Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

NAPZA

A. Definisi
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) adalah bahan
atau zat atau obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependdensi)
terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan
kesehatan yang menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut
kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat
psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak sehingga menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran. Ada kata lain yang sering berhubungan dengan
NAPZA, yaitu NARKOBA, yang merupakan singkatan dari Narkotika dan
Obat/Berbahaya. Istilah ini sangat populer dimasyarakat termasuk media massa
dan aparat penegak hukum yang sebenarnya mempunyai makna yang sama dengan
NAPZA. Ada juga yang menggunakan istilah “Madat” untuk NAPZA, namun istilah
ini tidak disarankan karena istilah tersebut hanya berkaitan dengan penggunaan
jenis narkotika turunan opium saja.
B. Klasifikasi Napza
1. Heroin
Heroin berupa serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid yang dapat
menekan rasa nyeri dan memiliki sifat depresan (menekan) sistem saraf
pusat.
2. Kokain
Kokain diolah dari pohon Coca yang mempunyai sifat halusinogenik.
3. Putauw
Putauw merupakan salah satu golongan heroin yang berbentuk bubuk.
4. Ganja
Ganja berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbiol yang berasal dari daun
Cannabis yang dikeringkan. Ganja dikonsumsi dengan cara dihisap seperti
rokok tetapi ganja dihisap melalui hidung.
5. Shabu-shabu
Shabu-shabu merupakan kristal yang berisi methamphetamine, yang
dikonsumsi dengan menggunakan alat khusus yang disebut dengan Bong yang
kemudian dibakar.
6. Ekstasi
Ekstasi merupakan suatu zat dengan komponen kimiawi methylendioxy
methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, yang mampu
meningkatkan ketahanan seseorang yang biasa disalahgunakan untuk
aktivitas seksual dan aktivitas hiburan di malam hari.
7. Diazepam, Nipam, Megadon
Merupakan jenis obat-obatan yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat
menimbulkan efek halusinogenik.
8. Alkohol
Alkohol merupakan minuman yang berisi produk fermentasi yang
menghasilkan etanol dengan kadar diatas 40% yang mampu menyebabkan depresi
susunan saraf pusat. Penggunaan alkohol dalam dosis tinggi dapat memicu
sirosis hepatik, hepatitis alkoholik maupun gangguan sistem persarafan.
C. Golongan Napza
Berdasarkan Undang-Undang RI, NAPZA terbagi menjadi beberapa golongan
yang dibagi menjadi :
1. Narkotika (menurut UU RI nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasanyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagai berikut :
a) Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh : heroin, putauw, kokain,
ganja.
b) Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan. Digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
menimbulkan ketergantungan. Contoh : morfin,petidine.
c) Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
kodein.
2. Psikotropika (menurut UU RI no.5 tahun 1997 tentang psikotropika)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai
berikut :
a) Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan. Contoh :
ekstasi, shabu-shabu, Lysergic Acid Dyethylamide (LSD).
b) Psikotropika Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin,
metilfenidat atauritalin).
c) Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi obat-obatan dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang untuk menimbulkan sindroma
ketergantungan. Contoh : pentobarbital, flunitrazepam.
d) Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan sindroma
ketergantungan. Contoh : diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam (seperti pil BK, pil Koplo,
rohip, dum, MG).
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
4. Zat Psikoaktif
Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif
terutama pada otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku,
emosi, kognitif, persepsi dan kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif,
yaitu :
a) Psikoaktif Bersifat Adiksi
1) Golongan Opioida : morfin, heroin (putauw), candu, kodein, petidine.
2) Golongan Cannabis : ganja (mariyuana), minyak hassish.
3) Golongan Kokain : serbuk kokain dan daun koka.
4) Golongan Alkohol : semua minuman yang mengandung ethyl alcohol
sepertibrandy, bir, wine, cognac, brem, tuak, anggur orangtua (AO),
dan sebagainya.
5) Golongan Sedatif Hipnotik : BK, rohypnol, magadon, dumolid,
nipam, madrax.
6) Golongan Methylene Dioxy Ampethamine (MDA) : amphetamine
benzedrine, dexedrine.
7) Golongan Methylene Dioxy Meth Ampetahamine (MDMA) : ekstasi.
8) Golongan Halusinogen : LSD, meskaloin, mushroom, kecubung.
9) Golongan Solven dan inhalansia : aica aibon (glue), aceton, thiner,
N2O.
10) Nikotin : tembakau.
11) Kafein : kopi dan teh.
12) Golongan lainnya.
b) Psikoaktif Bersifat Non Adiksi
1) Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa psikotik, obat anti
depresi.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
a. Golongan Depressan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis inimembuat pemakainya merasa tenang, pendiam dan bahkan
membuatnya tertidur dantidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
opioida (morfin, heroin/putauw, kodein),sedatif (penenang), hipnotik (obat
tidur), tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
b. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah amphetamine (shabu-shabu, ekstasi), kafein, kokain. Golongan
Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi
yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda, sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
D. Faktor Penyebab Penyalah Gunaan Napza
a) Faktor Individual
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai pada saat remaja, sebab
masa remaja merupakan masa transisi dimana seseorang mengalami
perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat.
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan, baik
sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun lingkungan sosial atau
masyarakat.
c) Lingkungan Keluarga
Terdiri dari berbagai kondisi seperti komunikasi antar anggota keluarga
yang kurang baik, hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis,
kurangnya sosok di keluarga yang menjadi teladan dalam hidupnya,
kurangnya kehidupan beragama, kegiatan masing-masing anggota keluarga
yang terlampau sibuk dan kurangnya perhatian antar sesama anggota
keluarga.
d) Lingkungan Sekitar
Faktor lingkungan sekitar yaitu keluarga / sekolah / tempat kerja yang
kurang disiplin, tempat tinggal / sekolah / tempat kerja yang terletak dekat
dengan tempat hiburan, keluarga / sekolah / tempat kerja yang kurang
memberi kesempatan pada masing-masing individu untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif, danadanya anggota keluarga / teman
sekolah / teman sebaya / teman kerjanya yang juga pengguna NAPZA.
e) Lingkungan Pergaulan
Berteman dengan penyalahguna atau adanya tekanan atau ancaman dari
orang lain.
f) Lingkungan Masyarakat / Sosial : lemahnya penegak hukum, situasi
politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
E. Tanda dan Gejala Penyalahgunaan Zat Napza
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak pada para
pengguna NAPZA, dilihat dari :
1. Ciri-ciri Umum
a. Terjadi perubahan perilaku yang signifikan

b. Sulit diajak bicara

c. Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga

d. Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan

e. Mudah tersinggung

f. Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari


2. Perubahan Fisik dan Lingkungan
a. Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk

b. Mata merah dan berair

c. Hidung berair atau seperti pilek

d. Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari

e. Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci

f. Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal

g. Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api di


kamar atau di dalam tas

h. Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh

i. Sering kehilangan uang atau barang di rumah


j. Mengabaikan kebersihan diri
3. Perubahan Perilaku Sosial
a. Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang lain

b. Berbohong atau memanipulasi keadaan

c. Kurang disiplin

d. Bengong atau linglung

e. Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor

f. Mengabaikan kegiatan ibadah

g. Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga

h. Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau


tempat-tempat tertutup
4. Perubahan Psikologis
a. Mudah tersinggung

b. Sering terjadi perubahan mood yang mendadak

c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari

d. Sulit berkonsentrasi

e. Tidak memiliki tanggung jawab

f. Emosi tidak terkendali

g. Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada

h. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan


i. Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
F. Dampak Dari Penyalahgunaan Zat Napza
NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya :
a. Komplikasi Medik, biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak dan cukup
lama. Pengaruhnya pada :
1. Otak dan susunan saraf pusat :
a) gangguan daya ingat
b) gangguan perhatian / konsentrasi
c) gangguan bertindak rasional
d) gagguan perserpsi sehingga menimbulkan halusinasi
e) gangguan motivasi, sehingga malas sekolah atau bekerja
f) gangguan pengendalian diri, sehingga sulit membedakan baik / buruk.
2. Pada saluran napas dapat terjadi radang paru (Bronchopnemonia),
pembengkakan paru (Oedema Paru).
3. Pada jantung dapat terjadi peradangan otot jantung serta penyempitan
pembuluh darah jantung.
4. Pada hati dapat terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum
suntik dan hubungan seksual.
5. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV/AIDS. Para pengguna NAPZA
dikenal dengan perilaku seks resiko tinggi, mereka mau melakukan
hubungan seksual demi mendapatkan uang untuk membeli zat. Penyakit
Menular Seksual yang terjadi adalah : kencing nanah (GO), raja singa
(Siphilis) dll. Dan juga pengguna NAPZA yang mengunakan jarum suntik
secara bersama-sama membuat angka penularan HIV/AIDS semakin
meningkat. Penyakit HIV/AIDS menular melalui jarum suntik dan
hubungan seksual, selain itu juga dapat melalui tranfusi darah dan
penularan dari ibu ke janin.
6. Pada sistem Reproduksi sering mengakibatkan kemandulan.
7. Pada kulit sering terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang
menggunakan jarum suntik, sehingga mereka sering menggunakan baju
lengan panjang.
8. Komplikasi pada kehamilan :
a) Ibu : anemia, infeksi vagina, hepatitis, AIDS.
b) Kandungan : abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati.
c) Janin : pertumbuhan terhambat, premature, berat bayi rendah.
b. Dampak Sosial :
1. Di Lingkungan Keluarga :
a) Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu, sering terjadi
pertengkaran, mudah tersinggung.
b) Orang tua resah karena barang berharga sering hilang.
c) Perilaku menyimpang / asosial anak ( berbohong, mencuri, tidak tertib,
hidup bebas) dan menjadi aib keluarga.
d) Putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau
pekerjaan, sehingga merusak kehidupan keluarga, kesulitan keuangan.
e) Orang tua menjadi putus asa karena pengeluaran uang meningkat untuk
biaya pengobatan dan rehabilitasi.
2. Di Lingkungan Sekolah :
a) Merusak disiplin dan motivasi belajar.
b) Meningkatnya tindak kenakalan, membolos, tawuran pelajar.
c) Mempengaruhi peningkatan penyalahguanaan diantara sesama teman
sebaya.
3. Di Lingkungan Masyarakat :
a) Tercipta pasar gelap antara pengedar dan bandar yang mencari pengguna /
mangsanya.
b) Pengedar atau bandar menggunakan perantara remaja atau siswa yang telah
menjadi ketergantungan.
c) Meningkatnya kejahatan di masyarakat : perampokan, pencurian,
pembunuhan sehingga masyarkat menjadi resah.
d) Meningkatnya kecelakaan.
G. 5 Tahap penyalahgunaan Napza

1. Tahap Eksperimen (tahap mencoba-coba), dengan pengertian pernah sekali


atau beberapa kali mencoba memakai narkoba dalam waktu relatif singkat
untuk kemudian berhenti. Biasanya motif pada tahap ini adalah rasa
keingintahuan yang tinggi dan ingin mendapatkan pengalaman yang luar
biasa seperti yang diceritakan oleh teman-temannya. Mitosnya adalah
mengkonsumsi narkoba berarti merasakan kenikmatan yang luar biasa. Di
sini peran teman pergaulan sangat penting dalam mempengaruhi pola
perilaku anak. Seorang anak akan dipengaruhi oleh temannya yang biasa
menggunakannya dengan segala cara dan bila perlu diberikan zat tersebut
secara gratis pada awalnya (pada tahap coba-coba ini), baru setelah itu ada
imbalannya, karena sang anak sudah terlanjur ketagihan.

2. Tahap rekreasi (tahap rekreasi sosial), pemakaian lebih sering dan


menggunakan satu atau beberapa macam obat secara sendirian atau bersama-
sama dalam satu kelompok, yang waktunya disepakati terlebih dahulu secara
bersama-sama. Di tahap ini mulai tumbuh rasa setia kawan dan teman
sependeritaan sesama pengguna narkoba.

3. Tahap situasional (pada situasi dan keadaan tertentu), biasanya pemakaian


dalam situasi tertentu, biasanya dalam keadaan stres yang meningkat seperti
menghadapi ujian, kecewa karena gagal ujian, untuk menghilangkan rasa
kantuk, untuk meningkatkan prestasi sekolah dan olahraga, menghilangkan
rasa malu dan ragu-ragu. Namun di sini telah terjadi pola perilaku
pengulangan bila berhadapan dengan kondisi tersebut. Risiko untuk
ketagihan lebih mungkin terjadi pada tahap situasional ini.

4. Tahap abuse (tahap penyalahgunaan), biasanya pemakaian sudah dalam


jangka waktu yang lama, motif utamanya biasanya untuk mengurangi
perasaan tidak enak terutama cemas, kekecewaan, kesedihan dan
kemurungan. Stresor yang dialami oleh pengguna biasanya sudah
berlangsung lama dan kemungkinan sudah terdapat adanya komorbiditas
(diagnosis ganda) seperti depresi dsb.

5. Tahap adiksi (tahap ketagihan), penderita sudah sulit untuk menghentikan


pemakaian narkoba karena sudah terjadi adiksi yang berlangsung lama.
Ketergantungannya baik berupa fisik maupun psikis, dan terdapat okupasi
untuk mendapatkan obat dalam jumlah yang cukup untuk mengurangi gejala
tidak enak (sakau) yang dialaminya apabila pemakaian obat dihentikan.

H. Penanganan Masalah Napza


Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan merubah gaya hidup
dan sikap pada seorang pecandu secara mendasar, yaitu pola pikir dan perilaku
adiktif yang menyebabkannya kecanduan narkoba (martono 2006).
1. Pengobatan
Terapi pengobatan yang dilakukan untuk pasien NAPZA misal dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau
menghentikan gejala putus zat dengan dua cara:
a. Detoksifikasi tanpa substitusi
Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti
sendiri. Klien yang ketergantungan tidak diberikan obat untuk
menghilangkan gejala putus obat tersebut.
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat
tersebut.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar
pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan
pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana
rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan (Depkes, 2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani
program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu
dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2
(dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program
berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003).
Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan
selama 1 minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan
pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit
rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6
bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter
sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa
sampai 2 tahun.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani
detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan
NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi
(DepKes, 2001).
3. Jenis program rehabilitasi:
a) Rehabilitasi psikososial
Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali
ke masyarakat (reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi
dengan pengetahuan dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus
atau balai latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian
diharapkan bila klien selesai menjalani program rehabilitasi dapat
melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja.
b) Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang
semua berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata
lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil yang membimbing
dan mengasuhnya. Meskipun sudah menjalani terapi detoksifikasi,
seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, keinginan untuk
menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering muncul, juga
keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur
(insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketika melakukan
konsultasi dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih
dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan
tidak bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan
ketergantungan. Dalam rehabilitasi kejiwaan ini yang penting adalah
psikoterapi baik secara individual maupun secara kelompok. Yang
termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga
yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga
brokenhome. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan jka
konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-
aspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan NAPZA.
c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal
dalam satu tempat. Dipimpin oleh seorang mantan pemakai yang
dinyatakan memenuhi syarat sebagai konselor, setelah mengikuti
pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja.
Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara
efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi
keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah
relaps. Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi.
Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak
membahayakan orang lain.
d) Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu
detoksifikasi tidaklah cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing.
Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini
dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang
sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali
dalam penyalahgunaan NAPZA.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E., et all. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3.
Jakarta: EGC
Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat
2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002:40.
Keliat, Budi A., dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate
Course). Jakarta: EGC
Martono lydia harlina, dkk. 2006. Pemulihan pecandu narkoba berbasis masyarakat.
Jakarta: Balai Pustaka.
Saddock, Benjamin J. dan Virginia A. Saddock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai