Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
dan pada orang usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut broncho Pneumonia) (Dinkes RI, 2009).
Batuk pilek merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada anak-anak terutama pada
balita. Batuk pilek yang menjadi masalah ialah batuk pilek yang disertai dengan nafas yang
cepat atau sesak, karena menunjukkan adanya gejala peradangan pada paru. Jika sudah
menyerang bagian paru berarti sudah masuk ke tahap serius dan harus benar-benar diobati
karena dapat menimbulkan kematian. Keadaan seperti inilah yang disebut sebagai
Pneumonia(Machmud, 2006).
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pengisian rongga
alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda – benda asing (
Ardiansyah, 2012). Salah satu penyebab kematian pada anak usia balita karena infeksi adalah
penyakit pneumonia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita. (WHO,
2009).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang serius dan merupakan
salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak meyebabkan
kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di
dunia dan 30% dari seluruh kematian yang terjadi (Machmud, 2006).
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas
tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala
lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013).
Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri,
juga merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007)
Pneumonia atau radang paru merupakan salah satu penyakit yang diperkirakan telah
mengakibatkan 4 juta anak balitameninggal tiap tahun. Di Indonesia dari 450.000 kematian
balita setiap tahun diduga 150.000 disebabkan oleh ISPA terutama pneumonia. (Ichwanu,
2003: 126).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis tentang asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan
sistem pernafasan e.t causa Pneumonia
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dasar pengetahuan tentang penyakit Pneumonia
2. Melakukan pengkajian pada penyakit Pneumonia
3. Menegakkan diagnosa yang muncul pada penyakit Pneumonia
4. Menyusun rencana keperawatan pada penyakit Pneumonia
5. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah dibuat pada penyakit Pneumonia
6. Mengevaluasi rencana yang telah dilaksanakan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak
(Suriadi, 2001). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus,
jamur, dan benda-benda asing ( Muttaqin, 2009).
Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut
jaringan paru oleh mikroorganisme ( Corwin, 2000 ).
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana Pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan.
((Anonymous, 2009).
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin terjadi dalam
beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan dengan kumpulan
gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin
terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat
ditularkan melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2009).
2.2 Etiologi
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering
yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus.
Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan
puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae (www.sehatgroup.we.id).
2.3 Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001) patofisiologi pada pneumonia terjadinya gangguan pada terminal
jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan bakteri (Streptococcus
Aureus, Haemophillus Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae). Terdapat infiltrat yang
biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadinya destruksi sel dengan meninggalkan debris
cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas. Pada
kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF), aspirasi benda asing
dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko pneumonia. Adanya etiologi seperti jamur
dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen
dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan
berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi
padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran
respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas
difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi
jaingan beruda edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sebukan sel PMNs
(polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman dialveoli. Proses ini termasuk
dalam stadium hepatisasi merah sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan
proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemkan pula fibrin dan leukosit
PMNs di alveoli dan proses fogositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusim dengan
peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli, degenasi sel dan menipisnya fibrin, serta
menghilangnya kuman dan debris (Mansjoer, 2000).
2.4 Klasifikasi
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,
atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi
yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
4. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat
pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan
jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi,
dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa
demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada
awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
5. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,
mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau
bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
6. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme
individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya
didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan
nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia
dapat diklasifikasikan :
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan
– 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40
x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya
nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas
cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan
tidak ada nafas cepat.
Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA
antara lain :
1. Pneumonia sangat berat. Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat
minum.
2. Pneumonia berat. Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan
dapat minum.
3. Pneumonia sedang. Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan
pernafasan cepat.
2.5 Manifestasi Klinik
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
3. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal
4. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang
terdapat nasal discharge (ingus).
5. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing
6. Frekuensi napas :
a. Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih
b. Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
c. Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
7. Nadi cepat dan bersambung.
8. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
9. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
10. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
11. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
12. Malaise, gelisah, cepat lelah.
13. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
14. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
Menginfeksi area
bronkus dan parenkim
Pneumonia
Kuman masuk ke
bronkus
Proses peradangan
Adanya eksudasi
Akumulasi sekret di
bronkus
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Do : Sistem pertahanan Ketidaefektifan pola
- Tampak sesak terganggu nafas
- Respirasi meningkat
- Pada saat nafas adanya Pertahanan tubuh
penggunaan otot menurun
Menginfeksi area
bronkus dan parenkim
Pneumonia
Infeksi saluran
pernafasan
Terbentuk jaringan
ikat
Edema di alveoli
Adanya peningkatan
tekanan dinding paru
Pemenuhan paru
menurun
Ketidakefektifan pola
nafas
Ds : Pertahanan tubuh Hipertermi
- Biasanya ibu pasien menurun
mengatakan anaknya
panas tidak turun-turun Mudah terpapar virus,
Do : bakteri, jamur, parasit
- Tampak menggigil
- Suhu meningkat Menginfeksi area
bronkus dan parenkim
Pneumonia
Kuman masuk ke
bronkus
Proses peradangan
Peningkatan suhu
tubuh
Hipertermi
Ds : Sistem pertahanan Intoleransi aktivitas
- Ibu pasien mengatakan terganggu
anaknya sesak terus
menerus Pertahanan tubuh
Do : menurun
- Tampak lemah
- Tampak sesak Mudah terpapar virus,
- Respirasi meningkat < bakteri, jamur, parasit
50 x/menit Menginfeksi area
bronkus dan parenkim
Pneumonia
Infeksi saluran
pernafasan
Terbentuk jaringan
ikat
Edema di alveoli
Adanya peningkatan
tekanan dinding paru
Pemenuhan paru
menurun
Suplai O2 menurun
Hipoksia
Metabolisme anaerob
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Ds : Pertahanan tubuh Resiko kekurangan
- Biasanya ibu pasien menurun volume cairan
mengatakan anaknya
muntah-muntah Mudah terpapar virus,
Do : bakteri, jamur, parasit
- Tampak lemas
- Turgor kulit menurun Menginfeksi area
- Kulit kering bronkus dan parenkim
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh Pneumonia
- Membran mukosa
kering Kuman terbawa ke
saluran pencernaan
Infeksi di saluran
cerna
Peristaltik meningkat
Diare
Resiko kekurangan
volume cairan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d sekresi berlebihsn sekunder terhadap infeksi
3. Hipertermi b.d inflamasi parenkim paru
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
C. PERENCANAAN
D. Evaluasi
1. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi napas bersih
2. Pola nafas pasien adekuat
3. Suhu dalam batas norma
4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
5. Volume cairan adekuat