Pada tahun 1919 rumah sakit ini di pindahkan ke salemba yang sekarang bernama
Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM). Saat ini rscm menjadi rumah sakit pusat
rujukan nasional dan pendidikann nasional. Pada kurun waktu 1816 sampai 1942 berdiri
beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending protestan antara lain rumah
sakit PGI Cikini, rumah sakit St Carolus Salemba, rumah sakit St.Goromeus Bandung dan
rumah sakit Elisabeth semarang.
Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit di atas,didirikan sekolah perawat. RS PGI
Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, RSCM tahun 1912 ikut
menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Itulah sekolah perawat pertama di indonesia
meskipun baru pendidikan okupasional.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang tahun 1942 sampai 1945
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena pekerja perawat
pada masa belanda dan Inggris sudah di kerjakan oleh perawat yang telah di didik, pada masa
jepang tugas perawat di lakukan oleh mereka yang tidak di didik untuk menjadi perawat.
· Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan, karea pada tahun ini
secara hukum pemberadaaan tenaga keperawatan sebaga profesi diakui dalam undang-
undang yaitu yang kenal dengan undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
peraturan pemerintah tahun 1996 tentang tenaga kesehatan sebagai penjabarannya.
· Tahun 1995 dibuka lagi program study ilmu keperawatan di indonesia, yaitu di Universitas
Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah jadi Vakultas
perawatan.
· Tahun 1998 dibuka kembali program S1 keperawatan yang ketiga yaitu program study
ilmu keperawatan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
· Kurikilum Nurs disahkan, digunakannya kurikulum ini merupakan hasil pembaruan
kurikulum S1 keperawatan tahun 1985.
· Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka,yaitu program study ilmu keperawatan (PSI) di
Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang,PSIK di Universitas
Hasanuddin Ujung Pandang, PSIk Universitas Sumatra Utara, PSIK di Universitas
Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud no
129/D/0/1999 dibuka juga sekolah tinggi ilmu keperawatan (STIK) di ST. Karolus Jakarta.
· Pada tahun ini juga (1999) kurikulum D3 keperawatan selesai diperbahaui desiminasikan
serta diberlakukan secara nasional.
· Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang registrasi praktik perawat sebagai
regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam
menjalankan praktik keperawatan secara profesional.
D. PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN DAN PROSES PROFESIONALISASI
System pendidikan tinggi keperawatan yang dikembangkan pada saat ini, ditunjukan
untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa
depan, kususnya terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam kesehatan dimasa depan
dan terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala aspeknya.
Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan berbagai keluaran sesuai
dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset Ilmiah, dan fungsi pengabdian
kepada masyarakat dalam bidang keperawatan.
Pengembangan dan pembinaan pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi
diarahkan untuk dapat menghasilkan berbagai jenis ketenagaan keperawatan professional
dengan berbagai jenjang kemampuan, baik sebagai ilmuan maupun sebagai professional atau
tenaga profesi keperawatan. Untuk menghasilkan tenaga profesi pada saat ini telah
dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu program pendidikan D-III keperawatan,
program pendidikan Ners, program Magister keperawatan dan program Spesialis bidang
keperawatan.
Program pendidikan D-III keperawatan menghasilkan ahli madya keperaawatan sebagai
professional pemula atau tenaga profesi pemula, yang memiliki sikap, tingkah laku, dan
kemampuan melaksanakan praktik keperwatan professional dasar sederhana (Basic
Professional Nursing Practice) Program pendidikan ners (semula program pendidikan sarjana
ilmu keperawatan), menghasilkan lulusan ners yang memiliki sikap dan kemampuan sikap
dan kemampuan professional (Professional competencies) melakukan praktik keperawatan
ilmiah dasar secara mandiri, dan berbagai kegiatan ilmiah keperawatan.
Program pendidikan D-IV perawat pendidik dibangun berdasarkan kebutuhan ketenagaan
keperawatan pendidik yang sangat mendesak, dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pendidikan pada program pendidikan D-III keperawatan, yang pada saat ini pertumbuhannya
terjadi dengan sangat pesat.
Program pasca sarjana bidang ilmu keperawatan, khususnya program magister ilmu
keperawatan, telah dikembangkan 1 program studi yaitu program studi kepemimpinan dan
menejemen keperawatan yang ditumbuhkan di fakultas keperawan Universitas Indonesia.
Secara bertahap dibangun dan dibina kemampuan institusi pendidikan tinggi keperawatan,
kususnya yang melaksanakan program pendidikan ners dan pendidikan lanjut yang nantinya
akan meenjadi fakultas keperawatan, sikap dan kemampuan untuk melakuan berbagai
kegiatan ilmiah keperawatan, kususnya riset ilmiah.
Sehingga dimasa depan dapat diharapkan bahwa system pendidikan tinggi keperawatan
di Indonesia tidak hanya mampu menghasilkan lulusan, akan tetapi juga berbagai hasil riset
ilmiah keperawatan, baik yang bersifat riset dasar maupun riset terapan. Dalam rangka upaya
mengembangkan keperawatan sebagai profesi di Indonesia, kususnya pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan, riset ilmiah keperawatan yang berhubungan dengan aspek
sosio budaya dan spiritual sangat diperlukan agar pengembangannya benar-benar terarah
pada tuntutan kebutuhan dan penerimaan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu sejak awal pengembangan system pendidikan tinggi keperawatan selalu
ditekankan palaksanaan tiga fungsi pokok secara terintegrasi, kususnya perhatian pada
pelaksaan fungsi riset ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperaawatan,
dan bukan semata-mata pelaksanaan fungsi pendidikan.
Dipahami benar bahwa membangun kemampuan melakukan riset ilmiah keperawatan
secara benar dan baik, merupakan upaya berjangka panjang dan memerlukan perhatian kusus
dan bersungguh-sungguh oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan, hal ini hendaknya
disadari benar, dan langkah-langkah pengembangan nyata secara bertahap dilakukan
sehingga pada suatu saat fungsi riset ilmiah di institusi pendidikan tinggi keperawatan dapat
dilakukan dengan baik.
Fungsi pokok ketiga yang perlu juga diperhatikan dan ditangani secara terintegrasi
dengan pelaksanaan fungsi pendidikan dan fungsi riset, adalah fungsi pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan. Berbagai jenis dan bentuk pengabdian kepada
masyarakat, mulai dari pelayanan kepada masyarakat dalam bidang keperawatan hingga
konsultasi dalam bidang keperawatan.
Dalam bidang fungsi ini termasuk juga upaya mencari dan menetapkan model system
pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan kepada masyarakat yang lazimnya
menggunakan pendekatan dan tahapan metodelogi riset ilmiah. Jika fungsi pokok ini dapat
terlaksana, system pendidikan tinggi keperawatan Indonesia telah mampu melaksanakan tiga
fungsi pokoknya secara keseluruhan, yaitu, pendidikan, riset ilmiah dan pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang keperawatan.
Program pendidikan baru dan pusat pendidikan baru dalam pengenmbangan dan
pembinaan system pendidikan tinggi keperawatan dilaksanakan secara terarah, bertahap,
berencana, dan terkendalikn sehingga tidak timbul keguncangan yang dapat merugikan
perkembangan keperawatan sendiri yang selanjutnya dapat memperlambat proses
profesionalisasi keperawatandi Indonesia. Adanya keinginan-keinginan untuk tumbuh lebih
cepat, hendaknya sedikit diredam, dan memperhatikan kemampuan dalam pengadaan dan
pembinaan berbagai sumber daya pendidikan yang diperlukan.
Hal ini sangat perlu diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan keperawatan
berjalan dengan baik, dan tujuan untuk mewujudkan keperawtan sebagai profesi di Indonesia
dapat tercapai dan bermakna bahwa proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia
berlangsung secara baik dan terarah.
Melalui dua bentuk pengalaman yaitu pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman
belajar lapangan (PBL), ditumbuhkan dan dibina kemamauan pengambilan keputusan klinik
yang merupakan penerapan secara terintegrasi kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran
etik dengan bertolak dari masalah-masalah nyata di bidang keperawatan (nursing problem).
Di samping itu, bentuk-bentuk pengalaman belajar ini yang pada dasarnya merupakan
proses terjadinya sosialisasi/adaptasi professional, peserta didik menjadi lebih mampu dan
peka dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang ada di masyarakat, serta lebih terampil
dalam memanfaatkan berbagai sumber yang ada danprofesional untuk melaksanakan
pelayanan/ asuhan keperawatan kepada masyarakat.
Kelompok ilmu yang terdapat dalam kurikulum pendidikan, mencakup ilmu-ilmu dasar
dan penunjang. Berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di
dalam tatanan yang revelan, khususnya pengalaman belajar praktik (PBP), pengalaman
belajar klinik (PBK),dan pengalaman belajar lapangan (PBL). PBK dan PBL dilaksanakan di
dalam tatanan pelayanan kesehatan, kususnya pelayanan keperawatan nyata yang ada,
sedangkan PBP dilaksanakan di dalam labolatorium keperawatan dengan fasilitas peralatan
labolatorium yang cukup.
Melalui kurikulum pendidikan yang demikian, diharapkan dapat menghasilkan perawat
yang mampu dan mau melaksanakan asuhan keperawatan sesuai yang dituntut oleh profesi
keperawatan,dan menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan pengembangan kesehatan.