Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

HASIL SURVEI LOKASI


YANG BERESIKO TERKENA HIV AIDS

ANGGOTA KELOMPOK :
ARIS MUNANDAR (2016 21 008)

ARDIANSAH (2016 21 007)

DANIL PRAYOGA (2016 21 003)

FADIL AMAR ADRIAN (2016 21 021)

LISKA SAFITRI (2016 21 042)

MAYMUNAH (2016 21 029)

RURY NJJIA PERMATA (2016 21 006)

SHELA JULIANI (2016 21 004)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM


LAPORAN

HASIL SURVEI TEMPAT YANG BERESIKO HIV/AIDS

TERRHADAP REMAJA

Pada tanggal 06 juni 2018 pada jam 14.30 WIB, dari kelompok kami melakukan
survei lokasi di seputaran daerah TAC, dan kami mendapatkan salah satu narasumber yg
dapat kami ajak untuk berkomunikasi tentang kebiasaan, rutinitas dan pergaulan remaja di
daerah tersebut. Namun beliau enggan untuk memberikan identitas dirinya. Kami pun mulai
mecari informasi kepada salah satu warga setempat, bahwa apa saja kegiatan sehari – hari
yang mereka lakukan. Ny. S mengatakan untuk kegiatan sehari – harinya adalah sebagai
pelajar, namun apabila pada malam hari mereka suka berkumpul sampai larut malam,
merokok, bahkan sering di temukan botol minum – minuman keras,tetapi yg bergabung di
suatu perkumpulan tersebut bukan hanya remaja di daerah itu saja namun ada juga remaja
dari kampung sebelah ikut serta dalam perkumpulan tersebut.

Ny. S mengatakan Beberpa bulan yang lalu salah satu dari teman mereka ada yang di
gerebek oleh polisi di sebuah kontrakan di daerah 16, dikarenakan salah satu dari temannya
ada yg kedapatan sedang membawa obat – obatan terlarang di dalam dompetnya. Hal ini
sangat diresahkan oleh beberapa orangtua, karna sangat berpengaruh terhadap masa depan
anak mereka, warga sekitar juga khawatir di lingkungan daerah tersebut banyak remaja yang
dapat membawa dampak buruk terhadap anak – anak mereka.

Kami pun bertanaya kepada Ny. S solusi apa yang telah orang tua mereka lakuakan
untuk mencegah terjadinya hal – hal yang meresehkan tersebut, Ny. S mengatakan bahwa
sejauh ini hanya dengan mencegah anak – anak mereka untuk tidak bergaul dengan remaja –
remaja yang pergaulanya menuju ke hal – hal yang negatif, yang dapat merusak masa depan
anak mereka.

Demikian lah hasil laporan dari kelompok kami mengenai lokasi yg beresiko HIV/AIDS
terhadap remaja, dan hanya inilah hasil yg kami dpatkan dari narasumber tersebut
dikarenakan narasumber enggan memberikan penelasan dan identitas mereka lebih bnyak
lagi.
Inilah hasil beberapa dokumentasi dari lokasi dimana tempat biasa remaja – remaj
tersebut sering berkumpul:
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN, KEADAAN WILAYAH DENGAN PENGETAHUAN,
SIKAP TERHADAP HIV/AIDS PADA MASYARAKAT INDONESIA

Upaya pencegahan dilakukan melalui pendidikan dan penyuluhan masyarakat terutama


ditujukan pada populasi berisiko yang mudah menyebarkan penyakit. Penularan dan penyebaran
HIV/AIDS sangat berhubungan dengan perilaku berisiko, oleh karena itu penanggulangan harus
memperhatikan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut. Penyuluhan/KIE
merupakan salah satu pendekatan penanggulangan melalui perubahan perilaku berisiko. Sedangkan
perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap yang diperoleh. Pengetahuan
masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain media
cetak, tulis, elektronik, internet, pendidikan sekolah, penyuluhan dan lain-lain.

Penyebaran HIV/AIDS sangat pesat dan kini tingkat epidemi di Indonesia menjadi kategori
epidemi terkonsentrasi di 6 Propinsi yaitu DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Bali, Jawa Barat, dan
Kalimantan Barat serta cenderung pula terjadi di beberapa propinsi lain. Hingga September 2007
jumlah kasus HIV di Indonesia yang ditemukan telah mencapai 5904 kasus dan AIDS 10384 kasus,
sedangkan menurut perhitungan epidemiologi diperkirakan terdapat 200.000–250.000 kasus di
Indonesia dan orang yang berisiko tertular diperkirakan sebanyak 12–15 juta orang (Depkes, 2007).
Berbagai upaya telah dijalankan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan
keluarganya, dan masih terus berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan
peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS di kalangan masyarakat termasuk mereka yang bekerja
di unit-unit pelayanan kesehatan (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2003).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pengetahuan HIV/AIDS dipengaruhi oleh faktor
keadaan wilayah, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Masyarakat di wilayah perkotaan cenderung
berpengetahuan tentang HIV/AIDS baik 0,4× dibandingkan wilayah desa. Masyarakat dengan jenis
kelamin laki-laki cenderung berpengetahuan tentang HIV/AIDS baik 1,2× dibandingkan yang jenis
kelamin perempuan. Masyarakat berpendidikan tinggi cenderung berpengetahuan tentang HIV/AIDS
baik 6× dibandingkan dengan berpendidikan rendah. Masyarakat yang bekerja cenderung
pengetahuan HIV/AIDS nya tidak berbeda dengan masyarakat yang tidak bekerja (OR = 1). Tidak
berbedanya pengetahuan HIV/AIDS pada masyarakat bekerja dengan masyarakat yang tidak bekerja
menunjukkan informasi yang diperoleh tidak bergantung pada lokasi atau tempat bekerja. Sehingga
informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik dan lain-lain. Masyarakat yang
berpengetahuan tinggi cenderung bersikap setuju dibandingkan dengan masyarakat yang
berpengetahuan rendah (OR = 18,6)
HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA TERKAIT RISIKO PENULARAN HIV-AIDS DAN PERILAKU SEKS
TIDAK AMAN DI INDONESIA

Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa
keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain remaja
mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas
kelompok. Pada usia remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fi sik yang cepat
dan mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan
fungsi serta tumbuhnya organ seksual sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan
permasalahan seputar seksual. Namun terbatasnya bekal informasi yang dimiliki menjadikan remaja
memang masih memerlukan perhatian dan pengarahan.

Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan mereka sering
terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk
bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering bersikap tidak
tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16%
mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari fi lm porno, dan hanya 5% dari orang tua.

Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptif yang menciptakan kondisi


yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Ada
kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan
sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu
dicoba (sexpectation). Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan
mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan bebas
mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal termasuk aborsi,
narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS).

Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual.
Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah
mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang
di suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15–20 tahun.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dari penelitian ini adalah Meningkatkan strategi sosialisasi
dan penyuluhan pada kelompok remaja usia 15–24 tahun. Terutama Penting untuk diperhatikan
bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga
meliputi ciuman, kontak oralgenital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya,
tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman”. Satu-satunya yang
betul-betul “seks aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogami di
mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap
berciuman sebagai aktivitas yang aman. Sayangnya, sifi lis, herpes dan beberapa penyakit lain dapat
menular lewat aktivitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga
berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat
berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif
dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap
penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin. Peran orang tua sebagai orang terdekat dan
seseorang yang lebih banyak frekuensi untuk bertemu dalam keluarga sangat diperlukan untuk
membekali diri pengetahuan tentang upaya pencegahan HIVAIDS pada keluarganya sejak usia dini.
Para orang tua juga perlu dibekali bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan putra-putrinya
terutama menjelang usia remaja. Diperlukan pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan
peningkatan pengetahuan tentang upaya pencegahan HIV-AIDS pada kelompok masyarakat, kader
kesehatan reproduksi baik melalui para ibu PKK, karang taruna, tokoh agama dan budayawan
setempat agar meraka dapat berperan serta sebagai fi gure dalam memberikan keteladanan, sikap,
afektif serta paternalistik yang dapat menjadi contoh para remaja agar berperilaku seks yang aman
dan sehat untuk upaya pencegahan IMS, HIV-AIDS. Peran serta aktif masyarakat sebagai kader-kader
kesehatan reproduksi dalam upaya pencegahan penularan HIV-AIDS dalam melakukan target
cakupan supervisi, dan monitoring dalam berbagai kegiatan penyuluhan pada kelompok risiko HIV-
AIDS. Risiko dapat dihitung berdasarkan = hazard x kerentanan/competency, atau dapat pula
memakai pendekatan Risiko = lingkungan hidup x impact. Diharapkan dengan mengurangi faktor
kerentanan dan meningkatkan kompetensi masyarakat dapat memperkecil risiko penularan.
Hubungan Pengetahuan Pasien tentang HIV&AIDS dengan Pencegahan Berisiko
HIV&AIDS

Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
HIV&AIDS dengan perilaku pencegahan berisiko HIV&AIDS di Rumah sakit Ketergantungan Obat
Jakarta. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor lain diluar pengetahuan yang memberi
pengaruh yang sangat besar pada perilaku pencegahan berisiko HIV & AIDS, seperti hubungan
individu dengan keluarga dan kehidupan sosial masyarakat, dukungan sikap dan perilaku petugas
kesehatan, tersedianya alat peraga untuk penyuluhan kesehatan, konseling dan kemudahan prosedur
seperti pengobatan gratis untuk keluarga yang tidak mampu.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul hubungan antara
pengetahuan HIV&AIDS dengan perilaku pencegahan berisiko HIV&AIDS di Rumah sakit
Ketergantungan Obat Jakarta, maka dapat disimpulkan: (1)Pengetahuan HIV&AIDS pasien rawat jalan
di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yaitu kurang baik sebanyak 35 orang (71.42%); (2)
Perilaku pencegahan berisiko HIV&AIDS pasien rawat jalan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Jakarta yaitu baik sebanyak 23 orang (46.93%); (3) Hasil analisis dari uji korelasi Pearson Product
Moment dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan HIV&AIDS dengan
perilaku pencegahan berisiko HIV&AIDS pasien rawat jalan di Rumah sakit Ketergantungan Obat
Jakarta.
Perhatian Kelurga dan Bimbingan Rohani Islam Terhadap Kesehatan Mental Pasien
Rawat Inap Rumah Sakit Dr.H.ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Perhatian keluarga dan bimbingan rohani Islam sering diaganggap remeh oleh
kebanyakan orang, padahal hal ini sangat penting terhadap pasien rawat inap, Apalagi
untuk kesehatan mental pasien sendiri. Karena perhatian keluarga dan bimbingan
rohani berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien rawat inap di rumah sakit,
biasanya pasien yang dalam keadaan sangat terpuruk akan merasa khawatir, putus asa,
pemurung, dan bisa juga pasien akan mengalami pemberontakan karena masih belum
bisa menerima keadaannya. Karena itu diperlukan perhatian keluarga dan bimbingan
rohani untuk membuat pasien merasa tenang dan dapat menerima keadaannya dengan
baik, pasien juga diharapkan dapat merasa bahagia dunia dan akhirat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhatian keluarga dan


bimbingan rohani Islam di rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek Bandar lampung, dan
untuk mengetahui akan kesehatan mental yang terjadi kepada pasien rawat inap.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Analisis Data dilakukan
denganmenggunakan deskriptif yaiu: pengumpulan data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan perhatian


keluarga dan bimbingan rohani Islam terhadap kesehatan mental pasien rawat inap
RSUDAM Bandar Lampung sangat bermanfaat bagi pasien rawat inap untuk mengetahui
tentang kesehatan mental dan juga kerohanian yang telah disampaikan oleh petugas
rohani dengan metode dan materi dalam Bimbingan rohani yaitu: Metode Ceramah, dan
Materi yang disampaikan olehpetugas bimbingan rohani yaitu : 1) Aqidah, 2) Syariat
(sholat, berdo‟a dan berdzikir, 3) Akhlak. Dalam perhatian keluarga juga dapat
mengetahui sejauh mana perhatian yang dapat diberikan oleh keluarga pasien serta
pemahaman mengenai memotivasi keluarga, memberikan dorangan dan selalu
melindungi dan menyayangi keluarganya sendiri.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Perhatian keluarga terhadap kesehatan


mental pasien rawat inap dengan memberikan motivasi-motivasi, dukungan, dorongan
juga mengingatkan akan nilai-nilai agama dirasa sangat cocok untuk menyehatkan
mental, juga dengan kehadiran keluarga membuat pasien merasa nyamn dan
tenang,karena banyak pasien yang masih sering termenung dan belum bisa menerima
keadaannya atas musibah yang dideritanya. Pada dasarnya ketika jiwa atau mental kita
sehat, maka penyakit raga atau luka yang diderita akan terasa ringan dan atas izin Allah
penyakitnya akan diangkat oleh-Nya dengan tanpa meninggalkan penyakityang lain.

Bimbingan rohani Islam terhadap kesehatan mental pasien rawat inap dengan
memberikan saran-saran dan tidak lupa tausiah untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT sehingga pasien mau tidak mau memikirkan Allah dan ingat akan adanya
Allah, membuat jiwa yang sebelumnya merasa putus asa dan tidak menerima akan
musibah yang dideritanya menjadi lebih tentram dan sehat. Sehingga secara langsung
ataupun tidak langsung bimbingan rohani telah menyehatkan mental atau jiwa pasien di
rumah sakit Abdul Moeloek.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV AIDS

1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1.1.1 Identitas
Nama : An. W
Umur : 5tahun
Jenis kelamin : laki-laki
1.1.2 Kejuhan utama
Demam dan diare berkepanjanan
Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hipoxia→keadaan yang gawat
1.1.3 Riwayat penyakit sekarang
- Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
- Diare lebih dari 1 bulan
- Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan )
- Mulut dan faring di jumpai bercak-bercak putih
- Batuk yang menetap(lebih dari 1 bulan)
- Dermatitis yang menyeluruh
1.1.4 Riwayat penyakit dahulu
- pernah masuk rumah sakit diare
1.1.5 Riwayat penyakit dalam keluarga
- Orang tua yang terinfeksi HIV
- Penyalagunaan zat
1.1.6 Riwayat kehamilan dan persalinan
- Ibu selama hamil terinfeksi HIV→50% tertular untuk anakmya
- Penularan dapat terjadi pada minggu ke9-20 dan kehanilan
- Penularan pada proses melahirkan ,terjadi kontak darah ibu dan bayi
- Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu
1.1.7 Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
- Kegagalan pertumbuhan 9 failure to thrive
1.1.8 Riwayat makanan
- Anoreksia, mual, muntah

1.1.9 Riwayat imunisasi


- Jadwal immunisasi bayi ban anak dengan infeksi HIV = Immunisasi dengan vaksi HIV
diberikan setelah ditemukan HIV (+)

1.2. Pemeriksaan
1.2.1 .Sistem Penginderaan
 Pada Mata
 Cotton wool spot ( bercak katun wool pada retina ). Sytomegalovirus retinius dan
toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina
 Infeksi pada tepi kelopak mata, mata merah, perih gatal, banyak secret serta berkerak.
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak eksudat kekurangan, tunggal/multiple, pada
satu/kedua mata
 mulut
 Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, peridontitis, sarcoma kaposi pada
mulut di mulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru, sering pada
palatum.

1.2.2. Sistem pernafasan : batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu ,
hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagal nafas.

1.2.3. Sistem pencernaan : BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan,


bercak putih, kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis esophagus, candidiasis
mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronik,
pembesaran limpha.

1.2.4 Sistem kardiovaskulerr


 Suhu tubuh meningkat . nadi cepat , tekanan dara meningkat
 Gejala congestive heard failure sekunder akibat kardiomiopatikarena HIV

1.2.5 Sistem integumen


 Variccla : Lesi sagat luas vasikule yang benar, hemorragie menjadi nekrosis timbul ulsera.
 Herpes zoster : vasikule menggerombol , nyeri, panas, serta malaie
 Evzemetoid skin ras, pydodernia, scabies
 pyodermia gangrenosum dan scabbies sering di jumpai

1.2.6 Sistem perkemihan


 Air seni kurang anurie
 proteinurea
1.2.7 Sistem Edokrim : pembesaran kelenjar parotis , limphadenophti,pembesaran
kelenjar yang menyeluruh

1.2.8 Sistem nerologi


 Sakit kepala , somnolence ,sukar konsentrasi , perubahan perilaku
 Nyeri otot, kejang-kejang enselophati, gangguan psikomotor
 Penurunan kesadaran , delirium , delirium
 Serangan CNS : meningitis
 Keterlambatan perkembangan

1.2.9 Sistem muskuloskeletal : nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak
(ataksia)
1.2.10 Psikososial
 Orang tua merasa bersalah
 Orang tua merasa malu
 Menarik diri dari lingkungan

1.3 Pemeriksaan penunjang


1.3.1 pemeriksaan laboratorium
 Darah
- Leukosit dan hitung jenis darah putih ………neutropenia (neutropil<1000/mm)
- Hitung trombosit………..thrombositopenia (trombosit<100.000/mm)
- Hb dan konsentrasi Hb………Anemia (Hb<8g/Di)
- Limfopenia CD4+(linfosit<200/mm)
- LFT
- RFT
 Pemeriksaan lain : urinalisis (protein urin ),cultur urine.

Diagnosa keperawatan
1. resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
2. Kurang pengetahuan sehubungan dengan perawatan anak yang kompleks dirumah

Anda mungkin juga menyukai