Anda di halaman 1dari 50

1

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK THYPOID FEVER


DENGAN HIPERTEMI DI RUANG X DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
AISYIYAH KLATEN

Diajukan sebagai salah satu syarat melaksanakan penelitian dengan pendekatan studi kasus

OLEH :
ARISTA WAHIDA FITRIANI
NIM : 1502096

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN


DIII KEPERAWATAN
MARET 2018

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK THYPOID FEVER


DENGAN HIPERTERMI DIRUANG X DI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK AISYIYAH KLATEN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
pada Program Studi D III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

Oleh :
ARISTA WAHIDA FITRIANI
NIM : 1502096

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
MARET 2018
3

LEMBAR PERSETUJUAN

SEMINAR PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK THYPOID FEVER


DENGAN HIPERTERMI DI RUANG X DI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK AISYIYAH KLATEN

Oleh :

ARISTA WAHIDA FITRIANI

NIM 1502096

Dinyatakan telah memenuhi syarat mengikuti seminar proposal pada tanggal 16

Maret 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Fitriana Noor K.,S.Kep.Ns.,M.Kep Endang Sawitri.,S.Kep.Ns.,M.Kes.

ii
4

LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK THYPOID FEVER


DENGAN HIPERTERMI DI RUANG XDI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK AISYIYAH KLATEN

Oleh :
ARISTA WAHIDA FITRIANI
NIM 1502096

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan diterima dihadapan
Dewan Penguji sebagai salah persyaratan pengambilan kasus pada Maret-April

Penguji I Penguji II Penguji III

Fitriana Noor K.,S.Kep.Ns.,M.Kep Endang Sawitri.,S.Kep.Ns.,M.Kes. Ns. Suyami, M.Kep., Sp.Kep.An


NPP.129.165 NPP. 129. NPP. 129.118

Mengetahui
Kaprodi DIII Keperawatan

Esri Rusminingsih, S. Kep. Ns.,M. Kep.


NPP. 129.160

KATA PENGANTAR
iii
5

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah berjudul: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thypoid Fever

Selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan banyak
tambahan pengetahuan dan kontribusi berharga dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Sri Sat Titi H, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Ketua STIKES


Muhammadiyah Klaten yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menimba ilmu di program studi DIII Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten.
2. Ibu Esri Rusminingsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Ketua Program Studi
DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten.
3. Ibu Fitriana Noor K, S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku pembimbing I yang telah
banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.
4. Ibu Endang Sawitri, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
banyak membantu penulis dalam mematangkan ide dan konsep yang
terkait tema karya tulis ilmiah.
5. Ibu Ns Suyami, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku penguji pertama yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
6. Rekan mahasiswa di Program Studi DIII Keperawatan yang telah
membantu penulis
7. Orang tua dan keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan
dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki penulis, masih dirasakan banyak kekurangan dan kelemahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Klaten, 16 maret 2018

Penulis

Arista Wahida Fitriani

DAFTAR ISI
iv
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Persetujuan Pembimbing..................................................................... ii
Lembar Pengesahan.......................................................................................... iii
6

Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... v
Daftar Gambar.................................................................................................. vii
Daftar Tabel...................................................................................................... viii
Daftar Lampiran................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah................................................................................. 5
D. Tujuan................................................................................................... 5
E. Manfaat ................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.................................................................................................. 8
B. Etiologi.................................................................................................. 9
C. Manifestasi klinis.................................................................................. 11
D. Patofisiologi.......................................................................................... 13
E. pathway................................................................................................. 15
F. Pemeriksaan diagnostic......................................................................... 16
G. Penatalaksanaan.................................................................................... 16
H. Komplikasi, prognosis dan pencegahan................................................ 17
I. Konsep asuhan keperawatan................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Studi Kasus ....................................................................... 26
B. Definisi Operasional............................................................................. 26
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 27
D. Subyek Penelitian.................................................................................. 27
E. Pengumpulan Data................................................................................ 27
F. Uji Keabsahan Data.............................................................................. 28
G. Analisis Data......................................................................................... 28
H. Etik Penelitian ...................................................................................... 30
v
Daftar Pustaka
Lampiran

Rongga usus pada kelompok


Pembesaran limfa
limfoid halus

Splenomegali

Gangguan eliminasi vi
Leziplak
Resiko Resiko
Perdarahan
volume peyer
Erosivolume
masif
cairan cairan
Konstipasi/diare
Penurunan/peningkatan
Nyeri
Penurunan
akut peristaltic
Peningkatan
morbilitas
usus asam
ususlambung
7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pathway........................................................................................ 15

vii
8

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Diagnosa keperawatan..................................................................... 23

viii
9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Inform Consent

Lampiran 2 Format Pengkajian

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thypoid fever pada anak merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri salmonella thypi yang ditandai dengan panas yang berkepanjangan.

Thypoid fever banyak ditemukan di negara Indonesia. Thypoid fever

merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius.

Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene perorangan dan sanitasi

lingkungan. Mortalitas atau kematian demam tifoid pada anak lebih rendah

bila dibandingkan degan dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal

terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat. Thypoid

fever pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan

mempunyai gejala klinis ringan. Penyebaran tifoid terjadi melalui

makanan dan air yang tercemar oleh tinja atau urine penderita thypoid

fever dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) thypoid fever.

Penderita yang sembuh dari thypoid fever akan tetap menyimpan bakteri

Salmonella di dalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-

tahun walaupun telah terobati dengan antibiotik (Ratna, 2011).


Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titil pengaturan

hipotalamus bila mekanisme pengekuaran panas terganggu oleh obat dan

penyakit atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal

metabolic (Dwienda & Maita, 2014).


Thypoid disebabkan oleh kuman salmonella thypi, kuman ini

memiliki ciri-ciri basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar dan

1
2

tidak berspora, dan memiliki sedikit 3 macam antigen yaitu antigen O,

antigen H dan antigen Vi. Mekanisme masuknya kuman diawali dengan

infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan, basil diserap oleh usus

melalui pembuluh limfe lalu masuk ke dalam peredaran darah sampai

organ-organ lain, terutama limpa. Basil yang tidak dihancurkan

berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan

membesar disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembalike

dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke

dalam kelenjar limfoid usus halus. Gejala demam disebabkan oleh

endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh

kelainan pada usus.


Tanda dan gejala penyakit thypoid fever yaitu demam, demam yang

khas berlangsung selama 3 minggu, sifat febris remitten dan suhu tidak

seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat setiap hari, menurun

pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Minggu

kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Minggu ketiga suhu

tubuh berangsur turun dan normal. Gejala yang kedua yaitu gangguan

pada saluran pencernaan dan gejala yang terakhir gangguan kesadaran.


Komplikasi yang sering terjadi pada thypoid fever adalah perdarahan

perforasi usus. Selain itu komplikasi lain antara lain bronchitis,

bronkopnemonia, kolestisis, typhoid ensefalopati, meningitis, dan

miokarditis dan karier kronik. Secara umum, untuk memperkecil

kemungkinan tercemar salmonella typhi dapat hidup baik sekali pada suhu
3

tubuh manusia maupun suhu tubuh yang sedikit rendah, serta mati pada

suhu 70oC ataupun oleh antiseptik (Rampengan, 2008).


Thypoid fever merupakan penyakit akut usus halus yang disebabkan

oleh salmonella typhi. Penyakit menular ini masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus 22 juta pertahun di dunia

dengan menyebabkan 216.00-600.000 kematian. Studi yang dilakukan di

daerah urban dibeberapa negara Asia pada anak usia 5-15 tahun

menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai 180-

194 per 100.000 anak di Asia Selatan pada usia 5-15 tahun sebesar 400-

500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100-200 per 100.000 per

penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000

penduduk. Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada

individu yang menderita tifoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat

pengobatan yang adekuat. Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 1-4%

dengan rasio 10 kali lebih tinggi pada anak usia lebih tua (4%)

dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapat

pengobatan, CFR dapat meningkat hingga 20% (Ivan, 2016).


Data WHO (World Health Organization) memperkirakan terdapat

sekitar 17 juta kematian terjadi tiap tahun akibat penyakit thypoid ini.

Thypoid fever di Asia menempati urutan tertinggi pada kasus ini, dan

terdapat 13 juta kasus terjadi tiap tahunnya. Kasus thypoid di Indonesia

diperkirakan antara 800-100.000 orang yang terkena penyakit thypoid

fever sepanjang tahun. Kasus thypoid di derita oleh anak-anak sebesar

91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 pertahunnya.


4

Penularan penyakit ini hampir selalu melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi oleh kuman.


Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2014 memperhatikan bahwa

prevalensi thypoid fever di Jawa Tengah sebesar 1,16% yang tersebar

diseluruh kabupaten degan prevalensi yang berbeda beda di setiap tempat.

Tifoid di Indonesia prevalensinya banyak ditemukan pada umur (5-19

tahun) sebesar 1,9% dan paling rendah pada bayi sebesar 0,8%. Prevalensi

thypoid menurut tempat tinggal paling banyak di pedesaan dibandingkan

perkotaan, dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran

rumah tangga rendah.


Peran perawat terhadap masalah ini adalah pemberi asuhan

keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, sebagai pendidik

kesehatan, dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah

dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan

yang dihadapi keluarga serta membantu mencarikan jalan pemecahan,

misalnya mengajarkan kepada keluarga bagaimana cara mencegah

penyakit tifoid.
Alasan saya mengambil kasus thypoid fever karena kasus ini masih

banyak dan orang tua yang masih belum bisa membedakan antara demam

biasa dengan thypoid fever. Minimnya pengetahuan orang tua terhadap

thypoid fever sehingga membawa anak kerumah sakit sudah dalam

keadaan gawat. Pada laporan riset kesehatan dasar nasional 2014

memperlihatkan bahwa prevalensi demam thypoid di jawa tengah sebesar

1,61% yang terbesar di seluruh kabupaten dengan prevalensi yang berbeda

setiap tempatnya. Dan alasan saya mengambil kasus ini di Rumah Sakit
5

Ibu dan Anak karena rumah sakit tersebut lebih spesifik untuk anak dari

pada rumah sakit umum untuk orang dewasa.


B. Batasan masalah
Pada studi kasus ini asuhan keperawatan pada pasien anak thypoid

fever dengan hipertermi.


C. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pasien anak thypoid fever

dengan hipertermi ?
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan adalah menggali/mempelajari asuhan keperawatan pada

anak thypoid fever dengan hipertermi.


2. Tujuan khusus
Setelah melakukan study kasus selama 3 hari Di Rumah Sakit Ibu

Dan Anak Aisyiyah Klaten diharapkan mahasiswa mampu memahami

dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak thypoid fever

dengan hipertermi yang terdiri atas:


a. Menggali pengkajian keperawatan pada pasien anak thypoid fever

dengan hipertermi.
b. Menggali diagnose keperawatan pada pasien anak thypoid fever

dengan hipertermi.
c. Menggali perencanaan keperawatan pada pasien anak thypoid

fever dengan hipertermi.


d. Menggali pelaksanaan keperawatan pada pasien anak thypoid

fever dengan hipertermi.


e. Menggali evaluasi keperawatan pada pasien anak thypoid fever

dengan hipertermi.
E. Manfaat
1. Teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan ilmu

keperawatan dan dapat memperluas ilmu mengenai thypoid fever

dengan hipertermi.
6

2. Praktis
a. Manfaat bagi institusi pendidikan
Hasil karya ilmiah diharapkan dapat meningkatkan mutu

dan kualitas pembelajaran dimasa mendatang serta dapat

dijadikan sebagai referensi dalam proses belajar mengajar.


b. Manfaat bagi tenaga kesehatan di rumah sakit
Memberikan pengetahuan yang lebih dalam rangka

peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sebagai tenaga

kesehatan di rumah sakit, sehingga meningkatkan

profesionalisme, mutu, serta kualitas, khususnya mengenai

asuahan keperawatan pada kasus thypoid fever.

c. Bagi perawat
Membantu menambah reverensi dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien thypoid fever.


d. Bagi pasien
Pasien dapat paham terhadap proses penyakit, taat dan

bekerjasama terhadap tindakan yang dilakukan dalam proses

penyembuhan serta dapat melakukan perawatan di rumah sesuai

dengan tindakan yang dilakukan pada pasien thypoid fiver

dengan benar.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Typhoid fever merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus

dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada

gangguan pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran

(Rampengan, 2008). Typhoid fever atau tifus abdominalis adalah pemyakit

infesi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala

demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suriyadi

& Yiliani 2010). Thypoid fever adalah penyakit infeksi sistemik bersifat

akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai dengan

oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan

stuktur endothela atau endokardinal dan invasi bakteri sekaligus

multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe
8

usus dan peyer’s patch dan dapat menualar pada orang lain melalui

makanan atau air yang terkontaminasi (Sumarmo, 2012).


Typhoid fever adalah penyakit infeksi usus halus, yang disebabkan

oleh Salmonella Typhi, Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B,

Salmonella Paratyphi C, Paratyphoid biasanya lebih ringan dengan

gambaran klinis sama (Ridha, 2014). Thypoid fever adalah penyakit

infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala

demam lebih dari 7 hari dan gangguan pada saluran cerna. Thypoid Fever

dikenal dengan nama tipes atau thypus oleh masyarakat. Penyakit ini

disebabkan oleh Salmonella Typhi dan hanya didapatkan pada manusia

saja. Penularan penyakit ini hampir


8 selalu terjadi melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi oleh bakteri (Papantungan & Rombot,

2016).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi siskemik bersifat akut

yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur

endothelial atau endokardinal dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke

dalam sel fagosit monoklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan

peyer’s pacth (IDAI, 2015).


Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titil pengaturan

hipotalamus bila mekanisme pengekuaran panas terganggu oleh obat dan

penyakit atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal

metabolic (Dwienda & Maita, 2014).

B. Etiologi
9

Penyakit ini desebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhosa/eber

thella typhosa yang merupakan kumam gram negatif, motil dan tidak

menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh

manusia maupun suhu yang lebih rendah, seta dapat mati pada suhu tubuh

70o C ataun dengan antiseptic. Kuman salmonella thypi diketahui bahwa

hanya menyerang manusia. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam

antigen yaitu :
a. Antigen O = ohne hauch = antigen somatik (tidak menyebar)
b. Antigen H = hauch (menyebar), terdapat pada flagela dan bersifat

termolabil
c. Antigen V1 = kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman

dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Ketiga jenis antigen tesebut di dalam tubuh manusia akan pembentukan

antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella typhosa juga dapat

memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap

multipel antibiotik. Ada 3 spesies utama yaitu Salmonella typhosa,

Salmonella choleraesius, Salmonella entereditis. Mekanisme masuknya

saluran kuman dengan infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan, basil

diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu masuk dalam peredaran

darah sampai di organ-organ lain, terutama hati dan limpa. Basil yang

dihancurkan berkembang baik dalam hati dan limpa sehingga organ-organ

tersebut akan membesar dan akan menyebabkan nyeri pada perabaan,

kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakterimia) dan menyebar

keseluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus

(Rampengan, 2008). Typhoid fever disebabkan oleh Salmonella Typhi,


10

Salmonella Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B, Salmonella Paratyphi

C, Paratyphoid biasanya lebih ringan dengan gambaran klinis sama

(Ridha, 2014).

Nirmala (2017) berpendapat penyakit thypoid fever merupakan infeksi

akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi, sedangkan

faktor yang menyebabkan adalah kebersihan lingkungan yang kurang

bersih, personal hygiene dan dekat dengan rumah pemotongan hewan yang

masih kurang bagus karena masih banyak lalat yang dijumpai dan banyak

dijumpai kotoran hewan yang berserakan dijalam yang membawa

penyakit. Typhoid fever disebabkan oleh Salmonella Typhi, Salmonella

Paratyphi A, Salmonella Paratyphi B, Salmonella Paratyphi C,

Paratyphoid biasanya lebih ringan dengan gambaran klinis sama.

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada anak, periode inkubasi tifoid fever antara 5-40

hari dengan rata-rata antara 10-14 hari. Gejala klinis tifoid fever sangat

bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan

khusus sampai dengan berat sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini

disebabkan faktor galur Salmonella, status nutrisi dan imunologik pejamu

serta lama sakit dirumahnya. Pasien demam tifoid selalu menderita demam

pada awal penyakit dan pemakaian antibiotic belum seperti pada saat ini,

penampilan demam pada kasus demam tifoid mempuyai istilah khusus

yaitu step-ladder temperature chart yang ditandai dengan demam timbul

insidius, kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik
11

tertinggi pada akhir minggu pertama, setelah itu demam akan bertambah

tinggi dan pada minggu ke empat, demam turun perlahan secara lisis,

kecuali apabila terjadi fokus infeksi seperti kolesistitis, abses jaringan

lunak makan demam akan menetap. Demam akan lebih tinggi pada waktu

sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi harinya. Demam tifoid

yang sudah tinggi, pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala sistem

syaraf pusat, seperti kesadaran berkabut atau delirium atau obtundasi, atau

penurunan kesadaran mulai apatis sampai koma.


Gejala siskemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri

kepala, malaise, anoreksia, nausea, mialgia, nyeri perut dan radang

tenggorokan. Kasus demam tifoid yang berpenampilan klinis berat, pada

saat demam tinggi akan tampak toksik/sakit berat. Thypoid juga dijumpai

pada penderita yang datang dengan syok hipofolemik sebagai akibat

kurang masuknya cairan dan makanan. Gejala gastrointestinal pada kasus

demam tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi,

dan kemudian disusul episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak

kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan. Rose

spot, suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1-

5mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan

punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada

anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan 2-3 hari.

Bronchitis banyak dijumpai pada demam tifoid hingga buku ajar lama

bahkan menganggap sebagai bagian dari penyakit thypoid fever.

Bradikardi juga sering dijumpai pada anak (IDAI, 2015)


12

D. Patofisiologi
Patofisiologi pada demam tifoid yaitu kuman salmonella thypi yang

masuk kedalam makanan/minuman kemudian dicernadan masuk kedalam

usus halus, kuman mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus,

kuman mengadakan invasi ke Jaringan limfoid mesenterika dan setelah

menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh

limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial

system (RES) terutama hati dan limpa. Kuman difagosit oleh sel sel fagosit

RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. masa

inkubasi, berkisar 5-9 hari, kuman kembali masuk ke darah menyebar

keseluruh tubuh (bakterimia sekunder), dan bagian kuman masuk ke organ

tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut

dikeluarkan kembali dari kandung empedu kerongga usus dan

menyebabkan reinfeksi di usus. Saat masa bakteremia ini kuman

mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan antigen

somatic (lipopolisakarida), yang semula diduga bertaggung jawab terhadap

terjadinya gejala gejala dari demam tifoid. Penelitian lebih lanjut ternyata

endotoksin hanya mempunyai peranan membantu proses peradangan lokal.

Pada keadaan tersebut, kuman ini berkembang.


Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhosa dan endotoksinnya

yang merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leokosit pada

jaringan yang meradang sehingga zat pirogen yang beredar di darah

mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang mengakibatkan

timbulnya gejala demam.


13

Beberapa peneliti mengajukan pathogenesis terjadinya manifestasi

klinis sebagai berikut: makrofag pada penderita akan menghasilkan

substansi aktif yang disebut monokin, selanjutnya monokin ini dapat

menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang sistem imun, instabilitas

vaskuler, depresi sumsum tulang, dan panas.


Perubahan histopatologi pada umumnya ditemukan infiltrasi jaringan

oleh mikrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosit yang sudah

bergedenerasi yang dikenal sebagai sel tifoid. Bila sel-sel ini beragregasi,

terbentuklah nodul. Nodul ini sering didapatkan dalam usus halus, jaringan

limfe, mesenterium, limpa, hati, sumsum tulang dan organ-organ yang

terinfeksi.
Kelainan utama terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang

hiperplasi(minggu pertama), nekrosis(minggu kedua), ulserasi(minggu

ketiga) serta bila disembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut.

Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu panjang usus

dan ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi. Gambaran

tersebut tidak didapatkan pada kasus demam tifoid yang menyerang bayi

maupun tifoid kongenital. (Rampengan, 2008)

E. PATHWAY
Kuman salmonella Lolos dari asam Malaise, perasaan tidak
typhi yang masuk ke lambung enak badan, nyeri
saluran gastrointestinal
abdodmen
Bakteri masuk usus
halus halus

Komplikasi intestinal :
Pembuluh limfe Inflamasi perdarahan usus, perforasi
usus

Peredaran darah Masuk retikulo


(bakteremia
Inflamasi pada primer) endhotelial (RES) rutama Masuk
Rongga usus pada ke aliran darah
kelompok
Gangguan eliminasi hati dan limfe (bakterimia sekunder) Endotoksin
Leziplak
Resiko Resiko
Perdarahan
volume
hati peyer
Erosivolume
masif
dan cairan cairan
limfaKonstipasi/diare
Penurunan/peningkatan
Nyeri
Penurunan
akut peristaltic
Pembesaran Peningkatan
morbilitas
limfa
Splenomegali usus asam
ususlambung
limfoid halus
Empedu
14

Hepatomegali Terjadi kerusakan sel

Nyeri tekan Merangsang melepas zat epirogen oleh


leukosit
Mempengaruhi pusat thermoregulatory di
hipotalaus
Hipertermi
Anoreksia mual muntah

F. Pemeriksaan Diagnostik Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh
1. Pemeriksaan darah tepi: leukopenia, limfositosis, aneosinofilia,
Gambar 2.1 Pathway Thypoid Fever menurut Rampengan (2008), Suriadi & Rita (2010)
anemian, trombositopenia.
2. Pemeriksaan sumsum tulang: menunjukkan gambaran hiperaktif

sumsum tulang
3. Baikan empedu: tedapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja.

Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan

basil salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan

betul-betul sembuh (Suriadi & rita yuliani, 2010).


4. Pemeriksaan widal: didapatkan pada titer terhadap antigen O adalah

1/200 atau lebih, sedangkaan titer pada antingen H walaupun tinggi

akan tetapi tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer

H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau penderita telah

lama sembuh. Tes widal secara rutin digunakan sebagai alat diagnostik

untuk menghilangkan thypoid fever ini (Mengist & Tilahun, 2017)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit typhoid fever menurut Dewi & Meira (2016)

dibagi tiga yaitu :


1. Istirahat dan perawatan
15

Tirah baring atau perawatan professional bertujuan untuk

mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya

ditempat seperti makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan

buang air besar akan membantu dan mempercepat penyembuhan.

Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur,

pakaian dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi

untuk mencegah dikubitus dan pneumonia ortostatik serta hygiene

perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.


2. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses

penyembuhan penyakit typhoid fever karena makanan yang kurang

akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin

menurun dan proses penyembuhan akan menjadi lama, dimasa

lampau penderita typhoid diberi bubur, kemudian ditingkatkan

menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi, perubahan diet

pasien tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien.

Pemberian bubur diberikan untuk menghindari komplikasi

perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.


3. Pemberian antibiotic: antimikroba, antipiretik seperlunya, vitamin

B dan vitamin C

H. Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan


1. Komplikasi
Menurut rampengan (2008) komplikasi typhoid fever dapat dibagi

atas dua bagian :


a. Komplikasi pada usus halus
1) Perdarahan
16

Perdarahan pada kasus thypoid ini lebih jarang terjadi

pada anak. Diagnosis dapat ditegakkan dengan: penurunan

tekanan darah, denyut nadi bertambah cepat dan kecil, kulit

pucat penurunan suhu tubuh, mengeluh nyeri perut, sangat

iretebal, darah tepi sering diikuti peningkatan hitung

leukosit dalam waktu singkat.


2) Perforasi usus
Perforasi usus ini sering terjadi pada minggu ketiga

serta lokasi yang paling sering dilaporkan ileum terminalis.

Angka kejadian bevariasi, yaitu antara 0,4-2,5%. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan adanya tanda dan gejala klinis

pemeriksaan radiologis.
3) Peritonitis
Peritonitis pada umumnya mempunyai tanda dan gejala

sering didapatkan, penderita mendadak kesakitan didaerah

perut, perut kembung, tekanan darah menurun, suara bising

usus melemah dan pekak hati berkurang. Pada pemeriksaan

darah tepi didapatkan peningkatan hitung lekosit dalam

waktu singkat.
b. Komplikasi diluar usus halus
1) Bronchitis dan bronkopnemonia
Bronkus terjadi pada akhir minggu pertama perjalanan

penyakit. Kasus demam tifoid yang berat, bila disertai

infeksi sekunder dapat terjadi bronkopnemonia. Angka

kejadian bervariasi 2,5-7 %.


2) Kolesistitis
Kolesistitis jarang terjadi pada anak dan biasanya

terjadi pada akhir minggu kedua dengan gejala dan tanda


17

klinis yang tidak khas. Angka kejadian pada anak berkisar

antara 0-2 %. Bila terjadi kolesistitis penderita cenderung

menjadi seorang karier.


3) Ensefalopati.
Ensefalopati merupakan komplikasi typhoid fever

dengan gejala dan tanda klinis sebagai berikut: kesadaran

menurun, kejang, muntah, demam tinggi dan pemeriksaan

cairan otak masih dalam batas normal. Angka kejadian yang

dilaporkan berkisar 0,3 - 9,1 %. Bila disertai kejang-kejang,

proknosis biasanya jelek dan bila sembuh sering ditakuti

oleh gejala sisa sesuai dengan lokasi terkena.

4) Meningitis
Meningitis disebabkan oleh salmonella typhosa atau

spesies salmonella lain yang lebih sering didapatkan pada

neonates ataupun bayi dibanding pada anak dengan gejala

klinis sering tidak jelas sehingga diagnosis sering terlambat.

Penyebabnya adalah Salmonella Havana dan Salmonella

oranerburg. Gejala klinisnya antara lain: bayi tidak mau

menetek, kejang, latergi, sianosis, panas, diare, kelainan

neurologis seperti opisthotonus , fontanella cembung, reflex

memegang menurun, reflex menghisap menurun.


5) Miokarditis
Komplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan

serta gambatan klinisnya tidak khas. Insidennya pada anak

umur 7 tahun keatas serta sering terjadi pada minggu kedua

dan ketiga.
18

2. Prognosis
Prognosis pada pasien thypoid fever tergantung ketepatan

terapi, usia, keadaan kesehatan pasien sebelumnya, dan ada

tidaknya komplikasi. Di negara maju dengan terapi antibiotik yang

adekuat, angka mortalitas kurang dari 1%. Di negara berkembang,

angka morbalitasnya lebih dari 10%, biasanya karena

keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya

komplikasi mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Relaps dapat timbul beberapa kali. Individu yang mengeluarkan S.

ser. Typhi kurang lebih 3 bulan setelah infeksi umumnya menjadi

karier kronis. Resiko menjadi karier pada anak-anak rendah dan

meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh

pasien demam tifoid. Insidens penyakit truktus biliaris lebih tinggi

pada karier kronis dibandingkan dengan populasi umum. Karier

urin kronis juga dapat terjadi, hal ini jarang dan dijumpai terutama

pada individu dengan skistosomiasis.


c. Pencegahan
Pencegahan thypoid fever secara umum untuk memperkecil

kemungkinan tercemar salmonella thypi, maka setiap individu

harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang

dikonsumsi. Salmonella thypi akan mati di dalam air apabila

dipanasi setinggi 57oC untuk beberapa menit atau dengan proses

iodinasi/klorinasi. Masak makanan sampai suhu 57oC beberapa

menit dan merata juga agar kuman salmonella thypi mati.

Penurunan edemisitas suatu negara/daerah tergantung pada baik


19

buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan pembuangan

sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi.

Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian thypoid

fever(IDAI, 2015).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu dan ada gangguan saluran

pencernaan, dan gangguan kesadaran (Rampengen, 2008)


b. Riwayat keperawatan pasien
Kaji adanya gejala dan tanda meningakatnya suhu tubuh

terutama saat malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak napsu

makan, epistaksis, penurunan kesadaran (Suriadi & Rita, 2010)


c. Pemeriksaan fisik
Gejala-gejala yang timbul bervariasi, dalam minggu pertama

keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada

umumnya yaitu demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual

muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epiteksis

pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh.

Dalam minggu kedua gejala-gejala terjadi lebih jelas berupa

demam, bradikardi relative, lidah thypoid, kotor ditengah, tepi dan

ujung merah dan tremor (Riyadi, 2014).


2. Diagnose Keperawatan
Tabel 2.1. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut b.d agen NOC NIC
Pain control Pain manajement
cidera biologis Comfort level 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria hasil : secarakomprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
selama …x 24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
pasien mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
20

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


nyeri dengan kriteria hasil : presipitasi.
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal
tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan.
mampu menggunakan 3. Gunakan teknik terapiutik
tehnik nonfarmakologi untuk mengetahui
untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien.
mencari bantuan. 4. Jaga lingkungan agar tetap
2. Melaporkan bahwa nyeri tenang.
berkurang dengan 5. Ajarkan teknik relaksasi
menggunakan manajemen nafas dalam untuk
nyeri. mengurangi nyeri.
3. Mampu menggali nyeri 6. Motivasi untuk
(skala, intensitas, frekuensi meningkatkan istirahat.
dan tanda nyeri. 7. Kolaborasi analgetik untuk
4. Menyatakan rasa nyaman mengurangi nyeri jika perlu.
setelah nyeri berkurang
2 Hipertermia b.d proses NOC NIC
Thermoregulation Fever treatment
penyakit Kriteria hasil : 1. Monitor suhu sesering
Setelah dilakukan tindakan mungkin
keperawatan selama …x 24 2. Monitor IWL
jam suhu/tempratur pada 3. Monitor warna kulit dan
pasien dalam batas normal suhu
dengan kriteria hasil : 4. Monitor nadi dan RR
1.Suhu tubuh dalam rentang 5. Monitor intake dan output
normal 6. Kolaborasi pemberian cairan
2.Nadi dan RR dalam rentang intravena
normal 7. Kompres pasien pada lipat
3.Tidak ada perubahan warna paha dan aksila
kulit dan tidak pusing Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2. Ukur nadi dan RR
3. Monitor untuk
meningkatkan intake cairan
dan nutrisi
4. Slimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
5. Berikan anti piretik bila
perlu.

3 Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari Status nutrisi : masukan Nutrition manajement
kebutuhan tubuh b.d makana dan cairan 1. Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan untuk Kriteria hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
mencerna makanan Setelah dilakukan tindakan untuk menentukan jumlah
keperawatan selama …x 24 kalori dan nutrisi yang
jam kebutuhan nutrisi pasien dibutuhkan pasien
dapat terpenuhi dengan 3. Beri diit lunak
kriteria hasil : 4. Berikan informasi tentang
1.Adanya peningkatan berat kebutuhan nutrisi
badan sesuai dengan tujuan Nutrition monitoring
2.Berat badab ideal dengan 1. BB pasien dalam batas
21

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


tinggi badan normal.
3.Mampu mengidentifikasi 2. Monitor adanya penurunan
kebutuhan nutrisi berat badan.
4.Tidak ada tanda-tanda 3. Monitor tipe dan jumlah
malnutrisi aktivitas yang biasa
5.Tidak terjadi penurunan dilakukan.
berat badan yang berarti. 4. Periksa turgor kulit.
4 Resiko kekurangan NOC NIC
volume cairan b.d Fluid balance Fluid management
masukan tidak adekuat Hydration 1. Pertahankan intake dan
Nutritional status : food and output
fluid intake 2. Monitor status hidrasi
Kriteria hasil : (kelembapan membrane
Setelah dilakukan tindakan mukosa,nadi adekuat,
keperawatan selama …x 24 tekanan darah ortostatik)
jam keseimbangan cairan 3. Ukur tan-tanda vital
pasien terpenuhi dengan 4. Catat masukan makanan dan
kriteria hasil : cairan
1.Mempertahankan urine 5. Kolaborasi pemberian cairan
output sesuai dengan usia intravena
dan BB, BJ urine normal, 6. Motivasi untuk
HT normal. meningkatkan mukosa oral
2.Tidak ada tanda-tanda
dehirasi
3.TTV dalam batas normal

5 Defisit self care b.d NOC NIC


kelemahan fisik Eliminasi bowel Self Care Assistance
Kriteria hasil : 1. Monitor kemampuan klien
Setelah dilakukan tindakan untuk perawatan diri yang
keperawatan selama …x 24 mandiri
jam pasien mampu melakukan 2. Monitor kebutuhan klien
perawatan mandiri dengan untuk alat-alat bantu untuk
kriteria hasil : kebersihan diri, berpakaian,
1.Klien terbebas dari bau berhias, toileting dan makan
badan 3. Sediakan bantuan sampai
2.Menyatakan kenyamanan klien mampu secara utuh
terhadap kemampuan untuk untuk melakukan perawatan
melakukan ADLs, dapat diri
melakukan ADLs dengan 4. Dorong untuk melakukan
bantuan, ADLs terpenuhi aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan
yang dimiliki
5. Libatkan kluarga dalam
perawatan diri pasien
6. Bantuan ADLs pasien

BAB III
22

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Studi Kasus


Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan studi kasus (case study).

Studi kasus merupakan penilaian mengenai manusia (dapat suatu

kelompok, organisasi, maupun individu). Studi kasus atau penelitian

lapangan bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang, status

terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial

seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.


Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan anak dengan masalah Thypoid Fever di Rumah Sakit

Ibu Dan Anak Aisyiyah Klaten. Klien di observasi selama 3 hari.


B. Definisi operasional
Definisi operasional pada asuhan keperawatan pada pasien thypoid

fever dengan hipertermi adalah sebagai berikut :


1. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang ada pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien

yang meliputi 5 tahap yaitu dimulai dari pengkajian (pengumpulan

data), diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi rencana keperawatan.

2. Pasien thypoid fever


Pasien thypoid fever yaitu pasien yang menderita suatu

penyakit infeksi iskemik


26 yang bersifat akut dan disebabkan oleh

salmonella typhi. Dan tanda dari penyakit thypoid fever yaitu panas

yang berkepanjangan disertai gangguan pencernaan dengan atau

tanpa gangguan kesadaran


23

3. Hipertermi
Hipertermi yaitu peningkatan suhu inti tubuh manusia yang

biasanya terjadi karena infeksi. Hipertermia juga dapat

didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi.


C. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian studi kasus ini akan dilaksanakan dibangsal tenang dan

observasi selama 3 hari. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April

di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Aisyiyah Klaten.


D. Subyek penelitian
Subyek penelian yang di gunakan pada kasus ini adalah 2 klien (2

kasus) dengan karakteristik yang sama seperti : usia pada anak tidak

dibatasi, masalah keperawatan dengan thypoid fever, lama dirawat di

bangsal anak. Studi kasus di lakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

Aisyiyah Klaten.
E. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada studi kasus ini adalah :
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data pada pasien demam tifoid dengan

wawancara yang akan dilakukan dengan bertanya langsung kepada

perawat dan keluarga klien meliputi : Identitas pasien, riwayat

keperawatan, alasan masuk/keluhan utama, pemeriksaan fisik,

penyakit sekarang, penyakit dahulu dll.


2. Observasi dan pemeriksaan fisik pada pasien
Observasi dilakukan pada pasien untuk mengamati keadaan

fisik pasien seperti dengan pendekatan IPPA : inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi pada tubuh pasien.


3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara bekerja sama dengan

perawat untuk mendapat data melalui rekam medis.


F. Uji keabsahan
Uji keabsahan data dilakukan dengan :
24

1. Keabsahan tentang instrument pengkajian yang di dapatkan dari

buku yang sudah ditetapkan sumbernya tentang proses

keperawatan anak yang meliputi identitas klien, riwayat kesehatan

klien, riwayat kesehatan keluarga, riwayat social, keadaan

kesehatan saat ini, pengkajian pola fungsi Gordon, pemeriksaan

fisik, informasi lain, pemeriksaan penunjang.


2. Sumber informasi tambahan diperoleh dari pasien, keluarga,

perawat dan dokter.


G. Analisa data
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-

jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara

mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Teknis analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk

memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis

adalah:
1. Pengumpulan data
Data dikumpilkan dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi

yang dilaksanakan pada bulan april. Hasil ditulis dalam bentuk catatan

lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip. Pengambilan

dilaksanakan selama 3 hari di bangsal anak Rumah Sakit Ibu Dan

Anak Aisyiyah Klaten.


2. Penyajian data
25

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, skema, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengganti identitas dengan kode dari responden.


3. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dengan cara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan dan evaluasi.

H. Etik penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan

Hidayat (2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :
1. Informend consent (persetujuan menjadi responden)
Informend consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberi lembar persetujuan.

Informend consent tersebut diberikan kepada orang tua pasien

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informend consent adalah agar

peneliti dan orang tua mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien.


2. Anonimity (tanpa nama)
26

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam pnggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data hasil

penelitian yang akan disajikan.


3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.


27

32

DAFTAR PUSTAKA

Heather, H. T. (2015-2017). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

IDAI. (2015). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak

Indonesia.

Indonesia, I. D. (2015). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI.

Lestari, R. P., & Argumi, E. (2017). Profil Klinis Anak Dengan Demam Tifoid di

Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sarjito Yogyakarta. Sari Pediatri, Vol.19,

No. 3.

Lestari, Y., Nirmala, F., & Saktiansyah, L. A. (Vol. 2/NO.6/ Mei 2017). Analisis

Dampak Kepadatan Lalat, Sinitasi Lingkungan Dan Personal Higiene

Terhadap Kejadian Demam Tifoid Di Pemukiman UPTD Rumah

Pemotongan ewan. JIMKESMAS.

Mahdiyah, D., Rahman, T. A., & Lestari, A. D. (2015). Perbedaan Efektifitas

Kompres Hangat Basah Dan Plaster Kompres Terhadap Penurunan Suhu

Tubuh Anak Demam Typhoid. Dinamika Kesehatan, Vol.6 No. 1 ISSN.


28

Maulina, & Nanda, S. D. (Vol. VIII No. 2 2017). Perbedaan Pengetahuan

Mahasiswa Laki-Laki Dan Perempuan Tentang Pencegahan Penyakit

Demam Tifoid. Idea Nursing Journal, 50-55.

Mengist, H. M., & Tihalun, K. (2017). Diagnostic Value Of Widal Test In The

Diagnosis Of Typhoid Fever. Medical Microbiology & Diagnosis, DOI:

10.4172/2161-0703.1000248.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Papantungan, W., Rombot, D., & H.Akili, r. (Vol. 5 No. 2 2016). Hubungan

Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Demam Tifoid.

PHARMACON Jurnal Ilmiah.

Pudiastuti, R. D. (2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: PT INDEKS.

Purba, I. E. (2016). Program Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia. Media

Libangkes, Vol. 26 No 2, Juni, 99-108.

Rampengan. (2008). penyakit infeksi tropik pada anak. jakarta: EGC.

Ranuh, I. G. (2013). Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CV Sagung

Seto.

Ridha, n. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

S. R., & Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta:

Gosyen Publishing.
29

Sana, R., Nasir, N., Sherazi, B. A., & Riaz, M. (2017). Rational Use Of Drugs The

Management Of Tyhpoid Fever. Research Article, Vol 6, Issue 17.

Saputra, R. K., Majid, R., & Bahar, H. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan

Kebiasaan Makanan Dengan Gejala Demam Thypoid. JIMKESMAS, Vol.

2/NO.6 ISSN.

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Pada : Gangguan Sistem

Gastrointestinal Dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Suriadi, & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV.

Sagung Seto.

Wulandari, D., & Erawati, M. (2016).Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:

pustaka pelajar.
30

PERNYATAAN KESEDIAAN

MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Dengan menandatangani lembar ini, saya :

Nama :
Usia :
Alamat :

Merupakan orang tua/ saudara/ wali dari anak yang bernama :

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang


berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Thypoid Fever Dengan
Hipertermi “ yang akan dilakukan oleh Arista Wahida Fitriani mahasiswi Program
Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten.

Saya telah dijelaskan bahwa data yang diperoleh peneliti untuk keperluan
penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden penelitian ini.

Klaten, 2018
Yang menyatakan

( )
31

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : ……………………………………………

Tanggal : ………………………………………………………

Ruanag : ………………………………………………………

I. IDENTITAS

1. Nama :

2. Tgl. Lahir :

3. Usia :

4. Pendidikan :

5. Alamat :

6. Nama Ayah/Ibu :

7. Pekerjaan Ayah :

8. Pekerjaan Ibu :

9. Agama :

10. Alamat :

11. Suku / Bangsa :

II. KELUHAN UTAMA

Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada

tenaga profesional.
32

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama:

1. Munculnya keluhan

a. Tanggal munculnya keluhan

b. Waktu munculnya keluhan (gradual / tiba-tiba)

c. Presipitasi / predisposisi (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan,


lingkungan, toksin/allergen, infeksi)

2. Karakteristik

a. Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi)

b. Lokasi dan radiasi

c. Timing (terus menerus / intermiten, durasi setiap kalinya)

d. Hal-hal yang meningkatkan / menghilangkan / mengurangi keluhan

e. Gejala-gejala lain yang berhubungan

3. Masalah sejak muncul keluhan

Panduan Praktik Klinik Keperawatan Anak

Insiden

a. Serangan mendadak berulang

1) Kejadian mendadak berulang

2) Kejadian sehari-hari

3) Kejadian periodic

b. Perkembangan (membaik, memburuk, tidak berubah)

c. Efek dari pengobatan


33

IV. RIWAYAT MASA LAMPAU

1. Prenatal

a. Keluhan saat hamil

b. Tempat ANC

c. Kebutuhan nutrisi saat hamil

d. Usia kehamilan (preterm, aterm, post term)

e. Kesehatan saat hamil dan obat yang diminum

2. Natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)

a. Tindakan persalinan

b. Tempat bersalin

c. Obat-obatan

3. Poat natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)

a. Kondisi kesehatan

b. Apgar score

c. BB lahir, PB lahir, anomaly kongenital

4. Penyakit waktu kecil (gejala, dan penanganannya)

5. Pernah dirawat di RS

a. Penyakit yang diderita

b. Respon emosional waktu dirawat

6. Obat-obat yang digunakan (pernah / sedang digunakan)

a. Nama obat dan dosis

b. Schedule, durasi

c. Alasan penggunaan

7. Allergi

a. Pernah menderita Astma, eczema


34

b. Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat,

tanaman/ produk rumah tangga

c. Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat dan penanganannya)

Panduan Praktik Klinik Keperawatan Anak 2016/2017 21

d. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi

waktu imunisasi)

V. RIWAYAT KELUARGA

1. Penyakit yang pernah / sedang diderita oleh keluarga ( baik berhubungan / tidak
berhubungan dengan penyakit yang diderita klien)

2. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi)

VI. RIWAYAT SOSIAL

1. Yang mengasuh anak dan alasannya

2. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan menghisap


jari, membawa gombal, ngompol)

3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak,


ventilasi, letak barang-barang)

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosis medis

2. Tindakan operasi

3. Obat-obatan

4. Tindakan keperawatan

5. Hasil laboratorium

6. Data tambahan
35

VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

a. Status kesehatan anak sejak lahir

b. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi

c. Penyakit yang menyebabkan anak absent dari sekolah

d. Praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok, dll)

e. Kebiasaan merokok orang tua

f. Keamanan tempat bermain anak dari kendaraan

g. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan,


dll)

2. Nutrisi metabolik

a. Pemberian ASI / PASI , jumlah minum, kekuatan menghisap

b. Makanan yang disukai / tidak disukai

Panduan Praktik Klinik Keperawatan Anak

c. Makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan

tambahan/vitamin

d. Kebiasaan makan

e. Alat makan yang digunakan

f. BB lahir dan BB saat ini

g. Masalah di kulit : rash, lesi, dll

Orang tua ;

Status nutrisi orang tua / keluarga ? masalah ?


36

3. Pola eliminasi

a. Pola edefekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak)

b. Mengganti pakaian dalam / diapers (bayi)

c. Pola eliminasi urin (frekuensi ganti popok basah / hari, kekuatan

keluarnya uin, bau, warna )

Orang tua : pola eliminasi, masalah ?

4. Aktivitas dan pola latihan

a. Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, di mana, sabun yang

digunakan )

b. Kebersihan sehari-hai

c. Aktivitas sehari-hari (jenis permaian, lama, teman bermain,

penampilan anak saat bermain, dll)

d. Tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans

e. Persepsi terhadap kekuatan ( kuat/lemah)

f. Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting,

berpakaian, dll)

Orang tua :

Aktivitas / pola latihan, pemeliharaan anak/rumah

5. Pola istirahat tidur

a. Pola istirahat / tidur anak (jumlahnya)

b. Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia

c. Posisi tidur anak? Gerakan tubuh?

Orang tua : pola tidur orang tua

6. Pola kognitif – persepsi

a. Reponsive secara umum anak


37

b. Respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan?

c. Apakah anak mengikuti objek dengan matanya? Respon untuk

meraih mainan

d. Vokal suara, pola bicara kata-kata, kalimat?

Panduan Praktik Klinik Keperawatan Anak 2016/2017 23

e. Gunakan stimulasi, bicara mainan, dsb.

f. Kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor

telepon, dsb

g. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan : lapar,

haus, nyeri, tidak nyaman.

Orang tua :

h. Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan, dsb.

i. Kesulitan membuat keputusan, judgments.

7. Persepsi diri – pola konsep diri

a. Status mood bayi / anak (irritabilitas)

b. Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi, dll

Anak / bayi :

c. Status mood?

d. Banyak teman / seperti yang lain?

e. Persepsi diri (“baik” umumnya waktu? Sulit untuk menjadi “baik”)

f. Kesiapan / takut?

Orang tua :

g. Perspsi diri sebagai orang tua

h. Pendapat umum tentang identitas, kompetensi?


38

8. Pola peran – hubungan

a. Struktur keluarga.

b. Masalah / stressor keluarga

c. Interaksi antara anggota keluarga dan anak.

d. Respon anak / bayi terhadap perpisahan.

e. Anak : ketergantungan? Pola bermain?

f. Anak : temperantrum? Masalah disiplin? Penyesuaian sekolah?

Orang tua :

g. Peran ikatan? Kepuasan?

h. Pekerjaan / social / hubungan perkawinan

9. Sexualitas

a. Perasaan sebagai laki-laki / perempuan? (gender)

b. Pertanyaan sekitar sexuality? Bagaiamana respon orang tua?

Orang tua :

c. Riwayat reproduksi

d. Kepuasan seksual / masalah?

10. Koping – pola toleransi stress

Panduan Praktik Klinik Keperawatan Anak 2016/2017 24

a. Apa yang menyebabkan stress pada anak? Tingkat stress?

Toleransi?

b. Pola penanganan masalah, keyakinan agama

Orang tua :

c. Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya(spirituality) semangat

untuk masa depan?


39

d. Keyakinan

11. Nilai – pola keyakinan

a. Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen?

b. Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama

Orang tua :

c. Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya(spirituality) semangat

untuk masa depan?

d. Keyakinan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan

IX. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : kesadaran, postur tubuh (kurus, gemuk)

fatigue

2. Tanda-tanda vital : TD, N, RR, S

3. Ukuran anthropometric : TB, BB, LK

4. Mata : Konjungtiva, selera, kelainan mata

5. Hidung : Kebersihan, kelainan

6. Mulut : Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis

7. Telinga : Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan

8. Tengkuk : Kelainan yang ada

9. Dada : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

(jantung, paru-paru)

10. Abdomen : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

11. Punggung ; Kelainan

12. Genetalia : Kebersihan, kateter, kelainan

13. Ekstrimitas : Odema, infuse / transfuse, kontraktor,


40

kelainan

14. Kulit : Kebersihan, tugor, lesi, kelainan

X. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
(Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST untuk 0 – 6 th)
1. Kemandirian dan bergaul
Panduan Praktik Klinik Keperawatan Anak 2016/2017 25

2. Motorik halus
3. Kognitif dan bahasa
4. Motorik kasar

Jika usia > 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umu sbb :
1. BB lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2. Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah, masalah dengan
pertumbuhan gigi
3. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata
pertama
4. Perkembangan sekolah, lancer, masalah apa?
5. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
6. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, OR, dsb)

XI. INFORMASI LAIN


XII. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
XIII. ANALISA DATA
XIV. PRIORITAS MASALAH
XV. RENCANA KEPERAWATAN
41

XVI. PELAKSANAAN
XVII. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai