dokter adalah ‘ahli’, sesuai dengan peran masing-masing. Pada tahap ini
doktersetelah mendapatkan keterangan yang akurat pada tahap sebelumnya maka dokter
sudahmengetahui cara penanganan pasien dan beberapa alternatif tindakan yang perlu
disampaikankepada pasien. Sementara itu pasien mempunyai hak untuk menyampaikan pilihan
tindakanyang sesuai dengan kondisi (sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan dsb) , prioritas
dankemungkinan lain sebagai cara pemecahan masalahnya. Jadi pada tahap ini merupakan
tahapnegosiasi terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh seorang dokter kepada pasiennya
(Ali,M dan Poernomo, ISS, 2006).
Seseorang dikatakan mendengar aktif apabila selama pembicaraan si pendengar, antara lain:
1. Berkonsentrasi
2. Melihat si pembicara, mempertahankan kontak mata dengan si pembicara
3. Menggangguk
4. Mengulangi pembicaraan atau memparafrasekan
5. Mengajukan pertanyaan terbuka dan tertutup, tetapi dengan jumlah pertanyaan yang
terbatas.
6. Merefleksikan perasaan
7. Jeda dan memberi waktu kepada si pembicara untuk melanjutkan
8. Menyimpulkan pembicaraan dengan tepat
9. Bersikap yang menandakan bahwa pendengar tertarik dengan isi pembicaraan seperti
mimikmuka/raut wajah yang menunjukkan ekspresi sesuai dengan isi pembicaraan,
menatap sipembicara,Akan tetapi sebelum memulai sebuah percakapan dan menjadi
pendengar yang baik, seseorangperlu membina sambung rasa dengan orang yang akan
diajaknya berbicara. Sambung rasa dapatdilakukan dengan berjabat tangan (sesuai
dengan budaya dan kebiasaan setempat).
7
PROSEDUR LATIHAN:
Memperkenalkan diri
Waktu 1x 25 menit
a. Mahasiswa di bagi dua kelompok A dan B.
b. Pada saat kelompok A memperkenalkan diri, maka kelompok B harus mendengarkan
c. perkenalan tersebut. Begitu pula sebaliknya.
d. Dua orang dari kelompok B (random) diminta mengulangi perkenalan yang disampaikan
e. oleh dua orang dari kelompok A tadi.
f. Dan sebaliknya dua orang dari kelompok A (random) diminta mengulangi perkenalan
g. yang disampaikan oleh dua orang dari kelompok B.
h. Mahasiswa lain memberikan feedback tentang kegiatan mendengarkan aktif tersebut.
i. Mahasiswa yang memainkan peran merefleksikan peran mereka sebagai pendengar.
Pesan Berantai
Waktu 1x 25 menit
a. Mahasiswa di bagi dalam dua kelompok.
b. Masing – masing mahasiswa secara bergilir menyampaikan pesan yang diterima dari
instruktur hingga mahasiswa yang terakhir menyebutkan isi pesan yang diterima.
c. Mahasiswa merefleksikan kegiatan sebagai pendengar aktif
8
EVALUASI
Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut:
SUMBER RUJUKAN:
1. Ali, M dan Poernomo, Ieda SS (ed.), (2006). Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
Jakarta:Konsil kedokteran Indonesia.
2. Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning Communication
Skillsin Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.
3. van Dalen, J, Bartholomeus P, Kerkhofs E, Lulofs, R., van Thiel, J, Rethans, JJ,
4. Scherpbier AJJA, van der Vleuten, CPM. Medical Teacher, Teaching and assessing
communication skills in Maastricht: the first twenty years. Medical Teacher, 3, 23,
245-251.
5. FK-Unand (2008). Penuntun Skills lab Blok 1: Komunikasi.
9
ANAMNESIS
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The SacredSeven).
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara
mencari data:
1. Riwayat PenyakitSekarang,
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan
yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,
misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih
dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
10
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)
5. Faktor-faktor yang memperberatkeluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan
duodenum; sebelah kiri lambung; sebelah kanan duodenum, hati, kandung
empedu; di atas hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung.
Penjalaran nyeri tepat lurus di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas atau
duodenum dinding belakang; di punggung lebih ke atas lambung dan duodenum; bawah
belikat kanan kandung empedu; bahu kanan duodenum, kandung empedu,
diafragma kanan; bahu kiri diafragmakiri.
2. Onset dankronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.
Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap.
Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul
secara ritmik curiga ulkus peptikum, malam hari ulkus peptikum dan tiap pagi
dispepsia nonulkus.
11
3. Kualitas (sifatsakit)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit
yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan
inflamasi organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu
yang bergerakbiasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna,
empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).
12
4. Kuantitas (derajatsakit)
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari
penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan
seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
5. Faktor yang memperberatkeluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,
keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit,
seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/
minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas.
Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis, perforasi,
peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada pleuritis.
6. Faktor yang meringankankeluhan.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan
minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna
bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses
inflamasi dari pankreas atauhati.
7. Keluhan yangmenyertai
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,
misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut adalah
- Apakah keluhan tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?
- Bagaimana buang air besarnya, adakah flatus ?
- Adakah ikterik?
- Adakah pembengkakan, benjolan atau tumor, atau nyeri tekan ?
- Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin
atau badan lemas?
- Adakah penurunan berat badan?
Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
13
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga
pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan
pengetahuan sosiologi, psikologi danantropologi.
2. Riwayat PenyakitDahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang
relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll),
perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk
wanita).
3. Riwayat PenyakitKeluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
14
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat ada beberapa bagian dari ”ANAMNESIS”.
16
3. Essential backgroundinformation.
Baik disease framework maupun illness framework termasuk dalam tahap further
exploration.
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven) merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.
Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dapat kita jabarkan sebagai
berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”; Riwayat
Penyakit Dahulu (RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan Ekonomi
merupakan bagian dari ”essential background information”.
18
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu
keterangantambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk memverifikasi
pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda, atau mintalah pada
pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah –
istilah medis yang tidak dipahamipasien.
9. Buatlah urutan waktu suatukejadian.
CONTOH KASUS
20
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat jatuhdisangkal
- Riwayat batu ginjaldisangkal
Riwayat sosial: Pasien tinggal sendiri, bekerja sebagai salesman, dalam sepekan pada akhir
minggu mengelola sebuah peternakan kecil., hobi bermain bowling.
SKOR
No ASPEK
0 1 2
PENILAIAN
MEMBUKA WAWANCARA
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien
5. Menegosiasikan agendakonsultasi
ANAMNESIS
6 Menanyakan identitas penderita
7 Menanyakan keluhan utama
8 Menanyakan lokasi
9 Menanyakan onset dankronologi
10 Menanyakan kualitas keluhan
11 Menanyakan kuantitas keluhan
12 Menanyakan faktor-faktor pemberat
13 Menanyakan faktor-faktorperingan
14 Menanyakan gejala penyerta
15 Menanyakan riwayat penyakitdahulu
16 Menanyakan riwayat kesehatankeluarga
17 Menanyakan riwayat sosialekonomi
18 Menanyakan kebiasaan pribadi
19 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami pasien
20 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
21 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
MENUTUP WAWANCARA
22 Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat
23 Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan
24 Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting)
SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN
25 Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai
26 Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau
menulis), tidak sampai mengganggu proses wawancara
dengan pasien.
27 Tidak menghakimi
28 Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien
29 Tampak percaya diri
KETERAMPILAN MENSTRUKTUR WAWANCARA
30. Menggunakan signposting
31 Menjalankan wawancara dengan urutan yang logis/ tepat
32 Memperhatikan waktu
JUMLAH SKOR
MENCUCI TANGAN ( HAND WASHING )
A. PENDAHULUAN
Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik di rumah sakit atau klinik,
dihadapkan kepada risiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah
terjadinya infeksi. Selain itu, petugas kesehatan yang melayani mereka dan staf pendukung
semuanya dihadapkan pada risiko infeksi. Infeksi rumah sakit dan infeksi pekerjaan
merupakan masalah penting di seluruh dunia dan kejadiannya terus meningkat.
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada dan relatif
murah yaitu :
Mengingat pentingnya strategi di atas dimiliki oleh seorang dokter, maka salah satu
kompetensi ketrampilan yang terkait dengan higines dan asepsis diberikan dalam
kurikulum ketrampilan pada mahasiswa kedokteran. Untuk saat ini akan diberikan
ketrampilan MENCUCI TANGAN (HANDWASHING).
Ketrampilan ini terkait dengan semua ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter.
Pada keterampilan komunikasi, mahasiswa di harapkan dapat menyampaikan kepada
masyarakat cara mencuci tangan yang benar. Pada ketrampilan pemeriksaan fisik, mencuci
tangan dilakukan sebelum dan sesudah pemeriksaan pasien. Sama halnya dengan ketrampilan
di atas, pada ketrampilan prosedural, mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan kepada pasien.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu mencuci
tangan yang benar.
C. TEORI
Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam hal
hiegienisasi, yaitu: :
1. Antisepsis : proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit dan selaput lendir
atau duh tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
2. Asepsis dan teknik aseptik : upaya kombinasi untuk mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam area tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi.
Tujuan asepsis adalah menurunkan sampai ketingkat aman atau membasmi jumlah
mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan objek mati (alat-alat
bedah dan barang-barang yang lain)
3. Dekontaminasi : proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum
dibersihkan {umpama : menginaktifasi HBV (Hepatits B Virus), HIV serta
menurunkan tetapi tidak membasmi, jumlah mikroorganisme lain yang
mengkontaminasi}
Salah satu prosedur pencegahan infeksi yang paling murah adalah mencuci tangan.
Tujuan dilakukan tindakan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.
Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang paling penting dan efektif
dalam mencegah penularan infeksi. Mencuci tangan dilakukan pada sebelum dan setelah :
Mencuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan
menggunakan sabun anti mikrobial. Selain itu, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila
menggunakan sabun biasa. Idealnya air mengalir dan sabun yang digosok-gosokkan harus
digunakan selama 15-20 detik. Penting sekali untuk mengeringkan tangan setelah
mencucinya.
Pemakaian sabun dan air tetap penting ketika tangan terlihat kotor. Untuk kebersihan tangan
rutin ketika tidak terlihat kototran atau debris, alternatif seperti handscrub berbasis alkohol
70% yang tidak mahal, mudah didapat, mudah dijangkau sudah semakin diterima di tempat di
mana akses wastafel dan air bersih terbatas.
Jika air kran terkontaminasi, air yang telah didihkan selama 10 menit dan disaring guna
menghilangkan partikel kotoran (jika diperlukan), atau mendisinfeksi air dengan cara
menambahkan sedikit larutan sodium hipoklorit (pemutih komersial) agar konsentrasi akhir
mencapai 0,001%.
D. PROSEDUR KERJA
Persiapan
Pelaksanaan:
Cuci Tangan
Teknik pencucian tangan rutin dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan sebagai berikut
:
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 1. Cara mencuci tangan
Ket. gambar :
Menggosok :
Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau gunakan ember
dan
gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan buanglah di
toilet.
Antisepsis Tangan
Tujuan antisepsis tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu serta mengurangi baik flora
sementara atau tetap. Teknik antisepsis tangan sama dengan teknik mencuci tangan biasa. Hal
ini terdiri mencuci kedua tangan dengan air dan sabun atau deterjen (jenis batangan atau cair)
yang mengandung bahan antiseptik (klorheksidin, iodofor atau triklosan selain sabun biasa.
memeriksa atau merawat pasien yang rentan (misalnya bayi prematur, pasien manula
atau
penderita AIDS stadium lanjut)
emolien yang lebih sedikit seperti gliserin, propilen glikol atau sorbitol yang melindungi dan
memperhalus kulit.
Karena penggosok antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, apabila kedua
tangan terlihat kotor atau terkontaminasi darah atau duh tubuh, maka pertama-tama harus
dilakukan cuci tangan dengan sabun dan air.
Tujuan cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara
secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan dan lengan dokter
bedah danasistennya.
Berulangnya kontaminasi sisi tangan yang telah steril oleh sisi tangan lain yang belum
steril
Tidak tersterilisasi dengan baik bagian bawah kuku
1. Buka sampul pembungkus dalam yang steril setelah asisten membuka sampul
pembungkus luar sarung tangan dan paparkan di atas meja serta perhatikan tanda
sarung tangan kanan (R) dan kiri (L).
2. Ambil sarung tangan kanan (R) menggunakan tangan kiri dengan memegangnya
pada pangkallipatan tanpa membuka lipatannya.
3. Masukkan tangan kanan hingga seluruh jari tepat masuk kedalam sarung yang
sesuai (Tangan kiri yang telanjang hanya boleh menyentuh sisi dalam lipatan
sarung tangan !).
4. Selipkan ujung jari tangan kanan diantara lipatan sarung tangan kiri lalu
masukkan tangan kiri kedalam sarung tangan kiri hingga seluruh jari tepat masuk
ke dalam sarung yang sesuai.
5. Buka lipatan sarung tangan hingga menutupi pergelangan tangan kanan dan kiri(
Pastikan sarung tangan tidak menyentuh lengan atau pergelangan tangan yang
telanjang ! ).
KETERAMPILAN KLINIS
PENDAHULUAN
Tanda-tanda vital terdiri pernafasan, denyut nadi, tekanan darah dan temperatur dapat
memberikan informasi utama pasien termasuk masalah medis akut maupun kronis atau
keadaan penyakitnya.
Frekuensi penafasan normal pada dewasa adalah 14-20 x/menit. Pernafasan yang lambat
disebut bradipnoe. Pernafasan yang cepat disebut tachipnoe.
Pemeriksaan frekuensi nafas dapat dilakukan dengan cara inspeksi ataupun auskultasi
(dengan cara meletakkan stetoskop pada trakea penderita).
1. Torakal
2. Abdominal
3. Torako abdominal
Denyut nadi dinilai pada arteri – arteri besar seperti: arteri karotis, arteri femoralis, arteri
radialis (yang terbanyak dilakukan).
- Frekuensi, nilai normal 60-100 kali permenit. Nadi yang lambat disebut bradikardi.
Nadi yang cepat disebut takikardi.
- Ritme (irama), reguler atau irreguler. Jika irreguler, dapat dikonfirmasi dengan
mendengar suara jantung.
- Volume,apakah volume normal atau menurun.
Alat yang digunakan sphygmomanometer (tensimeter air raksa) dan ukuran dalam
mmHg.
- manometer 0-300mmHg
- cuff
- bladder ( karet pembalut yang dapat diisi udara bertekanan)
- pompa
- pipa karet
Pemilihan cuff yang sesuai:
- Lebar bladder cuff harus ± 40% dari lingkar lengan atas ( ±12-14cm ukuran rata –
rata dewasa).
Panjang bladder harus ± 80% dari lingkar lengan atas.
Hipertensi
Ada 2 jenis termometer yaitu termometer gelas (termometer air raksa) dan termometer
elektronik. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada oral, rektal, aksila dan membran
timpani.
Temperatur oral. Jika menggunakan termometer air raksa, turunkan air raksa sampai ≤
35,00C, letakkan di bawah lidah, perintahkan penderita untuk menutup mulutnya, tunggu 3-5
menit, baca nilainya, masukkan lagi selama 1 menit, kemudian baca lagi.Jika suhu masih
meningkat, ulangi pemeriksaan sampai suhu stabil.
Minuman dingin atau panas serta merokok dapat mengacaukan pengukuran temperatur oral.
Pada situasi seperti tersebut, tunda pemeriksaan selama 10-15 menit.
- kesadaran menurun
- restless
- tidak mampu untuk menutup mulut.
Temperatur rektal. Perintahkan penderita untuk berbaring miring ke satu sisi dengan sendi
panggul flexi. Pilih termometer rectal yang memiliki ujung pendek, lubrikasi ujungnya,
masukkan sedalam 3-4cm (1,5 inci) ke dalam rongga anus, dengan arah ke daerah umbilikus.
Keluarkan setelah 3 menit, kemudian bada hasilnya.
Temperatur axilla. Pengukurannnya membutuhkan waktu kira – kira 5 – 10 menit dan pada
umumnya kurang akurat dibandingkan pengukuran ditempat lain.
Temperatur membran timpani. Pengukuran pada daerah ini makin sering digunakan,
membutuhkan waktu yang singkat, aman dan dapat dipercaya jika dilakukan dengan tepat.
Pastikan rongga telinga luar bersih dari cerumen. Posisikan ujung termometer pada rongga
telinga sehingga sinar infra merah mengarah ke membran timpani. Tunggu selama 2-3 detik
sampai hasil dari temperatur digital tersebut muncul. Metode ini mengukur suhu inti tubuh
(core body temperature), dimana suhunya sedikit lebih tinggi dari suhu normal oral.
TUJUAN KEGIATAN
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Kasper et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York:
McGraw Hill ; 2005
TEKNIK PELAKSANAAN
1. Idealnya, beritahukan penderita untuk tidak merokok atau meminum minuman yang
mengandung kafein ± 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.
2. Pastikan kamar periksa tenang dan nyaman.
3. Perintahkan penderita untuk duduk (istirahat) selama 5 menit di kursi. Lengan
diletakkan sejajar dengan jantung.
4. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. Pastikan juga tidak
ada fistula arteri-vena untuk dialisa, skar (bekas luka) pemotongan arteri brakial,
tanda – tanda limfedema.
5. Palpasi arteri brakial untuk memastikan pulsasinya baik.
6. Posisikan lengan sehingga arteri brakial pada fossa antekubiti berada sejajar dengan
jantung
7. Jika penderita duduk, letakkan lengan pada meja yang lebih tinggi sedikit dari
pinggang penderita. Jika berdiri, untuk mempertahankan posisi lengan setinggi
pertengahan dada penderita.
1. Lilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri brakialis, bagian
bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak jantung.
Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan
penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.
2. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmometer terlebih dahulu kemudian kunci
katub pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.
3. Untuk menetapkan tingginya tekanan cuff, pertama – tama perkirakan tekanan sistole
dengan cara palpasi pada arteri radialis. Rasakan pulsasi arteri radialis dengan jari
kedua dan ketiga tangan kiri, secara cepat pompa cuff hingga menggembung sampai
pulsasi arteri radialis menghilang. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer,
kemudian tambahkan 30 mmHg. Jumlah tekanan tersebut merupakan target untuk
menetapkan tingginya tekanan cuff pada saat pemeriksaan, sehingga dapat mencegah
ketidaknyamanan yang mungkin terjadi akibat tingginya tekanan cuff yang
sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini juga mencegah error yang kadang –kadang
disebabkan oleh auscultatory gap (merupakan silent interval yang muncul antara
tekanan sistole dan diastole).
4. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik.
5. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian letakkan bell stetoskop di atas arteri
brakial (pastikan seluruh pinggir bagian bell stetoskop tersebut menempel pada
lengan, sehingga suara Korotkoff dapat didengar dengan jelas). Karena suara
Korotkoff tidak begitu kuat, maka sebaiknya didengar dengan bell stetoskop.
6. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara
perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik. Perhatikan dimana terdengar suara
pertama kali dan ini merupakan tekanan sistole.
7. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna
dan ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0.
8. Catat kedua tekanan tersebut. Tunggu selama 2 menit, ulangi pemeriksaan. Rata –
ratakan hasil yang didapat. Jika 2 pembacaan tersebut berbeda sebesar 5 mmHg atau
lebih,pemeriksaan diulang.
9. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan. Normalnya,
didapati perbedaan sebesar 5 mmHg, kadang – kadang bisa sampai 10 mmHg.
Pemeriksaan yang berikutnya sebaiknya dilakukan pada lengan yang memiliki
tekanan yang lebih tinggi.
0 1 2
I. PERKENALAN
1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai tekanan 100
mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg, pump sampai tekanan ditengah-
tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Biarkan tekanan itu selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test
IVY, 5 menit sudah mencukupi).
3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang kembali. Statis darah
telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah diberi tekanan tadi kembali lagi
seperti warna kulit sebelum diikat atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu
lagi (yang tidak diikat).
4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm
kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.
Catatan:
– Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari
fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif. Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak
ada petechiae, tetapi terdapat petechiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple
Leede juga dikatakan positif.
– warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sebagai
petechiae
– pasien yg “tek” darahnya tdk diketahui, tensimeter dapat dipakai pada “tek” 80 mmHg
– pasien tidak boleh diulang pada lengan yang sama dalam waktu 1 minggu
– Derajad laporan :
Dalam pemeriksaan hematologi umumnya digunakan darah kapiler dan darah vena.
1. Darah kapiler
Darah kapiler diambil dari ujung jari atau anak daun telinga untuk orang dewasa
dandari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi. Tak boleh mengambil sampel darah dari
bagian tubuh dengan gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia.
Cara mengambilsampel darah kapiler adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pegang bagian yang dipilih supaya tak bergerak
c. Tekan sedikit untuk mengurangi nyeri
d. Tusuk dengan cepat dan cukup dalam menggunakan lanset. Untuk jari, tusuk
secarategak lurus dengan garis-garis sidik jari, jangan sejajar. Untuk daun
telinga, tusukpinggirnya, jangan sisinya. Jangan dipijat-pijat, karena darah
akan bercampurdengan cairan jaringan sehingga menjadi lebih encer, yang
berdampak terhadapakurasi hasil pemeriksaan.
e. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.
2. Darah vena
Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa
kubiti.Untuk bayi, darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis
superior.
Cara mengambil darah vena adalah:
a. Lakukan desinfeksi dengan alkohol 70% dan biarkan sampai mengering.
b. Pasang torniket, sarankan mengepal dan membuka tangan berkali-kali supaya
venaterlihat jelas
c. Tegangkan kulit di atas vena dengan tangan non dominan supaya vena tak
bergerak
d. Tusuk kulit dengan jarum sampai masuk vena
e. Longgarkan torniket secara perlahan, lalu hisap darah sesuai dengan
kebutuhan
f. Buanglah tetes darah pertama dengan kapas kering.
g. Pasang kapas alkohol di atas jarum lalu cabut jarum dengan cepat
h. Tekan daerah tusukan dengan kapas sampai beberapa menit (boleh dilakukan
olehpasien)
i. Cabut jarum dari semprit lalu alirkan darah ke botol secara perlahan melalui
dindingbotol supaya tidak terjadi lisis sel-sel darah
PENUNTUN SKILLS LAB
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM
DAN RHESUS FAKTOR
PENDAHULUAN
Pemeriksaan golongan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang penting yang
harus dikuasai oleh seorang Dokter. Kepentingan klinis dari pemeriksaan golongan darah ini
antara lain untuk tindakan transfusi darah atau tindakan pendonoran organ lainnya. Prinsip
pemeriksaan golongan darah ini adalah pemeriksaan antigen eritrosit.
Interpretasi :
Golongan darah A : terjadi aglutinasi pada Anti A.
Golongan darah B : terjadi aglutinasi pada Anti B.
Golongan darah O : tidak terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.
Golongan darah AB : terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.
Interpretasi :
Golongan darah Rhesus positif : terjadi alutinasi pada Anti D.
Golongan darah Rhesus negatif : tidak terjadi aglutinasi pada Anti D.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
TEKNIK PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SISTEM
1. Letakkan setetes reagen anti A dan reagen anti B serta reagen Anti AB pada kaca
object yang bersih.
2. Teteskan darah EDTA pada masing-masing tetesan reagen
3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga merata
4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.
DAFTAR TILIK
LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
0 1 2
PENUNTUN PRAKTIKUM
PENDAHULUAN
A. AXIAL SKELETON
Terdiri atas tulang-tulang yang terdapat sepanjang sumbu sentral tubuh
Cranium
Columna vertebralis
Sternum
Costae
Cranium
o Os Temporal
o Os. Sphenoidale
o Os. Frontale
o Os. Parientale
o Os. Ethmoidale
Tulang-tulang spanchno cranium :
o Os. Maxillare
o Os. Mandibulare
o Os. Zygomaticum
o Os. Nasale
o Os. Vomer
o Coronalis
o Squamosa
o Parietomastoidea
o Spheno temporalis
o Spheno frontalis
a. Neuro cranium
Terdiri atas :
Calvaria
Carilah tulang yang membentuk calvaria
o Os. Frontale
o Os. Occipital
o Os. Temporal
Fossa temporalis
Crista infra temporalis
Pars squamosa ; pars mastoidea
Proc. Zygomaticus ; pars tympanica
Meatus acusticus externus
Processus styloideus
Fossa jugularis
Foramen jugulare
Canalis caroticus
Foramen mastoideum
Incisura mastoidea
Semi canalis m. tensoris tympani
Semi canalis tubae auditivae
Fossula petrosa
o Os. Occipital
b. Splancho cranium
1. Maxilla
Carilah :
o Processus zygomaticus
o Processus zygomaticus
o Processus alveolaris
o Processus frontalis
o Tuber maxillare
o Processus palatines
o Sinus maxillaries
o Fossa canina
2. Os zygomaticum
Carilah :
o Processus frontalis
o Processus maxillaries
o Processus temporalis
3. Os vomer
4. Os palatinum
Carilah :
o Processus orbitalis
o Lamina perpendicularis
o Lamina horizontalis
5. Mandibula
Carilah :
o Condylus mandibula
o Fossa mandibularis
o Processus condylaris
o Processus coronoideus
o Foramen mandibularis
o Ramus mandibula
o Corpus mandibula
o Angulus mandibula
o Protuberantra mentale
o Foramen mentale
o Processus alveolaris
o Linea mylohyoid
Pelajarilah
o Orbita
o Cavum nasi
Columna vertebralis
a. Pelajarilah collumna vertebralis pada rangka :
o Hitunglah jumlah tulang belakang : vertebrae cervicales, vertebrae
thoracales, vertebrae lumbales, vertebrae sacrales, vertebrae coccygeae
o Perhatikanlah perbedaan-perbedaan yang kelihatan antara : vertebrae
cervicales, vertebrae thoracales, dan vertebrae lumbales
o Pelajarilah dan perhatikan lengkung-lengkung pada collumna vertebralis ;
lordosis cervicalis, kyphosis thoracalis, lordosis sacralis, scoliosis
b. Pelajarilah sekarang vertebrae thoracalis lebih teliti. Carilah :
o Corpus vertebrae
o Arcus vertebrae
o Processus transeversus
o Processus spinosus
o Fovea eostalis
Vertebra C2 (axis)
o Bentuk processus spinosus
Carilah :
o Tuberculum anterius
o Tuberculum posterius
Pelajarilah :
o Vertebra C1 atlas
o costa spuriae
o costa fluctuantes
o collum costae
o corpus costae
Iga I :
o Tuberculum scalene
2. Sternum
Bagian-bagiannya :
o Manubrium sterni
o Corpus sterni
o Processus xyphodens
B. APENDICULAR SKELETON
1. Apendicular skeleton bagian atas
Terdiri atas :
o Gelang bahu
Yang membentuk :
Sacrum
Coecygis
Kedua os coxae
Scapula
Perhatikanlah :
a. Bentuknya
b. Tepi-tepinya
c. Sudut-sudutnya
d. Tajunya
e. Lengkung sendi
Carilah marge superior, marge vertebralis dan marge axilaris :
a. Angulus medialis, angulus lateralis, angulus inferior
b. Cavitas glenoidalis
c. Coullum scapulae
d. Acromion
e. Fossa supraspinalis
f. Fossa infra spinata
g. Processus corscoideus
h. Incisura scapulae
i. Fossa subscapularis
j. Tuberositas supraglenoidalis
k. Tuberositas infraglenoidalis
l. Facies articularis clavicularis
Clavicula
Perhatikanlah :
a. Bentuknya
b. Ujung medialis, ujung lateralis
Carilah :
a. Tuberositas costalis
b. Sulcus subclavicularis
Pelajarilah letak clavicula terhadap scavula dan sternum
Humerus
Perhatikan letak humerus pada seletum
Carilah :
a. Caput humeri
b. Collum anatomicum
c. Tuberculum majus
d. Tuberculum minus
e. Sulcus intertubercularis
f. Crista tuberculi majoris
g. Crista tuberculi minoris
h. Collum hirrurgikum
i. Tuberositas deltoidea
j. Sulcus spiralis
k. Sulcus nervi radialis
l. Epycondylus medialis
m. Epycondylus lateralis
n. Sulcus nervi ulnaris
o. Trochlea coromoidea
p. Trochlea humeri
q. Fossa coromoidea
r. Fossa radialis
s. Fossa olecrani
Perhatikanlah bahwa dataran dorsalis ujung distalis radius mempunyai alur-alur untuk
urat-urat yang menuju ketangan.
Tulang-tulang tangan
a. Pelajarilah ossa carpalis
b. Pelajarilah ossa meta carpalis
Carilah tulang-tulang yang membentuknya dan cirri-ciri khas masing-masing tulang
c. Pelajarilah ossa phalanges
Os Coxae
Perhatikanlah bahwa os caxae terdiri atas tiga tulang yang bersatu (synostosis). Bayangkan
batas-batas antara os ilium, os pubis dan os ischii. Kemudian perhatikanlah hubungannya
dengan os sacrum, hubungan sesame os ischium kiri dan kanan.
Carilah :
a. Aebtabulum
b. Incisura acetabuli
c. Facies lunata acetabuli
Os ilium :
a. Alaossis ilii
b. Corpus ossi ilii
c. Linea arcuata
d. Fossa iliaca
e. Crista iliaca
f. Labium internum crista iliaca
g. Spina iliaca anterior superior
h. Liena glueta anterior
i. Linea glueta inferior
j. Liena glueta posterior
k. Facies aurricularis
l. Spina iliaca anterior inferior
m. Spina iliaca posterior sup/inf
n. Tuberositas iliaca
Os ischium :
a. Corpus ossis ischii
b. Rumus superior ossis ischii
c. Rumus inferior ossis ischii
d. Tuber-ischiaaicum
e. Spina ischiadica
f. Incisura ischiadica
g. Incisura ischiadica mayor
h. Incisura ischiadica minor
Os pubis
a. Corpus ossis pubis
b. Tuberculum pubicum
c. Eminentia iliopectinae
d. Pecton ossis pubis
e. Foramen obturatum
f. Sulcus obturatorius
g. Facies symhyseos
Bedakan pelvis minor dengan pelvis mayor
Perhatikanlah beda tulang-tulang panggul laki-laki atau peremuan dewasa
Os femur
Pelajarilah : bentuk, panjang dan beratnya. Carilah :
a. Caput femoris
b. Fovea capitis
c. Collum femoris
d. Trochanter minor
e. Trochnater mayor
f. Linea intertrochenterica
g. Crista intertrochenterica
h. Linea pactinea
i. Linea aspere, labium medial dan lateral
j. Tuberositas glutea
k. Planum popliteum
l. Epicondylus medialis/lateralis
m. Condylus medialis
n. Condylus lateralis
o. Linea intercondyloidea
p. Fossea intercondyloidea
q. Facies patellaris
Patella
a. Basis patelae
b. Apex patelae
c. Facies articularis
Tibia
Carilah hubungan-hubungannya :
a. Condylus medialis
b. Condylus lateralis
c. Facies articularis superior
d. Eminentia intercondyloidea laterale/mediale fossa
e. Intercondyloidea anterior/posterior
f. Margo infra glenoidalis
g. Facies lateralis tibiae
h. Facies medialis tibiae
i. Facies posterior tibiae
j. Crista anterior
k. Crista interossea
l. Linea poplitea
m. Margo medialis
n. Malleous medialis
o. Sulcus malleoralis
p. Incisura fibularis
Fibula
Perhatikan bentuknya dan letaknya terhadap tibia bagian-bagiannya :
a. Capitulum fibulae
b. Facies lateralis
c. Facies medialis
d. Facies posterior
e. Crista anterior
f. Crista lateralis
g. Crista interossea
h. Crista medialis
i. Malleous lateralis
j. Apex capituli fibulae
Ossa tarsalia
Terdiri dari 7 buah tulang yaitu :
a. Talus
b. Calceneus
c. Naviculare pedis
d. Cuboideum
e. Ossa cuneformia I, II dan III
Talus
Pelajarilah bentuknya hubungannya dengan tibia dan fibula serta ossa tarsalia lainnya.
Kemudian carilah :
a. Corpus tali
b. Caput tali
c. Trohlea tali
d. Facies malleolaris medialis
e. Facies malleolaris lateralis
f. Processus lateralis tali
g. Processus posterior tali
h. Sulcus m. flexoris halusis longi
i. Sulcus tali
j. Facies articularis calcanei anterior
k. Facies articularis calcanei medialis lateralis posterior
l. Facies articularis navicularis
Calcaneus
Perhatikan bentuk dan hubungannya dengan ossa tarsalia yang lain. Carilah :
a. Facies articularis anterior
b. Facies articularis media
c. Facies articularis posterior
d. Facies articularis cubiodea
e. Sulcus calcanei
f. Sustentaculum tali
g. Sulcus m. flexorishallus longi
h. Sulcus m. fronei (longi).
i. Tuber calcanei
j. Processus lateralis tuberis calcanei
k. Processus medialis tuberis calcanei
l. Processus trochlearis
Naviculre pedis
Berbentuk perahu dan berhubungan dengan talus, cuneinformme I, II dan III cuboidea
Carilah tuberositas obsis navicularis
Cuboideum
Pelajarilah bentuknya dan hubungan-hubungannya dengan calcuneus, metatarsal IV, V dan
cuneiforme III. Carilah tuberositas ossis cuboidea