Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Setiadi, 2008).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Menurut Dion & Betan (2013), dapat menyimpulkan bahwa yang
dimaksudkan keluarga adalah :
a) Terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki ikatan atau
persekutuan berupa perkawinan atau persekutuan yang dibentuk.
b) Terdapat hubungan yang dibentuk melalui adanya hubungan darah,
adopsi dan kesepakatan yang dibuat.
c) Tinggal bersama di bawah satu atap atau antara satu anggota dengan
yang lain memiliki tempat tinggal berbeda karena sesuatu urusan
tertentu (misalnya urusan pekerjaan) akan tetapi untuk sementara
waktu.
d) Memiliki peran masing-masing dan bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan.
e) Ada ikatan emosional yang sulit untuk ditinggalkan oleh setiap
anggota keluarga.
2

f) Antara anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan


interdependensi.
2. Tipe Keluarga
Menurut Dion & Betan (2013), tipe keluarga dibedakan berdasarkan
keluarga tradisional dan non tradisional.
a) Keluarga tradisional
Yang termasuk keluarga tradisional adalah:
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang
sama.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek-nenek, paman-bibi).
b) Keluarga non tradisional
1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
2) Orangtua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orangtua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
3) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah
4) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
5) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
3

6) The nonmarital heterosexual cohabiting family


Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
7) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
8) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
9) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan
anaknya
10) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
11) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya
12) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
13) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
4

perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam


kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Menurut Suprajitno (2010), struktur keluarga dapat menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitar.
a) Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran
formal dan informal.
b) Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c) Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orangtua), orangtua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota
keluarga lain dengan keluarga inti.
d) Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga
yang mendukung kesehatan.
Adapun kekuatan-kekuatan keluarga menurut Friedman (2010), yaitu:
a) Keterampilan komunikasi.
b) Kemampuan komunikasi.
c) Kemampuan mendengar.
d) Kemampuan anggota keluarga berdiskusi dengan masalah mereka.
Paradigma keluarga yang diungkapkan:
a) Pengungkapan persepsi-persepsi tentang realita hidup yang sama
dengan keluarga.
b) Keinginan keluarga untuk memiliki harapan-harapan dan apresiasi
bahwa perubahan mungkin saja terjadi.
5

Dukungan dari dalam keluarga:


a) Kemampuan memberikan penguatan satu sama lain.
b) Kemampuan anggota keluarga menciptakan suasana memiliki.
Kemampuan merawat diri:
a) Kemampuan anggota keluarga bertanggung jawab terhadap masalah-
masalah kesehatan.
b) Kemampuan anggota keluarga menjaga kesehatan mereka sendiri.
Keterampilan memecahkan masalah:
a) Kemampuan anggota keluarga menggunakan negosiasi dan
memecahkan persoalan dalam keluarga.
b) Kemampuan memusatkan perhatian pada kejadian atau kekecewaan
sekarang, bukan pada kejadian-kejadian atau kekecewaan yang lalu.
c) Anggota keluarga memiliki kapasitas untuk menggunakan
pengalaman-pengalaman setiap hari sebagai sumber.
4. Ciri-ciri Struktur Keluarga
Menurut Dion & Betan (2013), ciri-ciri struktur keluarga yaitu:
a) Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b) Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
c) Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing.
5. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Dion & Betan (2013), Ada beberapa ciri keluarga di Indonesia
secara menyeluruh adalah:
a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong-royong.
b) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
6

c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan


dilakukan.
6. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Menurut Dion & Betan (2013), berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut:
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), terdapat lima fungsi keluarga yaitu:
a) Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
7

b) Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c) Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d) Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan
Adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Beberapa tambahan fungsi keluarga menurut Suprajitno (2010), antara
lain:
a) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang
produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya keluarga.
b) Mendapatkan status sosial, yaitu fungsi yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada
disekitarnya.
c) Fungsi Pendidikan, yaitu keluarga yang mempunyai peran dan
tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk
menghadapi kehidupan dewasanya.
8

d) Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orangtua atau keluarga


diharapkan mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan
luar rumah.
e) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka
melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami
keluarga.
f) Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang
agama dan mengamalkan ajaran keagamaan.
g) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada diluar
rumah.
h) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan
tetapi, juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi
secara universal (menyeluruh), diantaranya seks yang sehat dan
berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
i) Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada
diluar rumah.
Dari berbagai fungsi di atas ada tiga (3) fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarga, yaitu:
a) Asih, yang berarti memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga, sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh, yaitu menuju pada kebutuhan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mereka menjadi anak-anak
yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c) Asah, yang berarti memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
9

8. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Suprajitno (2010), meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga
mengikuti pola yang sama:
a) Pasangan baru (keluarga yang baru menikah)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c) Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
10

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga


7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d) Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk:
Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
1) Mempertahankan keintiman pasangan
2) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
e) Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
11

2) Mempertahankan keintiman pasangan


3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g) Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h) Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
damapi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
9. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan menurut
Suprajitno (2010), keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan,
meliputi:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Orang perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
12

keluarga perlu dicatat kapan terjadinya perubahan apa yang terjadi


dan seberapa besar perubahannya.
b) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi, dengan
pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Jika
keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta kepada orang lain
di lingkungannya.
c) Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Seringkali keluarga mengambil tindakan dengan tepat dan benar,
tetapi seringkali keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui
oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan
atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila
keluarga memiliki pelayanan kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d) Memodifiksai lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.
10. Keluarga Sebagai Sistem
Menurut Friedman (2010), pengertian sistem yang paling umum
adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling
berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
13

Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:


a) Keluarga mempunyai subsistem: anggota, fungsi, peran, aturan,
budaya, dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam
kehidupan keluarga.
b) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem.
c) Merupaka unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat
mempengaruhi supra-sistemnya.

Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan Balik

Gambar.1.1. Komponen dalam sistem Keluarga


(Sumber: Friedman. 2010)
Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Masukan (input), terdiri dari: anggota keluarga, struktur keluarga,
fungsi keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas),
budaya, agama, dan sebagainya.
b) Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam
melaksanakan fungsi keluarga.
c) Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga: perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan,
perilaku sebagai warga Negara, dan yang lain.
14

d) Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan


proses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada
lingkungan/masyarakat di sekitarnya.
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Keluarga sebagai sistem terbuka. Suatu sistem yang mempunyai
kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan
(masyarakat) sekitarnya.
b) Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu system yang kurang
mempunyai kesempatan, kurang atau menerima atau memberi
perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
B. Konsep Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Pengertian
Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah
tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan
pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat
sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai sasarannya (Setyowati,
2008).
Berdasarkan defenisi tersebut di atas, yaitu tentang perawatan
kesehatan keluarga dan perawatan keluarga penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kesehatan keluarga adalah merupakan suatu proses
yang dilaksanakan oleh tenaga perawat yang profesional dengan
menggunakan metode yang sistimatik ditujukan kepada keluarga yang
dipandang sebagai suatu kesatuan agar keluarga tersebut dapat hidup
sejahtera dan produktif.
1. Keluarga Sebagai Unit Pelayanan
Menurut Setyowati (2008), keluarga adalah sebagai unit utama
masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat dimana hubungan yang erat antara
anggota keluarga dengan keluarga besar (Extended Family) sangat
menonjol, maka keluarga sebagai lembaga perlu diperhitungkan.
15

2. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk


berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat. Perawat dapat
menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga, kesehatan.
2. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
a) Tujuan umum:
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya
b) Tujuan khusus:
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
Menurut Setyowati (2008), H.L Blum mengemukakan kesehatan
suatu keluarga sangat dipenguruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai
berikut :
16

Lingkungan

Derajat kesehatan Perilaku


Keturunan

Pelayanan kesehatan

Gambar.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga


(Sumber: Setyowati. 2008)
a) Lingkungan
Lingkungan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu yang
berhubungan dengan aspek fisik misalnya sampah, air, udara, tanah,
iklim dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil
interaksi antara manusia dengan manusia lainnya seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Serta aspek psikis meliputi
masalah kejiwaan, mental seseorang.
b) Perilaku
Faktor perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat,
keperacayaan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-perilaku
lainnya melekat pada dirinya.
c) Pelayanan kesehatan
Merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan pencegahan terhadap penyakit,
pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangata
dipengaruhi oleh lokasi apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau
tidak. Tenaga kesehatan yang memberikan kesehatan informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukannya.
17

d) Keturunan (genetic)
Faktor keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia
yang dibawah sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan
diantaranya diabetes mellitus dan sebagainya. Dari keempat faktor
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa faktor tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain dalam menyebabkan penyakit dimana
faktor genetik yang merupakan faktor keturunan menjadi faktor
pencetus, faktor pencetus ini akan bereaksi ketika berada
dilingkungan yang tidak cocok untuk dirinya sehingga menimbulkan
efek negatif terhadap kesehatan dirinya dan lingkungan.
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit misalnya sikap
emosional misalnya prilaku yang banyak makanan yang berlemak
yang dapat meningkatkan peningkatan tekanan darah. Faktor
pelayanan kesehatan masyarakat diperlukan oleh penderita hypertensi
untuk memantau tekanan darah dan memerlukan obat untuk
menurunkan tekanan darah yang meningkat.
4. Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga
Menurut Dion & Betan (2013), prinsip perawatan keluarga yaitu:
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
18

7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara


keseluruhan.
8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan
kesehatan dasar/perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
5. Peran Perawat Keluarga
a) Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar:
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga
secara mandiri
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b) Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c) Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga
melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang
diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan
langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
19

d) Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e) Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
f) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal.
g) Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator
dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
h) Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan atau wabah.
i) Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.
20

BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui ppraktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan
asuhan keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.
Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :
a. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.
b. Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan
kesejahteraan keluarga.
c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat
membawa kepada perkembangan keluarga dan prilaku sehat.
Yang termasuk dalam tahap ini adalah :
a. Pengumpulan Data
Dapat dilakukan dengan cara :
1) Wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik
aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, dan sebagainya.
2) Pengamatan, terhadap hal-hal yang tidak perlu dinyatakan.
3) Study dokumentasi, misalnya yang berkaitan dengan perkembangan
kesehatan anak di antaranya KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan
lainnya.
4) Pemeriksaan fisik, dilakukan terhadap anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan
keadaan fisik.
Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Identitas keluarga
21

2) Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang


pernah dialami.
3) Anggota keluarga
4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada
5) Keadaan lingkungan meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural,
spiritual, lingkungan, dan data penunjang lainnya.
b. Analisa Data
Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu :
1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan yang meliputi rumah, sumber
air minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah dan
penempatan penerangan yang ada.
3) Karakteristik keluarga.
c. Perumusan Masalah
Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
kesehatan dalam keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan
kesehatan dan status kesehatan keluarga. Karena merupakan hasil pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan,
norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang
perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan. Tipologi masalah keluarga ada 3 kelompok masalah besar
yaitu :
1) Ancaman kesehatan
2) Kurang/tidak sehat
3) Situasi krisis
Masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu : ketidakmampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan.
1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan
karena :
22

a) Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta


b) Rasa takut akibat masalah diketahui
c) Sikap dan falsafah hidup
d) Prioritas masalah
e) Menegakkan diagnosa keperawatan
2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil
tindakan tepat, disebabkan karena :
a) Tidak memahami, mengenal sifat berat dan luasnya masalah
b) Masalah tidak begitu menonjol
c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan dan kurangnya sumber data keluarga
d) Takut dari akibat tindakan, fasilitas kesehatan tidak terjangkau
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena:
a) Tidak mengetahui keadaan penyakit
b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c) Kurang / tidak sehat terhadap fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga
4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
disebabkan karena :
a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup di antaranya keluarga, tanggung
jawab dan keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah
c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan
d) Sikap dan pandangan hidup
5) Ketidaktahuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara
kesehatan disebabkan karena :
a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan
23

d) Sikap dan fasilitas hidup


2. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya
adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan keperawatan keluarga harus
disarankan kepada beberapa kriteria sebagai berikut :
PRIORITAS MASALAH
No. Kriteria
1. Sifat masalah .............................................................................. 1
Skala :
Ancaman kesehatan .................. 2
Tidak / kurang sehat ................... 3
Krisis ........................................... 1
Kemungkinan masalah dapat diubah .......................................... 2
2. Skala :
Dengan mudah ........................... 2
Hanya sebagian .......................... 1
Tidak dapat ................................. 0
Potensi masalah untuk diubah ..................................................... 1
Skala :
3. Tinggi .......................................... 3
Cukup ......................................... 2
Rendah ....................................... 1
Menonjolnya masalah .................................................................... 1
Skala :
Masalah berat harus ditangani ... 2
4. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani .......................... 1
Masalah tidak dirasakan .............. 0
24

𝑠𝑘𝑜𝑟
Kemudian skoring = 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × bobot

Di mana skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot


3. Perencanaan
Langkah setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan
kesehatan dan keperawatan keluarga. Rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan perawata untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Ciri-ciri rencana keperawatan keluarga yaitu :
a. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau
meringankan masalah yang sedang dihadapi.
b. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari
dengan pikiran yang logis.
c. Rencana keperawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan
datang.
d. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
diidentifikasi.
e. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.
f. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.
Menurut Friedman 1998, intervensi-intervensi yang dapat muncul pada
keperawatan keluarga, yaitu :
a. Memodifikasi perilaku
b. Pembuatan kontrak
c. Manajemen koordinasi kasus
d. Strategi-strategi kolaboratif
e. Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali
kerangka
f. Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif
g. Modifikasi lingkungan
h. Advokasi keluarga
i. Intervensi krisis keluarga
j. Membuat jaringan kerja termasuk pemakaian
25

k. Model peran
l. Memberikan informasi dan keahlian teknis
m. Suplementasi peran
n. Pengajaran dari berbagai strategi, termasuk manajemen
o. Stres, modifikasi gaya hidup dan bimbingan antisipasi.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada
asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam
memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran
f. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi
selalu berkaitan dangan tujuan, apabila dalam evaluasi tidak tercapai maka
perlu dicari penyebabnya dan evaluasi dengan menggunakan SOAP secara
optimal.
Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi yaitu :
1. Kriteria kebersihan
2. Standar keperawatan
3. Perubahan perilaku
Metode penilaian (evaluasi) adalah :
1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi
dalam keluarga.
2. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan
sikap apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
26

3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang


dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
4. Latihan stimulasi, berguna dalam meentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan asuhan keperawatan.
27

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses dan


Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

ASKES. 2010. Sehat Bersama Hipertensi Sehat Bersama Askes. Last Update 13
April 2012. In http://www.ptaskes.com/uploads/artikel/HIPERTENSI.pdf

Brunner & Suddarth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Vol 2. Jakarta: EGC

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:


Kanisius.

Herdman, T Heather. 2011. Nanda internasional Diagnosis Keperawatan 2009-


2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer. Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius
FKUI
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Marilynn E Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC :
Jakarta.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis dan Proses-Prose Penyakit.
Edisi 6. Vol. 2. Jakarta : EGC
Ridha. 2010. Askep Hipertensi. Lust Update 13 April 2012. In http://ridha-
zulfajri.blogspot.com/2010/03/askep-hipertensi.html

Anda mungkin juga menyukai