Anda di halaman 1dari 45

OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA

MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN BEDAH UMUM

A. PRESURGERY
1. Gowning

B. BASIC SURGERY SKILL

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN UROLOGI
A. KATETERISASI
1. Definisi : memasang saluran tabung kencing ke dalam buli
2. Indikasi :
a. Diagnostik
 Memasukkan kontras; misalnya pada kasus ruptur buli diperlukan cystography
 Mengumpulkan sampel urinalisis
 Mengecek residual urine
b. Terapeutik
 Retensi urine
 Instilasi buli; pada kasus ca buli pro kemoterapi perlu memasukkan obat ke
vesica urinaria lewat kateter
 Mengistirahatkan organ; pada kasus post-op buli, supaya jahitan yang masih
baru tidak membuka
3. Kontraindikasi
a. Mutlak
 Ruptur uretra  bloody urethral discharge (kalau hematuria disertai urine),
saddle-back injury, butterfly hematome, pada rectal tussae didapatkan floating
prostat
b. Relatif
 Striktur uretra  dicoba dulu dengan kateter foley yang lebih kecil (18  16 
14)  kalau masih tidak bisa lakukan cystosomy / pungsi suprapubik (venflon 16,
2 jari di atas simfisis pubis, sambungkan ke urine bag)
 Batu uretra
 Posterior  lubrikasi posterior (semprotkan jelly-cain dalam spuit 50 cc
hingga tahanan menghilang)  baru pasang kateter
 Anterior  dorsumsisi pada glans penis, keluarkan batunya
4. Prosedur
Cek Poin Keterangan
Memperkenalkan diri  Perkenalkan, saya dokter muda Andrian
yang hari ini jaga bedah.
 Ini dengan bapak siapa? Usianya berapa?
Informed consent  Sesuai dengan indikasi, yaitu bapak
mengalami ... (retensi/instilasi/post-op),
maka akan saya pasang kateter
 Mekanismenya saya akan masukkan
selang ke saluran kencing bapak
 Agak sakit, tapi saya kasih jeli sama bius
lokal, bapak rileks saja
 Apakah bapak setuju?
Persiapan pasien  Baik, silakan naik ke bed, saya akan tutup
tirainya demi menjaga privasi bapak
 Pakaian bawahnya mohon dilepas
 Bapak silakan berbaring

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Saya periksa sebentar ya, Pak


Inspeksi, palpasi  nilai indikasi  Inspeksi MUE (muara uretra eksterna):
dan kontraindikasi - Tanda inflamasi
- Sekret / duh
- Bloody urethral discharge
- Fimosis, parafimosis
 Apakah ada butterfly hematome
 Palpasi corpus spongiosum apakah ada
tanda striktur
Persiapan medis  Menyiapkan alat dan bahan (boleh bilang
alat dan bahan sudah lengkap)
- Doek steril 1 dibuka sebagai alas, 1
diletakkan di sisi steril (dengan
korentang)
- Sarung tangan steril (sobek, jatuhkan)
- Pinset
- Kasa steril secukupnya (sobek,
jatuhkan)
- Povidone iodine 10% tuang di
mangkuk kecil
- Xylocain (atau bisa oplos di spuit 50 cc
lubang tengah, jelly : lidocain 1 : 1)
- Kateter (sobek, jatuhkan)
- Urine bag (sobek, jatuhkan)
- Spuit 10 cc (sobek jatuhkan)
- WFI
- Hypafix
 Mencuci tangan 6 langkah
 Memakai handscoen steril
Antisepsis  Basahi kasa steril dengan povidone iodine
 Dengan pinset oleskan secara sirkuler dari
medial ke lateral, mulai dari MUE, glans,
corpus hingga ke daerah inguinal (jangan
kontak dengan handschoen steril dulu
sebelum medan terkena povidone iodine)
Lapangan tindakan  Pasang doek steril
Lubrikasi & analgesik lokal  Masukkan xylocain melewati MUE sampai
habis
Cek balon kateter  Ambil WFI dengan spuit 10 cc
 Kembangkan balon kateter
 Bila sudah bisa mengembang, tarik WFI
lagi
Kateterisasi  Pasang urine bag ke kateter
 Tangan kiri memfiksasi posisi penis (atau
membuka labia minor pada wanita)
Tangan kanan memegang pinset,
memasukkan kateter ke dalam lumen uretra
 Masukkan sampai mentok ke percabangan
kateter

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Bila urine keluar, artinya sudah benar


masuk ke VU (bila tidak keluar evaluasi 
salah masuk vagina, striktur, batu)
Fiksasi kateter  Kembangkan balon dengan WFI sebanyak
10 – 15 cc
 Tarik dengan gentle hingga seperti ada
tahanan di MUI
 Copot doek steril
 Fiksasi kateter ke arah craniolateral
(supaya tidak ada penekanan pada uretra
pars membranosa)
Bersih-bersih  Bersihkan lapangan tindakan dengan kasa
basah / kering (MUE hingga inguinal)
 Buang bahan-bahan bekas
 Lepas handschoen, buang
 Cuci tangan 6 langkah

B. COLOK DUBUR (RECTAL TUSSAE)


Cek Komponen Keterangan
Memperkenalkan diri  Selamat siang, pak, saya DM Andrian yang jaga hari ini
 Dengan bapak siapa? Usia berapa?
Informed Consent  Setelah ini saya akan memeriksa bagian dubur bapak,
untuk mendeteksi kelainan yang berkaitan dengan
keluhan bapak
 Saya akan memasukkan jari telunjuk lewat anus,
memang agak kurang nyaman, namun akan saya beri
jeli supaya mengurangi rasa sakit. Jadi saya harap
bapak untuk rileks saja
 Apakah bapak setuju?
Persiapan pasien  Baik kalau begitu silakan kencing dulu (apabila pasien
tidak bisa kencing didekompresi dulu, retensi urine
menyebabkan false diagnosis terhadap pembesaran
prostat)
 Kalau sudah, sila berbaring di bed, saya akan menutup
tirai untuk menjaga privasi bapak
 Pakaian bawahnya mohon dilepas, dan kakinya agak
ditekuk
Persiapan medis  Menyiapkan alat dan bahan
- KY Jelly
- Handschoen (tidak perlu steril)
- Kasa
 Mencuci tangan 6 langkah
 Memakai handschoen
Inspeksi  Permisi saya periksa sebentar ya pak:
- Periksa adanya kelainan kulit, nodul tumor /
hemorroid eksterna / abses / fistula

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

RT  Oleskan KY Jelly secukupnya pada ujung jari telunjuk


tangan kanan
 Masukkan 1 ruas jari  nilai tonus sfingter ani (TSA)
 Masuk lagi  nilai mukosa lumen rektum  apakah ada
nodul  jika ya, deskripsikan:
- didapatkan nodul dengan UBBJKLMN (ukuran,
bentuk, batas, jumlah, konsistensi, lokasi, mobilitas,
nyeri)
 Masuk lagi  nilai prostat,
Normalnya:
- Sulcus medianus  cekung
- Lobus lateralis  simetris, nodul (-), nyeri tekan (-),
padat lunak
- Polus superior  teraba
 Tarik jari, sisakan 1 ruas jari  pencet glans penis /
tarik kateter  nilai bulbocavernosus reflex (BCR),
untuk menilai kelainan persarafan spinal
Bersih-bersih  Keluarkan jari  nilai apakah ada sisa darah (melena /
hematochezia), lendir, pus, feses, bau sekilas
 Bersihkan sisa jeli pada pasien dengan kasa
 Lepas handschoen
 Buang alat dan bahan bekas

Differential diagnosis:
BPH
Kanker
Normal (Benign Prostat Prostatitis
Prostat
Hyperplasia)
Sulcus Cekung Mendatar / Mendatar / Cekung
medianus cembung cembung
Lobus lateral
 Simetrisitas Simetris Simetris Asimetris Simetris
 Konsistensi Padat lunak Padat lunak Padat keras
 Nodul - - Keras -
berdungkul-
dungkul
 Nyeri tekan - - - +
Polus superior Teraba Tidak teraba Tidak teraba Teraba

C. DIAGNOSIS UROLOGI
1. Diagnosis primer : penyebab utama
2. Diagnosis sekunder : yang tidak berhubungan
3. Diagnosis komplikasi : akibat dari primer

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN ORTOPEDI
A. PRIMARY SURVEY
1. Tujuan
a. Mendeteksi serta menatalaksana kondisi life-threatening dengan segera dan
simultan
2. Indikasi
a. Semua kasus trauma (termasuk combustio)
3. Komponen
Memakai APD sebelum ke pasien
(minimal handschoen & masker)
A Mengecek Airway
 Patensi jalan napas,
Bila tidak paten:
 Look, listen, feel
B Mengecek Breathing
 Inspeksi: gerakan dinding dada, RR,
regularitas, warna kulit
 Palpasi, Perkusi, Auskultasi
C Mengecek Circulation
 On going bleeding
 Tensi, Nadi, akral, CRT
D Mengecek Disability
 GCS, pupil
E Mengecek Exposure
 Membuka pakaian pasien
Adjunct to primary survei

a. Airway + cervical spine control


 Tujuan: cek patensi jalan napas
 Evaluasi
 Pasien ditanyai nama, bila dapat menjawab  napas paten
 Bila tidak bisa menjawab
- LOOK : periksa bila ada obstruksi benda asing  hilangkan
- LISTEN : suara napas tambahan
 Stridor : sumbatan benda padat  finger swab, manual manouver
 Gargling : cairan, darah  suction
 Snoring : pangkal lidah  manual manouver, OFA / NFA
- FEEL : raba trakhea, adakah pergeseran
 Management
 Semi definitif
- Manual manouver
 Chin lift
 Jaw thrust
 Head tilt  DIHINDARI, berbahaya pada trauma servikal karena
mengubah sudut leher)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

- Alat
 OFA = Orofaringeal airway (Mayo)  merangsang refleks muntah,
untuk GCS ≤ 8
 NFA = Nasofaringeal airway, aman untuk GCS > 8, kontraindikasi
untuk fraktur basis cranii (tanda: racoon eye, otorrhea, battle sign,
halo sign)
 Cricotyroidotomy needle atau surgical, dengan jet insufflation /
bagging (perbandingan ekspirasi : inspirasi 1 : 4 detik)
 Definitif
Diindikasikan untuk:
- GCS ≤ 8, karena dianggap tidak bisa mempertahankan napas, dan
muntah sewaktu-waktu dapat menimbulkan aspirasi
- Mencegah obstruksi sekunder, misal pada trauma inhalasi yang mana
akan terjadi edema laring 30 – 45 menit setelah trauma
Modalitas:
- Endotracheal Intubation, dengan ETT (endotracheal tube)
- Tracheostomy surgical  apabila tidak memungkinkan dilakukan per oral,
misal ada massa supraglottis
- Cricotyroidotomy surgical  jika di perifer tidak ada alat tracheostomy
 Cervical collar  idealnya dipasang hingga dipastikan tidak ada cervical
trauma (15% kasus ada cervical trauma). Indikasi:
- Trauma inhalasi
- Trauma maksilofasial (jejas, wajah asimetris)
- GCS menurun
b. Breathing
 Evaluasi  intinya sama kaya pemeriksaan thorax
 Inspeksi :
- simetrisitas dinding dada,
- apakah ada gerakan napas paradoksal
- warna kulit
- jejas
- frekuensi napas
- pelebaran sela iga
- retraksi dinding dada
 Palpasi : chest expansion, stem fremitus, trakhea
 Perkusi : sonoritas
 Auskultasi : suara napas, intensitas, suara napas tambahan
 Pelaporan (N) : napas spontan, RR 20 x/ment reguler
 Curiga ada gangguan breathing pada:
 Trauma tumpul thorax (TTT)
 Seat belt injury
 Luka bakar melingkar di dada
 Masalah & Manajemen:

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

Open Tension Hematothorax Flail Chest + Efusi Pleura


Pneumothorax Pneumothorax Kontusio
Pulmonum
Definisi Terjebaknya Pneumothorax yang Terjebaknya Flail = Terjebaknya
udara di cavum disertai dengan darah di melayang; cairan
pleura gangguan cavum pleura Fraktur (eksudat /
hemodinamik segmental transudat) di
(dalam 1 cavum pleura
costae
terdapat ≥ 2
garis fraktur)
pada ≥ 3
costae.
Patomekanisme Udara yang Udara terjebak tidak Darah terjebak Terdapat Cairan
terperangkap bisa keluar  di cavum segmen tertimbun di
masih bisa semakin besar  pleura costae yang cavum pleura
keluar masuk  mendesak ke sisi tidak
tidak bertambah sehat  trakea dan mengikuti
besar. mediastinum tarikan dan
 Simple / bergeser ke sisi embusan
Closed (tidak sehat (sesak) 
ada vena cava tertekan
hubungan  JVP meningkat,
dengan cardiac output turun
udara luar)  syok hipovolemik
 Open (ada
hubungan
dengan
udara luar)
Inspeksi - Dada lebih - Dada lebih - Dada lebih - Napas - Dada lebih
cembung cembung cembung paradoksal cembung
- Gerak napas - Gerak napas - Gerak  saat - Gerak
tertinggal tertinggal napas menarik napas
- Deviasi trakea tertinggal napas, tertinggal
- Pucat, sianosis costae
justru
tertarik ke
dalam
- Gerak
napas
tertinggal
- Jejas (+)
Palpasi Chest expansion Chest exp menurun Chest exp Chest exp Chest exp
menurun Stem frem menurun menurun normal menurun
Stem fremitus Stem frem Stem frem Stem frem
menurun menurun normal menurun
Tanda fraktur
costae (+)
krepitasi,

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

Open Tension Hematothorax Flail Chest + Efusi Pleura


Pneumothorax Pneumothorax Kontusio
Pulmonum
tenderness,
swelling
Perkusi Hipersonor Hipersonor Dullness Normal Dullness
Auskultasi Suara napas Suara napas Suara napas Suara napas Suara napas
menurun menurun menurun normal menurun
Egofoni (+)
Rontgen Clear zone Clear zone luas Radioopak Fracture line Meniscus sign
Thorax AP Pergeseran bersifat air pada costae
mediastinum ke sisi fluid level tertentu
sehat
Manajemen  Cegah  Needle  Oksigenasi  Oksigenasi  Oksigenasi
menjadi Thoracocentesis  Chest tube  Strapping  Chest tube
tension  Chest tube +  Kecepatan dada
dengan WSD (bisa drainase kanan dan
occlusive dengan active 200 cc/jam kiri
dressing suction) dalam 2 diplaster
(flap kasa 3  Oksigenasi jam  Shaft plate
sisi) cito
 Definitif   Analgesik
Chest tube + 
WSD
 Oksigenasi

 Occlusive dressing
- Tiga sisi, kecuali inferior
- Lapis kasa + lapis plastik baru diplaster
- Ketika inspirasi, paru mengembang, udara di cavum terdorong keluar.
Biar dia ga masuk lagi, harus ada penghalang ketika pasien ekspirasi
 Needle Thoracocentesis
- Tujuan: membuat tension menjadi open pneumothorax, tidak bisa
mengembalikan tekanan negatif cavum pleura
- Teknis: tusuk venflon 14 atau 16 di ICS-2 Mid Clavicular Line
(dekat dengan sisi atas dari costae 3, karena sisi bawah costae 2 ada
sulcus yang berisi arteri, vena, dan nervus)
 Chest Tube
- Memasang drain ke dalam cavum pleura untuk mengevakuasi udara,
cairan, maupun darah
- Tusuk trokar di ICS-5 Anterior Axillary Line
 WSD (Water Sealed Drainage)
- Tujuan: pengembangan paru
- Teknis: masukkan ujung selang WSD setidaknya 2 cm (bisa dinaikkan
bila undulasi tidak ada) ke dalam air untuk mengunci hasil drainase
dengan air, agar tidak kembali lagi ke cavum pleura  tercipta kembali
tekanan negatif pada cavum pleura
- Monitor

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Jumlah dan warna cairan yang keluar


 Undulasi (naik turunnya cairan pada selang WSD), jika (+) berarti ada
beda tekanan jadi masih berfungsi, jika (-) kemungkinan:
 Chest tube buntu, misal pada hematothorax ada clot, pasien
masih mengeluh sesak
 Paru sudah mengembang, klinis pasien membaik  lihat pada
kontrol Thorax-AP  aff chest tube
 Oksigenasi pada kasus trauma adalah 10 lpm dengan face-mask / NRBM
c. Circulation + hemorrhagic control
 Evaluasi: penilaian syok hipovolemik (Tensi, Nadi, CRT, akral)
 Masalah
 Syok Hipovolemik
- Curiga syok apabila fraktur: thorax, abdomen / internal, pelvis, femur,
spinal shock
- Tanda: hipotensi, takikardi, CRT > 2 detik, akral dingin basah
- Tentukan grade  untuk menentukan terapi
I II III IV
EBL = Estimated Blood 750 750 – 1500 1500 – 2000 > 2000
Loss (cc)
EBL terhadap EBV 15 % 15 – 30 % 30 – 40 % > 40 %
Nadi < 100 100 – 120 120 – 140 > 140
Tensi Normal Normal Turun Turun
Produksi urine cc/jam > 30 15 – 30 5 – 15 <5

RR
Kualitas kesadaran

 Terapi
 Hentikan on going bleeding  bebat tekan, PASG (pneumatic anti shock
garment), ligasi hecting
 IV line 2 jalur
- Pilihan pertama vena perifer dulu (dorsum manus, antebrachii, vena
mediana cubiti, v. dorsum pedis)
- Bila tidak bisa lakukan venous cutdown (venous section)  pada vena
saphena magna (di dekat maleolus medialis)
- Bila tidak bisa, pasang CVC (central venous catether)
- Alternatif lain pada anak < 6 tahun  interosseus tibia (pada tuberositas
tibia, bagian proksimal, hanya sementara karena bisa menyebabkan
osteomyelitis dan trauma EGP)
 Pasang kateter, untuk memonitor produksi urine
 Pasang monitor TTV, untuk melihat tekanan darah, nadi, RR.
 Resusitasi dengan prinsip:
- Grade I & II  RL sebanyak 3 – 4 x EBL
- Grade III & IV  RL sebanyak 3 – 4 x EBL + x
- Menghitung kebutuhan cairan sesuai volume darah yang hilang:
3 sampai 4 x % EBL x (70 x BB)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Atau, drip cepat kristaloid (biasanya RL, bisa NS 0,9%) 2000 cc, bisa diulang
2 kali apabila respon kurang memuaskan
 Monitor
 Tensi : target MAP 65 – 70
 Nadi, RR, suhu : sesuai rentang normal masing-masing
 Urine Output : target dewasa > 0,5 cc/kgBB/jam, anak > 1 cc/kgBB/jam
 Akral : hangat, kering
 CRT : < 2 detik
d. Disability
 Evaluasi GCS
 Evaluasi pupil : isokhor, ukuran D et S, refleks pupil
e. Exposure
 Membuka seluruh pakaian dan evaluasi permukaan tubuh dari ancaman jiwa
 Mencegah hipotermi dengan memakaikan selimut
 Memastikan pasien di tempat aman
 Singkirkan benda-benda yang berbahaya dari lingkungan pasien
4. Adjunct to Primary Survei  tambahan pemeriksaan penunjang
a. Lab  DL, faal hemostatis, faal hepar, faal ginjal, elektrolit, GDS, BGA
b. Radiologi  sesuai kecurigaan
 X-ray SCTP (Skull, Cervical, Thorax, Pelvis) AP / Lateral
 FAST (Focused Abdomen Sonography for Trauma)  USG yang dilakukan pada
kasus TTA (trauma tumpul abdomen] yang curiga
 DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
c. EKG
d. NGT (diagnosis + terapi)
5. Secondary Survei (AMPLE)  yang dilakukan adalah anamnesis, log-roll, pemeriksaan
head to toe
a. Allergy
b. Medication
c. Past Medical History
d. Last Meal
e. Event / MOI (Mechanism of injury)

B. FRAKTUR & DISLOKASI


1. Definisi
a. Fraktur : hilangnya kontinuitas tulang, kartilago, sendi, dan epifisial growth plate
b. Dislokasi : perpindahan permukaan sendi seluruhnya, sehingga tidak ada bagian
yang kontak
c. Subluksasi : perpindahan permukaan sendi sebagian, sehingga masih ada bagian
yang kontak
2. Klasifikasi fraktur
a. Berdasarkan mekanisme dan garis fraktur
 Rotasi  fraktur spiral
 Kompresi (ketekan)  fr oblik
 Tension (ketarik)  fr transversal
 Bending  fr butterfly (ada sisi transversal, ada sisi segitiga)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Fr kominutif (banyak garis fraktur dalam satu regio)


 Fr segmental (banyak garis fraktur > 1 regio, sehingga membagi tulang jadi
beberapa segmen)
b. Berdasarkan kontak dengan dunia luar
 Closed Fracture (CF)
 Ekstremitas bawah, grading  Tscherne
Ekstremitas atas tidak memakai grading
- 0 : fraktur sederhana tanpa / sedikit kerusakan soft tissue
- 1 : fraktur + luka memar pada kulit
- 2 : fraktur + memar + swelling
- 3 : fraktur + memar + swelling + ancaman sindroma kompartemen

 Open Fracture (OF)


 Ekstremitas bawah, grading  Gustillo & Anderson
Ekstremitas atas tidak memakai grading
- I : laserasi < 1 cm, luka terbuka tidak berarti, kontaminasi (-), tipe
fraktur spiral dan transversal
- II : laserasi > 1 cm, luka terbuka, kontaminasi (+), tipe fraktur
kominutif
- III : luka hebat, kontaminasi (+++), tipe fraktur kominutif berat
 IIIA : soft tissue masih menutupi tulang
 IIIB : periosteal stripping
 IIIC : lesi vaskuler (+)
c. Berdasarkan pergeseran
 Fracture Dislocation (displacement)
 Angulasi (varus, valgus, anterior, posterior)
 Rotasi
 Shortening
 Translation  berpindah
Elongasi tidak mungkin karena saat fraktur, otot otomatis akan kontraksi
 Nondisplaced
3. Diagnosis Fraktur (dilakukan setelah primary survei)
a. Subjektif
 Riwayat trauma (+)  tanyakan MOI
 Tulang putus
 Nyeri
 Bengkak, memar, berdarah
 Gangguan fungsi
b. Objektif (LFM)
 Look
 Luka (vulnus), deskripsikan (syarat luka harus bersih dari darah):
- Jenis luka
 V. ekskoriatum : luka lecet (erosi epidermis tanpa titik perdarahan)
 V. abrassum : luka babras (luka superfisial + bintik perdarahan)
 V. contusium : luka memar (perdarahan superfisial tertutup)
 V. apertum : luka terbuka

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 V. punctum/ictum : luka tusuk (kedalaman > lebar)


 V. laceratum : luka robek (kedalaman < lebar, tepi ireguler)
 V. scissum : luka sayat (benda tajam, tepi rata)
 V. incissum : luka insisi operasi
 V. caesum : luka tajam + tumpul
 V. sclopetorum : luka tembak
 V. combustio : luka bakar
 V. morsum : luka gigitan (misal pada gigitan ular)
 Degloving : pemisahan fascia dengan otot
- Lokasi (regio)
- Jumlah
- Ukuran (dimensi)
- Tepi luka (rata / tidak)
- Kontaminan
- Adakah bone exposed
- Adakah perdarahan
Contoh: didapatkan vulnus apertum regio femur dextra 1/3 proksimal lateral,
jumlah satu, dengan ukuran 3 x 5 cm sedalam otot, tepi ireguler, tanpa
kontaminan, bone exposed, maupun perdarahan aktif
 Swelling
 Warna kulit
 Hematom
 Deformitas
 Bone Exposed
 Feel (palpasi)
 Suhu
 Nyeri tekan
 NVD (neurovaskuler distal)
- Palpasi pulsasi arteri bagian distal dari jejas
- Tes motorik dan sensorik bagian distal dari jejas
- Bila ada, pasang pulse oxymetri
 Krepitasi  HANYA BOLEH DILAKUKAN SAAT PEMBIDAIAN, mencari
krepitasi adalah kriminal (first, do no harm)
 Movement
 Memeriksa MMT
 Memeriksa ROM (terbatas / tidak)
c. Assessment, contoh deskripsi fraktur:
 Open fracture 1/3 Distal Femur Dextra grade IIIB
 Closed Fracture 1/3 middle shaft tibia Sinistra grade 2
d. Planning
 Diagnosis
- Radiologi
o X-ray AP/Lateral/oblik sesuai regio
o CT-scan kepala + bone window,
o Arteriografi untuk lesi vaskuler
 Terapi (4R)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

- Recognition  mengenali masalah dan tindakan yang perlu


- Reduction  mengembalikan ke posisi seanatomis mungkin
 Reduksi tertutup
 Reduksi terbuka (OR)  fraktur terbuka atau tidak stabil, fraktur sendi,
reduksi tertutup tidak memungkinkan, kerusakan neurovaskuler
- Retention  mempertahankan posisi
 Pembidaian
o Tujuan: imobilisasi untuk menghindari trauma tambahan dan rasa
sakit pasien
o Prinsip
(1) Luka terbuka harus dirawat dulu. Luka terbuka ditutup dengan
kasa steril. Tulang yang terekpos tidak boleh dimasukkan
sembarangan.
(2) Bidai melewati 2 sendi proksimal dan distal dari trauma
(3) Bidai 3 sisi (lateral, medial, posterior), sisi yang empuk
menghadap ke dalam
(4) Ikat setidaknya di 3 tempat dengan jarak yang sama, dengan
ikatan tali sepatu, simpul di sisi lateral, tapi jangan dibebat seperti
mumi karena bisa bikin kompartemen sindrome
(5) Evaluasi NVD sebelum dan sesudah bidai dipasang, ekstremitas
kanan dan kiri
 Traksi
o Menarik sesuai sumbu anatomi, untuk menghindari kontraktur dan
kompresi
o Macam:
 Skin traction : menarik tulang dari luar kulit, biasanya pada anak-
anak, berat beban 1/7 BB maksimal 5 kg, lebih dari itu bikin
degloving
 Skeletal traction: menarik dari dalam tulang, tidak disarankan
untuk anak-anak
 Gips / Cast splint
 Brace  digunakan 3 – 6 minggu setelah tulang mengalami union (sesuai
Perkin’s Time Table), sendi lebih fungsional sehingga bisa dipakai untuk
aktivitas terbatas
 Fiksasi Internal (IF = internal fixation, ORIF = open reduction + internal
fixation), dengan menggunakan plate and screw (P – S), intermedullary
screw, wire
 Fiksasi Eksternal dengan menggunakan sekrup di luar kulit. Digunakan
pada kasus yang harus rawat luka terbuka, fraktur daerah sendi, fraktur
berat, malunion
- Rehabilitation  mengembalikan ke fungsi sefisiologis mungkin
4. Sindroma kompartemen
a. Adalah peningkatan tekanan intersitial pada ruangan osteofasial yang tertutup
b. Sign & Simptom 5P (pain, pallor, pulseless, parestesia, paralisis)
c. Manajemen  dekompresi segera (lepas semua benda yang melingkari) 
fasiotomi bila beda tekanan diastol dan kompartemen > 30 mmHg, atau ada > 3 dari
5P

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

6. Radiologi
a. Syarat rule of two:
o views (AP + lateral),
o joints yang terlibat,
o limbs (D et S)
o injuries (dua lokasi/regio)
o events (dua waktu)
b. Cara baca:
- identitas, jenis foto, tempat periksa, tanggal, jam, marker R/L, kelayakan baca
- A : allignment (posisi tulang dan sendi terhadap sumbu normal) – slightly
angulated
- B : bone (densitas osteolitik / osteoblastik, deformitas, fracture line),
bila ada fracture line, deskripsikan:
o Site / lokasi fraktur  1/3 proximal tibia (D)
o Extension / keterlibatan struktur sekitar  (-)
o Configuration / jenis fraktur  spiral
o Relation in-between / hubungan fraktur  angulation displacement
Contoh: didapatkan garis fraktur spiral, displaced angulation di 1/3 proksimal
tibia, tanpa keterlibatan struktur sekitar
- C : cartilage
- S : soft tissue
Closed fracture tibial plateu D grade II

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

5. Perkins Time Table


a. Hematom, inflamasi  proliferasi sel terbentuk kalus  union  konsolidasi 
remodelling
b. 3 minggu = union dari fraktur spiral esktremitas atas
6 minggu = konsolidasi fraktur spiral ekstremitas atas
Ekstremitas bawah 2 kali lipat lebih lama
Tambahkan 25% pada jenis fraktur selain spiral, transversal dikalikan 2

C. KASUS TRAUMA
1. Laki-laki 14 tahun, kecelakaan. Pasien mengeluh nyeri dan luka pada tungkai bawah
kanan, pingsan (-), nyeri (-), nyeri pada paha dan lutut kanan, menggerakkan lutut kanan
tidak bisa karena nyeri. Tidak ada jejas dan cidera lain

 Karena primary survei sudah dalam kondisi stabil maka akan dilanjutkan ke secondary
survei
- Exposure  JANGAN LUPA LOG-ROLL untuk tahu wound di posterior
- Adjunct to : USG FAST, XRAY (servikal, thorax, pelvis)  KALO MISAL GA
DITANYA GAUSAH BILANG
 Kalo misal disuruh secondary ya AMPLE tanyakan

 Anamnesis
- Perkenalkan diri
- Nama, Alamat, Usia, Status, Pekerjaan
- Jatuhnya kapan? Di mana? Tempat kotor/bersih? Bagaimana jatuhnya
 Pemeriksaan Fisik  SELALU KANAN DAN KIRI
- Look : closed (Swelling, deformity, contusio), open (wound, bone exposed)
- Feel : tenderness, NV distal
 Ekstremitas bawah
 Arteri
o a. Dorsalis pedis (di antara extensor halucis dan extensor digitorum 2)
o a. Tibialis posterior (posterosuperior dari maleolus medianus)
o kalau lesi di femur a. Poplitea
 Nervus
o Motoris
 N. Peroneus superfisialis : eversi
 N. Peroneus profundus : dorsofleksi (ekstensor)
 N. Tibialis : plantarfleksi (flexor)
o Sensoris
 Raba, tusuk, suhu
 Ekstremitas atas
- Movement
 Coba angkat kaki, dan tekuk
 Pada pasien didapatkan ROM aktif terbatas pada saat dorsofleksi sudut ...,

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Diagnosis awal  SUSPEK closed fraktur humer


 Pemeriksaan Radiologi  AP Lateral gausah kontralateral, baca!
- Layak baca  bisa dibedakan soft tissue dan tulang, 2 joint, 2 position
 Diagnosis kerja  closed fracture right radial ulna 1/3 proximal
 Planning:
- Fiksasi dengan BIDAI  sementara
- Rujuk ke ortopedi untuk dapat terapi definitif
Siapkan anatomical length, apparent, true
UNTUK BIDAI SISAKAN 4 menit

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN BEDAH ANAK


A. RESUSITASI CAIRAN
1. Fisiologi cairan
a. Komposisi cairan neonatus 75 – 80% BB, dewasa 60 – 65% BB
b. Bayi baru lahir kehilangan cairan melalui:
 Air seni
 Feses
 Insensible water loss = IWL (evaporasi lewat kulit dan pernapasan)
 Bayi aterm = 1 ml/kgBB/jam
 Bayi preterm = 3 ml/kgBB/jam
Meningkat pada kondisi demam, sesak, fototerapi, inkubasi
c. EBV (estimated blood volume)
 Bayi aterm 90 cc/kgBB
 Bayi preterm 100 cc/kgBB
 Anak 80 cc/kgBB
 Dewasa 70 cc/kgBB
2. Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Estimasi 3 – 5% 6 – 9% > 10%
kehilangan cairan
Kebutuhan 6% 8% 10%
resusitasi
Kesadaran Compos mentis Drowsiness Drowsiness, lemah,
Ingin minum Sangat haus tak bereaksi
Fontanella Normal Cekung Sangat cekung
Sunken eyes Mata cowong
Mukosa Basah Kering Sangat kering
Pulsasi Normal Cepat, lemah Cepat, sangat
lemah
Napas Normal Cepat dalam Cepat dalam
CRT < 2 detik 2 – 4 detik > 4 detik
Tekanan Darah Normal Normal HIpotensi
3. Tujuan resusitasi
a. Menjaga sirkulasi efektif
b. Agar perfusi organ primer (otak, jantung) tidak terganggu
c. Mengatasi dehidrasi
4. Macam resusitasi
a. Medical resuscitation  dengan cairan kristaloid, koloid, atau komponen darah
b. Surgical resuscitation  apabila medical tidak memungkinkan
5. Yang harus diperhatikan:
a. Jenis cairan
 Rehidrasi : isotonik / hipertonik
 Maintenance : hipotonik (D5NS, D10NS)
b. Jumlah cairan
 Resusitasi I : 20 ml/kgBB  dapat diulang jika klinis tidak membaik
 Maintenance : sesuai dengan hitung-hitungan estimasi defisit cairan (EDC)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

c. Kecepatan pemberian
 Resusitasi I : 20 – 30 menit
 Maintenance : 8 jam pertama menghabiskan 50% dari EDC, 16 jam kedua8
menghabiskan 50% sisanya
d. Dipertahankan sampai kapan
6. Maintenance = kebutuhan cairan normal + defisit
a. Holiday Segar, kebutuhan pada kondisi normal
Per 24 jam Per jam Misal, BB pasien 25 kg 
pecah jadi 10 kg + 10 kg + 5
kg
10 kg pertama x 100 cc x 4 cc 1000 cc/hari 40 cc/jam
10 kg kedua x 50 cc x 2 cc 500 cc/hari 20 cc/jam
kg sisanya, x 20 cc x 1 cc 100 cc/hari 5 cc/jam
apabila BB > 20
kg
Jumlahkan 1600 cc/hari 65 cc/jam =
1560 cc/hari
n.b.:
Apabila pasien BB-nya 13 kg  (100 x 10 kg) + (50 x 3 kg)
Apabila pasien BB-nya 3 kg  (100 x 3 kg)
7. Aplikasi
Bayi laki-laki / 3.000 gram / 2 hari dengan dehidrasi sedang (8%)
 Kebutuhan resusitasi = 8% x 3.000 gram = 240 cc dalam 24 jam dengan RL
 Kebutuhan maintenance = 100 x 3 = 300 cc dalam 24 jam dengan D10½NS
Alur resusitasinya adalah sbb:

8. Restriksi cairan atau memperpanjang resusitasi menjadi > 1 jam, dilakukan pada:
a. Kelainan jantung bawaan

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

b. Edema paru
c. Kelainan ginjal (nefrotik sindrome)
d. Hiperesponsif pada pasien normal (pasien sesak dalam beberapa menit setelah
resusitasi)

B. OBSTRUKSI – INTUSUSEPSI

obstruksi
(dibatasi ligamentum
treitz)

letak tinggi letak rendah


(muntah) (kembung)

billous non-billous atresia ani ->


hirschsprung
tanyakan
disease
VACTERL*)
atresia malrotasi
intralumen ekstralumen
esofagus gaster delayed
with fistule meconeal > 24
(rectovestibul jam; 5 hari
atresia melibatkan ar cewek, meconeal
pankreas with fistule w/out fistule
duodenum ampula vateri rectouretra belum bersih
cowok)
hypertropy atresia
pyloric duodenum
stenosis w/out fistule

 VACTERL  bila ada kelainan kongenital, curigalah bahwa organ lain juga defek / anomali:
- Vertebral
- Anorectal (atresia)
- Cardiac
- Tracheo-(esophagus fistule)
- Esophagus (atresia)
- Renal
- Limb

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

ANAMNESIS
Memperkenalkan diri, sapa,
empati
Informed consent
Identitas pasien Nama, Usia, Alamat
Berat Badan
Keluhan utama What
(OLDCHART / 5W + 1H) How
 CHaracteristic
When
 Onset
 Duration
 Timing
 Aggravating / Allievating
Where
 Locationa
 Radiation
Why
 Risk factor & etiology (CINTO)
Riwayat prenatal - Hamil ke berapa (misal: P2002Ab000)
- Usia ibu saat hamil
- Riwayat ANC
- Gangguan saat hamil
- Konsumsi obat
Riwayat natal  Lahir di mana
 Ditolong siapa
 Normal / SC
I : L / 2.700 kg / sptB / at /  Preterm / aterm / postterm
bidan  Kondisi ketuban, warna, banyak
II : P / 3.400 kg / SC / post /  Berat badan lahir
obg  APGAR score
 Riwayat hipoksia arna kulit bayi saat lahir
Riwayat postnatal - Bayi langsung menangis / tidak
- Bergerak aktif / tidak
- Keluar dengan BAB / tidak
- Saat minum ASI biru / tidak
- Keluar BAB kapan
Riwayat keluarga Adakah kelainan serupa?
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis  KU & GCS
 TTV
 Kepala Leher  anemis? ikterik? Sunken eyes?
 Thorax
 Abdomen  tanda obstruksi (distensi, rounded, warna
mengilat, BU (+) meningkat, metalic sound, nyeri tekan
+/-)
 Ekstremitas  cari tanda dehidrasi lain, turgor kulit, CRT
Status Lokalis Evaluasi anus +/- Rectal Tussae dengan jari kelingking

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Red current jelly stool  adanya kompresi vena, saat


usus mengalami hipermotilitas, clot darah akan keluar
bersama feses
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Atresia Ani  Babygram  foto X-ray AP full body, untuk menentukan
letak obstruksi
 Cross table lateral / knee chest position  bayi dalam
posisi pronasi, pelvis elevasi (seperti sujud), untuk
melihat udara yang paling distal pada rektum. Kelihatan
pada anorectal malformation tanpa fistula, udara akan
naik ke tempat yang paling tinggi, dapat diukur jarak
antara perineum dengan udara distal tersebut (> 1 cm / <
1 cm) untuk menentukan tindakan
Hirschsprung  BOF  lihat tanda obstruksi (herring bone posisi, step
ladder sign)
 Laterolateral
 Barium enema hirschsprung technique  pembesaran
segmen aganglionik
Intususepsi  USG  doughnut sign (potongan probe melintang),
saussage sign (potongan probe membujur)
 BOF atau barium enema  letak obstruksi / sumbatan,
gambaran cupping & coil spring

Contoh kasus
Seorang bayi laki-laki usia 6 bulan, 9 kg, dibawa ibunya ke IGD karena muntah sejak kemarin.
Riwayat diare 3 hari SMRS, BAB darah ada lendir (+), perut kembung 2 hari SMRS
Pemeriksaan fisik:
Bayi merintih, kehausan, bibir kering, dan ubun-ubun cekung, nadi 180 bpm teraba lemah, suhu
350C, BAK 1 kali, BAB (+) dengan red current jelly stool
1) Anamnesis tambahan, sesuai tabel
2) Usul pemeriksaan penunjang
 Lab : DL, SE, BGA, feses lengkap
 Radiologi :
 USG abdomen (doughnut sign / target sign, saussage sign),
 foto BOF (step ladder, herring bone)
3) Diagnosis: low level bowel obstruction dt susp invagination dengan dehidrasi berat (/sedang?)
4) Diagnosis banding
 Disenteri basiler  diare berdarah, tennesmus
 Volvulus
 Hernia interna
 Meckel divertikulum
 Prolaps recti  pada RT ada segmen usus yang kolaps
5) Penatalaksanaan awal
a) Oksigenasi
b) Pasang IV line 2

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

c) Shock position
d) Resusitasi cairan sesuai derajat dehidrasi  kadang disuruh menghitung
e) Dekompresi dengan OGT
f) Pasien puasa dulu
g) Kateter
h) Antibiotik broad spectrum  iv Amoxicillin 10 mg/kgBB
i) Pertahankan suhu tubuh
6) Edukasi dan Komunikasi, penatalaksanaan lanjutan
a) Diagnosis
Ibu, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, saya mendiagnosis
anak ibu dengan sumbatan usus yang dikarenakan intususepsi. Artinya usus yang
sebelah atas masuk ke usus di bawahnya, sehingga menyebabkan sumbatan. Hal ini
seringkali disebabkan karena perubahan makanan dari ASI eksklusif menjadi makanan
pendamping ASI.
b) Terapi
Selain itu anak ibu juga mengalami kembung sehingga perlu puasa, dan dipasang
selang lewat mulut, lalu dehidrasi sedang / berat akibat muntah dan diare sehingga perlu
kami lakukan resusitasi cairan dan pemasangan kateter. Untuk terapi pastinya, saya
akan merujuk ke dokter spesialis bedah anak.
Kemungkinan akan dioperasi, membebaskan sumbatan, dipotong jaringan yang mati,
ataupun dibuatkan jalur baru untuk BAB di perut, sehingga perlu kami rujuk ke
pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
c) Komplikasi
Jika tidak segera dirujuk maka jaringan yang mati akan semakin meluas, dan
memperburuk kondisi hingga dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berujung
kematian
d) Prognosis
Kami akan usahakan dulu semaksimal mungkin, agar anak ibu dapat tertangani dengan
baik. Namun tidak dapat menjamin keberhasilan terapinya sampai 100%, karena segala
hasil ada di tangan Tuhan.
Apakah ada yang kurang jelas?

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN BEDAH DIGESTIF


A. HEMORRHOID
Laki-laki, 66 tahun, keluar BAB darah selama 9 bulan terakhir
a) Lakukan anamnesis
Salam, perkenalkan diri Perkenalkan saya DM Andrian yang hari ini akan memeriksa
bapak
Tanya identitas pasien Nama
Alamat
Usia
Status
Pekerjaan
Informed consent Saya akan tanya-tanya berkaitan dengan keluhan bapak.
singkat Tenang saja, semua rahasia akan saya jaga, pak. Apakah
bapak bersedia?
Keluhan Utama What  keluar BAB darah + - (What) apa yang
benjolan dari anus + nyeri? membuat bapak ke
 Onset  awalnya 9 bulan sini?
terakhir - (How) bisa
 Lokasi  dari dalam atau luar diceritakan
anus? bagaimana BAB
 Durasi  keluhan berapa lama darahnya? Warna,
 Character keluar saat apa?
- warna darah (merah segar / Apakah ada
hitam) benjolan?
- darah keluar saat feses - (When) sejak
keras kapan?
- benjolan bisa keluar masuk - (Where) kalau ada
 Aggreviating/alleviating  benjolan di mana?
keluar saat apa, masuk saat Kalau ada nyeri di
ngapain mana? Menjalar
 Radiating  ada nyeri atau tidak
menjalar - (Why) benjolan
 Timing keluar saat apa?
Masuk saat apa?
Riwayat Penyakit  Apakah pernah menderita seperti ini sebelumnya?
Dahulu  HT? DM? riwayat MRS? Trauma?
 Peningkatan tekanan abdomen: riwayat batuk kronis?
Keluhan kencing?
Riwayat Pengobatan  Sebelum kemari pernah ke pengobatan apa?
 Obatnya apa? Warna, bentuk? Berapa kali sehari? Ada
keluhan setelah minum itu?
 Pernah alergi obat / makanan?
Riwayat Penyakit  Adakah di keluarga yang sakit demikian?
Keluarga  HT, DM, dll
Riwayat Sosial  Apakah pekerjaan mengharuskan duduk lama?
 Seberapa banyak minum sehari?
 Makanan apa yang biasa dikonsumsi?

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Apakah sering BAB tidak lancar?


 Change of bowel habit dalam > 6 minggu ada perubahan
kebiasaan BAB, diare konstipasi, frekuensi, darah?
 Penurunan BB drastis?
Sistemik Apakah ada keluhan lain:
 Demam?
 Pusing?
 Mual muntah kembung?
 BAK?
Review  Merangkum hasil wawancara
 Menanyakan ada yang kurang / ditanyakan?
Pemeriksaan Fisik  Baik, untuk sementara saya menduga bapak terkena
hemorrhoid / wasir / ambeien, namun untuk diagnosis
lebih lanjut saya perlu melakukan pemeriksaan fisik
Status Generalis  KU, GCS
 Kepala, Leher
 Thorax
 Abdomen
 Ekstremitas
Status Lokalis Grade II, III, IV
 Inspeksi perineum dan anus
- Tampak nodul yang keluar dari dalam anus, berwarna
merah kehitaman, dapat dimasukkan dengan jari /
tidak
Grade I
 Valsava manouver
 Rectal tussae  untuk menyingkirkan DD
- TSA (+)
- Teraba nodul di mukosa rektum UBBJKLMN (ukuran,
bentuk, batas, jumlah, konsistensi, letak arah jam,
mobile, nyeri)
- Kolaps dari ampula rectum (-)
Pemeriksaan Penunjang  Umum
- DL  fokus ke anemia akibat perdarahan saluran
cerna bawah
- Feses Lengkap  melihat darah samar
 Hemorrhoid interna grade I atau curiga keganasan:
- Anoscopy
- Proctoscopy (rectum)
- Sigmoidescopy
Diagnosis  Hemorrhoid interna gr I: pembesaran pleksus hemoroid
tapi tidak prolaps ke luar, perdarahan akibat trauma feses
keras
 Hemorrhoid interna grade II: pembesaran pleksus
hemoroid, prolaps ke luar, dapat masuk sendiri
 Hemorrhoid interna grade III: pembesaran pleksus
hemoroid, prolaps ke luar, tidak dapat masuk sendiri,
dapat dimasukkan dengan jari

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Hemorrhoid interna grade IV: pembesaran pleksus


hemoroid, prolaps ke luar, tidak dapat masuk sendiri,
tidak dapat dimasukkan dengan jari  dapat terjadi
trombus
 Hemorrhoid eksterna  pembesaran pleksus hemoroid di
luar rektum
Terapi  Nonfarmakologi
- Banyak minum air
- Banyak makan serat (buah, sayur)
- Kurangi duduk  banyakin olahraga
- Jangan biasa menahan BAB
 Farmakologis:
- Vegeta (suplemen serat)
- Bisacodyl / DulcolaxTM 2 x 5 mg supp. (pencahar)
- Ardium 2 x 500 mg (golongan bioflavonoid, ),
 Isinya Hidrosmin, hidriosmin  cara kerja
venaskleroting agent
- Simtomatis antinyeri kaltofren supp.
 Operatif:
- Hemoroidektomi pada grade III dan IV
- Hemoroidektomi pada grade I dan II yang nyeri atau
ada komplikasi lain

A. APENDISITIS AKUT

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN ONKOLOGI
A. TIROID
Salam, memperkenalkan diri
Identitas pasien Nama
Usia
Alamat
Status
Pekerjaan
Informed consent Saya akan menanyakan beberapa hal terkait keluhan
yang ibu rasakan. Lalu nanti juga saya akan memeriksa
ibu untuk menegakkan diagnosis. Tenang saja, privasi
ibu akan saya jaga. Apakah bersedia?
Keluhan utama Benjolan
O: sejak kapan? Membesar tiba-tiba / pelan
L: di mana? Di kanan saja/kiri kanan
D: ada nyeri? Nyerinya terus-terusan?
Ch: nyerinya seperti apa?
A: keluhan memburuk/membaik saat apa?
R: ada di tempat lain? Nyeri menjalar?
T: gejalanya
RPS + review of system  Pusing?
 Deg degan
 Sering berkeringat
 Badan kurus drastis
 Tremor?
 Nyeri telan
 Serak
 Sesak? Batuk?
 Nyeri perut?
 BAB BAK?
RPD Dulu pernah seperti ini?
Ada tumor?
HT, DM, penyakit lain?
RPK Keluarga ada yang sakit demikian?
Tetangga?
R Sosial Pekerjaan?
Suka makan garam? Beryodium?
Pemeriksaan Fisik Baik, saya lanjutkan ke pemeriksaan fisik, ibu silakan
duduk
Cuci tangan!!!
Inspeksi  Nodul yang terlihat
 Simetrisitas nodul
 Warna kulit
 Venektasi
 Ulkus
 Menelan ludah!!!
Palpasi  Nodul  UBBJKLMN

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 KGB submental sampai


B. CA MAMMA

Salam, perkenalkan diri Selamat siang bu, perkenalkan saya DM Andrian


yang jaga hari ini
Identitas Pasien Nama
Alamat
Usia
Status
Pekerjaan
Informed Consent Saya akan menanyakan beberapa hal terkait
penyakit ibu. Tenang saja, rahasia ibu akan saya
jaga. Apakah bersedia?
Keluhan Utama What?
O  sejak kapan? tiba-tiba?
L  lokasi di mana saja?
D  durasi saat terjadi keluhan?
C  karakter nyeri ditusuk, benjolan membesar
cepat disertai borok / pecah?
A  aggravating allievating
R  nyeri menjalar? Benjolan bertambah di tempat
lain?
T  saat kapan gejala muncul
Riwayat Penyakit Sekarang  Demam
+ review of system (untuk  Pusing
kecurigaan metastase)   Batuk, Sesak
tanyakan OLDCHART juga  Dada berdebar
 Nyeri perut
 Nyeri pinggang
 BAK
 BAB
 Nyeri sendi tangan kaki
 Bengkak
Riwayat Penyakit Dahulu HT, DM, tumor di tempat lain, MRS
Riwayat Keluarga Apakah ada keluarga yang menderita tumor serupa /
kanker lain?
Riwayat Sosial  Pekerjaan
 Menikah, berapa kali?
 Anak berapa?
Riwayat Obstetri & - Menarke usia?
Ginekologi - Menopause usia?
- Anak terakhir usia?
- Riwayat menyusui? Masih aktif? Hingga usia
berapa?
- KB? Terapi hormonal?
Review Rangkum kembali isi wawancara + tanyakan bila ada
tambahan / pertanyaan

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

Pemeriksaan Fisik
Informed Consent  Baik, untuk keperluan diagnosis, saya akan
melakukan pemeriksaan fisik.
 Ibu tenang saja, saya akan bertindak
seprofesional mungkin dengan ditemani oleh
asisten, dan kami akan menjaga privasi ibu.
Apakah bersedia?
Cuci tangan
Persiapan pasien  Silakan duduk di bed
 Minta tolong bajunya untuk dibuka
Inspeksi  Simetrisitas
 Benjolan yang terlihat
 Warna kulit
 Retraksi, ulkus
 Venektasi
 Discharge dari puting
 Pasien tarik napas, angkat tangannya tinggi-
tinggi, dan kacak pinggang  lihat mobilitas
tumor terhadap dinding dada
Palpasi Mammae (lokal) - Ibu silakan berbaring di bed, tangannya ditekuk
ke atas dijadikan bantal, saya akan memeriksa
payudaranya
- Dengan teknik sirkuler dari medial ke lateral /
longitudinal sejajar atas ke bawah / konvergen
dari lateral ke medial  cari tumor 
UBBJKLMN
 Ukuran
 Bentuk
 Batas
 Jumlah
 Konsistensi
 Lokasi
 Mobilitas
 Nyeri tekan
Palpasi KGB (regional)  Silakan duduk lagi bu, saya akan memeriksa
kelenjar getah bening
 Tangan kanan pasien ditopang oleh tangan
kanan pemeriksa, tangan kiri pemeriksa
melakukan palpasi, dan vice versa.
 Lokasi:
- Aksila
 Sentral
 Lateral
 Pektoral (medial)
 Subklavikular (atas)
 Infraklavikular (bawah)
- Mamaria interna
- Supraklavikula

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

1. Staging Ca Mamma
a. Klasifikasi TNM
Tx Tumor primer tidak dapat ???
dievaluasi
T0 Tidak ada tumor primer
Tis Karsinoma insitu
T1 Diameter terbesar < 2 cm
T2 Diameter terbesar 2 – 5 cm
T3 Diameter terbesar > 5 cm
T4 Ukuran berapa pun, tapi
sudah ada ekstensi
 T4a Ekstensi ke dinding dada Ketika dipalpasi lengket
kecuali m. Pectoralis mayor ke dinding dada, mobilitas
dan minor (-)
 T4b Ekstensi ke kulit Peau d’orange, ulserasi
 T4c Ekstensi ke dinding dada +
kulit
 T4d Inflamatory carsinoma Ada tanda inflamasi

Nx KGB regional tidak dapat Misalnya sudah pernah


dievaluasi diambil sebelumnya
N0 Tidak ada keterlibatan /
metastasis KGB regional
N1 Keterlibatan KGB aksila
ipsilateral, mobile
N2 Keterlibatan KGB aksila
ipsilateral, fixed
N3
 N3a KGB Aksila infraklavikula
ipsilateral
 N3b KGB Mamaria interna
ipsilateral
 N3c KGB Supraklavikuler

Mx Metastasis masih belum Belum ada pemeriksaan


bisa dipastikan penunjang untuk
memastikan metastasis
M0 Tidak didapatkan
metastasis
M1 Ada metastasis HARUS DITULIS
METASTASE KE MANA,
(vertebrae, mamma
kontralateral, tulang, paru,
hepar, otak)

b. Stadium, biar mudah dihapalin aku tulis yang menjadi pembeda


 0 : Tis N0 M0
 1 : T1 N0 M0
 IIA : N1, atau T2 tapi N0

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 IIB : T2 tapi N1, atau T3 N0


 IIIA : T<3 N2, atau T3 N>0
 IIIB : T4 N<3
 IIIC : N3
 IV : M1
2. Pemeriksaan Penunjang
a. USG payudara kontralateral karena yang ipsilateral sudah jelas
+ Mammografi  apabila tumor < 3 cm, atau usia > 35 tahun
b. USG axilla D et S  untuk melihat keterlibatan KGB
c. X-ray Thorax AP  untuk melihat metastasis ke paru
d. USG abdomen / hepar  melihat metastasis ke hepar
e. Pemeriksaan sitologi FNAB  bukan gold standard, hati-hati bisa menambah
staging karena kontak dengan kulit. Kalau memang perlu mending langsung core
biopsi yang sudah gold standard.
f. Pemeriksaan histoPA (GOLD STANDARD)  kirim ke PA untuk dites
imunohistokomia  menentukan terapi
Sampel bisa diambil dengan salah satu dari:
 Core biopsi  jarum besar, keluarnya kaya mie, sampel berupa jaringan
 Eksisi biopsi  tumor ukuran < 3 cm
 Insisi biopsi  tumor > 3 cm
 Spesimen masektomi + KGB (sekalian di masektomi sekalian diperiksa)
g. Pemeriksaan imunohistokimia
 ER (estrogen receptor) (+)  terapi hormonal inhibitor (misal: Tamoxifen,
Femara / Letrozol)
 PR (progesteron receptor) (+)  terapi hormonal inhibitor
 HER-2 (+)  terapi targetting cells (Trastuzumab, Lapatinib, Bevacizumab)
h. Pemeriksaan Lab
 DL
 OT/PT
 Ur/Cr
3. Stadium IIIA ke atas  terapi neoadjuvant (kemoterapi sebelum dilakukan operasi)
sampai jadi minimal stadium IIB, atau ke bawah, baru dilakukan insisi / eksisi biopsi
4. MRM : stadium IIIA boleh, atau IIIB dengan neoadjuvant
5. Terapi
a. Masektomi
 Simpel :
 BCS
 BCT : proporsi payudara masih besar dibanding tumor, ada fasilitas PA
dan radioterapi,
 Radikal : mengangkat KGB, ganas yang tidak bisa dilakukan simpel
 MRM (modified)  menyisakan, mulai T4a ke atas tidak boleh

b.
6. Indikasi radioterapi pasca MRM:
 N1
 Stadium III

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Stadium IV
 Batas kedalaman sayatan MRM menyisakan jarak < 1 cm dari dinding dada

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

CONTOH KASUS
1. Subjektif
a. Wanita, 45 tahun, ...
2. Objektif
3. Assessment
Tumor mamma S suspek ganas T4bN2Mx
4. KIE
a. Dari hasil pemeriksaan saya, ibu menderita tumor yang kemungkinan ganas,
sehingga perlu kami lakukan pemeriksaan penunjang berupa
 Diagnostic  open biopsy
 Staging  DL, OT/PT, Ur/Cr, Thorax, USG mammae kontralateral, USG axilla,
USG liver (Paru, liver; kalo tiroid paru)
b. Kemungkinan besar akan dilakukan neoadjuvant dulu sampai mengecil baru
diangkat, kemudian nantinya juga perlu diradioterapi.
 Kemoterapi terapeutik
 Neoadjuvant  untuk down sizing, down staging  MRM (diambil dengan
free margin 2 cm preservasi m. Pectoralis minor, a/v torakodorsalis, n.
Torakalis longus
 Adjuvant
 Kemoterapi paliatif  untuk yang M1

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN BEDAH PLASTIK


A. COMBUSTIO
1. Primary survei singkat
 A: airway paten, dengan cervical spine stabil  HATI-HATI pada kombus yang
mengenai wajah dan ledakan elpiji ruangan tertutup, curiga trauma inhalasi 
lakukan intubasi segera, sebelum edema laring (golden period 30 – 45 menit pasca
trauma)
 B: spontan, RR 20 x/menit, reguler, simetris  NRBM 10 lpm
 C: hemodinamik stabil  pasang IV line 2, ambil sampel darah, DL, BGA, SE, tube
(NGT, kateter), D: GCS 456, pupil isokor 3 mm | 3mm
 Fokus ke E hitung-hitungan luas!
- Pasien ditelentangkan, dibuka seluruh pakaian menggunakan gunting  nilai
luas luka bakar dengan rule of nine atau rule of palm
- Pasien dilog-roll  nilai luas luka bakar
p.s. ukuran luka bakar di soal selalu > 70%, jadi terapi maksimalnya hingga sebatas
luas 50% saja, kecuali bila CVC sudah terpasang dan bisa dimonitor barulah bisa
gelontor cairan sesuai luas luka bakar yang sesungguhnya
2. Rule of nine
3. Rule of palm  setiap luka bakar yang menyebar seukuran telapak tangan bernilai 1%
4. Grade:
a. I : hiperemis, nyeri, bula (-)
b. II : bula (+), nyeri, hipersensitivitas
IIA : epidermis + dermis bagian atas
IIB : epidermis + dermis bagian tengah
c. III : kulit pucat, kaku, kering, tidak nyeri, luka seluruh lapisan kulit bahkan bisa
subkutis
5. Diagnosis
Luka bakar, grade IIA dan IIB luas 75% regio femur-cruris D / S
(bisa ditambah ec ... dan dengan komorbid ...)
6. BAXTER
a. Dewasa : 4 x BB x luas (minimal 15%, maks 50%)
Anak : (2 x BB x luas) + Holiday Segar
b. Prinsip terapi cairan kristaloid : koloid 17 : 3
 setengah volume habis dalam 8 jam pertama,
 setengah volume habis dalam 16 jam kedua (koloid dimasukkan 8 jam terakhir)
7. Terapi
a. Resusitasi cairan
b. Morfin
c. Antibiotik profilaksis kalo mau naik OK (cefazolin)
d. Planning  debridema (grade I II) + salep , eskarotomi (grade III)
e. Antitetanus
8. Jangan lupa MENCATAT DI REKAM MEDIK!!!
9. Adjunc to
a. Cervical AP lateral
b. Thorax AP

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

c. EKG
10. Trauma listrik
a. Grade minimal 3
b. Tentukan luka masuk luka keluar
c. Penanganan awal  eskarotomi
d. Pemeriksaan penunjang
e. trauma listrik (UL, EKG)
f.
11.

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN BEDAH SARAF


A. PRIMARY SURVEY
Primary survei bener-bener dilakukan. Lihat primary survei di departemen ortho.
Adjunct to primary survei yang penting pada trauma kepala:
- Skull X-ray
- Cervical X-ray AP lateral
- Thorax X-ray AP
- Pelvic X-ray
- FAST USG
Pitfall:

 Airway  jangan lupa menstabilkan C-spine dengan collar brace


 Disability  mengecek GCS harus dengan suara dulu, tidak boleh disentuh supaya
tidak rancu
 Di akhir sesi harus bilang MENULIS DI REKAM MEDIS
B. SECONDARY SURVEY
Dilakukan setelah primary survei dan adjunct to primary survei terlaksana
Merupakan anamnesis ke penderita (autoanamnesis), atau heteroanamnesis
1. A : allergy (obat dan makanan)
2. M : medication, (obat-obatan yang diminum sebelumnya)
3. P : past medical illness, pregnancy
4. L : last meal
5. E : event at injury (kapan, di mana)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

DEPARTEMEN BTKV
A. LESI VASKULER
Primary survei bener-bener dilakukan
1. Pastikan diri kita aman sebelum menolong (APD)
2. Primary survei pada pasien trauma, ABCD biasanya aman, E status lokalis + cegah
hipotermia
a. C  apabila ada syok  cari perdarahan eksternal dulu baru internal (thorax, abdomen,
pelvis, tulang panjang, retroperitoneal)
b. Adjunctive paling penting foto X-ray
3. Secondary survei
a. Head to toe
4. Suspek lesi vaskuler apabila:
a. HARD sign : tanda pasti adanya vascular injury
 Absense pulse pada distal (bukan lemah, tapi tidak ada, saturasi 0%)
 Audible bruit
 Palpable thrill pada proksimal (bising di atas tempat injury)
 Active / pulsating bleeding (open wound)
 Expanding hematome (closed wound)
 Sign of limb ischemic (5P)
 Pulseless
 Parestesi
 Paralized
 Pale
 Pain
KALAU HARD SIGN (+) salah satu saja  langsung naik OK eksplorasi
b. SOFT sign : tanda tidak pasti
 Ada injury yang dekat dengan vasa
 Pulsasi lemah (saturasi < 90%)
KALAU SOFT SIGN (+)  pastikan dulu diagnostiknya dengan:
- arteriografi manual,
- CT angiografi,
- bila pasien sudah direncanakan explorasi sekalian pas explorasi
KALAU SOFT SIGN (-) 
- bisa dianggap tidak ada
- atau cek modified ABI (yang cidera dibagi dengan sistole yang tidak) < 9 
dianggap lesi vaskuler
5. Tipe lesi vaskuler
a. Tipe Laserasi
 simpel  dapat tertutup klot  hard sign proksimal tidak muncul jelas
 inkomplet transection  terjadi bleeding
 komplet transection  muncul hard sign di distal
b. Tipe Oklusi
 Karena menyempit
 Etiologi:
 tekanan dari luar pembuluh (misal fragmen tulang menekan),

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 kontusio pembuluh darah


 spasme
c. Tipe melebar
 Pseuodaneurisma
 Aneurisma
d. Tipe intima
 Trombus karena luka intima (faktor ekstrinsik)
 HARD SIGN mungkin tidak muncul
 Jika trauma tajam  langsung sambung
 Trauma tumpul  luka intima  graft dari vena saphena magna
6. Perdarahan eksternal
a. Bebat tekan  kasa banyak tempel langsung digulung  kalo merembes terus pakai
jari ditutup  klem, tapi dapat merusak pembuluh darah, kalau tidak bisa torniket saja
b. Torniket tidak boleh dilakukan kecuali jika ada indikasi amputasi

B. LESI PAHA KIRI


Laki-laki 19 tahun, di pinggir jalan ke IGD terkena luka pada paha kanan, nyeri berdarah,
gelisah teriak-teriak
Sudah cervical collar, oksigen, infus  TETAP ABCDE

Primary survey
A : paten
B : 32x/menit  karena nyeri dan gelisah
C : T: 90/60, N: 120 x/menit, akral,  bebat tekan di eksternal, pasang double IV line 2000
cc dalam 15 menit kristaloid, lalu koloid grojog
D : GCS, lateralisasi, pupil
E : luka terbuka di femur  cek AVN Distal

Adjunct to PS
 Xray cervical, thorax,
 FAST abdomen (cairan bebas intraabdomen dan cavum thorax),
 Xray pelvis
 usul foto X-ray femur S  Open fracture femur S 1/3 tengah grade IIIC)  rujuk,
analgesik, antibiotik, antitetanus

Status lokalis
 Open wound ukuran ... sedalam ...
 Atau pakai Look, (false movement, lesi) Feel, Movement

1. Arteri yang diperiksa


a. A. Poplitea 
b. A. Dorsalis pedis 
c. A. Tibialis posterior 

C. TRAUMA THORAX

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

Perempuan 27 tahun naik sepeda jatuh sendiri dada terbentur stang

 APD
 Primary Survei
- A + cervical collar
i. jika GCS 456  pasien suruh noleh kanan, kalau tidak nyeri, palpasi, noleh kiri
ii. Jika GCS < 456  dengan foto servikal
- B : 28x/menit, simetris, suara napas tambahan (-), deviasi trakea, JVP tidak
meningkat, perkusi dullness kanan kiri, auskultasi suara napas menjauh
-
 Foto yang boleh saat primary survei  cervical, thorax, pelvis,
- A : pergeseran trakhea
- B : dinding dada (fraktur costae), diafragma (tidak dapat dievaluasi), parenkim paru
(perselubungan, mediastinum bergeser )
- C : widening mediastinum
Multiple fractur costae I – III D posterior (posterolateral / lateral) + hemothorax kanan kiri
Terapi

 Pasang chest tube / thorax drain  pas primary survey

Hemopericardium  bisa menyebabkan tamponade atau tidak (tamponade trias beck + :


hipotensi, suara jantung menjauh, JVP meningkat)  BIASANYA DIEKG low voltage

 Jika trias beck (+)  pericardiocentesis pakai venflon terbesar yang dipunyai tusuk di
subscapula dengan ujung tip scapula mengarah ke kiri  sampai ada darah di aspirasi 
pasang 3-way  drainase
Pasien ruptur aorta:

 Resusitasi cairan  HIPOTENSIF RESUSITASI (MAP cukup untuk end distal organ, sistol
90 sudah cukup), dikasi obat biar perdarahan tidak ongoing dan diharapkan clot
 RUJUK

Diagnosis Obs TTT diberikan bila:


iii. Trauma tumpul thorax: trauma yang menyebabkan patologi pada dinding dada dan
rongga dada (abrasi kulit, open wound kulit, muskulus tidak termasuk)
 Jika ada jejas di dada
 Tidak ada jejas tetapi ada keluhan terkait dada (sesak, nyeri dada)
 Tidak ada jejas tetapi mekanisme traumanya yang kekuatannya besar (jatuh dari ketinggian
5 m, tertabrak kereta api, sepeda motor tertabrak truk)
 Tidak ada jejas tetapi in between trauma (dada di antara 2 lokasi trauma yang signifikan,
misal CKB dengan trauma femur)
 Tidak ada jejas, tetapi pemeriksaan radiologi menunjang ke trauma dada
Diagnosis Obs TTA juga sama, tinggal ganti dada ke perut saja

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

Sindroma reperfusi

 Pasien tidak boleh hipoperfusi terlalu lama karena akan terjadi anaerob metabolism yang
menyebabkan adanya asam laktat dan kerusakan sel. Kerusakan sel  debris masuk ke
vasa dan intersisial  ketika terjadi reperfusi dari tim medis  debris digelontor ke arah
organ  bikin organ failure
Pada trauma thorax  paru tidak mengembang  oksigen tidak masuk dengan sempurna 
ventilasi dan difusi osmosis di alveolus tidak maksimal  darah kotor ke paru tidak bisa
mendapat oksigen  hiperkarbia  hal ini tidak bisa diterapi dengan oksigenasi, karena intake
oksigen normal. Maka kembangkan paru dulu
Kontusio paru: ada darah pada parenkim paru  difusi osmosis terganggu  chest fisioterapi
 darah dikeluarkan
Edema paru: ada cairan pada parenkim paru  restriksi cairan intravena (euvolemik) 
brokodilator +/- mukolitik, diuresis  alveoli dan pembuluh darah akan kembali berdekatan
sehingga memungkinkan difusi osmosis

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

UJIAN BISMILLAH
1. PRIMARY SURVEI TRAUMA NS
 APD, tanpa tanya nama dan perkenalan
 A  evaluasi obstruksi jalan napas + hard collar brace
 B  I: gerak dada, jejas; PPA
 C  T, N, akral, CRT  pasang IV line terbesar, sampel darah, NGT + kateter
 D  GCS, pupil isokor, refleks cahaya, lateralisasi
 E  logroll
 Manitol
 Adjunc to  kalo ditanyakan saja
 ISI REKAM MEDIS
2. PS TRAUMA TKV (vaskulernya)  bahasa inggris, Di soal akan muncul = akral dingin
 APD
 A + cervical collar
 B
 C
 D
 E
 Adjunc to
 Secondary survei
- Anamnesis singkat
- Pemfis head to toe
- Lokalis  Gambaran kaki ada luka, akral dingin  Susp. Ruptur arteri femoralis
Cek pulsasi a. Femoralis, a. Poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis
 Dx awal: Open fracture 1/3 middle third femur S susp ruptur arteri femoralis
 PDx  foto femur S AP lateral
 Dx akhir  open fracture 1/3 middle third femur S grade IIIC
 KIE WAJIB
- Jadi pak ini bapak ada jejas pembuluh darah, harus dioperasi
- Risiko kalau tidak dioperasi: amputasi
- Namun operasi belum tentu berjalan baik, tidak menjanjikan 100%
 Usul ke Orto dan BTKV (BUKAN RUJUK karena RS tipe B)
- Orto  reposisi  cek NVD  debridema + skin traction  eksternal fixation
- BTKV  jika saturasi setelah reposisi 0  eksplorasi pembuluh darah pada luka
 Ruptur total a. Superfisial
 Jika ruptur gap > 5 cm  graft dari v. saphena magna  anastomosis end to
end
 Terapi
- Analgetik
- Antibiotik
- Antitetanus
 PENULISAN REKAM MEDIS
3. PS TRAUMA ORTO 
 APD
 A + cervical

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 B
 C
 D
 E + log roll
 Karena primary survei clear, lanjut ke secondary suvey
 A
 M
 P
 L
 E
 Anamnesis singkat:
 Head to toe
 L : inspeksi
 F : tenderness NVD (arteri, nervus motorik, nervus sensorik)
 M : ROM
 Dx awal : open fracture tibia fibula D derajat 3B
 Pem penunjang AP Lateral
 Dx akhir : open fraktur 1/3 proximal tibia D + open fraktur 1/3 middle fibula D
 Tatalaksana :
- Bidai  definitif ke sejawat ortopedi
- Analgesik, antibiotik, antitetanus
 CATAT REKAM MEDIS
4. Hemorroid
Laki 62 th, ke IGD bejolan keluar masuk sejak 3 bulan yll.
a. Jabat tangan
b. Sambil nyatat di rekam medis
c. Keluhan utama : benjolan keluar masuk, darah merah segar
d. Faktor risiko & Riwayat penyakit dahulu
 BPH,
 batuk kronis,
 makanan kurang serat,
 aktivitas sering duduk,
 riwayat seksual
 Konstipasi
a. Keganasan
 Penurunan BB,
 BAB mringkil,
 change of bowel habit,
 keluarga
a. Dx banding : polip recti, keganasan, prolaps recti,
b. Grade!!!
c. Pemfis : general, bilang langsung ke RT!
d. Pem penunjang : anoscopy (karena hemoroid kompressible mass)  pile
hemoroid di arah jam 7
e. Dx : Hemorrhoid GRADE II (Jangan dikasi interna)

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

f. KIE
 Nonmedication : mengubah gaya hidup
 Medikasi : suplemen serat, bioflavonoid, bisacodyl
 Bedah : untuk saat ini belum perlu dilakukan operasi, kita coba dulu
perubahan pola makan banyak sayur, kalo batuk diobati dulu, kalo sulit kencing
diobati dulu. Dioperasi bila didapatkan nyeri atau merasa terganggu.
5. Bedah Onkologi
Laki-laki usia 55 tahun, benjolan di leher, 5 bulan yang lalu
Pemeriksaan fisik saja!
a. Saya akan memeriksa pada bagian leher, dan juga daerah dada sehingga perlu saya
buka bajunya
b. Pasien duduk
c. Saya mencuci tangan
d. Inspeksi
 Massa
 Ikut menelan
e. Palpasi  struma + KGB
 Submandibula
 Anterior chain
 Supraclavicula
 Infraclavicula
f. Hasil  Massa pada regio coli anterior, kesan dari tiroid, ikut bergerak dengan menelan,
tidak terasa nyeri
6. TRAUMA  Bedah Plastik
Wanita, 32 tahun, ke IGD karena ledakan elpiji 3 kg saat memasak di dapur
a. APD, Jangan tanya identitas
b. Primary Survei
 A + CERVICAL + INTUBASI
 B
 C
 D
 E
c. Luas selalu > 50% (79%)
d. Misalkan:
 Pasien 50 kg 20% kejadian jam 6, datang jam 10
 Hitung resusitasi!
7. Urologi – RT
Pasien cowok, 60 tahun kencing kesendat, pernah dipasang kateter di puskesmas, datang
a. Tujuannya untuk mengevaluasi
b. Bapak akan diperiksa di bilik / kamar periksa
c. Inspeksi  GAUSAH, karena uro bukan digest
d. Saat mukosa rektum sebut massa bukan nodul
e. Jangan lupa mengelap
f. Hasil temuannya  diceritakan
g. MENCATAT di REKAM MEDIS

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

8. Bedah anak -- Invaginasi


usia 2 bulan
a. Keluhan utama
b. Gejala ileus obstruksi total  tapi diagnosisnya low level bowel obstruction
 Trias invaginasi (harus keluar) : nyeri perut, red current jelly stool
 Paling sering ileocolic
c. Prenatal post natal!
d. RT ketemu apa harus tahu  pseudoporsio (segmen usus yang masuk), red current
jelly stool,
e. 3 foto yang disembunyikan penguji  BOF 2 posisi (AP, laterolateral), USG abdomen
f. Diagnosis  low level bowel obstruksi dt invaginasi + dehidrasi berat
g. Tatalaksana
 Oksigenasi
 IV line  rehidrasi
 Infant warmer
 OGT untuk dekompresi
 Kateter
 Direncanakan eksplorasi laparotomi
h. Pak, jadi menurut hasil temuan kami,
 anak bapak kami diagnosis ...
 perlu dioperasi eksplorasi laparoskopi. Kalau usus baik ga dipotong, ada
kemungkinan usus yang mati dipotong, kemudian disambung, kalau tidak bisa
disambung dibuat jalur ke perut (stoma). Tidak selamanya. Kalau kondisinya baik,
sekitar 3 bulan – 4 bulan disambung kembali.
 Kalau tidak dioperasi nanti banyak komplikasi, kemungkinan terburuknya adalah
kematian
9. Gowning
 Ganti baju OK
 Cap
 Masker
 Apron
 Masuk ke OK
 Buka handschoon sendiri
 Cuci tangan
 Gowning
 Handschoon
 Muter  KALO MISAL
 Tali
Triknya  pisahkan steril non steril, kalo tali misal jatuh jangan diambil
10. BSS
 Menyiapkan alat bahan  membuka handschoen steril, MENYOBEK PROLIN (jarum
benang) DI AREA STERIL
 Pastikan luka bersih dan siap
 Cuci tangan
 Handschoon steril
 Demarkasi / antisepsis povidone iodin
 Doek steril

(c) Andrian Triwibawanto, 2017


OSCE BEDAH LULUS SEMUA, ONE SHOOT, NGGAK ADA YANG NGULANG, NILAINYA
MEMUASKAN, AAMIIN

 Infiltrasi lidokain
 Cek anestesi
 Needle holder  ambil benang  AWAS DANCING!
 Jahit interuptus  jarum diresting position  knotting manual (3x mono, 6x multi)
 Jahit matras  idem
 JARUM DIBUANG di tempat safety box
 Benang di tempat bulat

(c) Andrian Triwibawanto, 2017

Anda mungkin juga menyukai