Disusun Oleh :
110110170145
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS HUKUM
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan adalah hal yang sangat penting bagi manusia karena diperkawinan
ini dua insan yang berbeda jenis kelamin dipersatukan umumnya dengan latar
belakang rasa cinta yang nantinya akan membentuk sebuah keluarga. Umumnya
Sebuah pernikahan adalah momentum yang sakral dan istimewa dalam hidup
manusia karena pada umumnya pernikahan hanya terjadi sekali1, maka dari itu
tidak jarang orang mengeluarkan uang yang besar untuk sebuah pesta perkawinan
yang hanya dirasakan beberapa jam saja untuk membuat pesta itu dapat dikenang
seumur hidupnya.
Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975
1
Cahya Milia Tirta Safitri, “Latar Belakang Kawin Kontrak”, Skripsi Kearsipan Fakultas Psikologi,
UNNES, 2013, hlm.1.
memenuhi syarat negara serta agama yang mana disebutkan dalam Pasal 2 Ayat 1
memandang bahwa pernikahan itu tidak hanya dilihat dari aspek formalnya saja,
tetapi juga dilihat dari aspek agama dan sosial. Aspek agama menetapkan tentang
Sipil.2
Meskipun telah ada sebuah undang-undang yang mengatur tetap saja banyak
pelanggaran yang terjadi dalam sebuah perkawinan seperti adanya kawin kontrak
yang dalam ajaran Islam telah melarangnya begitu juga dengan hukum di Negara
Indonesia.
Sejarah adanya kawin kontrak telah berlangsung sejak jama Rasulullah. Pada
saat itu Islam mewajibkan kepada kaum laki-laki untuk berjihad, kaum laki-laki
merasa sangat berat meninggalkan istri mereka dan merasa berat jauh dari kaum
2
Wahono Darmabrata, Hukum Perdata: Asas-Asas Hukum Orang dan Keluarga, (Jakarta:Gitamajaya,
2004), Hlm 101.
wanita, diantara pengikut rasul dalam berjihad ada yang bertanya kepada rasul,
“kami ikut berperang dengan Rasulullah dan istri-istri kami tidak ada
kemudian.”
Dengan dikeluarkannya hadits ini maka Allah SWT yang menjadi Tuhan
dalam agama Islam telah melarang adanya kawin kontrak, meskipun kaum ulama
syi’ah berpendapat bahwa tidak ada hadits shahih yang mengatakan bahwa nabi telah
mencabut kebolehan untuk kawin kontrak. Para ulama Syi’ah mendapat kesulitan
berpendapat bahwa hal itu telah diharamkan oleh Rasullulah dan para khalifah pun
3
Cahya Milia Tirta Safitri, Op.cit, hlm 3.
Berdasarkan hal diatas penulis merasa tertarik untuk membahas perihal kawin
B. Rumusan Masalah
Agama?
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkawinan
1. Definisi Perkawinan
Perkawinan dan pernikahan adalah satu hal yang sama dalam arti dan
penafsirannya. Nikah secara etimologis diambil dari bahasa Arab yang artinya
dan perempuan untuk bersuami dan beristri secara resmi. Disini dapat dikatakan
perempuan menjadi suami istri; nikah, perkawinan adalah pernikahan. Disamping itu
menurut Hornby (1957), marriage : the union of two persons as husbands and wife.
Ini berarti bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang sebagai suami istri.
pernikahan adalah monogamous, hubungan berpasangan antara satu wanita dan satu
pria. Sehingga bisa didefenisikan sebagai suatu kesatuan hubungan suami istri dengan
harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran
sebagai pasangan yang telah menikah, dimana didalamnya terdapat hubungan
seksual, keinginan mempunyai anak dan menetapkan pembagian tugas antara suami
istri.
Banyak para ahli yang berpendapat tentang arti dari sebuah pernikahan.
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
2. Syarat-Syarat Perkawinan
paksaan dari pihak lain karena sesuai dengan cita-cita pernikahan itu
4
Pasal 6 UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Perkawinan hanya diizinkan bila pihk pria mencapai umur 19
mempelai wanita.
Seorang yang terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat
kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) dan
poligami.
d. Mendapat izin orang tua bagi yang masih berumur dibawah 21 tahun
Izin orang tua disini wajar karena mereka yang belum berumur 21
tahun masih belum bisa disebut dewasa menurut hukum.6 Hal-hal yang
Tahun 1974.
e. Tidak bercerai untuk kedua kalinya dengan calon yang suami/istri yang
sama.
5
Republik Indonesia, Undang-Undang No 1 Tahun 1974, pasal 7, ayat 1
6
Sendy Yudhawan, “Pelaksanaa Kawin Kontrak dan Konsekuensi Pelaku Kawin Kontrak Terhadap
Isi Surat Perjanjian Kawin Kontraknya”, Tesis Kearsipan Fakultas Hukum, UI, 2011, hlm.14.
“Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu
dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka
diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi,
sepanjang hukum, masing-masing agama dan kepercayaan itu dari
yang bersangkutan tidak menentukan lain.”
dipenuhinya persyaratan.7
atau ke atas
ibu/bapak tiri
susuan
7
Ibid, hlm 16
f) yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau
dilangsungkan, tetapi apabila salah satu saja tidak/belum dipenuhi maka perkawinan
Pada pasal 279 KUHP ayat 1 dengan ancaman pidana paling lama lima tahun
disebutkan:
dalam undang-undang serta memiliki sanksi yang tegas bagi para pelanggarnya.
B. Kawin Kontrak
Menurut istilah fikih, nikah mut’ah atau kawin kontrak adalah seoranlaki-laki
waktu tertentu, pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan, tanpa talak, tanpa kewajiban memberi nafkah maupun tempat tinggal dan
8
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta : Bineka Cipta, 1991), Hlm 36.
tanpa adanya saling mewarisi antara keduanya, jika salah satu dari keduanya mati
Pengertian nikah Mut’ah atau kawin kontrak menurut Sayyid Syabiq, kawin
kontrak adalah adanya seorang pria mengawini wanita selama sehari, atau seminggu,
atau sebulan. Dan dinamakan muth’ah karena laki-laki mengambil manfaat serta
yang telah disepakati antara mempelai laki-laki dan perempuan dan akan berakhir
9
Sayyid Syabiq, Fikih Sunnah 6 , (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1980), Hlm. 63
10
Cahya Milia Tirta Safitri, Op.cit, hlm 27.
BAB III
PEMBAHASAN
Nafsu seksual (syahwat) seorang pria kepada perempuan adalah hal yang
fitrah, yaitu hal yang alamiah yang telah ditetapkan adanya oleh Allah kepada
manusia11 seperti yang ada pada Surat Ali Imran ayat 14, yang artinya :
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Ini berarti bahwa sudah hal biasa apabila seorang laki-laki memiliki syahwat
kepada wanita hanya saja cara untuk menyalurkannya harus masih dijalan Allah SWT
yaitu dengan pernikahan yang sah antara laki-laki dan perempuan tersebut.
Sebaliknya jalan yang haram adalah jalan yang menyimpang dari syariah Islam dan
tidak diridhoi Allah. Jalan buruk ini banyak sekali macamnya, misalnya perzinaan,
lesbianisme, dan homoseksual. Salah satu bentuk perzinaan yang cukup marak saat
11
M. Shiddiq Al Jawi, “Kawin Kontrak Menurut Hukum Islam”, < http://hizbut-
tahrir.or.id/2013/05/11/kawin-kontrak-menurut-hukum-islam/>, [11/05/2013]
ini adalah apa yang disebut dengan istilah kawin kontrak, yaitu perkawinan yang
berlangsung dalam jangka waktu tertentu, misalnya sehari, dua hari, seminggu, dan
Kawin kontrak dianggap tidak sah karena banyak melanggar aturan dalam Al
Quran dan juga Rasullulah pun sudah melarang tentang adanya kawin kontrak
walaupun saat itu sempat memperbolehkan karena saat itu sedang dalam perang
Muslim:
“Yang benar dalam masalah nikah mut’ah ini adalah bahwa pernah
dibolehkan dan kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni dibolehkan sebelum
perang Khaibar, tapi kemudian diharamkan ketika perang Khaibar. Kemudian
dibolehkan selama tiga hari ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian
setelah itu diharamkan untuk selamanya sampai hari kiamat”
Alasan dihalalkannya kawin kontrak pada masa itu karena para sahabat Rasul
yang ikut berperang merasa tidak kuat menahan nafsu seksualnya untuk itu Rasul
mengizinkan mereka untuk mencari istri dan membayarkannya sejumlah uang untuk
perkawinan sementara ini karena saat itu adalah masa peralihan dari jaman jahiliyah
menjadi masa Islam jadi memang para sahabat yang berperang pun masih belom
artinya:
“kami ikut berperang dengan Rasulullah dan istri-istri kami tidak ada
disamping kami, kemudian kami bertanya kepada Rasulullah, bolehkah kami
mengebiri? Maka Rasulullah melarang kami untuk mengebiri dan memberikan
12
ibid
keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan membayar imbalan
untuk waktu yang ditentukan”. (HR. Bukhari Muslim).”
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari , Imam Al- Tirmidzi , Imam Malik
bin Anas , Imam Ibni Hibban, Imam Al-Baihaqi, Imam Al-Daruqutni dan Imam Ibnu
Abi Syaibah :
“Dari Ali bin Abi Tholib r.a. ia berkata kepada Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi
Muhammad SAW melarang nikah mut’ah dan memakan daging keledai jinak pada
Dengan begini memang artinya sebuah kawin kontrak diharamkan oleh Islam
itu sendiri karena bisa membuat hilangnya tujuan dari pernikahan itu sendiri seperti
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “
dijelaskan bahwa perkawinan dikatakan sah menurut negara apabila perkawinan itu
juga dikatakan sah menurut hukum agamanya masing-masing. Dikatakan juga pada
“(1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas
persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
Pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga
sepanjang pihak ketiga tersangkut. (2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan
bilamana melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan.”
Hal ini mengacu bahwa sesungguhnya perjanjian yang ada dalam kawin
kontrak melanggar norma kesusilaan serta norma agama. Apabila pelaku kawin
dunia ini yang tidak menginginkan pernikahan yang sempurna? Pernikahan yang
dilandasi dengan rasa cinta, kasih sayang, kejujuran, dan kesetiaan setiap
pasangannya. Pernikahan yang akan menciptakan keluarga bahagia yang tidak akan
Namun pada kawin kontrak , mereka tidak mendapatkan kasih sayang dari
pasangannya secara utuh. Mereka dinikahi hanya untuk memenuhi nafsu seorang pria
dalam jangka waktu yang sangat pendek. Setelah waktu itu habis, mereka akan
diceraikan begitu saja. Bagi pria, mudah saja untuk menikah lagi sesuka hatinya tanpa
melihat dampak yang mereka timbulkan baik bagi diri sendiri maupun di masyarakat.
Tapi bagi seorang wanita, ini semua sangat merugikan. Setelah diceraikan, wanita
harus menunggu tiga kali masa haid terlebih dahulu baru bisa dinikahi oleh orang
lain. Selain dampak buruk bagi dirinya sendiri, mereka juga harus menanggung
akan adanya penyia-nyiaan anak oleh sang ayah karena ayah tidak mengenal anaknya
serta tidak memberikan nafkah, hal ini akan menimbulkan dosa karena Tuhan
melarang penelantaran anak. Seperti diriwayatkan dalam Hadits Abu Daud Nasa’I
dan Hakim :
tanggungannya”
dan tidak memberi makan dan minum saja sudah dilarang dalam islam14. Rasulullah
13
Perwita Hapsari Mustika, “Dampak Kawin Kontrak pada Wanita”,
<http://www.kompasiana.com/penapsikologi/dampak-kawin-kontrak-bagi-
wanita_552a35d6f17e61c96cd623a6>, [12/04/2013]
14
Umar Abdullah, “Penelantaran Anak”, < http://mediaislamnet.com/2010/02/penelantaran-anak/>,
[06/02/2010]
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW bersabda: “Seorang wanita masuk
Neraka karena seekor kucing yang ia kurung kemudian tidak memberi makan dan
Muslim dari Muhammad bin Rafi’ dan Abdu bin Khumaid dari Abdul Razaq)
anaklah yang akan meneruskan orang tuanya, selain itu mengapa kawin kontrak itu
dilarang adalah karena akan sulitnya pembagian hak waris apabila sang ayah
meninggal karena anak yang lahir dari kawin kontrak biasanya sudah tidak akan ada
Dari segi kesehatan, kawin kontrak ini biasanya terjadi kepada gadis yang
masih berumur belasan tahun. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan reproduksi
wanita yang menjadi pelaku kawin kontrak karena organ intim wanita tersebut belum
sepenuhnya siap untuk berhubungan intim, namun sudah dipaksa yang akhirnya
intim di usia dini telah dikaitkan kanker serviks. Menurut para ahli, batasan minimal
orang melakukan hubungan seks adalah saat umur 17 tahun keatas dan lebih
efektifnya jika dilakukan ketika sudah menginjak usia 20 tahun, dan itupun sudah
harus ada ikatan pernikahan yang resmi.15 Agar hubungan seks menjadi aman bagi
15
Anonim, “Dampak Seks Usia Dini”, <http://www.sehatfresh.com/dampak-seks-usia-dini-resiko-
kanker-serviks/>, [17/03/2015]
wanita dan tidak beresiko terkena penyakit yang serius dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Kawin kontrak juga bisa menyebabkan penyakit berbahaya lain seperti AIDS.
Hal ini dapat terjadi mengingat pelaku kawin kontrak melakukan hubungan seks
dengan berbagai orang, walaupun hubungan ini dapat dikatakan halal namun tidak
menutup kemungkinan AIDS karena wanita mungkin saja telah melakukan hubungan
seks berkali-kali dengan pria yang berbeda. Mengingat AIDS adalah penyakit yang
menular maka memungkinkan bahwa pria yang melakukan kawin kontrak pun bisa
: Di Cianjur, kawin kontrak banyak terjadi di kawasan Cipanas dan Puncak, yang
dari negeri-negeri Arab, seperti Arab Saudi, Kuwait, Irak, juga dari Turki. Pihak
seperti kelurahan Cisarua, Desa Tugu Selatan, Tugu Utara, di Kecamatan Cisarua.
Para perempuan ini pada umumnya tidak mencari pasangan laki-lakinya sendiri,
20 juta yang ditawarkan makelar, para orangtua rela melepas anak perempuannya
untuk dikawini oleh para turis asing itu, meski hanya dalam waktu antara dua-tiga
bulan saja, atau selama para turis itu berlibur di Indonesia pada musim liburan, yaitu
bulan Mei dan Juni yang dikenal oleh penduduk dengan sebutan “musim Arab.”16
seperti juga yang terjadi di Kabupaten Jepara. Disana masih banyak warganya yang
berprofesi sebagai wanita yang bisa dibayar untuk kawin kontrak. Hal ini dikarenakan
oleh latar belakang internal dan eksternal, Latar belakang internal antara lain meliputi
latar belakang ekonomi, biologis, psikologis (safety needs, love and belongingness,
Hal seperti ini juga terjadi di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat . Mayoritas
pelakunya pun adalah para pelancong dari negara lain. Biasanya para suami
16
Perwita Hapsari Mustika, loc.cit.
17
Cahya Milia Tirta Safitri, op.cit. hlm vii
18
Mustiana Lestari, “Para Suami di Puncak Rela Istri Kawin Kontrak dengan Orang Arab”,
<http://www.merdeka.com/peristiwa/para-suami-di-puncak-rela-istri-kawin-kontrak-dengan-orang-
arab.html>, [20/08/2013]
Diatas merupakan contoh bahwa praktek kawin kontrak masih terjadi di
Indonesia, meskipun hukum agama dan hukum negara melarang adanya kawin
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa tulisan yang telah penulis baca dapat disimpulkan bahwa masih
banyak warga Indonesia yang mempraktekkan kawin kontrak. Hal ini secara jelas
sudah diharamkan oleh agama maupun hukum itu sendiri. Kawin kontrak sendiri
lebih banyak mendatangkan dampak negatifnya bagi para wanita maupun anak-
anakny. Maka dari itu sudah sepatutnya kita sebagai warga yang baik untuk taat dan
patuh pada hukum agama dan hukum negara agar tidak terjadi lagi praktek kawin
kontrak.
B. Saran
masih sering terjadi di Indonesia maka penulis akan memberikan beberapa saran
Menetapkan Undang-undang dan sanksi yang jelas bagi pelaku kawin kontrak
Memberi penyuluhan dan seminar pada warga disekitar daerah rawan kawin
nantinya bisa mencari pekerjaan lain selain menjadi wanita sewaan untuk
kawin kontrak
Memberi pengertian tentang sakralnya arti pernikahan kepada para pria dan
Menyarankan kepada para orang tua yang memiliki anak perempuan untuk
Karena biasanya kawin kontrak terjadi juga akibat desakan orang tua
Daftar Pustaka
Kitab Suci dan Hadist
Hadits Ma’sud
Surat Ar Rum
Undang-Undang:
Buku:
Keluarga. Jakarta:Gitamajaya
Pelaku Kawin Kontrak Terhadap Isi Surat Perjanjian Kawin Kontraknya, UI:Tesis
Internet:
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/05/11/kawin-kontrak-menurut-hukum-islam/
http://www.sehatfresh.com/dampak-seks-usia-dini-resiko-kanker-serviks
Lestari Mustiana. 2013. Para Suami di Puncak Rela Istri Kawin Kontrak
istri-kawin-kontrak-dengan-orang-arab.html
http://www.kompasiana.com/penapsikologi/dampak-kawin-kontrak-bagi-
wanita_552a35d6f17e61c96cd623a6
http://mediaislamnet.com/2010/02/penelantaran-anak