Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEWARNAAN BTA (BAKTERI TAHAN ASAM)

Oleh:
Nama : Nur Al Huda
NIM : I1011151023
Kelompok :C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
1. Tujuan
a. Membuat sedian untuk pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
b. Melakukan proses pewarnaan BTA
c. Melihat bentuk dan warna bakteri pada sedian

2. Prosedur
a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan secara lengkap
b. Selanjutnya sampel sputum diambil dengan tusuk gigi/lidi, lalu dibuat sedian
diatas objek glass dengan putaran satu arah hingga didapatkan sediaan yang
tipis dan rata
c. Sedian kemudian dikeringkan di udara, dilakukan fiksasi dengan melewatkan
di atas api sebanyak 3X
d. Pewarnaan pertama dilakukan dengan menggenangi Carbol Fuchsin selama 5
menit sambil dipanaskan hingga menguap sebanyak 3X pemanasan
e. Membuat zat warna kemudian, sediaan dibilas dengan air mengalir
f. Kemudian dilakukan pelunturan dengan asam alkohol selama 30 detik, lalu
sedian dibilas dengan air mengalir
g. Selanjutnya pewarnaan kedua dilakukan dengan menggenangi sedian dengan
Methylen Blue selama 1-2 menit
h. Membuang zat warna, kemudian sedian dibilas dengan air mengalir
i. Sedian dikeringkan di udara
j. Kemudian preparat ditetesi dengan oil imersi dan siap untuk diamati dibawah
mikroskop dengan pembesaran 100X
3. Hasil

Gambar diatas merupakan hasil pewarnaan bakteri tahan asam (BTA) metode
Ziehl-Neelsen yang dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x.

4. Pembahasan
Bakteri tahan asam, terutama basil tuberkel (Mycobacterium tuberculosis)
memiliki dinding sel yang mengandung sejumlah besar lilin, hidrokarbon becabang
kompleks (panjangnya 70-90 karbon) yang disebut sebagai mycolic acid. Dinding
sel terdiri dari peptidoglikan dan dua lapis lipid asimetris eksternal; lebaran dalam
mengandung mycolic acid yang berikatan dengan arabinoglikan dan lembaran luar
mengandung lipid yang dapat diekstraksi lainnya. Lapisan ini merupakan dua lapis
lipid yang sangat teratur, tempat protein tertanam membentuk pori-pori berisi air
sehingga nutrient dan obat yang tertentu dapat masuk atau lewat secara perlahan.1
Beberapa senyawa juga dapat menembus daerah lipid di dinding sel walau
lambat. Struktur hidrofobik ini membuat bakteri resisten terhadap berbagai bahan
kimia keras termasuk deterjen dan asam kuat. Jika sel-sel ini diberikan zat warna
dengan pemanasan singkat atau penggunaan deterjen maka warna tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan asam klorida encer seperti pada bakteri lain.
Permeabilitas dinding selnya terhadap molekul hidrofilik 100-1.000 kali lipat lebih
rendah dibandingkan Escherichia coli dan dengan demikian hal ini mungkin juga
menyebabkan lambatnya pertumbuhan mikobakteri.1
Mikobakteri merupakan bakteri berbentuk batang, aerob yang tidak
membentuk spora, kaya akan lipid yang mencakup mycolic acid (asam lemak rantai
panjang C78-C90), lilin, fosfatida. Pada sel, lipid sangat terikat dengan protein dan
polisakarda. Muramyl dipeptide bersama dengan mycolic acid dapat menyebabkan
pembentukan granuloma yang merupakan fosfolipid menginduksi nekrosis kaseosa.
Basil tuberkulosis ini memiliki galur virulen dengan membentuk serpentine cord
yang merupakan kumpulan basil tahan asam tersusun dalam rantai paralel. Tali ini
merupakan sebuah cord factor (trehalose-6,6’-dimycolate) telah di ekstraksi dari
basil virulen dengan eter petroleum. Senyawa ini menghambat migrasi leukosit,
menyebabkan granuloma kronis dan dapat berfungsi sebagai adjuvan imunologis.1
Mikobakteri ini merupakan bakteri aerob obligat dan memperoleh energi
dari oksidasi banyak senyawa karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO2 akan
meningkatkan pertumbuhan bakteri. Aktivitas biokimianya tidak khas dan
kecepatan pertumbuhannya jauh lebih lambat daripada sebagian besar bakteri.
Waktu pembelahan basil tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofit akan
cendrung tubuh lebih cepat dan berproliferasi baik pada suhu 22-33℃ dengan
menghasilkan lebih banyak pigmen dan kurang tahan asam dibanding bentuk
patogenik. Mikobakteri terkandung dalam droplet berdiameter <25 𝜇𝑚 ketika
pasien yang terinfeksi batuk, bersin atau bebicara. Droplet akan menguap dan
meninggalkan organisme yang cukup kecil untuk terdeposit di dalam alveoli ketika
dihirup. Ketika berada di dalam alveoli maka sistem imun pejamu akan merespons
dengan mengeluarkan sitokin dan limfokin yang menstimulasi monosit dan
makrofag. Makrofag meningkatkan kemampuan membunuh organisme sedangkan
yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah 1-2 bulan pasca paparan di paru
akan terlihat lesi patognik yang disebabkan oleh infeksi. Dua tipe lesi yaitu tipe
eksudatif dan tipe produktif dapat berkembang. Resistensi dan hipersensitivitas
pejamu sangat mempengaruhi perkembangan penyakit dan tipe lesi yang terlihat.1
Meskipun tidak mudah diwarnai, namun bila diwarnai maka bakteri ini
menahan penghilang warna oleh asam atau alkohol sehingga disebut basil “tahan
asam”. Terdapat lebih dari 125 spesies Mycobacterium, termasuk banyak di
antaranya yang saprofit. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberkulosis
dan merupakan sebuah patogen yang sangat penting pada manusia. Pada jaringan,
basil tuberkulosis berbentuk batang lurus dan tipis berukuran sekitar 0,4 x 3 𝜇𝑚.
Pada media artifisial, bakteri ini memiliki bentuk kokoid dan filamentosa yang
terlihat dalam berbagai morfologi dari berbagai spesies. Mikobakterium tidak dapat
dimasukkan ke dalam kelompok bakter gram-positif atau gram-negatif. Ketika
diwarnai dengan pewarnaan dasar maka warna pada bakteri tersebut tidak dapat
dihilangkan oleh alkohol kecuali dengan iodin. Basil tuberkulosis dengan sifatnya
yang tahan asam, yaitu etil alkohol 95% yang mengandung asam hidroklorida
(asam-alkohol) dengan cepat menghilangkan warna semua bakeri kecuali
mikobakteri. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas selubung lilin.
Pewarnaan dengan tehnik Ziehl-Neelsen dilakukan untuk identifikasi bakteri tahan
asam. Pada apusan sputum atau potongan jaringan, mikobakteri dapat terlihat
dengan warna kuning-orany fluoresens setelah di warnai dengan pewarnaan
fluorokrom seperti auramine, rhodamine. Kemudahan untuk melihat BTA dengan
pewarnaan fluorokrom ini menjadikan pewarnaan yang lebih sering digunakan
untuk spesimen klinik.1
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen menggunakan zat warna carbol fuchsin 0,3
%, asam alkohol 3 % dan methylen blue 0,3%. Pemberian warna pertama yang
merupakan carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin
merupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Larutan ini
memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut
untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses
pemanasan. Pemanasan berfungsi untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga
carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu
asam alkohol sehingga zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri dicuci
lagi dengan air mengalir untuk menutup pori- pori dan menghentikan pemucatan.
BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan
melarutkan carbol fuchsin dengan cepat hingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah
penambahan zat warna kedua yang merupakan methylen blue, bakteri tidak tahan
asam akan berwarna biru.2
Prinsip dasar metode Ziehl Neelsen adalah proses penyerapan zat warna
yang dilakukan dengan bantuan pemanasan untuk memudahkan penyerapan warna
karbol fukhsin agar melunakkan lemak atau lilin BTA, sehingga karbol fukhsin
terikat erat pada dinding sel BTA. Karbol fukhsin yang berwarna merah akan lebih
mudah larut dalam fenol dibanding dalam air atau alkohol asam sehingga fenol
lebih mudah larut dalam lemak atau lilin dari pada dalam air. Bakteri-bakteri tahan
asam yang banyak mengandung lemak atau lilin dalam keadaan panas sangat
mudah menyerap basik fuksin dan fenol, tapi sangat tahan karena memang sifatnya
yang sangat tahan terhadap pencuci asam.2 Apabila bakteri diwarnai dengan karbol
fukhsin sambil dipanaskan 90°C selama 4 menit maka lapisan lilinnya akan
menjadi lunak dan zat warna dapat menembus masuk kedalam sel. Setelah dingin
zat warna tersebut terikat erat oleh dinding sel dan tidak luntur pada pencucian
dengan alkohol asam maka bakteri tersebut bersifat tahan asam. Pada pemberian zat
warna lawan (metilen biru) bakteri ini tetap berwarna merah dengan latar belakang
biru atau hijau. Sebaliknya, bakteri yang tidak tahan asam maka zat warna
utamanya akan luntur pada waktu pencucian dengan alkohol asam, sehingga zat
warna lawan dapat memberi warna pada sel.3
Pemeriksaan mikroskopik langsung diperlukan untuk mendiagnosis
penyakit TB, sehingga hasil pemeriksaan 2 dari 3 sampel pada sputum SPS tersebut
positif maka hasil BTA positif. Mutu pemeriksaan sangatlah ditentukan oleh teknik
pengumpulan sputum yang baik dan harus tetap dijaga dengan melakukan
pemantauan langsung terhadap tehnik pengambilan sampel. Hal ini bertujuan untuk
memberikan hasil pemeriksaan yang lebih maksimal dan efisien untuk
mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit tuberkulosis paru.4,5 hasil yang didapat
sebagai barikut:
a. Negatif : Apabila tidak ditemukan BTA
b. Positif : Apabila terdapat 1-9 BTA/ 100 lapang pandang
c. Positif 1 : Apabila terdapat 10-90 BTA/ 100 lapang pandang
d. Positif 2 : Apabila terdapat 1-9 BTA/ 1 lapang pandang
e. Positif 3 : Apabila terdapat >10 BTA/ 1 lapang pandang
Pada praktikum kali ini, didapatkan pada sedian sputum yang diberikan
menununjukkan hasil positif karena ditemukannya bakteri pada 100 lapang
pandang sediaan yang diamati. Pada awalnya memang sulit untuk melihat adanya
bakteri dikarenakan kekurangan mikroskop dan pengalaman peneliti dalam mencari
bakteri, mikroskop yang kurang fokus mempersulit untuk mendapatkan gambar
sediaan yang telah dibuat.

5. Kesimpulan
Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi Bakteri Tahan Asam. Pewarnaan ini tidak spesifik untuk
Mycobacterium tuberculosis karena hasil pewarnaan BTA juga akan positif
terhadap genus Mycobacterium lain. Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi
dari sputum penderita TBC dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Metode ini
menggunakan Carbol Fuchsin 0,3%, alkohol asam 3%, dan methylen blue 0,3%.
Bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru. Sedian sputum yang
diberikan menununjukkan hasil positif karena ditemukannya bakteri pada 100
lapang pandang sediaan yang diamati.

6. Daftar Pustaka
1. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. (H. Hartanto, C.
Rachman, A. Dimanti, A. Diani). Jakarta : EGC. 2012.
2. Lay, B. W. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo
Persada. 2008.
3. Kurniawati et al. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan
fluorokrom sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan
Mikroskopis Sputum. Makara Kesehatan. Vol 9, 2005.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis ed.8. PPTI. Jakarta. 2002. hal. 9-36
5. Hardjoeno, Esa T, Nurhayana, dkk. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur
Sensitivitas Kuman serta Upaya Pengendaliannya. Cahya Dinan Rucitra.
Makassar. 2007. hal. 251-329.

Anda mungkin juga menyukai