ASKEP
DHF ( DENGUE HEMORRAGIC FEVER )
DISUSUN
O LE H :
Kelompok XIII
1. Nurnaningsih
3. Sri Kustiah
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena berkat
dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Askep
dan teman – teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca makalah ini yang sifatnya
membangun.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau yang biasa disebut demam berdarah dengue
(DBD), ditemukan pertama kali pada tahun 1968 sampai sekarang, sering kali menjadi
penyebab kematian terutama pada anak remaja dan dewasa. DHF juga telah menyebar
kehampir seluruh wilayah Indonesia dan dari tahun ke tahun penderitanya cenderung
meningkat. DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali
A. Konsep Medik
a. Defenisi
DHF ( Dengue Hemorragic Fever ) merupakan penyakit infeksi akut yang dapat
menyerang anak – anak dan dewasa, dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi yang biasanya memburuk setelah + dua hari pertama.
DHF ( Dengue Hemorragic Fever ) adalah penyakit yang terutama terdapat
pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda – tanda klinis berupa
demam, nyeri otot dan nyeri sendi, sakit kepala, gangguan rasa mengecap dan
petekie.
Dengue Hemorragic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
Aegypti ( betina ).
b. Insiden
Menyerang semua umur anak dewasa muda tetapi kebanyakan kasus berusia 5-
9 tahun. Rasio laki – laki dan perempuan kira – kira sama, jarang pada anak yang
bergizi baik, terdapat dikota maupun dipedesaan. DHF lebih banyak pada musim
hujan yang mempengaruhi proses berkembang biak nyamuk.
c. Etiologi
Vektor yang menyebabkan DHF atau DBD adalah nyamuk aedes Aegyptii
(betina) yang memiliki sifat antropik ( hanya menggigit manusia ). Pada siang hari
berkembang biak ditempat yang bersih, nyamuk dewasa senang tinggal didalam
ruangan atau kamar yang agak gelap dan lembab. Jarak terbang kira – kira 10
meter, hidup tersebar didaerah tropis pada daratan rendah.
d. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF atau DBD
dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam
akut ( suhu meningkat tiba – tiba ), sering disertai menggigil, saat demam pasien
komposmentis.
Gejala lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada
saat demam dan tak jarang juga dijumpai saat penderita mulai bebas dari demam.
Perdarahan yang terjadi dapat berupa :
- Perdarahan pada kulit ( petekia, ekimosis, hematoma ) serta
- Perdarahan lain seperti epitaksis, hemotemesis, hematuria dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF atau DBD,
gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF,
adalah :
- Keluhan pada saluran pernapasan pada batuk, pilek, sakit waktu menelan.
Keluhan pada saluran pencernaan ; mual, muntah, tidak ada nafsu makan
(anoreksia), diare.
e. Test Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai pemeriksaan
laboratorium antara lain pemeriksaan darah serta pemeriksaan serologi.
Pada pemeriksaan darah pasien akan dijumpai :
- IgG Dengue Positif
- Trombositopenia
- Hemoglobin meningkat
- Hematokrit meningkat
Pada pemeriksaan serologi, dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara
haemoglutination inhibitin test ( HI Test ) atau dengan uji pengikatan komplemen
( complement fixcation test atau CFT ) . pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua
bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan pada masa
pemyembuhan ( 1 – 4 minggu setelah awal gejala penyalit ). Untuk pemeriksaan
serologi ini diambil darah vena 2 – 5 ml.
f. Penatalaksanaan
Penderita DBD perlu perawatan yang sangat serius dan bisa berakibat fatal atau
kematian jika terlambat diatasi., oleh karena itu seharusnya penderita dirawat
dirumah sakit.
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut.
- Demam tinggi harus diatasi dengan kompres dan penggunaan parasetamol yang
tepat.
- Pasien diharapkan tirah baring atau istirahat
- Diet makanan lunak
- Anjurkan pasien untuk minum yang banyak ( 2 – 2,5 liter per 24 jam )
- Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam ( suhu, nadi, tekanan darah dan
pernapasan)
- Periksa Hb dan trombosit tiap hari
- Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, kebutuhan tidur dan istirahat lebih
banyak
Tanda : Penurunan kekuatan otot dan tonus otot menurun
b. Sirkulasi
Tanda : Penurunan TD, tekanan nadi menurun, kulit teraba dingin dan
lembab, gelisah timbul, sianosis, pucat kecenderungan perdarahan
dibawah kulit ( petekie atau ekimosis )
c. Eliminasi
Gejala : Diare
Darah pada feses
d. Makanan / Cairan
Gejala : Mual
Kehilangan nafsu makan
Nyeri pada ulu hati
Gangguan menelan
e. Higiene
Tanda : Penampilan tidak rapi
f. Neurosensori
Gejala : Sakit Kepala
Pusing
Kelemahan
Tanda : Gelisah
Epistaksis
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut
Tanda : Demam adanya infeksi
Gelisah
Perilaku hati - hati
h. Pernapasan
Gejala : Batuk
Penurunan bunyi napas
2. Diagnosa
a. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
c. Hipertermi ( peningkatan suhu tubuh ) berhubungan dengan infeksi virus
dengue
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anorexia, mual dan muntah.
e. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stimulasi pusat jaga
3. Intervensi
DX. I Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma
- Anjurkan klien untuk banyak minum
R/ : Asupan cairan sangat banyak diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh.
- Kaji tanda dan gejala dehidrasi ( riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek)
R/ : Untuk mengetahui penyebab defisit valome cairan.
- Kaji keadaan umum klien ( lemah, pucat, takikardia ) serta tanda – tanda vital
R/ : Menetapkan data dasar klien untuk mengetahui penyimpangan dari
normalnya.
- Catat intake dan output
R/ : Untuk mengetahui keseimbangan cairan
- Berikan cairan interavena sesuai program dokter
R/ : pemberian cairan IV sangat penting bagi klien yang mengalami
kekurangan cairan tubuh karena langsung masuk kedalam pembuluh darah.
DX. III Hipertermi ( peningkatan suhu tubuh ) berhubungan dengan infeksi virus
dengue
- Observasi tanda – tanda vital sesring mungkin
R/ : Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum + 2,5 liter per 24 jam
R/ : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
- Beriakan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ : Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membantu pasien
atau keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.
DX. VII Gangguan pola tidur berhubungan dengan stimulasi pusat jaga
- Observasi lamanya klien tidur
R/ : mengetahui kecukupan tidur klien.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R/ : Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat memberikan suasana yang
tenteram bagi klien sehingga klien dapat beristirahat.
- Jelaskan pada keluarga untuk memenuhi kecukupan tidur klien
R/ : Agar keluarga klien dapat mengerti dan menghindari terputusnya tidur
klien.
- Buat jadwal yang tidak menggangu tidur klien
R/ : Memberikan kesempatan klien tidur lebih lama.
4. Evaluasi
1. Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan dengan haluaran
urin yang tepat, tanda – tanda vital stabil dan turgor kulit baik.
2. Menyatakan pemahaman proses penyaki dan mengidentifikasi faktor penyebab.
3. Klien mendemonstrasikan suhu dalam batas normal.
4. Menunjukkan peningkatan berat badan dan menunjukkan perilaku, perubahan
pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan badan
yang sesuai.
5. Klien mengakui dan mendiskusikan ansietas serta tampak rileks dan
melaporkan ansietas menurun.
6. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktifitas dan berpartisipasi dalam
kegiatan sehari – hari sesuai tingkat kemampuan.
7. Melaporkan perbaikan dalam pola tidur / istirahat serta mengutarakan keadaan
segar pada waktu bangun.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne, C & Bare Brenda, G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Speer, Kathleen Morgan. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik . Edisi 3. Jakarta :
EGC