Anda di halaman 1dari 13

A.

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA


Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali pertama, sejak jaman manusia itu
diciptakan (manusia itu ada) dimana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri
untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana
adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya keibuan (mother
instinct) kemudian bergeser pada zaman purba dimana pada zaman ini orang masih percaya
pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia,
kepercayaan ini dikenal dengan nama kekuatan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat
menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan.
Pada saat itu peran perawat sebagai ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan
memberikan perawatan fisik serta mengobati penyakit dengan menghilangkan pengruh jahat
kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan dewa-dewa.
Periode tahun 1950, pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukan khususnya
pada penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah
dimulai pada tingkat master dan doktoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah
dimulai dengan mengembangkan dengan memberikan pengertian bahwa keperawatan adalah
suatu proses yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA


Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh para
Penjajah diantaranya seperti Jepang, Belanda, dan Inggris. Dalam perkembanganya di
Indonesia. Dalam Perkembangannyan di Indonesia dibagi menjadi 2 masa yaitu :
Pertama, masa sebelum kemerdekaan pada masa itu Negara Indonesia masih dalam
penjajahan Belanda . Perwat berasal dari Indonesia disebut Verpleger dengan dibantu
oleh Zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertamakali bekerja di
Binen Hospital yang terletak dijakarta pada tahun 1799 yang yang ditugaskan untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda
terbentuklah Dinas Kesehatan tentara dan Dinas kesehatan rakyat.
Pendirian Rumah sakit itu hanya dikhususkan untuk tentara Belanda maka tidak diikuti
oleh perkembangan Keperawatan. Sedangkan Pada masa penjajahan Inggris yaitu rafless,
mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan motto Kesehatan adalah milik manusia dan
pada saat itu juga diadakan berbagai usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
diantaranya usahan pencacaran secara umum, memebenahi cara perawatan pasien gangguan
jiwa dan dan memperhatikan kesehatan para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun di Jakarta yaitu pada tahun 1819 yaitu RS Stadsverband,
Kemudian pada tahun 1919 RS tersebut pindah ke Slemba yang sekarang lebih dikenal
RSCipto Mangun Kusumo, Pada tahun 1942–1945 kekalahan tentar sekutu oleh jepang,
Perkembangan Keperawatan mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah merdeka yaitu tahun 1949 telah banyak berdiri banyak rumah sakit
dan balai pengobatan danlam rangka memenuhi memenuhi tenaga kesahatan didirikan
sekolah perawat pada tahun 1952, lalu pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan perawat
setara Diploma, dan pada tahun 1985 pertamakalinya dibuka pendidikan perawat setingkat
dngan sarjana di laksananakan di Universitas Indonesia dengan nama studi ilmu
keperawatan dan akhirnya berkembang menjadi ilmu Keperawatan, dan berdirilah fakultas
Ilmu Keperawatan dan beberapa tahun kemudian berdirinya pendidikan S1 di berbagai
Universitas di Indonesia.
C. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Perkembangan keperawatan di Indonesia juga dipengaruhi oleh kondisi sosial dan
ekonomi. Penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggis dan Jepang serta situasi pemerintah
Indonesia setelah merdeka mewarnai perkembangan keperawatan di indonesia.
Perkembangan itu pada hakikatnya dapat dibedakan atas dua masa yaitu masa sebelum
kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan.

1. MASA SEBELUM KEMERDEKAAN


Pada masa pemerintahan kolonial belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang
disebut Verpleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka
bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di jakarta yang didirikan padda tahun 1799 untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara belanda. Usaha pemerintah belanda pada masa itu
antara lain membentuk dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Pendirian rumah
sakit ini termasuk usaha Deandeles mendirikan rumah sakit di semarang dan surabaya.
Karena tujuannya hanya untuk kepentingan belanda, maka tidak diikuti perkembangan
keperawatan.
Sebaloknya, gubernur jendral inggis, Rafless, sangat memperhatikan kesehatan rakyat.
Semboyannya adalah kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain mengadakan pencacaran umum,
membenahi cara perawatan pasien gangguan jiwa serta memperhatikan kesehaatan dan
perawatan para tahanan. Setelah pemerintah kolonial kambali ke tangan belanda,usaha-usaha
peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Pada tahun 1819 di jakarta didirikan
beberapa rumah sakit, salah satu di antaranya adalah rumah sakit stadverband berlokasi di
glodok jakarta barat.

Pada tahun 1919 rumah sakit ini di pindahkan ke salemba yang sekarang bernama
Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM). Saat ini rscm menjadi rumah sakit pusat
rujukan nasional dan pendidikann nasional. Pada kurun waktu 1816 sampai 1942 berdiri
beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending protestan antara lain rumah
sakit PGI Cikini, rumah sakit St Carolus Salemba, rumah sakit St.Goromeus Bandung dan
rumah sakit Elisabeth semarang.
Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit di atas,didirikan sekolah perawat. RS PGI
Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, RSCM tahun 1912 ikut
menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Itulah sekolah perawat pertama di indonesia
meskipun baru pendidikan okupasional.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang tahun 1942 sampai 1945
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerja perawat
pada masa belanda dan Inggris sudah di kerjakan oleh perawat yang telah di didik, pada masa
jepang tugas perawat di lakukan oleh mereka yang tidak di didik untuk menjadi perawat.

2. MASA SETELAH KEMERDEKAAN


a. Periode tahun 1945 sampai 1962
Tahun 1945 sampai 1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan merupakan masa
transisi pemerintahan republik Indonesia sehingga dapan di maklumi jika masa ini boleh di
katakan tidak ada perkembangan. Demikian pula tenaga perawat yang digunakan di unit-unit
pelayanan keperawatan adalah tenaga yang ada,pendidikan tenaga keperawtan masih
meneruskan sistem pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan “perawat” pemerintah
belanda).
Perkembangan keperawatan secara konseptual belum ada dan ini berlangsung sangat
lama,karena baru pada dekade 80-an mulai tampak ada perkembangan. Hal ini dapat di
ketahui dari tidak adanya kejelasan konsep-konsep keperawatan di tambah tidak adanya pola
ketenagaan untuk pelayanan keperawatan, demikian pula pola pendidikan tenaga
keperawatan.
Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun
1962-an masih berorientasi pada keterampilan melaksanakan prosedur dan lebih pada
perpanjangan tangan untuk kegian-kegiatan layanan medis sampai adanya perubahan konsep
tentang keperawatan sebagai profesi tahun 1983.
Pendidikan tenaga keperawatan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan lokal rumah
sakit tersebut dan tidak berada pada sistem pendidikan nasional. Pembangunan di bidang
kesehatan di mulai pada tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai di bangun
untuk memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit dan balai pengobatan.
Pendidikan keperawatan dari awal kemerdekaan sampai tahun 1953 masih berpola padaa
pendidikan yang di laksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh, sampai
dengan tahun 1950 pendidikan tenaga keperawatan yang ada adalah pendidikan tenaga
keperawatan dengan dasar pendidikan umum mulo+3 tahun untuk mendapatkan ijazah A
(perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Ada juga pendidikan perawat dengan dasar
sekolah rakyat+4 tahun pendidikan yang lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru pada tahun 1953 di buka sekolah pengatur rawat dengan tujuan untuk menghasilkan
tenaga keperawataan yang lebih berkualitas. Namun, pendidikan dasar umum tetap SMP
yang setara dengan mulo dengan lama pendidikan 3 tahun. Pendidikan ini di buka di 3 tempat
(yaitu di Jakarta, di Bandung, dan di Surabaya), kecuali pendidikan perawat di Bandung,
keduanya berada dalam institusi rumah sakit.
Tahun 1955 di buka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan dasar umum
sekolah rakyat di tambah pendidikan 1 tahun dan sekolah penganut kesehatan itu sebagai
pengembangan SDK di tambah pendidikan satu tahun. Di tinjau dari aspek perkembangannya
sampai dengan 1955 ini tampak pengembangan keperawtaan tidak berpola ,baik tatanan
pendidikannya maupun pola ketenagaan yang di harapkan.
Tahun 1962 di buka akademi keperawatan yaitu tenaga keperawatan dengan dasar
pendidikaan umum SMA di Jakarta,di RSUP Cipto Mangunkusumo yang sekarang berada di
jalan kimia nomor 17 jakarta pusat. Sekalipun sudah ada keinginan bahwa pendidikan tenaga
perawat berada pada pendidikan tinggi, namun konsep-konsep pendidikan tinggi belum
kompak.
Hal ini dapat di tinjau dari kelembagaannya yang berada dalam organisasi rumah
sakit,kegiatan institusi yang belum di mencerminkan konsep pendidikan tinggi yaitu
kemandirian dan pelaksanaan fungsi perguruan tinggi yang di sebut Tri Darma Perguruan
Tinggi, Di samping itu akademi keperawatan tidak berada dalam sistem pendidikan tinggi
nasional namun, berada dalam struktur organisasi intitusi pelayanan kesehatan kesehatan
yaitu rumah sakit. Demikian juga penerapan kurikulumnya yang masih berorientasi pada
keterampilan tindakan dan belum di kenalkannnya konsep-konsep keperawatan.

b. Periode tahun 1963 sampai 1982


Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak terlalu banyak perkembangan di bidang
keperawatan, sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan, tempat tenaga Lulusan
Akademi Keperawatan banyak di minati oleh rumah sakit, khususnya rumah sakit besar.

c. Periode 1983 sampai sekarang


Pada tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia,
sebagai perwujudan loka karya di atas pada tahun 1984 di berlakukan kurikulum nasional
untuk diploma 3 Keperawatan. Dari sinilah perkembangan profesi keperawaatan Indonesia,
yang sampai saat ini masih perlu perjuangan, karena keperawataan di Indonesia sudah diakui
sebagai suatu profesi maka pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan,terutama pada
pasal 32 yang berbunyi:
Ø Ayat 3: Pengobatan dan atau perawatan dapat di lakukan berdasarkan ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat di pertanggung jawabkan.
Ø Ayat 4: pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu.
Tenaga keperawatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan
keperawatan sebagaimana diharapkan tersebut harus dipersiapkan pada tingkat pendidikan
tinggi.
Tahun 1985 dibuka program study ilmu keperwatan di fakultas kedokteran universitas
kedokteran indonesia dan kurikulum pendidikan tenaga keperawatan jenjang S1 juga di
sahkan.

· Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan, karea pada tahun ini
secara hukum pemberadaaan tenaga keperawatan sebaga profesi diakui dalam undang-
undang yaitu yang kenal dengan undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
peraturan pemerintah tahun 1996 tentang tenaga kesehatan sebagai penjabarannya.
· Tahun 1995 dibuka lagi program study ilmu keperawatan di indonesia, yaitu di Universitas
Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah jadi Vakultas
perawatan.
· Tahun 1998 dibuka kembali program S1 keperawatan yang ketiga yaitu program study
ilmu keperawatan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
· Kurikilum Nurs disahkan, digunakannya kurikulum ini merupakan hasil pembaruan
kurikulum S1 keperawatan tahun 1985.
· Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka,yaitu program study ilmu keperawatan (PSI) di
Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang,PSIK di Universitas
Hasanuddin Ujung Pandang, PSIk Universitas Sumatra Utara, PSIK di Universitas
Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud no
129/D/0/1999 dibuka juga sekolah tinggi ilmu keperawatan (STIK) di ST. Karolus Jakarta.
· Pada tahun ini juga (1999) kurikulum D3 keperawatan selesai diperbahaui desiminasikan
serta diberlakukan secara nasional.
· Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang registrasi praktik perawat sebagai
regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam
menjalankan praktik keperawatan secara profesional.
D. PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN DAN PROSES PROFESIONALISASI
System pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan pada saat ini, ditunjukan
untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa
depan, kususnya terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam kesehatan dimasa depan
dan terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala aspeknya.
Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan berbagai keluaran sesuai
dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset Ilmiah, dan fungsi pengabdian
kepada masyarakat dalam bidang keperawatan.
Pengembangan dan pembinaan pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi
diarahkan untuk dapat menghasilkan berbagai jenis ketenagaan keperawatan professional
dengan berbagai jenjang kemampuan, baik sebagai ilmuan maupun sebagai professional atau
tenaga profesi keperawatan. Untuk menghasilkan tenaga profesi pada saat ini telah
dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu program pendidikan D-III keperawatan,
program pendidikan Ners, program Magister keperawatan dan program Spesialis bidang
keperawatan.
Program pendidikan D-III keperawatan menghasilkan ahli madya keperaawatan sebagai
professional pemula atau tenaga profesi pemula, yang memiliki sikap, tingkah laku, dan
kemampuan melaksanakan praktik keperwatan professional dasar sederhana (Basic
Professional Nursing Practice) Program pendidikan ners (semula program pendidikan sarjana
ilmu keperawatan), menghasilkan lulusan ners yang memiliki sikap dan kemampuan sikap
dan kemampuan professional (Professional competencies) melakukan praktik keperawatan
ilmiah dasar secara mandiri, dan berbagai kegiatan ilmiah keperawatan.
Program pendidikan D-IV perawat pendidik dibangun berdasarkan kebutuhan ketenagaan
keperawatan pendidik yang sangat mendesak, dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pendidikan pada program pendidikan D-III keperawatan, yang pada saat ini pertumbuhannya
terjadi dengan sangat pesat.
Program pasca sarjana bidang ilmu keperawatan, khususnya program magister ilmu
keperawatan, telah dikembangkan 1 program studi yaitu program studi kepemimpinan dan
menejemen keperawatan yang ditumbuhkan di fakultas keperawan Universitas Indonesia.
Secara bertahap dibangun dan dibina kemampuan institusi pendidikan tinggi keperawatan,
kususnya yang melaksanakan program pendidikan ners dan pendidikan lanjut yang nantinya
akan meenjadi fakultas keperawatan, sikap dan kemampuan untuk melakuan berbagai
kegiatan ilmiah keperawatan, kususnya riset ilmiah.

Sehingga dimasa depan dapat diharapkan bahwa system pendidikan tinggi keperawatan
di Indonesia tidak hanya mampu menghasilkan lulusan, akan tetapi juga berbagai hasil riset
ilmiah keperawatan, baik yang bersifat riset dasar maupun riset terapan. Dalam rangka upaya
mengembangkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia, kususnya pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan, riset ilmiah keperawatan yang berhubungan dengan aspek
sosio budaya dan spiritual sangat diperlukan agar pengembangannya benar-benar terarah
pada tuntutan kebutuhan dan penerimaan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu sejak awal pengembangan system pendidikan tinggi keperawatan selalu
ditekankan palaksanaan tiga fungsi pokok secara terintegrasi, kususnya perhatian pada
pelaksaan fungsi riset ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperaawatan,
dan bukan semata-mata pelaksanaan fungsi pendidikan.
Dipahami benar bahwa membangun kemampuan melakukan riset ilmiah keperawatan
secara benar dan baik, merupakan upaya berjangka panjang dan memerlukan perhatian kusus
dan bersungguh-sungguh oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan, hal ini hendaknya
disadari benar, dan langkah-langkah pengembangan nyata secara bertahap dilakukan
sehingga pada suatu saat fungsi riset ilmiah di institusi pendidikan tinggi keperawatan dapat
dilakukan dengan baik.
Fungsi pokok ketiga yang perlu juga diperhatikan dan ditangani secara terintegrasi
dengan pelaksanaan fungsi pendidikan dan fungsi riset, adalah fungsi pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan. Berbagai jenis dan bentuk pengabdian kepada
masyarakat, mulai dari pelayanan kepada masyarakat dalam bidang keperawatan hingga
konsultasi dalam bidang keperawatan.
Dalam bidang fungsi ini termasuk juga upaya mencari dan menetapkan model system
pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan kepada masyarakat yang lazimnya
menggunakan pendekatan dan tahapan metodelogi riset ilmiah. Jika fungsi pokok ini dapat
terlaksana, system pendidikan tinggi keperawatan Indonesia telah mampu melaksanakan tiga
fungsi pokoknya secara keseluruhan, yaitu, pendidikan, riset ilmiah dan pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan.
Program pendidikan baru dan pusat pendidikan baru dalam pengenmbangan dan
pembinaan system pendidikan tinggi keperawatan dilaksanakan secara terarah, bertahap,
berencana, dan terkendalikn sehingga tidak timbul keguncangan yang dapat merugikan
perkembangan keperawatan sendiri yang selanjutnya dapat memperlambat proses
profesionalisasi keperawatandi Indonesia. Adanya keinginan-keinginan untuk tumbuh lebih
cepat, hendaknya sedikit diredam, dan memperhatikan kemampuan dalam pengadaan dan
pembinaan berbagai sumber daya pendidikan yang diperlukan.
Hal ini sangat perlu diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan keperawatan
berjalan dengan baik, dan tujuan untuk mewujudkan keperawtan sebagai profesi di Indonesia
dapat tercapai dan bermakna bahwa proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia
berlangsung secara baik dan terarah.

E. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Adanya perkembangan dalam teori keperawatan dan meodologi keperawatan yang
bersumber pada pergeseran pandangan dan keyakinan tentang keperawatan, dan pergeseran
dalah asuhan keperawatan, merupakan tekanan utama terjadinya perubahan dalam pendidikan
keperawatan.
Pendidikan keperaawatan yang tadinya lebih bersifat berada di rumah sakit (hospital-
Based), bergeser kepada bentuk pendidikan yang berada di perguruan tinggi atau universitas
(University-based). Pendidikan keperawatan yang tadinya hanya bersifat
magang (Apprenticeship), bergeser menjadi pendidikan yang ditujukan kepada penguasaan
ilmu pengetahuan keperawatan dan metode keperawatan melalui pendidikan dan latihan yang
lama.
1. Orientasi pendidikan keperawatan
Orientasi pada ilmu pengertahuan dan teknologi keperawatan dicirikan oleh kurikulum
pendidikan yang mengikuti pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kususnya
IPTEK bidang keperawatan, Kurikulum pendidikan diartikan tidak saja isi pendidikan akan
tetapi juga berbagai bentuk pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan, serta memungkinkan terjadinya proses
penumbuhan dan pembinaan sikap dan keterampilan professional.
Orientasi kepada masyarakat atau komunitas memberikan arahan bahwa kurikilum
pendidikan disusun dengan bertolak dari kompetensi yang diturunkan dari tuntutan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan (kesehatan dan IPTEK) di masa datang, dengan tetap
memperhatikan pandangan tuntutan keprofesian dalam bidang keperawatan.
Orientasi pendidikan kepada masyarakat dicirikan juga dengan pengalaman belajar di
masyarakat (Community-based education), yaitu berbagai bentuk pengalaman belajar di
masyarakat, seperti pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan
(PBL). Kedua bentuk pengalaman ini adalah bentuk pengalaman belajar yang sangat
berpengaruh pada penumbuhan dan pembinaan sikap serta keterampilan professional pada
peserta didik.
2. Kerangka Konsep
Berdasarkan pandangan tentang perawatan dan orientsipendidikan perawatan seperti
yang diuraikan di atas, pendidikan perawatan sebagai pendidikan professional disusun
berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yang mencirikannya sebagai pendidikan akademi-
profesional. Isi pendidikan dan sebagai pengalaman belajar yang dikembangkan ditunjukan
untuk berbagai pengalaman belajar yang dikembangkan serta sikap dan kemampuan
professional sesuai yang dituntut oleh profesi keperawatan.

3. Penguasaan ilmu pengetehuan dan teknologi keperawatan


Seluruh rangkaian proses pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan harus
ditata dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik memahami
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam
melaksanakan pelayanan/ asuhan keperawatan sesuai tuntutan profesi keperawatan (standar
professional), dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Harus memungkinkan peserta didik menguasai ”body of knowledge” yang diperlukan
oleh seorang perawat profeional, dan menguasai berbagai metode dan teknik keperawatan
yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.

4. Penyelesaian masalah secara ilmiah


Dalam seluruh rangkaian pengalaman belajar pada pendidikan tinggi keperawatan, secara
bertahap dan terintegrasikan sepenuhnya, ditumbuhkan dan dibina kemampuan untuk
memecahkan masalah secara ilmiah, termasuk penalaran ilmian (scientific reasoning).
Penumbuhan dan penalaran kemampuan ini juaga dikaitkan dengan tercapainya penguasaan
proses keperawatan (nursing process) oleh peserta didik yang merupakan pendekatan dan
penyelesaian masalah keperawatan secara ilmiah, termasuk pengambilan keputusan klinis
(cinical decision).

5. Sikap dan tingkah laku professional


Sikap dan tingkah laku professional yang dituntut dari seorang perawat dalam
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesiannya, harus
ditumbuhkan dan dibina sejak awal proses pendidikan. Penumbuhan dan pembinaan
kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak professional, merupakan suatu proses panjang
dan berlanjut, terlaksana dalam suatu lingkungan yang sarat dengan peran (role model).

6. Belajar aktif dan mandiri


Kemauan dan kemampuan belajar aktif, mandiri,dan mengarahkan belajar sendiri harus
ditumbuh kembangkan sejak awal proses pendidikan, menuju terbinanya sikap dan kemauan
belajar sepanjang hayat. Segala bentuk pengalaman belajar dikembangkan dan dilaksanakan
dengan berorientasi kepada peserta didik (student oriented).
7. Pendidikan berada di masyarakat
Pendidikan atau pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community
based learning) memungkinkan untuk menumbuhkan dam membina sikap dan keterampilan
profeional para peserta didik.

Melalui dua bentuk pengalaman yaitu pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman
belajar lapangan (PBL), ditumbuhkan dan dibina kemamauan pengambilan keputusan klinik
yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran
etik dengan bertolak dari masalah-masalah nyata di bidang keperawatan (nursing problem).
Di samping itu, bentuk-bentuk pengalaman belajar ini yang pada dasarnya merupakan
proses terjadinya sosialisasi/adaptasi professional, peserta didik menjadi lebih mampu dan
peka dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di masyarakat, serta lebih terampil
dalam memanfaatkan berbagai sumber yang ada danprofesional untuk melaksanakan
pelayanan/ asuhan keperawatan kepada masyarakat.

8. Kerangka Kurikulum Pendidikan Sarjana Keperawatan


Dengan bertolak dariorientasi pendidikan keperawatan, kerangka konsep pendidikan dn
sikap serta kemampuan perawat yang dituntut oleh masyarakat dan pembangunan di
masa datang, khususnya pembangunan kesehatan, disusun kerangka kurikulum pendidikan
sarjana keperawatan. Dalam kurikulum pendidikan sarjana keperawatan di masa datang akan
terdapat beberapa sekelompok ilmu yang melandasi pendidikan keperawatan dan kelompok
yang melandasi ilmu yang memungkinkan terjadinya perunahan perilaku peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan/direncanakan.
9. Berbagai Sumber Pendidikan yang Diperlukan
Pelaksanaan pendidikan keperawatan, kususnya program pendidikan sarjana
keperawatan seperti yang diuraikan sepintas di atas, memerlukan berbagai sumber pendidikan
(educational resources) dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Staf akadeami
yang merupakan komponen terpenting dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan
tinggi keperawatan dari berbagai disiplin ilmu harus tersedia dan dikembangkan secara
terarah dan berlanjut.
Kelompok-kelompok ilmuan dari berbagai kelompok atau disiplin ilmu yang mendukung
pelaksanaan pendidikan perawatan professional harus diberi kesempatan dan fasilitas cukup
untuk secara bersama mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperwatan. Melalui
upaya yang demikian ini dapat diharapkan tahap demi tahap terbentuk dan terbina suatu
masyarakat ilmiah keperawatan atau komunitas ilmiah keperawatan yang selanjutnya dapat
menciptakan iklim dan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan berbagai kegiatan
ilmiah dalam bidang keperawatan.
Tersedianya dan dapat dimanfaatkannya berbagai labolatorium, khususnya labolatorium
ilmu-ilmu boimedik dan labolatorium keperawatan dasar merupakan hal yang mutlak
diperhatikan. Pengajaran ilmu-ilmu biomedik dengan penekanan dan pemahaman teori dan
konsep-konsep ilmu biomedik serta penalaran ilmiah perlu dipotong dengan bentuk
pengalamaan belajar praktik (PBP) di labolatorium yang memadai. Demikian pula
labolatorium keperawatan dasar, tempat ditumbuh kembangkannya keterampilan dasar
keperawatan harus ada dan memungkinkan pengalaman belajar praktik dilaksanakan dan
dikembangkan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Berbagai lahan praktik tempat pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar
lapangan (serta berbagai pengalaman belajar lain) dilaksanakan, dibina dan dikembangkan
sedemukian rupa sehingga benar-benar memberi kesempatan pada peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman belajar nyata diperlukan . Lahan praktik yang pada umumnya
terdiri atas lebih dari satu fasilitas pelayanan kesehatan/keperawatan, dekembangkan dalam
satu kesatuan sebagai jaringan lahan praktik.
Untuk menumbuhkan dan membinaa etik professional diperlukan lingkungan belajar
dengan iklim yang mendukung terlaksananya latihan penalaran etik. Cukup banyak kejadian
atau peristiwa yang mengandung masalah etik, dan tersedianya cukup staf professional yang
dapat memberikan bimbingan dan latihan-latihan bagi peserta didik.
Lingkungan yang demikian ini adalah lingkungan belajar klinik dan lingkungan belajar
lapangan, disertai adanya masyarakat profeional (professional Community) yang membina
iklim keprofesian (professional climate), sarat dengan klinis yang dapat dijadikan panutan
atau model peran (role model). Disamping itu perlu adanya kelompok yang secara terus
menerus melakukan pembahasan dan berupaya menyelesaikan masalah etik profesi yang
muncul.

F. JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masayarakat dan pembangunan kesehatan di
masa datang, serta memperhatikan tuntutan pembangunan keperawatan sebagai suatu profesi
yang mendiri, system pendidikan keperawatan (dengan pengertian dalam tatanan system
pendidikan tinggi), dikembangkan dengan jenis dalam berbagai jenjang pendidikan.
1. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pada jenjang pendidikan, diploma III bersifat pendidikan profesi, menghasilkan Ahli
MAdya Keperawatan (A.Md.KEP) sebagai perawat professional pemula. Pendidikan
perawatan pada jenjang diploma dikembangkan terutama untuk menghasilkam
lulusan/perawat yang memiliki sikap menguasai kemampuan keperawatan umum dan dasar.
Pendidikan pada tahap ini lebih menekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam
bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang memadai. Sebagai perawat generalis
ia telah memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan professional dalam keperawatan
sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan umum kepada masyarakat dengan
pedoman pada etika keperawatan.
Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di
masa datang, dengan keadaan dan tingkat perkembangan yang diperkirakan sudah berbeda
dengan yang ada pada saat ini, perlu dipikirkan juga kemungkinan menghasilkan perawat
dengan berbagai jenis keahkian kusus yang diperlukan. Seperti kesehatan ibu-anak, atau
keperawatan kesehatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan kesehatan jiwa dan
keperawatan lansia (genontik).
Untuk menentukan apakah perawat dengan keahlian kusus ini memang dibutuhkan, dan
untuk menentukan keahlian mana yang dibutuhkan, perlu dilakukan penelitian secara
seksama dan mendasar dan secara bersama oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab
terhadap perkembanganpendidikan tinggi keperawatan, pelayanan/asuhan keperawatan.
Dengan demikian, dapat dicegah terjadinya penetapan jenis pendidikan yang tidak
diperlukan, serta dapat merugikan masyarakat dan perkembangan profesi keperawatan.
Selanjutnya dapat dicegah kemungkinan terjadinya benturan fungsi dalam melakanakan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kususnya pelayanan dan asuhan keperawatan.

2. Program Pendidikan Sarjana Keperawatan


Pendidikan tahap ini bersifat pendidikan akademik professional (Pendidikan
Keprofesian), menekan pada penguasaan landasan keilmuan, yaitu ilmu keperawatan dan
ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan serta pembinaan sikap keterampilan professional dalam
keperawatan. Pada jenjang pendidikaan ini, menghasilkan perawat generalis,terdapat dua
tahap program,yaitu tahap program akademik yang pada akhir pendidikan mendapat gelar
Akademik Sarjana Keperawatan (S.Kp.) dan tahap program keprofesian yang pada akhir
pendidikan mendapat sebutan profesi “Ners”(Ns).
Pada jenjang pendidikan ini, orientasi pendidikan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi
serta masyarakat yang bermakna bahwa arah pengembangan dan pembinaan adalah ilmu
pengetahuan dan teknologi serta masyarakat. Kurikulum pendidikan di bangun dalam
keraangka konsep yang kokoh, yaitu :
a. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
b. Memecahkan masalah secara ilmiah
c. Sikap, kemampuan dan tingkah laku professional,
d. Belajar aktif dan mandiri, serta
e. Belajar di masyarakat.

Kelompok ilmu yang terdapat dalam kurikulum pendidikan, mencakup ilmu-ilmu dasar
dan penunjang. Berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di
dalam tatanan yang revelan, khususnya pengalaman belajar praktik (PBP), pengalaman
belajar klinik (PBK),dan pengalaman belajar lapangan (PBL). PBK dan PBL dilaksanakan di
dalam tatanan pelayanan kesehatan, kususnya pelayanan keperawatan nyata yang ada,
sedangkan PBP dilaksanakan di dalam labolatorium keperawatan dengan fasilitas peralatan
labolatorium yang cukup.
Melalui kurikulum pendidikan yang demikian, diharapkan dapat menghasilkan perawat
yang mampu dan mau melaksanakan asuhan keperawatan sesuai yang dituntut oleh profesi
keperawatan,dan menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan pengembangan kesehatan.

3. Program Pendidikan Megister Keperawatan


Dalam menghadapi tekanan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
tuntutan kebutuhan dan permintaan masyarakat yang diperkirakan akan terus
meningkat, pendidikan pascasarjana dalam bidang keperawatan juga dikembangkan. Hal ini
diperlukan agar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan
melalui berbagai bentuk penelitian dapat dilaksanakan, dan selanjutnya dimanfaatkan dalam
upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Program Pendidikan Megister Keperawatan
yang saat ini adalah Program Megister Menajemen Keperawatan.
4. Program Pendidikan Spesialis Bidang Keperawatan
Dalam memenuhi atau menjawab kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di
masa depan, dan bertolak pada pandangan bahwa setiap saat dan tahap pengembangan perlu
diupayakan untuk meningkatkan revelensi dan mutu asuhan keperawatan kepada masyarakat,
maka dikembangkan pendidikan jenjang ini lebih merupakan pendidikan yang memperdalam
pengetahuan dan keterampilan keprofesian.
Sifat memperdalam ilmu pengetahuan keperawatan, walaupun lebih mengutamakan ilmu
keperawatan klinik, namun tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dengan perkembangan
kelompok-kelompok ilmu dasar dan penunjang, termasuk ilmu dasar keperawatan.
Jenis pendidikan pada jenjang pendidikan ini didasarkan pada tuntutan kebutuhan
pelayanan keperawatan, perkembangan ilmu keperawatan klinis. Dalam pengembangan
jenjang pendidikan ini dicegah terjadinya fragmentasi yang berlebih yang dapat merugikan
masayarakat dan pengembangan profesi keperawatan.
Penetapan jenis spesialisasi seyogyanya dilakukan bersama-sama oleh pihak yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan pendidikan tinggi keperawatan, Pelayanan
keperawatan dan kesehatan, serta organisasi profesi keperawatan.
Program pendidikan spesialis bidang keperawatan yang ada saat ini adalah program
pendidikan spesialis maternitas dan ke depan akan dikembangkan program spesialis lain yang
sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai