Sebanyak 1,25 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan
lalu lintas di jalan raya, sedangkan cedera akibat kecelakaan lalu lintas jalan adalah penyebab utama kematian di kalangan anak muda, berusia 15-29 tahun. 90% dari kematian di dunia di jalan raya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, meskipun negara-negara ini memiliki sekitar setengah dari kendaraan di dunia (World Health Organization, 2013). Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 33.815 korban tewas di kawasan Asia Tenggara (South East Asia Region, disingkat SEAR) pada tahun 2010, dengan rata-rata 18,5 korban tewas per 100.000 populasi (World Health Organitation, 2013).
Pengguna jalan yang rentan (pengguna kendaraan bermotor roda dua
dan tiga, pejalan kaki dan pesepeda) menyumbangkan hampir setengah (50%) dari total kematian karena kecelakaan lalu lintas di wilayah Regional Asia Tenggara. World Health Organization juga mengungkapkan 48 % korban yang meninggal merupakan usia produktif (15-44 tahun). Selama 2010 Kecelakaan lalu lintas bertanggung jawab terhadap 334,815 kematian di SEAR. Rata-rata kematian karena cidera kecelakaan lalu lintas adalah 18.5 kematian per 100,000 populasi, dengan angka terkecil, 1.9 kematian per 100,000 populasi di Maladewa hingga 88.1 kematian per 100.000 populasi di Thailand (World Health Organitation, 2013).
Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada
negara berpendapatan menengah, karena kecelakaan lalu lintas di negara berpendapatan menengah di kawasan ini adalah 19.5 kematian per 100,000 populasi, sementara di negara berpendapatan rendah sebesar 12.7 kematian per 100,000 populasi. Semakin meningkatnya kendaraan bermotor dan pembangunan ekonomi adalah faktor utama penyebab meningkatnya angka kematian kecelakaan lalu lintas di negera berpendapatan menengah (World Health Organitation, 2013).
Data dari Analisa dan Evaluasi (Anev) Laka lantas 2015-2016
menyebutkan, angka kecelakaan pada 2016 mencapai 125 kejadian, dengan korban meninggal mencapai 30 jiwa, dan kerugian material mencapai Rp387.150.000. Angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 148 persen atau 74 kejadian. Dibanding angka kecelakaan di 2015 yang mencapai 50 kejadian, dengan korban meninggal mencapai 20 jiwa, dan kerugian material mencapai Rp182.150.000 (Metrotvnews.com, Jakarta, 2016).
Kepala Subdirektorat Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat
Lalu Lintas Polda Metro Jaya, AKBP Budiyanto mengatakan, berdasarkan hasil analisa dan evaluasi, terjadi tren penurunan kejadian kecelakaan lalu lintas sebesar 4 % pada periode tahun 2016 dibandingkan tahun 2015, jumlah kecelakaan lalu lintas turun 4%, tahun 2015 sebanyak 6.434 kasus, sementara tahun 2016 berjumlah 6.180 kasus, walaupun demikian, korban meninggal dunia akibat kecelakaan mengalami peningkatan 15 %. Korban meninggal dunia naik 15 %, pada tahun 2015 sebanyak 591 orang, tahun 2016 berjumlah 678 orang, korban kecelakaan pada tahun 2015 sebanyak 7.569, sementara tahun 2016 berjumlah 7.415, mengalami penurunan 2 %. Korban luka berat juga turun 16 % (tahun 2015: 2.688 – tahun 2016: 2.250 orang). Sementara itu, korban luka ringan naik 5 % (tahun 2015: 4.290 – tahun 2016: 4.487 orang) (Metrotvnews.com, Jakarta, 2016).
Usia 21 sampai 30 tahun mendominasi jumlah pelaku dan korban
kecelakaan, pelaku berumur 21 sampai 30 tahun mengalami tren penurunan sebesar 5 %, tahun 2015: 3.074, sedangkan tahun 2016: 2963. Sementara itu, jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan masih didominasi sepeda motor. Namun, terjadi penurunan sebesar 6 % pada tahun 2016 dibanding 2015 lalu, tahun 2015 sebanyak 5.991, sedangkan 2016 berjumlah 5.626 sepeda motor, turun 6% (Metrotvnews.com, Jakarta, 2016).
Satlantas Polres Semarang mencatat sepanjang 2015 telah terjadi 491
kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Semarang, akibat ratusan kecelakaan lalu lintas tersebut, sebanyak 130 orang meninggal dunia, tujuh orang luka berat, dan 557 orang luka ringan. Total kerugian secara material mencapai Rp 486 juta. Dari seluruh kecelakaan tersebut, sebagian besar korban adalah pengendara sepeda motor (Kasatlantas Polres semarang, 2016).
Pertolongan pertama adalah perawatan awal yang diberikan kepada
seseorang yang tiba-tiba jatuh sakit, atau yang telah terluka, sampai perawatan lebih lanjut disediakan atau orang tersebut pulih. Segera dan efektif pertolongan pertama dapat mengurangi keparahan dari cedera atau sakit dan mendorong pemulihan. Pengetahuan pertolongan pertama penting untuk kehidupan sehari-hari di rumah, tempat kerja, atau di dalam komunitas. Tidak setiap kejadian yang membutuhkan pertolongan pertama akan mengancam kehidupan, namun lebih banyak orang dengan dasar pengetahuan pertolongan pertama, semakin baik kemungkinan dari meyelamatkan kehidupan (Departement Of Health, 2014). Sarimawar D; Retno W; Kristina T; Doni L, And Joko I; 2016. Gambaran kecelakaan lalu lintas di Indonesia tahun 2010-2014.
World Health Organitation. 2013. Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia Tenggara tahun 2013.
Listyana A. 2015. Hubungan Pengetahuan Dengan Penatalaksanaan Pertolongan
Pertama Kecelakaan Lalu Lintas Di Satlantas Polresta Surakarta.