Anda di halaman 1dari 4

William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No.

2, Juni 2014,
pp. 179-182

Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di


PT. SPINDO 1

Andy William1, Togar W.S. Panjaitan2

Abstract: PT. SPINDO unit 1 is one of the big and famous company which produces
steel pipe. Nowadays, PT. SPINDO 1 is willing to design health and management system (SMK
3) because of the high rate of the workplace accident for the year of 2013 that is 93 cases. Besides
that, government rules stated that every company shall ensure the health and work safety of
their employees within the scope of company or working area.The health and management
system (SMK 3) design by PT. SPINDO appropriates with the actual conditions of the company
and covers the HIRARC documents. Finally the result of the SMK 3 reached 62.69% which can
be said “Good” according to the Government Regulation (PP) no 50 of 2012.

Keywords:Health and Safety (K3), HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk
Control), Health and Safety Management System

Pendahuluan Tingginya tingkat kecelakaan kerja yang terjadi dan


tuntutan pemerintah tersebut mendorong PT.
Masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di SPINDO 1 untuk merancang Sistem Manajemen
Indonesia sudah mulai menjadi salah satu hal yang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tujuan
mulai diperhatikan. Menurut Warta Ekonomi [5], 2 penelitian ini adalah untuk merancang Sistem
Juni 2006, diketahui bahwa setiap tujuh detik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia.PT. (SMK3) di dalam perusahaan. Batasan masalah
Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk. (SPINDO) dalam penelitian ini adalah percangan SMK3 hanya
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang sebatas pembuatan HIRARC dan pengamatan
industri pipa. Hingga saat ini, perusahaan telah dilakukan pada jam kerja perusahaan.
memiliki lima unit pabrik yang terus bertambah
dan berkembang, kantor pusat yang terletak di Metode Penelitian
Surabaya, dan kantor perwakilan yang terletak di
Jakarta.PT. SPINDO 1, merupakan salah satu plant Penyusunan HIRARC pada umumnya terbagi
yang masih belum memiliki dokumen-dokumen K3 menjadi 3 tahap, yaitu identifikasi bahaya (hazard
yang cukup. PT. SPINDO 1 ini, masih akan identification), penilaian risiko (risk assessment), dan
memulai untuk penerapan K3 sehingga dapat pengendalian risiko (risk control).
menjaga kesehatan dan keselamatan semua pihak
yang berada di area lingkungan kerja PT. SPINDO Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), ba-
1. Perusahaan mulai menerapkan SMK3 di dalam haya (Hazard), dan risiko (Risk)
perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari
pemerintah yang mengharuskan bahwa perusahaan Keselamatan (safety) merupakan suatu keadaan
harus dapat menjamin keselamatan dan kesehatan yang bebas dari kecelakaan (accident), atau hampir
kerja seluruh pihak yang berada di dalam ruang celaka (near miss). Sehingga dilakukan pendekatan
lingkup perusahaan. Penerapan SMK3 juga untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan
dilakukan dikarenakan tingginya kecelakaan kerja dan berbagai cara untuk mengurangi dan
yang terjadi pada tahun 2013 yang berjumlah 93 menghindari terjadinya hal-hal yang mengancam
kecelakaan kerja. keselamatan itu sendiri. (Suma’mur,[4]). Kesehatan
kerja juga merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan. Kesehatan (health) memiliki
1,2Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, pengertian yang luas dan tidak terbatas akan
Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya keadaan fisik, tetapi juga sehat secara mental dan
60236. Email: andywilliam_vinsensius@yahoo.co.id,
togar@petra.ac.id sosial. (Mangkunegara, [1]).

179
William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014,
pp. 179-182

Hazard identification risk assessment and risk Tabel 2. Identifikasi parameter severity [3]
control (HIRARC) Kode Faktor Nilai Kriteria
Penentu
HIRARC merupakan salah satu metode yang sesuai Tidak terhenti sama
dengan OHSAS 18001:2007, [2] yang digunakan 1
sekali
Produksi/
perusahaan pada umumnya untuk membentuk, 3 Terhenti < 7 jam
DP Aktivitas/
menerapkan, dan memelihara prosedur sehingga Terhenti antara7
Proses 6
dapat mengidentifikasi bahaya yang ada, menilai, hingga 24 jam
dan mengendalikan resiko. 9 Terhenti > 24 jam
1 1 orang terpapar
Terpapar antara 1
Identifikasi bahaya (hazard identification) Jumlah 3
hingga < 5
PT pekerja yang
Terpapar antara 5
Identifikasi bahaya adalah suatu tindakan untuk terpapar 6
hingga < 10
mengetahui bahaya yang mungkin terjadi di dalam 9 Terpapar > 10
suatu lingkungan kerja. 1 X < Rp 1.000.000
Rp1.000.000 < X <
3
Penilaian risiko (risk assessment) Rp5.000.000
NK Nilai kerugian
Rp5.000.000 < X <
6
Rp10.000.000
Penilaian resiko merupakan tindakan yang
9 X > Rp 10.000.000
dilakukan setelah identifikasi bahaya guna Tidak menimbulkan
mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang 1
cedera
telah diidentifikasi. Ada 2 parameter yang Memerlukan P3K
digunakan perusahaan dalam penilaian risiko, yaitu (tergores, memar,
3
likelihooddan severity. Penjumlahan dari setiap pusing, iritasi,
faktor penentu di dalam kedua parameter tersebut ketidaknyamanan)
akan dinamakan risk rating.Skala penilaian resiko Memerlukan
Dampak
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 perawatan medis
DM terhadap
lebih lanjut (luka
dan Tabel 3. Risk rating dapat dilihat pada Tabel 4. manusia 6
bakar, luka terkoyak,
patah tulang, keseleo,
Tabel 1. Identifikasi parameter likelihood [3]
asma)
Kode Faktor Nilai Kriteria Cacat, kematian,
penentu amputasi, keracunan,
9
Hanya mungkin kanker, penyakit yang
1 terjadi pada kondisi membahayakan
ekstrim
Hanya mungkin Tabel 3. Kategori nilai likelihood danseverity [3]
Kemungkinan 3 terjadi pada kondisi
FK Parameter Total nilai Kategori Kode
Terjadi darurat
Mungkin terjadi pada Extremely
6 ≤4 EU
aktivitas non rutin Unlikely
Terjadi pada aktivitas Highly
9 Likelihood 5 ≤ Nilai ≤ 10 HU
rutin Unlikely
Ada pengendalian 11 ≤ Nilai ≤ 12 Unlikely UL
1 substitusi atau 13 ≤ Nilai ≤ 18 Likely LL
eliminasi Slightly
4 ≤ Nilai ≤ 11 SH
Ada pengendalian Harmful
3 12 ≤ Nilai ≤ 18 Harmful HF
teknis/engineering Severity
FP Pengendalian Ada pengendalian 19 ≤ Nilai ≤ 27 Very Hamrful VH
6 administrasi atau Extremely
28 ≤ Nilai ≤ 36 EH
APD Harmful
Tidak ada
9 pengendalian sama Tabel 4. Matriks tingkat resiko [3]
sekali
Likelihood
Severity
SH HF VH EH
EU TV TL TL MD
HU TL TL MD MD
UL TL MD MD SB
LL MD MD SB IT

180
William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014,
pp. 179-182

Setelah dilakukan penilaian resiko, kemudian Hasil dan Pembahasan


dilakukan tindakan terkait tingkat resiko yang ada
sehingga semua resiko yang terjadi di dalam Perancangan dokumen HIRARC dimulai dengan
perusahaan dapat ditoleransi (tolerable). melakukan hazard identificationdi dalam PT.
Keterangan mengenai tiap level resiko dapat dilihat
SPINDO 1. Kemudian dilakukanrisk assessment
pada Tabel 5.
untuk mengetahui tingkat risiko dari potensi
Tabel 5. Tindakan berdasarkan kategori tingkat resiko[3] bahaya yang telah diidentifikasi. Masing-masing
tahap penyusunan HIRARC antara lain:
Kode Tingkat Pengendalian resiko
resiko Hazard identification
Pekerjaan tidak dilaksanakan dan
dilanjutkan sampai resiko telah
Hazard identification dilakukan pada seluruh area
direduksi. Jika tidak memungkinkan
IT Intolerable PT. SPINDO 1yaitu, area kantor dan fasilitas
untuk mereduksi resiko dengan sumber
daya yang terbatas, maka pekerjaan pendukung, area luar, dan area produksi. Contoh
tidak dapat dilaksanakan. hasil dari hazard identifyication dapat dilihat pada
Pekerjaan tidak dilaksanakan sampai Tabel 6.
resiko yang ada telah direduksi. Perlu
SB Substansial
dipertimbangkan sumber daya yang Tabel 6. Hazard identification area produksi
dialokasikan untuk mereduksi resiko.
Resiko yang memerlukan pertimbangan Faktor bahaya Bahaya yang muncul
untuk tindakan lebih lanjut, tetapi biaya Kecerobohan dan penggunaan APD,
pencegahan dan waktu diperlukan Man kurang waspada dan kurang disiplin
harus diperhitungkan dengan teliti dan dalam bekerja
dibatasi. Bilamana berkaitan dengan Peralatan kerja kurang ergonomis,
MD Moderate konsekuensi yang benar-benar bahaya Machine peletakan posisi mesin dan alat
(EH), maka penilaian lebih lanjut perlu produksi lain
dilakukan untuk mengetahui dengan Penggunaan material yang
tepat kemungkinan terjadinya bahaya, berbahaya, peletakkan dan
Material
untuk memperoleh ukuran penanganan material yang kurang
pengendalian yang diperlukan. baik
Pengendalian tambahan tidak Kurangnya instruksi dan prosedur
diperlukan, pemantauan diperlukan Method kerja, kurangnya training yang
TL Tolerable untuk memastikan bahwa pengendalian diberikan
dipelihara dan diterapkan dengan baik Lingkungan kerja yang bising dan
dan benar. berbahaya, keterbatasan ruang
Tidak memerlukan tindakan lebih Environment
kerja, kurangnya penerangan
TV Trivial lanjut dan tidak memerlukan catatan lingkungan kerja
atau dokumen.
Risk assessment
Pengendalian resiko (risk control)
Penilaian resiko (risk assessment) adalah tindakan
Tahap selanjutnya adalah tahap pengendalian
lanjutan setelah melalui tahap identifikasi bahaya.
resiko. Pada tahap pengendalian resiko ini, resiko
Metode yang digunakan untuk penilaian resiko
bahaya yang menjadi prioritas maupun yang tidak
dianggap sebagai prioritas di tahap sebelumnya adalah metode Quantitative Risk Assessment (QRA).
yakni tahap peniliaian resiko akan ditindaklanjuti Parameter yang digunakan dalam metode ini
sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi adalah likelihood dan severity. Likelihood
resiko kecelakaan kerja hingga batasan yang dapat merupakan kemungkinan terjadinya sebuah resiko
diterima oleh perusahaan. Tahapan ini dilakukan sedangkan severity merupakan tingkat kerusakan
dengan tujuan untuk menurunkan tingkat resiko atau keparahan yang disebabkan oleh resiko
yang ada sehingga tingkat resiko tersebut dapat tersebut.
diterima oleh perusahaan. Resiko dikatakan dapat
diterima ketika resiko yang telah diturunkan Tabel 7. Contoh penilaian resiko pada area End Facing
tersebut dapat ditoleransi (pada tingkatan Tolerable
Aktivitas Bahaya Dampak K F F K D P ND K TR
atau Trivial) oleh sebuah perusahaan dan sesuai o KP P T KM
dengan peraturan perundangan dan kebijakan K3
yang ditetapkan dan dibuat oleh perusahaan. Pipa
Patah
diletakkan Bendelan
tulang, R 9 6 LL 3 3 6 6 HF MD
di atas pipa jatuh
memar
meja

181
William, et al. / Perancangan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT. SPINDO 1/ Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014,
pp. 179-182

Hasil presentase risk assessment menunjukkan Kemudian dilakukan audit tentang kesesuaian
masih ada kegiatan sebesar 52.70% termasuk kriteria SMK3 dengan keadaan aktual perusahaan.
dalam kategori tolerable risk sehingga tidak Tingkat penilaian hasil audit SMK3 berdasarkan PP
diperlukan pengendalian tambahan akan tetapi 50 Tahun 2012 untuk perusahaan termasuk tingkat
tetap dilakukan pemantauan guna memastikan penerapan baik karena masih berada diantara 60-
bahwa pengendalian potensi yang ada dapat 84% yakni 62.69%.
diterapkan dengan baik. Kegiatan yang termasuk
dalam kategori moderate risk yaitu sebesar 47.07% Simpulan
perlu ditinjau kembali untuk melakukan perbaikan
yang ada. Sedangkan pada kegiatan yang PT. SPINDO 1 membuat dokumen HIRARC
termasuksubstansial risk sebesar 0.23% tidak dapat (Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk
dilakukan hingga dilakukan penurunan dari resiko Control) dan melakukan uji kesesuaian kriteria
bahaya yang ada sesuai dengan ketentuan SMK3 dengan keadaan aktual perusahaan sebagai
perusahaan. Hasil rekapitulasi risk assessment upaya untuk menurunkan tingkat kecelakaan yang
dapat dilihat pada Gambar 1. terjadi dan sebagai syarat yang diberikan oleh
pemerintah. Adapun hasil kesesuaian kriteria
SMK3 di dalam perusahaan hingga saat ini
mencapai 62.69% yang dapat dikatakan baik
menurut PP 50 Tahun 2012. Di dalam HIRARC
yang digunakan untuk melakukan perbaikan K3
menunjukkan potensi bahaya dari kegiatan yang
dilakukan. Potensi bahaya tersebut terdiri dari
52.70% yang tergolong tolerable risk sehingga tidak
diperlukan pengendalian tambahan akan tetapi
tetap dilakukan pemantauan guna memastikan
bahwa pengendalian potensi yang ada dapat
diterapkan dengan baik, 47.07% tergolong dalam
moderate risk sehingga perlu ditinjau kembali untuk
melakukan perbaikan yang ada, dan 0.23%
Gambar 3. Presentase hasil risk assessment keseluruhan tergolong dalam substansial risk yang berarti suatu
kegiatan tidak dapat dilakukan hingga dilakukan
Risk control penurunan dari resiko bahaya yang ada sesuai
dengan ketentuan perusahaan.
Kemudian dilakukan risk control yang bertujuan
untuk menghindarkan potensi bahaya yang Daftar Pustaka
ada.Contoh dari risk control dan analisanya dapat
dilihat pada Tabel 8. 1. Mangkunegara, Anwar P, Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT.
Tabel 8. Contoh risk control Remaja Rosda Karya,Bandung, 2002.
Risk Potensi Potensi Risk control 2. OHSAS 18001, Occupational Healt and
rating bahaya risiko Safety Management Systems
Kegiatan Luka Pemberian rambu Requirements, 2007
Moderat produksi bakar, peringatan,
penggunaan alat 3. SPINDO 1 Health & Safety Department,
e risk di area terkoyak,
galvanis cacat pelindung diri HIRARC, Unpublished Document, 2013.
lengkap 4. Suma’mur,Higiene Perusahaan dan
Pemberian rambu Kesehatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta,
peringatan,
Penempa perbaikan 1993.
tan Terkoyak, instruksi kerja, 5. Warta Ekonomi, K3 Masih Dianggap
Substan mother memar, penggunaan alat Remeh, 2006, retrieved from
sial risk coil ke pelindung diri
dalam car fatallity lengkap, http://www.wartaekonomi.com on 24
coil penggunaan January 2014.
penyangga dari
bahan yang kuat

182

Anda mungkin juga menyukai