Anda di halaman 1dari 11

Sabtu, 19 Desember 2015

MAKALAH ASAS-ASAS HUKUM

ASAS-ASAS HUKUM

DI SUSUN OLEH :
SUTRISNO SETIAWAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN


SYARIF KASIM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
TA. 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karna atas rahmat dan karuniya
NYA maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASAS-ASAS
HUKUM”
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah SISTEM HUKUM DIINDONESIA di universitas ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM
Dalam penulisan ini kami berterima kasih kepada orang-orang yang telah
mempermudahkan kami dalam menyelasaikan tugas kami.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
BAB II
ISI
A. Asas-Asas Hukum
B. Asas-Asas Hukum Tata Negara
C. Asas-Asas Hukum Perdata
D. Asas-Asas Hukum Pidana
E. Asas-Asas Hukum Adat
F. Asas-Asas Hukum Islam
G. Hukum Acara
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Penutu
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Dalam dunia hukum , kita mengenal berbagai hal yang berkaitan dengan hukum itu
sendiri . mulai dari pengertian,asas-asas, sistem dan masih banyak lagi istilah-istilah hukum
yang lainnya. Disini kami sebagai penulis akan mencoba untuk membahasnya dalam mata
kuliah sistem hukum di indonesia, adapun dalam makalah ini kami akan membahas tentang
asas-asas hukum dan sistem hukum dan hal-hal yang berhubungan dengannya, bagaimana
suatu sistem hukum dapat dipatuhi oleh masyarakat dan tetap menjaga perdamaian dan
keadilan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena asas-asas dan sistem hukum pada perinsipnya adalah mengatur bagaimana
didalam masyarakat tidak selalu terjadi konflik, apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi
konflik, dan kalaupun terjadi bagaimana cara menyelesaikan konflik tersebut
2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan tema yang telah saya terima sebagai materi makalah yaitu SISTEM
HUKUM DI INDONESIA , yang meliputi:
a. Pengertian Asas-Asas Hukum
b. Asas Hukum Tata Negara
c. Pengertian Hukum Acara
d. Asas – Asas Hukum Islam
e. Asas – Asas Hukum Adat
f. Asas-Asas Hukum Perdata
3. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah Untuk mengetahui asas-asas hukum,pengertian asas-asah
hukumPengertian hukum acara,Asas – asas hukum islam,Asas – asas hukum adat,Asas-asas
hukum perdata

BAB II
ISI
A. Asas-Asas Hukum
1. Pengertian Asas Hukum
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada
umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksaan hukum.
Beberapa sarjana memberikan definisi atau pengertian dari asas hukum sebagai
berikut:
a. Bellefroid, menyatakan asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif
dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas
hukum umum merupakan pengendapan dari hukum positif.
b. Eikema Hommes, asas hukum bukanlah norma-norma hukum konkret, tetapi ia adalah
landasan yang kuat dan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum yang berlaku. Asas
hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
c. Satjipto Rahardjo, menyatakan bahwa asas hukum adalah unsur yang penting dan pokok dari
peraturan hukum. Asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum karena ia merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum.
d. P.sholten. asas hukum adalah kecendrungan-kecendrungan yang disyaratkan oleh pandangan
kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat-sifat umum dengan keterbatasannya sebagai
pembawaan yang umum itu, tetapi harus ada.
Dari beberapa rumusan pengertian asas-asas hukum diatas, ternyata bahwa asas-asas
hukum adalah dasar-dasar yang terkandung dalam peraturan hukum.[1]
B. Asas-Asas Hukum Tata Negara
1. Pengertian Asas Hukum Tata Negara (HTN)
Hukum tata negara pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan
suatu negara beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara tersebut. Jadi
hukum tata negara ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang organisasi untuk
mencapai tujuan dalam kemasyarakatan[2].
2. Asas-Asas Dalam Hukum Tata Negara :
a. Asas ius sanguinus. Untuk menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan pertalian
darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
b. Asas ius soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat tinggal/negara di
mana orang tersebut dilahirkan.
c. Asas bripatride. Asas di mana seseorang dimungkinkan mempunyai kewarganegaraan
rangkap.
d. Asas apatride. Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan .
e. Asas desentralisasi. Asas dimana urusan pemerintah yang telah diserahkan oleh pemerintah
pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah daerah
yang bersangkutan.
f. Asas dekonsentralisasi. Asas dimana urusan pemerintah pusat yang tidak dapat diserahkan
kepada pemerintahan daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat didaerah yang
bersangkutan.
g. Asas medebewind ( tugas bantuan ). Penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan pembiayaan
tetap di tangan pemerintah pusat, tetapi peloaksanaannya ada pada pemerintahan daerah.
h. Asas welfare state ( negara kesahjetraan ) . pemerintah pusat bertugas menjaga keamanan
dalam arti seluas-luasnya dengan mengutamakan kesahjetraan rakyat.
i. Asas priorrestraint ( kendali dini ) . suatu asas yang mempunyai makna pencegahan untuk
mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang telah berlaku.
j. Asas non lisensi, yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau kebebesan
menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.
k. Asas naturalisasi ( pewarganegaraan ) . suatu asas dimana seseorang yang telah dewasa dapat
mengajukan permohonan menjadi warga negara ( indonesia ) melalui pengadilan negri.
C. Asas-Asas Hukum Perdata
1. Pengertian Asas-Asas Hukum Perdata
Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang
lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat
maupun keluarga[3].
2. Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan :
a. Hukum perorangan/pribadi, orang dalam kecakapannya untuk memiliki hak – hak dan
bertindak sendiri untuk melaksanakan haknya itu
b. Hukum keluarga, memuat peraturan – peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
yang timbul karena hubungan kekeluargaan seperti : perkawinan, perceraan, hubungan orang
tua dengan anak.
c. Hukum harta kekayaan, memuat peraturan – peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum seseorrang dalam lapangan harta kekayaan sepertian perjanjian, milikk, gadai.
d. Hukum waris, memuat peraturan – peraturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta
kekeayaan seseorang yang telah meninggal dunia. Dengan kata lain hukum waris adalah
hukum yang mengatur peralihan benda dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang
masih hidup (ahli waris).

3. Asas-Asas Dalam Hukum Perdata


a. Asas hukum benda merupakan dwingendrecht. Hak-hak kebendaan tidak akan memberikan
wewenang yang lain dari pada apa yang sudah ditentukan dalam undang-undang. Dengan lain
perkataan , kehendak para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak kebendaan.
b. Asas individualiteit. Objek hak benda selalu merupakan barang yang individueel bepaald,
yaitu barang yang dapat di tentukan. Artinya seseorang hanya dapat memiliki barang yang
berwujud yang merupakan kesatuan
c. Asas totaliteit. Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai hak
atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
d. Asas onssplitsbaarheir ( tidak dapat dipisahkan ) pemisahan dari zakelijkrechten tidak
diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realiena, jadi
seperti melepas sebagian wewenangnya.
e. Asas vermenging ( asas percampuran ) . seseorang tidak akan untuk kepentingannya sendiri
memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas barang miliknya sendiri.
f. Asas publiciteit . dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak (hipotek)
maka harus didaftarkan di dalam register umum. Sekarang hak pertanggungan atas tanah.
g. Asas spesialiteit. Hipotek hanya dapat diadakan atas benda-benda yang ditunjuk secara
khusus (letaknya,luasnya,batas-batasnya).
h. Asas reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada
mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya yang belum dewasa
sesuai dengan kemampuanya masing-masing (pasal 298 BW, dan seterusnya).
i. Asas kebebasan berkontrak (freedom of conctract/beginsel der contracts vrijheid). Para pihak
berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isinya sepanjang memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
j. Asas pacta sunt sevanda (janji itu mengikat). Suatu perjanjian berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak yang membuatnya.
k. Asas konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah tercapai
kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi syarat sah kontrak.
l. Asas batal demi hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu batal demi
hukum apabila tidak memenuhi syarat objek
m. Asas kepribadian . suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh melakukan
perjanjian untuk dirinya sendiri.
n. Asas canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi syarat
subjektif dapat diminta pembatalan .
o. Asas actio pauliana. Hak kreditor untuk mengajukan pembatalan terhadap segala perbuatan
yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikan.
p. Asas persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat terhadap
barang-barang milik debitur.
q. Asas proferensi .para kreditor yang memegang hipotek , gadai dan privelegi diberi hak
prseferensi yaitu didahulukan dalam pemenuhan piutangnya, asas ini merupakan
penyimpangan dari asas persamaan.
r. Zakwaarnemning (345 BW) . asas dimana seseorang yang melakukan pengurusan terhadap
benda orang lain tampa diminta oleh orang yang bersangkutan , maka ia wajib mengurusnya
sampai tuntas.
s. Asas droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
t. Asas kepentingan . dalam setiap perjanjian pertanggungan (asuransi) diharuskan adanya
kepentingan (insurable interest pasal 250 KUHD)
u. Asas monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki-laki hanya boleh memiliki seorang
perempuan sebagai istrinya dan sorang perempuan hanya boleh memiliki seorang suami.
v. Asas hakim bersifat menunggu . inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan
sepenuhnya kepada yang berkepentingan . hakim hanya menunggu saja
w. Asas hakim pasif. Ruang linkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim untuk
diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim
x. Asas mendengarkan kedua belah pihak . didalam hukum acara perdata, kedua belah pihak
harus diperlakukan sama , tidak memihak dan didengar bersama-sama
y. Asas beracara dikenakan biaya. Biaya ini meliputi biaya kepanitraan, biaya materi dan biaya
untuk pemberirahuan kepada pihak. Namun, bagi pihak yang tidak mampu berdasarkan
keterangan yang berwenang dapat berpekara tampa biaya (prodeo)
z. Asas actor sequitur forum rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana tergugat bertempat
tinggal.
aa. Asas gugatan balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( pasal 132 a HIR )
bb. Unus testis nullus testis. Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan seorang saksi harus
dilengkapi dengan bukti-bukti lain.[4]
cc.
D. Asas-Asas Hukum Pidana

Ilmu pengetahuan tentang hukum pidana (positif) dapat dikenal beberapa asas yang sangat penting untuk diketahui ,
karena dengan asas-asas yang ada itu dapat membuat suatu hubungan dan susunan agar hukum pidana yang berlaku dapat di
pergunakan secara sistematis, kritis dan harmonis . pada hakekatnya dengan mengenal, menghubungkan , dan menyusun
asas didalam hukum pidana pasif itu, berarti menjalankan hukum secara sistematis, kritis dan harmonis sesuai dengan
dinamika garis-garis yang ditetapkan dalam politik hukum pidana. [5]
Asas hukum pidana itu dapat digolongkan;
 Asas yang dirumuskan di dalam KUHP atau perundangan-undangan lainnya.
 Asas yang tidak dirumuskan dan menjadi asas hukum pidanayang tidak tertulis ,dan dianut didalam yurisprudensi.

1. Asas-asas yang berlaku dalam hukum pidana


a. Asas legalitas suatu perbuatan merupakan suatu tindakan pidana apabila telah ditentukan sebelumnya oleh undang-undang
atau seseorang dapat dituntut atas perbuatannya apabila perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai tindakan
pidana oleh hukum / undang-undang
b. Asas culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tampa kesalahan.
c. Asas opportunitas. Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan
umum.
d. Asas presumption of innocence (praduga tak bersalah). Seseorang harus dianggap tidak bersalah sebelum dinyatakan
bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu-raguan maka yang berlaku adalah paeraturan yang paling menguntungkan
terdakwa.
f. Asas persamaan dimuka hukum. Artinya setiap orang harus siperlakukan sama didepan hukum tampa membedakan suku,
agama, pangkat, jabatan, dan sebagainya.
g. Asas perintah tertulis dari yang berwenang . artinya bahwa setiap penangkapan , penggeledahan, penahanan dan penyitaan
harus dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan cara
yang diatur oleh UU.
h. Asas peradilan cepat , sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak. Asas ini menghendaki proses
pemerisiksaan tidak berbelit-belit dan untuk melindungi hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat agar segera
didapat kepastian hukum. (pasal 24 dan 50 KHUAP ).
i. Asas harus dihadiri terdakwa . pengadilan dalam memeriksa perkara pidana harus dengan hadirnya terdakwa.
j. Asas terbuka untuk umum , sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk umum, kecuali di atur oleh UU dalam
perkara tertentu seperti perkara kesusilaan , sidang tertutup untuk umum , tetapi pembaca putusan pengadilan dilakukan
dalam sidang yang terbuka untuk umum.
k. Asas bantuan hukum . seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib di beri kesempatan untuk memperoleh bantuan
hukum secara Cuma-cuma untuk kepentingan pembelaan dirinya (pasal 54,55 dan 56 KHUAP)
l. Putusan hakim harus disertai alasan-alasan . semua putusan harus memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk
mengadili . alasan ini mempunyai nilai yang objektif.
m. Asas nebis in idem. Seseorang tidak dapat di tuntut lagi karena perbuatan yang sudah pernah diajukan kemuka pengadilan
dan sudah mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
n. Asas kebenaran materil (kebenaran dan kenyataan) . pemeriksaan dalam perkara pidana, tujuannya untuk mngetahui apakah
faktanya / senyatanya benar-benar telah terjadi pelanggaran / kejahatan.
o. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi atas
tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses penyidikan . diatur dalam pasal 95 dan 97 KHUAP. [6]

E. Asas-Asas Hukum Adat


1. Pengertian Hukum Adat
Mr. c. van Vollenhoven (1928) berpendapat, hukum adat adalah keseluruhanaturan
tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai sanksi (hukum) dan di pihak lain dalam
keadaan tidak dikodifikasikan (adat). Mengandung makna bahwa hukum indonesia dan
kesusilaan masyarakat merupaka hukum adat dan adat yang tidak dapat dipisahkan dan hanya
mungkin dibedakan dalam akibat – akibat hukumnya, karena terdapat peraturan – peraturan
yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh pelbagai golongan tertentu dalam kehidupan
sosialnya, seperti masalah pakaian, pangkat pertunangan dan sebagainya. Kehendak nenek
moyang dimana sebagai tolok ukur terhadap keinginan yang akan dilakukan, tetapi peraturan
hukum adat juga dapat berubah tergantung dari pengaruh kejadian – kejadian dan keadaan
hidup yang silih berganti yang bahkan tidak diketahui bahkan kadang – kadang tanpa disadari
masyarakat di dalam kehidupan sehari – hari. Misalnya kalau seseorang dari Papua datang ke
daerah Riau dengan membawa ikatan – ikatan tradisinya, maka secara cepat dia akan
menyesuaikan dengan tradisi daerah byang didatanginya. Keadaan ini berbeda dengan hukum
yang peraturan – peraturanya ditulis dan dikodifikasikan dalam sebuah kitab undang –
undang atau peraturan perundangan yang sulit di ubah secara cepat, karena perubahannya
masih diperlukan alat pengubah melalui seperangkat alat – alat perlengkapan negara yang
berwenang untuk itu dengan membuat perundangan baru.[7]
2. Asas-asas pokok dalam hukum adat
a. Asas religion magis (magisch-religieous) adalah pembulatan atau perpaduan kata yang
mengandung unsur beberapa sifat atau cara berfikir seperti prelogika, animisme, pantangan,
ilmu ghoib dan lain-lain.
Kuntjaranigrat menerangkan bahwa alam pikiran religiomagis itu mempunyai unsur-
unsur sebagai berikut;
 Kepercayaan kepada mahluk-mahluk halus , rokh-rokh dan hantu-hantu yang menempati
seluruh alam semesta dan khusus gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, tubuh
manusia dan benda-benda
 Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semesta dan khusus terdapat
dalam peristiwa-peristiwa luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, binatang-binatang
yang luar biasa dan suara yang luar biasa.
 Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif itu dipergunakan sebagai “magische kracht” dalam
berbagai perbuatan ilmu ghoib untuk mencapai kemampuan manusia atau menolak bahaya
ghoib
 Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan kerisis,
menyebabkan timbulnya berbagai macam bahaya ghoib yang hanya dapat dihindari atau
dihindarkan dengan berbagai macam pantangan.
Bushar muhammad tentang pengertian religio-magis mengemukakan kata
“participerrend cosmisch” yang mengandung pengertian komplek. Orang indonesia pada
dasarnya berfikir,merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan (religi) kepada tenga-
tenaga ghoib (magis) yang mengisi , menghuni seluruh alam semesta (dunia kosmos) dan
yang terdapa pada orang , binatang , tumbuh-tumbuhan yang besar dan kecil, benda-benda
dan semua tenaga itu membawa seluruh alam semesta dalam suatu keadaan keseimbangan
.tiap tenga ghoib itu merupakan bagian dari kosmos,dari keseluruhan hidup jasmaniah dan
rokhaniah, “participatie”, dan keseimbangan itulah yang senantiasa harus ada dan terjaga, dan
apabila terganggu harus dipulihkan. Memulihkan keadaan keseimbangan itu berujud dalam
beberapa upacara, pantangan atau ritus (rites de passage)[8]
b. Asas komun ( commun ).
Asas komun berarti mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan diri
sendiri. Asas korum merupakan segi atau corak yang khas dari suatu masyarakat yang masih
hidup sangat terpencil atau dalam hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada
tanah atau alam pada umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang
lebih mementingkan keseluruhan, lebih diutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
individual. Dalam masyarakat semacam itu individual itu terdesak kebelakang. Masyarakat,
desa, dusun yang senantiasa memegang peranan yang menentukan , yang pertimbangan dan
putusannya tidak boleh dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan desa adalah berat , berlaku
terus dan dalam keadaan apapun juga harus di patuhi dengan hormat dengan khidmat.
c. Asas contant ( tunai )
Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan suatu perbuatan nyata,
suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan hukum yang dimaksud telah
selesai seketika itu juga, dengan serentak bersamaan waktunya takkala berbuat atau
mengucapkan yang diharuskan oleh adat. Dengan demikian dalam hukum adat segala sesuatu
yang terjadi sebelu dan sesudah timbang terima secara contan itu adalah diluar akibat-akibat
hukum dan memang tidak tersangkut paut atau tidak bersebab akibat menurut hukum .
perbuatan hukum yang dimaksud yang telah selesai seketika itu juga adalah suatu perbuatan
hukum yang dalam arti yuridis berdiri sendiri . dalam arti urutan kenyataan kenyataan,
tindaka-tindakan sebelum dan sesudah perbuatan yang bersifat contan itu mempunyai arti
logis satu sama lain . contoh yang tepat dalam hukum adat tentang suatu perbuatan yang
contan adalah: jual-beli lepas, perkawinan jujur , melepas hak atas tanah, adopsi dan lain-lain.
d. Asas konkrit (visual)
Pada umumnya dalam masyarakat indonesia kalau melakukan perbuatan hukum itu
selalu konkrit (nyata) misalnya dalam erjanjian jual-beli , si pembeli menyerahkan uang atau
uang panjer.
Didalam alam berfikir yang tertentu senantiasa dicoba dan di usahakan supaya hal-hal
yang dimaksudkan, diinginkan, dikehendaki atau akan dikerjakan ditransformasikan atau di
beri ujud suatu benda , diberi tanda yang kelihatan , baik langsung maupun hanya menyerupai
obyek yang di kehendaki (simbol, benda yang magis)
F. Asas-Asas Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Islam
Asas hukum islam adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
hukum islam. Bagi negara indonesia walaupun mayoritas warga negaranya beragama islam,
pengaruh agama itu tidak besar dalam negara.[9]

2. Asas hukum islam


Menurut tim pengkaji hukum islam badan pembinaan hukum nasioanal departemen
kehakiman bahwa asas hukum islam terdiri dari Bersifat umum,Lapangan hukum
pidanan,Lapangan hukum perdata.Mengenai asas-asas hukum yang lain seperti lapangan tata
negara internasional dan lain-lain tidak di sebutkan dalam laporan mereka.[10]
a. Asas keadilan
Dalam al-quran kata ini disebutkan 1000 kali. Term keadilan pada umumnya
berkonotasi dalam penetapan hukum atau kebijakan pemerintah. Konsep keadilan meliputi
berbagai hubungan , misalnya, hubungan individual dengan dirinya sendiri, hubungan antara
individu dan yang berpekara serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak yang terkait .
keadilan dalam hukum islam berarti keseimbangan antara kewajiban dan harus dipenuhi oleh
manusia dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban itu.
Etika keadilan , berlaku adil dalam menjatuhi hukuman , menjauhi suap dan hadiah,
keburukan tergesa-gesa dalam menjatuhi hukuman , keputusan hukum bersandar pada apa
yang nampak , kewajiban menggunakan hukum agama.
b. Asas kepastian hukum
Dalam syariat islam asas ini di sebut yang artinya “sebelum ada nas, tidak ada hukum
bagi perbuatan orang orang yang berakal sehat”. Bahwa pada dasarnya semua perbuatan
dan perkara diperbolehkan . jadi selama belum ada nas yang melarang , maka tidak ada
tuntutan apapun hukuman atas pelakunya. Dasar hukumnya asas ini ialah QS al isro’ 15
“ dan kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus rosul”.
c. Asas kemanfaatan
Asas kemanfaatan adalah asas yang mengiring keadilan dan kepastian hukum tersebut
diatas . dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian hukum hendaknya memperhatikan
manfaat bagi terpidana atau masyarakat umum . contoh hukuman mati, ketika dalam
pertimbangan hukuman mati lebih bermanfaat bagi masyarakat , misal efek jera , maka
hukaman mati itu dijatuhkan, jika hukuman itu itu bermanfaat bagi terpidana maka hukuman
itu bisa di ganti dengan denda.
G. Hukum Acara
1. Pengertian Hukum Acara
Hukum acara atau hukum formal adalah peraturan hukum yang mengatur tentang cara
bagaimana mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum materil. Hukum acara
merupakan kaidah hukum yang mengatur cara – cara bagaimana mengajukan suatu perkara
ke muka suatu badan peradilan serta cara – cara hakim memberikan keputusan. Fungsinya
menyelesaikan masalah yang memenuhi norma – norma larangan hukum materil melalui
suatu proses yang berpedoman kepada peraturan yang dicantumkan dalam hukum acara.
Tugas hukum acara menjamin di taatinya norma – norma hukum materil oleh setiap individu
dan dapat di katakan bahwa hukum acara itu sebagai alat penegak dari aturan hukum meteril
yang tidak membebankan kewajiban sosial dalam kehidupan manusia.[11]
2. Asas dalam hukum acara PIUN
 Asas praduga rechtmatig ( benar menurut hukum, presumptio iustea causa) , asas ini
menganggap bahwa setiap tindakan penguasa harus selalu dianggap berdasarkan
hukum ( benar ) sampai ada pembatalan. Dalam asas ini gugatan tidak menunda pelaksanaan
KTUN yang di gugat (pasal 67 ayat (1) UU no.5 tahun 1986.
 Asas pembuktian bebas . hakimlah yang menetapkan beban pembuktian . hal ini berbeda
dengan ketentuan 1865 BW (lihat pasal 101 , dibatasi ketentuan pasal 100.
 Asas keaktifan hakim dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak
berimbang (lihat pasal 58, 63, ayat (1) dan (2) , pasal 80 dan pasal 85)
 Asas putusan penagdilan mempunyai kekuatan mengingat ( erga omnes) . sengketa TUNA
adalah sengketa hukum publik . dengan demikian putusan pengadilan berlaku bagi siapa
saja , tidak hanya bagi para pihak bersengketa.
 Asas kesatuan beracara ( dalam perkara sejenis )
 Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang bebas” ( pasal 24 UUD 1945 pasal 1 UU
no. 4 2004).
 Asas sidang terbuka umum. Putusan mempunyai kekuatan hukum jika di ucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum (pasl 70 UU PTUN).
 Asas pengadilan berjenjang (tingkat pertama (PTUN), banding (PI TUN) dan kasasi (MA) ,
dimungkinkan pula PK (MA).
 Asas pengadilan sebagai upaya terahir (ultimum remedium), sengketa sedapat mungkin
diselsaikan melalui upaya administrasi ( musyawarah mufakat) , jika belum puas maka di
tempuh upaya peradilan (psal 48 UU PTUN).
 Asas obyetivitas . lihat pasal 78 dan 79 UU PTUN)
 Asas peradilan cepat , sederhana dan biaya ringan.

3. Asas dalam hukum acara pidana


 Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan
 Presumption of innocent
 Equalty before the law
 Pengadilan terbuka untuk umum kecuali diatur UU
 Sidang pengadilan secara lansung dan lisan
 Asas akusatoir bukan inkusatoir (pelaku sebagai subjek bukan objek )
 Asas legalitas dan oportunitas (sebagai pengecualian)
 Tersangka / terdakwa wajib mendapatkan bantuan umum
 Fair trial ( pengadilan yang adil dan tidak memihak )
 Peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap
 Penangkapan , penahanan, penggeledahan dan penyitaan dengan perintah tertulis
 Ganti rugi dan rehabilitas
 Persidangan dengan hadirnya terdakwa

4. Asas dalam hukum acara perdata


 Asas kebebasan hakim
 Hakim bersifat menunggu
 Peradilan terbuka untuk umum
 Asas hakim bersikap pasif (tut wuri)
 Asas kesamaan ( audi et al teram partem )
 Asas obyektivitas
 Putusan disertai alasan
 Tidak ada keharusan untuk mewakilkan
 Beracara dikenakan biaya
 Peradilan dilakukan ”demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa
 Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Asas hukum itu adalah dasar-dasar umum yang terkandung dalam peraturan hukum ,
dasar-dasar umum tersebut adalah sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis.sedangkan sistem
hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-
unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat . untuk mencapai
suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sama antara bagian-bagian atau unsur-unsur
tersebut menurut rencana dan pola tertentu.
2. Penutu

Demikian lah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih ada kekurangan dan kelemahan, karena terbatas pengetahuan . kami selaku penulis makalah ini banyak berharap para
pembaca yang budiman sekiranya memberikan saran dan keritik yang membangun kepada kami selaku penulis makalah ini
demi kesempurnaannya makalah ini . semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembacayang
budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
 H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,2013
 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Rajagrapindo persada, jakarta, 1993
 Drs. C.S.T. Kansil, pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,jakarta, 1976
 Artikelfakta.Blogspot.Com, Asas Asas Hukum,Pekanbaru,3 Oktober 2015,Jam 08;54
 Rudipradisetia.com,asas-asas hukum di indonesia,pekanbaru,3 oktober 2015, jam 09;03
 Scarmakalah.blogspot.com,asas-asas hukum adat,pekanbaru, 3 oktober 2015, jam 14;32
 Hasanthardiant.wordpress.com,asas-asas hukum adat,pekanbaru, 3 oktober 2015, jam 14;56
 Septian-septiancom.blogspot.com,asas-asas hukum islam,pekanbaru, 3 oktober 2015,jam 15;13
 Rudini76ban.wordpress.com,asas-asas hukum acara diindonesia, pekanbaru,4 oktober 2015, jam 13 ;07
 Pidana.blogspot.com,hukum pidana ; asas-asas hukum pidana,pekanbaru,4 oktober 2015,jam 13;24
 Wardahcheche.blogspot.com,makalah hukum pidana,pekanbaru, 4 oktober 2015,jam 13;48

[1] H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,2013,hal 135

[2] Drs. C.S.T. Kansil, pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,jakarta, 1976,hal 181

[3] Drs. C.S.T. Kansil, pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,jakarta, 1976,hal 209

[4] H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,2013,hal 139
[5] Pidana.blogspot.com,hukum pidana ; asas-asas hukum pidana,pekanbaru,4 oktober 2015,jam 13;24

[6] H . Zaeni Asyhadie, Pengantar Ilmu Hukum,PT. Rajagrapindo persada, jakarta,hal 173
[7] Scarmakalah.blogspot.com,asas-asas hukum adat,pekanbaru, 3 oktober 2015, jam 14;32
[8] Hasanthardiant.wordpress.com,asas-asas hukum adat,pekanbaru, 3 oktober 2015, jam 14;56

[9] Septian-septiancom.blogspot.com,asas-asas hukum islam,pekanbaru, 3 oktober 2015,jam 15;13


[10] Septian-septiancom.blogspot.com,asas-asas hukum islam,pekanbaru, 3 oktober 2015,jam 15;13
[11] Rudini76ban.wordpress.com,asas-asas hukum acara diindonesia, pekanbaru,4 oktober 2015, jam 13 ;07

Anda mungkin juga menyukai