Anda di halaman 1dari 5

JUDUL

…………

Abstrak

…...................

PENDAHULUAN

Desa Pandanrejo merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah


Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa Pandanrejo memiliki total
luas wilayah ± 367.39 ha yang terbagi menjadi lima dusun, yakni Dusun Pandansari,
Dusun Jemunang, Dusun Ngingrim, Dusun Puthukrejo, Dusun Ngragi. Jumlah
penduduk Desa Pandanrejo adalah 4.783 jiwa, dengan rincian 2.452 laki-laki dan
2.331 perempuan. Jumlah penduduk demikian ini tergabung dalam 1.462 KK.
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tersebut, sudah terlihat
bahwa kemungkinan sampah yang dihasilkan setiap penduduk ataupun setiap
keluarga sangatlah banyak. Sampah yang dihasilkan dapat berupa sampah organik
maupun anorganik. Hal tersebut apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan
pencermaran lingkungan yang sangat akut, ditambah lagi sampah anorganik seperti
plastik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroba. Padahal apabila sampah tersebut
dikelola dengan baik akan membawa dampak positif bagi lingkungan dan
masyarakat.
Edukasi masyarakat mengenai permasalahan lingkungan yang bersifat
kompleks akibat timbulan sampah diperlukan untuk membentuk kesadaran
masyarakat. Faktor penyebab kepedulian lingkungan didasari cara berpikir dan
perilaku manusia. Partisipasi aktif masyarakat menjadi hal yang penting untuk
diidentifikasikan dalam aksi pengelolaan sampah. Upaya menjaga kelestarian
lingkungan harus bermula dari diri individu dengan memulai dengan melakukan hal-
hal kecil. Perubahan yang dilakukan kemudian dapat ’ditularkan’ menjadi kebiasaan
dalam keluarga ataupun masyarakat, sehingga terjadi perubahan besar.
Sesuai Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
kini perlu perubahan cara pandang masyarakat mengenai sampah dan cara
memperlakukan atau mengelola sampah. Cara pandang masyarakat pada sampah
seharusnya tidak lagi memandang sampah sebagai hasil buangan yang tidak berguna.
Sampah seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai guna dan
manfaat. Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, maka praktek mengolah dan memanfaatkan sampah harus menjadi langkah
nyata dalam mengelola sampah. Masyarakat harus meninggalkan cara lama yang
hanya membuang sampah dengan mendidik dan membiasakan masyarakat memilah,
memilih, dan menghargai sampah sekaligus mengembangkan ekonomi kerakyatan
melalui pengembangan bank sampah. Hal ini khususnya dalam pengelolaan sampah
rumah tangga berbasis komunitas dikarenakan sumber sampah domestik perlu
dikelola secara mandiri (Riswan dkk, 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka tujuan penulisan artikel ini adalah pengelolaan bank sampah untuk
memberdayakan masyarakat Desa Pandanrejo menjadi masyarakat yang berdaya
ekonomi tinggi dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
PEMBAHASAN
Bank Sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan
sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah
akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul
sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan yang
dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.
Jadi di Desa Pandanrejo diharapkan seluruh masyarakat (tiap kepala keluarga) turut
aktif menjadi penyetor sampah untuk mendukung adalah pengelolaan bank sampah.
Berdasarkan keterangan karang taruna desa setempat, masyarakatnya belum memiliki
kesadaran untuk menyetorkan sampahnya karena sebagian besar masih dibuang
begitu saja. Oleh karena itu dibutuhkan dorongan atau sosialisasi yang lebih
mengenai pengelolaan sampah.
Selama ini, yang dilakukan masyarakat Desa Pandanrejo umumnya adalah
hanya membuang sampahnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Pada TPA
tersebut sampahnya hanya dibiarkan menumpuk tanpa diolah. Padahal, berdasarkan
UU No.18 Tahun 2008 dan PP No.81 Tahun 2012 menyatakan bahwa perlunya
perubahan dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul, angkut, buang
menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan
sampah. Kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan masyarakat,
baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan
timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya
cerdas, efisien dan terprogram.
Bank sampah di Desa Pandanrejo berdiri karena adanya keprihatinan
masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan
sampah organik dan anorganik. Akan tetapi kendala yang dialami oleh Desa
Pandanrejo dalam mengelola bank sampah tersebut yakni belum adanya sistem yang
baik dalam pengelolaan bank sampah, baik dari segi kepengurusan dan sarana
prasarana dalam mengangkut sampahnya. Kendala tersebut harus diselesaikan
bersama dengan dukungan dari pemerintah desa setempat, ibu-ibu pkk, karang taruna,
kader lingkungan, dan masyarakat biasa.
Pemerintah desa harus memberikan dukungan penuh kepada program
pengelolaan bank sampah dengan memberikan bantuan baik moril maupun materi
untuk memenuhi sarana prasarana ban sampah. Selain itu tim penggerak PKK juga
harus aktif memberikan dukungan dengan memberikan pengarahan dan pelatihan
terhadap masyarakat terkait pengelolaan sampah, agar sampah yang dihasilkan dapat
mempunyai nilai manfaat dan ekonomis. Selain itu anggota karang taruna dan kader
lingkungan juga harus turut aktif dalam pengelolaan sampah yakni menjadi aktor
langsung dan memberikan pendampingan terhadap jalannya pengelolaan sampah di
masyarakat. Selain pengurus inti, dalam kegiatan pengelolaan bank sampah juga
diperlukan upaya untuk memantau perkembangan harga sampah di pasaran juga
harus terus dilakukan. Hal ini sangat mendasar untuk keberlanjutan bank sampah,
sehingga koordinasi dan kerja sama dengan para pengepul juga baik.
Kehadiran bank sampah sendiri bertujuan mengajarkan masyarakat untuk
memilah sampah, menumbuhkan kesadaran masyarakat mengolah sampah secara
bijak agar dapat mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. Pembentukan bank
sampah yang diintegrasikan dengan edukasi mengenai prinsip 3R menjadi
pengetahuan dasar bagi masyarakat untuk mengelola sampah sejak dari sumbernya,
yaitu sampah rumah tangga. Pemberdayaan masyarakat Desa Pandanrejo perlu
ditingkatkan dalam hal untuk membentuk pengetahuan dan keterampilan sehingga
mampu memilah dan mengolah sampah organik maupun non organik. Manfaat dari
kemampuan masyarakat mengelola sampah dengan menerapkan prinsip 3R dan
menabung ke bank sampah telah memberikan manfaat langsung, baik secara ekonomi
yakni masyarakat yang menyerahkan sampah akan memperoleh tambahan
penghasilan untuk kemandirian ekonomi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Keuangan bank sampah juga dapat diputar dan dikembangkan
untuk keperluan lain. Selain manfaat dari segi ekonomi, dengan adanya bank sampah
yang baik juga akan mewujdkan kesehatan lingkungan, dengan kondisi komunitas
yang bersih, hijau, nyaman, dan sehat.

KESIMPULAN
Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir memerlukan pengelolaan bank sampah
yang baik. Adanya pengelolaan bank sampah yang baik dapat mendorong
terbentuknya kemandirian dan memberdayakan warga dengan kesadaran,
pengetahuan, dan kemampuan mengelola sampah. Diharapkan dengan kehadiran
bank sampah tersebut membawa dampak positif baik dari peningkatan segi ekonomi
dan kesehatan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Reduce, Reuse dan Recycle
Peraturan Pemerintah Nomor 81. 2012. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Rumah Tangga Sejenis
Riswan, Sunoko, H.R., dan Hadiyarto, A. 2011. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(1):31-38.
Undang-Undang Nomor 18. 2008. Pengelolaan Sampah

Anda mungkin juga menyukai