Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
dan pada orang usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut broncho Pneumonia) (Dinkes RI, 2009).

Batuk pilek merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada anak-anak terutama pada
balita. Batuk pilek yang menjadi masalah ialah batuk pilek yang disertai dengan nafas yang
cepat atau sesak, karena menunjukkan adanya gejala peradangan pada paru. Jika sudah
menyerang bagian paru berarti sudah masuk ke tahap serius dan harus benar-benar diobati
karena dapat menimbulkan kematian. Keadaan seperti inilah yang disebut sebagai
Pneumonia(Machmud, 2006).

Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pengisian rongga
alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda – benda asing (
Ardiansyah, 2012). Salah satu penyebab kematian pada anak usia balita karena infeksi adalah
penyakit pneumonia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita. (WHO,
2009).

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang serius dan merupakan
salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak meyebabkan
kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di
dunia dan 30% dari seluruh kematian yang terjadi (Machmud, 2006).

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas
tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala
lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013).

Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri,
juga merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007)
Pneumonia atau radang paru merupakan salah satu penyakit yang diperkirakan telah
mengakibatkan 4 juta anak balitameninggal tiap tahun. Di Indonesia dari 450.000 kematian
balita setiap tahun diduga 150.000 disebabkan oleh ISPA terutama pneumonia. (Ichwanu,
2003: 126).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis tentang asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan
sistem pernafasan e.t causa Pneumonia
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dasar pengetahuan tentang penyakit Pneumonia
2. Melakukan pengkajian pada penyakit Pneumonia
3. Menegakkan diagnosa yang muncul pada penyakit Pneumonia
4. Menyusun rencana keperawatan pada penyakit Pneumonia
5. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah dibuat pada penyakit Pneumonia
6. Mengevaluasi rencana yang telah dilaksanakan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak
(Suriadi, 2001). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus,
jamur, dan benda-benda asing ( Muttaqin, 2009).

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut
jaringan paru oleh mikroorganisme ( Corwin, 2000 ).

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana Pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan.
((Anonymous, 2009).

Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin terjadi dalam
beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan dengan kumpulan
gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin
terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat
ditularkan melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2009).

2.2 Etiologi

Penyebab pneumonia antara lain :

1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa) yakni Streptococcus


pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella, dan Hemophilus influenzae.
2. Virus : virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri : Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan
dewasa muda)
4. Jamur tertentu. Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama
pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari
dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang
tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus,
pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.

Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering
yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus.

Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan
puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae (www.sehatgroup.we.id).

2.3 Patofisiologi

Menurut Suriadi (2001) patofisiologi pada pneumonia terjadinya gangguan pada terminal
jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan bakteri (Streptococcus
Aureus, Haemophillus Influenzae dan Streptococcus Pneumoniae). Terdapat infiltrat yang
biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadinya destruksi sel dengan meninggalkan debris
cellular ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas. Pada
kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF), aspirasi benda asing
dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko pneumonia. Adanya etiologi seperti jamur
dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen
dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan
berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi
padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran
respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas
difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi
jaingan beruda edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman.

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sebukan sel PMNs
(polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman dialveoli. Proses ini termasuk
dalam stadium hepatisasi merah sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan
proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemkan pula fibrin dan leukosit
PMNs di alveoli dan proses fogositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusim dengan
peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli, degenasi sel dan menipisnya fibrin, serta
menghilangnya kuman dan debris (Mansjoer, 2000).

2.4 Klasifikasi

Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai
berikut:

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
“ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,
atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi
yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
4. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat
pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan
jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi,
dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa
demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada
awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
5. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,
mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau
bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
6. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme
individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya
didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan
nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia
dapat diklasifikasikan :
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan
– 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40
x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya
nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas
cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan
tidak ada nafas cepat.
Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program P2 ISPA
antara lain :
1. Pneumonia sangat berat. Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat
minum.
2. Pneumonia berat. Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan
dapat minum.
3. Pneumonia sedang. Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan
pernafasan cepat.
2.5 Manifestasi Klinik
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
3. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal
4. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang
terdapat nasal discharge (ingus).
5. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing
6. Frekuensi napas :
a. Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih
b. Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
c. Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
7. Nadi cepat dan bersambung.
8. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
9. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
10. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
11. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
12. Malaise, gelisah, cepat lelah.
13. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.
14. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.

2.6 Pemriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik pada pasien pneumonia menurut
1. Hb : menurun/normal
2. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar
karbon darah meningkat/normal
3. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien pneumonia menurut Suyono (2009)
1. Data demografi
2. Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji :
a. Keluhan yang dirasakan klien
b. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
3. Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji yaitu :
a. Pernah menderita ISPA
b. Riwayat terjadi aspirasi
c. Sistem imun anak yang mengalami penurunan
d. Sebutkan sakit yang pernah dialami
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b. Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia
5. Demografi
a. Usia
Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun
b. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan polusi udara
6. Pola pengakajian Gordon
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya orang tua menganggap
anaknya benar-benar sakit jika anak sudah mengalami sesak nafas.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual
dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme).
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
melalui proses evaporasi karena demam.
d. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas, sering menguap
serta kadang menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan.
e. Pola akitivitas-latihan
Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak kelelmahan fisik.
Anak lebih suka digendong dan bedrest.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka
bermain, ketakutan.
h. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
orang tuanya.
i. Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah puberta mungkin
tergangguan menstruasi.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak menangis, kalau sudah
remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung.
k. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seirng dengan kebutuhan untuk mendapat
sumber kesembuhan dari Allah SWT.
7. Pemeriksaan fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu :
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolen
c. Tanda-tanda vital :
1) TD : hipertensi
2) Nadi : takikardi
3) RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
4) Suhu : hipertermi
d. Kepala :tidak ada kelainan
e. Mata :konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g. Paru
1) Inspeksi
Pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanysatu sisi paru, ada
penggunaan otot bantu nafas.
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena
3) Perkusi
Pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
4) Auskultasi
Bisa terdengar ronkhi
h. Jantung
Jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan
i. Ekstremitas
Sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi

2.8 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Sistem pertahanan Ketidakefektifan
- Biasanya Ibu pasien terganggu bersihan jalan nafas
mengatakan anaknya
batuk Pertahanan tubuh
Do : menurun
- Diperkusi dada pekak
- Inspirasi rales Mudah terpapar virus,
- Ronchi nyaring bakteri, jamur, parasit

Menginfeksi area
bronkus dan parenkim

Pneumonia

Kuman masuk ke
bronkus

Proses peradangan

Adanya eksudasi

Akumulasi sekret di
bronkus

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Do : Sistem pertahanan Ketidaefektifan pola
- Tampak sesak terganggu nafas
- Respirasi meningkat
- Pada saat nafas adanya Pertahanan tubuh
penggunaan otot menurun

Mudah terpapar virus,


bakteri, jamur, parasit

Menginfeksi area
bronkus dan parenkim

Pneumonia

Infeksi saluran
pernafasan

Terbentuk jaringan
ikat

Jaringan paru diganti


oleh jarngan ikat

Edema di alveoli

Adanya peningkatan
tekanan dinding paru

Pemenuhan paru
menurun

Ketidakefektifan pola
nafas
Ds : Pertahanan tubuh Hipertermi
- Biasanya ibu pasien menurun
mengatakan anaknya
panas tidak turun-turun Mudah terpapar virus,
Do : bakteri, jamur, parasit
- Tampak menggigil
- Suhu meningkat Menginfeksi area
bronkus dan parenkim

Pneumonia

Kuman masuk ke
bronkus

Proses peradangan

Peningkatan suhu
tubuh

Hipertermi
Ds : Sistem pertahanan Intoleransi aktivitas
- Ibu pasien mengatakan terganggu
anaknya sesak terus
menerus Pertahanan tubuh
Do : menurun
- Tampak lemah
- Tampak sesak Mudah terpapar virus,
- Respirasi meningkat < bakteri, jamur, parasit
50 x/menit Menginfeksi area
bronkus dan parenkim

Pneumonia

Infeksi saluran
pernafasan

Terbentuk jaringan
ikat

Jaringan paru diganti


oleh jarngan ikat

Edema di alveoli

Adanya peningkatan
tekanan dinding paru

Pemenuhan paru
menurun

Suplai O2 menurun

Hipoksia

Metabolisme anaerob

Akumulasi as. Laktat

Kelemahan

Intoleransi aktivitas
Ds : Pertahanan tubuh Resiko kekurangan
- Biasanya ibu pasien menurun volume cairan
mengatakan anaknya
muntah-muntah Mudah terpapar virus,
Do : bakteri, jamur, parasit
- Tampak lemas
- Turgor kulit menurun Menginfeksi area
- Kulit kering bronkus dan parenkim
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh Pneumonia
- Membran mukosa
kering Kuman terbawa ke
saluran pencernaan

Infeksi di saluran
cerna

Peristaltik meningkat

Diare

Kehilangan cairan dan


elektrolit

Resiko kekurangan
volume cairan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d sekresi berlebihsn sekunder terhadap infeksi
3. Hipertermi b.d inflamasi parenkim paru
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
C. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Hitung frekuensi 1. Takipneu,
bersihan jalan tindakan atau kedalaman pernapasan
nafas b.d keperawatan selama pernapasan dan dangkal dan
inflamasi dan 1x24 jam jalan napas gerakan dada gerakan dada tak
obstruksi jalan efektif dengan bunyi 2. Auskultasi area simetris sering
nafas napas bersih paru, catat area terjadi karena
penurunan/tak ketidaknyamanan
ada aliran udara gerakan dinding
dan bunyi napas dada dan atau
Krakels cairan paru
3. Berikan minum 2. Penurunan aliran
air hangat udara terjadi pada
4. Kolaborasi area konsolidasi
pemberian dengan cairan,
mukolitik, krakels terdengar
ekspektoran sebagai respon
terhadap
pengumpulan
cairan, secret.
3. Cairan hangat
memobilisasi dan
mengeluarkan
secret.
4. Membantu
menurunkan
spasme bronkus
dengan mobilisasi
secret
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Hitung frekuensi, 1. Takipnea,
pola nafas b.d tindakan kedalaman pernapasan
sekresi keperawatan selama bernapas dangkal sering
berlebihsn 1x24 jam pola nafas 2. Auskultasi bunyi terjadi karena
sekunder efektif. napas ketidaknyamanan
terhadap infeksi Mempertahankan 3. Lakukan gerakan dinding
ventilasi pernafasan pemeriksaan dada dan atau
adekuat tanda vital cairan paru.
4. Kolaborasi 2. Menunjukkan
pemberian O2 terjadinya
sesuai indikasi komplikasi
(adanya bunyi
tambahan
menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi).
3. Abnormalitas
tanda vital terus
menerus
memerlukan
evaluasi lanjut
4. Mempertahankan
PaO2 di atas 60
mmHg.
3. Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Suhu 38,9 oC-
o
inflamasi tindakan pemeriksaan 41,1 C
parenkim paru keperawatan selama suhu pasien menunjukkan
1x24 jam suhu 2. Lakukan proses penyakit
dalam batas normal pemberian infeksius akut.
kompres hangat 2. Dapat membantu
3. Kolaborasu mengurangi
pemberian demam
antipiretik 3. Diharapkan dapat
membantu
menurunkan
demam dengan
aksi sentralnya
pada hipotalamus
4. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon 1. Menetapkan
aktivitas b.d tindakan pasien terhadap kebutuhan pasien
ketidak keperawatan selama aktivitas dan memudahkan
seimbangan 1x24 jam 2. Berikan pilihan intervensi.
antara suplai dan menunjukkan adanya lingkungan 2. Menurunkan
kebutuhan peningkatan tenang dan batasi stress dan
oksigen toleransi terhadap pengunjung rangsangan
aktivitas selama fase akut berlebihan,
ssi indikasi meningkatkan
3. Bantu aktivitas istirahat.
perawatan diri 3. Meminimalkan
yang diperlukan kelelahan dan
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
5. Resiko Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Peningkatan suhu
kekurangan tindakan pemeriksaan meningkatkan laju
volume cairan keperawatan selama tanda-tanda vital metabolik dan
b.d kehilangan 1x24 jam volume 2. Kaji turgor kulit, kehilangan cairan
cairan cairan adekuat kelembaban melalui evaporasi
berlebihan membran mukosa 2. Indikator
akibat muntah 3. Tanyakan kepada langsung kekuatan
keluarga pasien volume cairan.
adanya mual 3. Adanya gejala ini
muntah dan menunjukkan
lakukan masukan oral
penghitungan 4. Berguna
output cairan menurunkan
4. Kolaborasi kehilangan cairan.
pemberian
antipiretik,
antiemetik
\

D. Evaluasi
1. Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi napas bersih
2. Pola nafas pasien adekuat
3. Suhu dalam batas norma
4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
5. Volume cairan adekuat

Anda mungkin juga menyukai