Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diawali dari pengetahuan manusia terhadap realitas, merupakan bukti
bahwa kecenderungan dalam mencari serta menemukan kebenaran sebagai
media dalam mencapai tujuan adalah fit1rah manusia. Termasuk wilayah
pengetahuan yang akan bersama-sama kita kaji pada kesempatan kali ini;
ideologi, politik serta strategi dan taktik. Sebelum lebih jauh bahasan yang
akan kita kaji, saya akan menggaris bawahi satu pernyatan, pengetahuan
politik praktis berbeda dengan politik praktis. Yang akan kita kaji adalah
sebagai pengetahuan kita mengenai politik, bukan supaya kita tahu serta akan
mempraktekan politik praktis. Sebab HMI adalah organisasi mahasiswa,
bukan partai politik atau kelompok yang memiliki kepentingan secara mutlak
demi kekuasan.
Sebagai media dalam mencapai tujuan, politik bukan lagi merupakan
istilah yang asing atau bahkan tabu bagi kalangan mahasiswa. Namun hal
penting yang harus difahami terkait dalam perjuangan politik adalah landasan
gerak (epistemology, pandangan dunia dan ideologi), manusianya (kader),
serta strategi dan taktik. Beberapa hal penting itulah yang akan kita bahas pada
kesempatan kali ini, sebagai pengetahuan, belum untuk dipraktekan, terlebih
semata-mata demi kekuasaan.
Saya fikir kita semua pernah mendengar dan menyaksikan bagaimana
setiap individu maupun kelompok berusaha mencapai tujuan serta cita-cita
politiknya melalui perjuangan politik. Namun tidak sedikit kita temui
beberapa kecelakaan yang terjadi di dalamnya, baik dalam proses perjuangan
politik itu sendiri maupun hasil-hasil yang dicapai dari perjuangan politik
tersebut. Tentu saja terdapat beberapa alasan mendasar mengapa hal tersebut
bisa terjadi. Pertanyannya adalah, apa sajakah alasan mendasar itu? Jawaban

1
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm. 17

1
dari pertanyaan tersebut dapat kita jawab secara langsung, sebab jawaban
tersebut sebenarnya terdapat di dalamnya. Bagaimana jika saya katakan bahwa
alasan mendasar tersebut tidak lain adalah syarat ideal dari perjuangan politik
itu sendiri? Bahwa perjuangan politik setidaknya memiliki beberapa
kandungan signifikan yang menjadi landasan bagi “gerakan” yang akan
dilakukan, yaitu;
1. Iman atau keyakinan yang teguh
2. Ilmu yang cukup
3. Ideologi yang jelas
4. Organisasi yang baik, rapi dan disiplin
5. Strategi dan taktik yang tepat, serta
6. Kemampuan teknis dan teknologis yang memadai.
Beberapa hal tersebut di atas yang akan bersama-sama kita fahami.
Mengingat pentingnya bekal bagi seorang kader HMI dalam melaksanakan
perjuangan politiknya kelak. Sebab proses dalam perkaderan serta perjuangan
untuk mewujudkan cita-cita profetik belumlah cukup hanya dilakukan dalam
ruang sempit HMI. Suatu saat nanti seorang kader HMI akan mengabdikan
dirinya setelah kepurnaan dia di HMI.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan Ideopolitorstratak HMI dalam
mengembangkan Intelektual Kader?.
2. Apakah Ideopolitorstratak HMI sekarang masih bisa diaplikasikan untuk
memperjuangkan martabat bangsa?.
3. Peranan apakah yang dilakukan oleh kader - kader HMI dalam
Memperjuangkan martabat Bangsa?.

C. Tujuan Penulisan
1. Memperkenalkan Peranan Ideopolitorstratak HMI dalam sebuah kancah
dunia perubahan yang positif terhadap perubahan bangsa Indonesia
sendiri.

2
2. Menjadi pedoman serta referensi bagi kader – kader HMI untuk
membangun dunia Intelektual muda di Indonesia.
3. Menjalankan Roda Organisasi HMI, kembali kepada Khitahnya HMI yang
sesuai Ajaran Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin yang selalu
mengajar kebenaran baik dari Aspek keummatan maupun kebangsaan.
4. Selalu mengamalkan dan membawa visi dan msi HMI didalam kehidupan
sehari – hari sebagai kader yang Intelektual.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan
"sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara
umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis
(lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi
adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif.
Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan
ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini
menjadi inti politik.
Sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan
mengembangkan ajaran agama Islam” sebagai salah satu tujuannya, di
samping “Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia”.
Dengan demikian, Islam telah dijadikan sebagai landasan organisasi. Dalam
hal ini HMI tidak mendasarkan diri pada “mazhab” tertentu, walau kemudian
dalam pola pemikirannya HMI cenderung sebagai kelompok intelektual
muslim pembaharu.
Dari situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya yang
tertampung dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar
Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI
memahami Islam sebagaimana tercantum dalam Al-Quran.2 Secara doktrin,
yang terkandung dalam NDP bukanlah ajaran yang bertentangan dengan
Islam, melainkan merupakan formulasi kembali atas Al-Quran sehingga

2
Penjelasan mengenai ini dapat ditemukan di dalam Al Qur’an, Hadits serta literature-literatur
dalam Filsafat Islam

4
tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader HMI dalam mewujudkan
amanat Tuhan sebagai khalifah fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang
mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP diharapkan
dapat menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya,
membangun semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia,
dan sebagai sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk
diabdikan bagi kemanusiaan. Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi
identitas yang khas bagi kader-kader HMI.
Sehingga Ideologi HmI yang dibawa didalam diri kader – kadernya
yang selalu senantiasa untuk memperjuangkan Agama Islam dan
Meningkatkan Martabat bangsa Indonesia. Selama ini HMI dikenal dengan
tradisi pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu ada kritik dan
otokritik terhadap segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan adanya
perbaikan dan pengembangan ke arah yang lebih baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh diperlakukan
sebagai dogma yang taken for granted oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI
tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam. Bagaimana pun NDP adalah
buatan manusia. Karena itu meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu
yang bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil interpretasi manusia
yang nilai kebenarannya relatif.
NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa landasan filosofis
untuk mencapai Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri.
Keberadaan NDP harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku salah
seorang perumus NDP, ketika ditanya apakah NDP masih relevan dengan
kondisi sekarang ataukah perlu diganti, mengatakan bisa saja, asal tingkat
intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada sekarang.3
Ideologi adalah landasan gerak, dalam arti yang lebih luas ideologi
dapat dikatakan sebagai seperangkat nilai-nilai berdasarkan pandangan dunia

3
Mantan Ketua Umum PB HMI Periode 1951-1953, Ketua Dewan Pembimbing dan Penasehat
PB HMI tahun 1964-1966, Ketua Umum Koordinasi Nasional KAHMI tahun 1977-1980,

5
(pandangan hidup) untuk mengatur kehidupan Negara dalam segi-seginya dan
yang disusun dalam sebuah konstitusi berikut peraturan-peraturan dan
implementasinya.
Pada wilayah ideologi, Tauhid jelas haruslah menjadi dasar utamanya
(sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia secara umum
tentang Tauhid menjadi dasar dari epistemologinya. Sehingga dengan
pengetahuan yang bersumber dari Tauhid tersebut akan dapat menghasilkan
pandangan dunia yang objektiv. Selanjutnya pandangan dunia atau cara
memahami realitas tersebut yang nantinya sebagai perangkat ideology. Jika
lebih disederhanakan lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan
politik, sebab ideology sebagai landasan setiap gerak yang akan
diaktualisasikan.
Saat ini kita tahu bahwa terdapat banyak sekali ideologi raksasa yang
dengan segala varianya juga memiliki orientasi dalam pencapaian tujuan
(liberalism, kapitalisme, sosialisme dll). Maka sebagai landasan gerak yang
universal dan baku Tauhid adalah rujukan atau sumber utama ideologi yang
jelas, permanent dan selalu relevan.

B. Politik Organisatoris
Politik secara bahasa Arab disebut “Siyasyah” yang kemudian
diterjemah menjadi siasat, atau dalam bahasa bahasa Inggrisnya “Politics”.
Pada dasarnya mempunyai ruang lingkup Negara, karena teori politik
mempengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Politik
adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri tetapi juga seni,
dikatakan sebagai seni berapa banyak kita melihat politikus yang tanpa
pendidikan ilmu politik, tetapi mampu berkiat memiliki bakat yang dibawa
sejak lahir dari naluri sanubarinya. sehingga dengan kharismatik menjalankan
roda politik praktis.
Menurut Robert A. Dahl:
”Political science is, of coure, the study of politics. One might better say, it is
the systematic study of politics, that is an attempt by systematic analysis to

6
discover in the confusing tangle of spesific detail what ever principles may
exist of wide and more general significance”
Maksudnya Ilmu politik adalah sdah barang tentu pelajaran tentang
siasat, atau lebih baik pula dikataka, hal ini sabagai pelajaran terinci dari
berbagai cara yaitu usaha pembahasan yang teratur untuk menemukan
pencegahan keningungkan yang kacau dalam pengertian yang lebih luas.
Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai suatu media untuk
mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan terapan, di
mana dengan pengetahuan politik maksud serta tujuan yang akan dicapai
dapat diperjuangkan melalui perjuangan politik dengan menggunakan ilmu
pengetahuan politik. Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan
banyak pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.
Di dalam Islam, system politik terdiri atas tiga prinsip pokok, Tauhid,
Risalah dan Khilafah. Prinsip yang pertama termanifestasikan dalam
pembahasan kita yang pertama mengenai ideology. Begitu juga dengan prinsip
yang ke dua, selain termanifestasikan dalam ideology juga termanifestasikan
melalui aturan-aturan serta tuntunan-tuntunan yang membatasi kekuasan
seorang khilafah. C4
Secara singkat politik adalah untuk kekuasaan, sebab hanya dengan
kekuasanlah tujuan dapat terwujud. Namun dengan kekuasan yang telah
didapatkan nantinya, kekuasan tersebut tetap harus dijalankan berdasarkan
atas ideology yang sudah dipilihnya. Dalam kaitanya dengan ini, politik tidak
terlepas dari 4 hal; order (susunan/pembagian, perintah), virtue (kebajikan),
freedom (kebebasan atau kemerdekaan) dan happiness / welfare (kebahagiaan
dan kesejahteraan). Kekuasaan yang diperoleh melalui politik haruslah dapat
mewujudkan empat hal tersebut di atas, jika tidak maka kekuasaan yang ada
bertentangan dengan fithrah dan tujuan kekuasaan yang murni, tentu saja jalan
yang dilalui oleh perjuangan politik adalah tidak benar, sebab akibatnya pun
tak selaras dengan tujuan idealnya.

4
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005

7
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI bukan dibentuk sebagai organisasi
politik, dan karena itu tidak berorientasi pada politik. Perjuangan HMI adalah
perjuangan kebenaran, atau nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, maka
HMI tetap disebut sebagai kekuatan moral dan pantulan suara nurani
masyarakat. akan tetapi, sebagai organisasi yang telah mengalami
perkembangan sedemikian rupa, termasuk persentuhannya dengan dinamika
politik bangsa, maka setiap sikap dan perilaku HMI akan tetap mempunyai
nilai dan resonansi politis. HMI yang postur awalnya sebagai moral force mau
tidak mau juga dihitung sebagai political force. Kondisi demikian menuntuk
HMI mengaktualisasi potensinya itu, baik moral force maupun political force.
Tanpa aktualisasi keduanya bukan hanya mubazir, tetapi juga akan
menyebabkan proses pembusukan secara internal. HMI juga mampu
memproduksi pemimpin bangsa yang mempunyai Strategi – strategi jitu serta
taktik dalam membangun dan memperjuang martabat bangsa Indonesia,

C. Strategi dan Taktik


Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu tertentu. Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim
kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam
pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang
lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang
sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut
menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan
kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Peter Drucker, yang merupakan Profesor manajemen pemasaran
memberi pengertian kepada strategi dan taktik yaitu :
1. Strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing the right things ).
2. Taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar ( doing the thing right ).

8
Disisi Lain Rasulullah SAW menyampaikan “Ilmu tanpa amal adalah
dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Jika kita kaitkan dengan perjuangan
politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak disertai
dengan ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik, strategi
dan taktik adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar ideology dan
juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.
Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri
peperangan, taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu
pertempuran. Sedangkan menurut Mao Tse Tung strategi adalah untuk
menguasai suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah
untuk melakukan kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan)5.
Namun yang perlu juga kita garis bawahi di sini adalah strategi dan taktik
dalam politik tidak dapat meliputi sampai tercapainya tujuan, sebab strategi
hanya meliputi jangka waktu tertentu. Dalam pandangan HMI, seperti yang
diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo mewakili pendidik politik di HMI,
strategi adalah Bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam
jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik
adalah bagaiman menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam
menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.6
D. Hubungan Taktik dengan Strategi
Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam hal ini, taktik
harus tunduk kepada strategi yang ada.
1. Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
2. Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
3. Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bias berhasil dengan
syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
4. Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang lain
gagal, maka strategi gagal.

5
Sun Tzu Wu, The Art of War, Singapura, 1985
6
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm 87

9
Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik, namun
kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain
taktik ini adalah taktik utama/prioritas.
Stratak hanya boleh dipelajari oleh pejuang tulen yang telah memiliki kesadaran
ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis. Seorang yang
penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dari
pada kepentingan perjuangan tidak usah mempelajari strata, akan sia-sia, kasihan
strataknya. Sebaliknya, orang yang yang berkesadaran ideology serta organisasi
haruslah mempelajari strategi dan taktik, sehingga dia tidak akan sembrono dalam
bergerak, tidak anarkhis, tidak nyelonong saja serta tidak bertindak radikal
ekstrem yang ngawur dan nekad.7

E. Stratak dan Organisasi


Stratak adalah cara menggunakan oranisasi organisasi untuk mencapai
sasaran perjuangan. Garis dari setiap strata harus disesuaikan dengan kondisi
organisasi, kesuksesan strata akan semakin memperkuat organisasi, begitu
juga sebaliknya. Semakin berkurang kekuatan organisasi, semakin tidak
mampu organisasi itu melaksankan stratak yang besar, semakin kecil stratak
yang dapat dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh organisasi tersebut dari
tujuan perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu berdiri sendiri, melainkan
dia hanya alat pelaksana bagi tujuan ideology.

F. Tugas Stratak
Menciptakan, memelihara, dan menambah syarat-syarat yang akan
membawa kepada tujuan (machts-vorming dan machts-aanwending)adalah
tugas stratak. Dengan kata lain, tugas stratak adalah untuk mempertahankan
dan menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu juga untuk
menghancurkan dan mengurangi kekuatan serta posisi lawan.8

7
Sun Tzu Wu, The Art of War, Singapura, 1985
Mao Tse Tung. (1963).
8
Sun Tzu Wu, The Art of War, Singapura, 1985

10
G. Dasar-dasar Menyusun Strategi
1. Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi dalam jangka
waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan oranisasi.
2. Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu sekarang (jangka pendek)
dan jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka panjang).
3. Harus terdapat rencana atau strategi alternative.
4. Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat posisi.
5. Harus mampu membentuk opini public (subyektifitas menjadi objektifitas,
sebab mendapatkan dukungan dan sokongan dari kesepakatan wacana
public).9

H. Dasar-dasar Membentuk Taktik


Dikarenakan taktik merupakan bagian dari strategi maka dasar bagi
strategi berlaku juga untuk taktik. Namun masih terdapat beberapa dasar yang
berlaku untuk taktik,
1. Fleksibilitas, sikap dan langkah dapat berubah sesuai dengan kondisi
yang terjadi.
2. Orientatif, evaluative dan estimative, perjuangan politik tidak mampu
melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti, sebab hal tersebut
belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-ngira
(mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang
akan terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita
akan dapat melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk
berhasil.
3. Kerahasian, strategi harus dirahasiakan, biarlah lawan meraba apa
langkah perjuangan yang akan kita lalui.
4. Gerak tipu/mengelabuhi.
5. Lima S; Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat.

9
Mao Tse Tung. (1963).

11
6. Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi Objektif, kondisi
subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga sebaliknya. Antara
kedua kondisi ini memiliki hubungan timbale balik yang saling
mempengaruhi.

I. Hukum-hukum Stratak
1. Kwantitas.
Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil.
Pihak yang berjumlah kecil tidak boleh menyerang musuh yang
berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang pihak yang
berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang berjumlah besar
tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit dan
secara terus menerus.
2. Perpaduan antara kwalitas dan kwantitas.
Kurang dalam kuantitas harus diimbangi dengan kelebihan
dalam kualitas. Kurang dalam kualitas harus diimbangi dengan
kelebihan kuantitas.
3. Posisi.
P o s i s i ya n g b a i k a d a l a h s e p a r u h k e k u a t a n . P o s i s i
y a n g t i d a k b a i k m e m e r l u k a n d u a k a l i kekuatan.
4. Cadangan.
P i h a k ya n g m e m p u n ya i c a d a n g a n , w a l a u p u n t e l a h
mundur dan kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh
sedang kalah dan mundur, kejarlah. Hancurkan cadang an
m u s u h sebelum musuh maju dan bangkit kembali dengan cadangannya.
5. Kawan, Sekutu dan Lawan.
S e c a r a i d e o l o g i s , k a w a n a d a l a h ya n g s e i d e o l o g i .
S e c a r a s t r a t e g i s s e k u t u h a r u s s e l a l u diperbanyak dan pihak-
pihak lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah go longan
terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi
sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan

12
sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh
terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu.
Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat lain
menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus menjadi
sekutu dan musuh.
6. “Divide et impera”. Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
7. Menyerang adalah pertahan yang terbaik.
M e n ye r a n g a d a l a h P e r t a h a n a n ya n g T e r b a i k . Yang
menang ialah yang selalu memegang inisiatif. Biarkan lawan bergerak
menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita pilih. Biarkan lawan
beraksi terus terhadap isu-isu yang kita lontarkan. Tujuan membenarkan
setiap cara sepanjang tidak bertentangan dengan kekuatan ideology serta
tidak membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.
8. Membenarkan segala cara, selama tidak bertentangn dengan ideology dan
membawa akibat yang dapat merugikan diri sendiri.

J. Pedoman Mencapai Hasil


1. Mencegah mudhorat lebih diutamakan dari menarik manfaat.10
2. Apa yang dapat disel11esaikan hari ini, selesaikan, jangan menunda.
3. Tidak ada rotan, akarpun jadi.
4. Hasil dalam perjuangan terletak pada hasilnya sendiri, tidak ada satupun
yang berhasil daripada keberhasilan.
Sehingga dengan Ideopolitor Stratak HMI diharapkan kader – kader
HMI mampu membawa bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang
bermartabat di mata internasional. Sebagaimana tertulis, kemunculan HMI
merupakan kulminasi dari himpitan–himpitan imperialisme Belanda.
Himpitan–himpitan itu menyebabkan ”Keresahan Sosial” bagi Umat Islam,
kemudian menimbulkan ”Protes Sosial Keagamaan” untuk menunjukan

10
Nasehat dari para Pujanga Jawa intisari Kitab Jawa Kuno; Serat Wedhatamadan Serat Wotgaleh

13
kekuatan Islam, yang ditandai berdirinya HMI 5 Juni 1947. HMI adalah suatu
gerakan pembaharuan untuk membebaskan umat Islam dan bangsa Indonesia
dari keterbelakangan. Pemikiran ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an HMI
menampilkan Islam yang bercorak khas Indonesia. Pemikiran ini akan
mendatangkan perubahan, sesuai dengan kebutuhan kontemporer menuju
masa depan Indonesia baru yang dicita-citakan seluruh rakyat Indonesia, yaitu
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. (Agus Salim Sitompul, 44
indikator kemunduran HMI, 2008 )
HMI tidak akan pernah terpisah dari Harapan Masyarakat Indonesia
karena HMI terlahir dari Harapan Masyarakat Indonesia, sehingga formulasi
perjuangan HMI-pun adalah formulasi perjuangan bangsa Indonesia. Tetapi
akan berubah ketika HMI tidak mampu menatap reealitas bangsa Indonesia.
Perubahan yang terjadi pada bangsa Indonesia berbeda sesuai tuntutan
zamannya. Hal ini jelas akan menyebabkan formulasi perjuangan HMI dalam
mewujudkan Harapan Masyarakat Indonesia harus mengikuti perubahan
tersebut. Dan saat ini, masalah yang dihadapi masyarakat pun semakin
kompleks terkait tuntutan pemenuhan kebutuhan dalam segala aspek
kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial dan lain-lain yang semakin sulit dan
perlu adanya pemerataan untuk mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh
12
Rakyat Indonesia

K. Pejuang Paripurna
Setiap manusia dilahirkan sebagai pemimpin di muka bumi ini,
utamanya adalah sebagai wakil Tuhan. Sebagai pemimpin dan juga wakil
Tuhan seharusnya manusia dalam menjalankan segala gerak dan langkah
perjuangannya dilandasi dari ke-Tauhid-an. Setiap pemimpin haruslah
memahami, meresapi dan menghayati enam syarat perjuangan politik yang
telah disebutkan di atas, selain juga harus mampu menanganinya.13

12
Mantan Ketua Umum PB HMI Periode 1951-1953, Ketua Dewan Pembimbing dan Penasehat
PB HMI tahun 1964-1966, Ketua Umum Koordinasi Nasional KAHMI tahun 1977-1980,
13
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm 37

14
Pejuang paripurna haruslah selesai pada wilayah Iman dan ilmu,
setidaknya memiliki kapasitas pada dua wilayah tersebut, sehingga dalam
pengamalannya tidak lagi keliru. Keparipurnaannya didasarkan pada
bagaimana ia mampu untuk berfikir, berjuang dan bekerja secara maksimal.
Pola berfikir dan bertindak seperti itu akan semakin mendekatkan organisasi
kepada tujuan perejuangannya.14
Dalam setiap perjuangan politiknya, pejuang paripurna haruslah
memiliki beberapa landasan dan nilai-nilai dasar sebagai berikut;
1. Landasan dari nilai-nilai dasar,
a. Tauhid.
b. Risalah.
c. Kekhalifahan.
2. Nilai-nilai dasar,
a. Persamaan derajat manusia.
b. Musyawarah.
c. Hak-hak demokrasi.
d. Keadilan.
e. Kepentingan umum.
f. Mencegah kedholiman tas manusia.
g. Hak atas hidup
h. Hak bagi si miskin.
i. Hak antara pemimpin dan yang dipimpin.hak minoritas.
Dengan beberapa hal tersebut di atas, maka hasil dari perjuangan
polotik akan dapat memberikan manfaat yang besar serta tidak sia-sia, akan
mampu menciptakan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah
SWT.15

14
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm 87
15
A. Dahlan Ranuwiharjo, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate, KAHMI Maluku Utara, 2000,
hlm. 105

15
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu kejadian politik, namun
kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis, dengan kata lain
taktik ini adalah taktik utama/prioritas.
Stratak hanya boleh dipelajari oleh pejuang tulen yang telah memiliki
kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir politis realistis.
Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih mengedepankan
kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan tidak usah
mempelajari strata, akan sia-sia, kasihan strataknya. Sebaliknya, orang yang
yang berkesadaran ideology serta organisasi haruslah mempelajari strategi
dan taktik, sehingga dia tidak akan sembrono dalam bergerak, tidak anarkhis,
tidak nyelonong saja serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan
nekad.
Ideopolitorstratak HMI sekarang masih bisa diaplikasikan dan bahkan
masih sangat relevan untuk memperjuangkan martabat bangsa karena sejak
awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan mengembangkan ajaran
agama Islam dan mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia” sebagai salah satu tujuannya.
HMI mempunyai peran dan berpartisipasi aktif, konstruktif bersama-
sama pemerintah Indonesia menciptakan kondisi yang kondusif dalam semua
aspek kehidupan bangsa. HMI harus bekerjasama dengan pemerintah, dan
berani mengambil sikap kooperatif dan kritis terhadap pemerintah dalam
melayani rakyatnya. Kebijaksanaan harus sesuai dengan ajaran Islam ( yang
komperhensif, dinamis, progresif dan adil) yang memihak kepada
kepentingan rakyat menyerukan dan amal ma’ruf nahi munkar. HMI juga
harus berpartisifasi aktif dalam meningkatkan harkat martabat peradaban
bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan
sosialpolitis dan dimensi lainnya untuk mencapai amanat pancasila dan UUD

16
45, yakni masyarakat adil dan makmur. Maka dari itu semua jelaslah HMI
mempunyai peran serta dalam pembangunan Bangsa dan Negara ini. Untuk
melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat diperlukan adalah ilmu
pengetahuan dan mengetahui medan perjuangan.

17
DAFTAR FUSTAKA

AF, Ahmad Gaus. Api Islam Nurcholish Madjid. Jakarta: Kompas, 2010.

Agustian, Ary Ginanjar. ESQ Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga


Publishing2001.

Henry J. Schmandt, Filsafat Politik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005

Noer, Deliar. Islam, Pancasila, dan Asas Tunggal. Jakarta: Yayasan


Perkhidmatan1983.

Oentoro, Jimmy. Indonesia Satu, Indonesia Beda, Indonesia Bisa. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama2010.

Quthb, Sayyid, Ma’alim fi At-Thariq: Petunjuk Jalan yang Menggetarkan.


Yogyakarta: Uswah. 2009.

Ranuwiharjo, A.Dahlan, SH, Menuju Pejuang Paripurna, Ternate,


KAHMIMaluku Utara, 2000

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu


Semesta2008.

Sitompul, AgussalimPemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah


Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003.

Urbaningrum, Anas, Melamar Demokrasi: Dinamika Politik Indonesia. Jakarta:


Penerbit Republika.2004.

Zulkifli, Arif, dkk. Sukarno: Paradoks Revolusi Indonesia. Jakarta: KPG, 2010.

18

Anda mungkin juga menyukai