Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Laktasi
2.1.1.1 Pengertian
Menyusui atau laktasi adalah suatu proses dimana

seorang bayi menerima air susu dari payudara ibu (Sumastri,

2012). Menyusui yang dikategorikan ASI eksklusif adalah

gerakan menghisap dan menelan dari mulut sang bayi

langsung ke puting susu ibu (Sitepoe, 2013). Pada bayi baru

lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata 10-12 kali menyusu

tiap 24 jam. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara

sekitar 5 -7 menit, sedangkan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam (Astuti, 2014).


2.1.1.2 Fisiologi Laktasi
a. Hormon yang Berpengaruh dalam Produksi ASI
Hormon yang berpengaruh dalam penghasilan ASI

adalah hormone prolaktin, yang disekresi oleh kelenjar

hipofisis anterior yang di stimuli oleh PRH (Prolactin

Releasing Hormon) di hipothalamus. Prolaktin

bertanggung jawab atas produksi ASI. Rangsangan

produksi prolaktin bergantung pada pengosongan ASI

dari payudara. Makin banyak ASI yang dikeluarkan atau

dikosongkan dari payudara, makin banyak ASI yang

dibuat. Proses pengosongan payudara sampai

8
pembuatan ASI disebut reflek prolaktin (Sheerwood,

2009).
b. Reflek aliran atau Let Down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan

menghasilkan rangsangan saraf yang dilanjutkan ke

dalam kelenjar hipofisis posterior (Astuti, 2014).

Akibatnya, hipofisis posterior menghasilkan oksitosin

yang akan menyebabkan sel-sel myoepithelial di sekitar

alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu

masuk ke pembuluh laktifer sehingga lebih banyak air

susu yang mengalir keluar. Keadaan ini disebut reflek

oksitosin atau let down reflex. Namun reflek ini dapat

dihambat oleh faktor emosi atau psikologis dari ibu

(Sheerwood, 2009).

2.1.2 ASI
2.1.2.1 Pengertian
Air susu ibu ( ASI) adalah cairan kehidupan terbaik

yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai

zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai

dengan kebutuhannya (Marmi, 2012).


ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi

dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak

9
di harapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu

formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian

ASI ekslusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan

seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim, dan

sebagainya (Sidi, 2011).


ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6

bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk,

madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan

padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi

tim, kecuali vitamin mineral dan obat (Prasetyono, 2012).


2.1.2.2 Kandungan ASI
a. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang

dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk

kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru

lahir yang belum mampu menerima makanan dalam

volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi

kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum

mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi.

Tetapi sayang, karena kekurangtahuan atau karena

kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru

melahirkan tidak memberikan kolostrumnya kepada

bayinya. Di berbagai daerah air susu pertama

(kolostrum) sengaja diperah dengan tangan dan

dibuang. Mereka percaya dan berpendapat bahwa

10
kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan

anak. Ada anggapan bahwa pemberian kolostrum perlu

dihindarkan karena mereka percaya keluarnya air susu

yang sebenarnya hanya mulai pada hari ketiga.

Kepercayaan itu perlu diluruskan, karena kekurangan

vitamin A banyak sekali diderita oleh para bayi dan

anak-anak prasekolah. Kolostrum seharusnya tidak

dibuang sia-sia, akan tetapi diberikan kepada bayi.


b. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein ( protein yang sulit

dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna).

Sedangkan pada susu sapi kebalikannya. Untuk itu

pemberian ASI eksklusif wajib diberikan sampai bayi

berumur 6 bulan.
c. Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan

merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi.

Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk

emulsi. Bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak

menderita penyakit jantung koroner di usia muda.


d. Laktosa
Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya

sebagai sumber energi, meningkatkan absorbsi kalsium

dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.


e. Vitamin A
Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl.
f. Zat besi

11
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,05-0,1

mg/liter), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat

besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI

yang lebih mudah diserap.


g. Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai

neurotransmitter, berperan penting dalam maturasi otak

bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari kelompok

molekul yang dikenal sebagai omega fatty acids. DHA

(docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok bangunan

utama di otak sebagai pusat kecerdasan dan di jala mata.

Akumulasi DHA di otak lebih dari dua tahun pertama

kehidupan. ARA ( arachidinic acid) yang ditemukan di

seluruh tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA

untuk mendukung visual dan perkembangan mental

bayi.
h. Lactobacillus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme

seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare

pada bayi.
i. Lisozim
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi

insidens caries dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah

yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol

dan dot). Enzim pencernaan yang kuat yang ditemukan

dalam air susu ibu pada tingkat 50 kali lebih tinggi dari

12
pada dalam rumus. Lysozyme menghancurkan bakteri

berbahaya dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan

rumit bakteri yang menghuni usus yang sistem

(Atikah dan Eni, 2010).

2.1.2.3 Produksi ASI


Produksi ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita

melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi

oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung.

Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan

payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat

kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara

mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan

diferensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada

saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen

plasenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI. (Atikah dan

Eni, 2010)
2.1.2.4 Proses Terjadinya Pengeluaran ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau

dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting payudara ibu.

Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary

anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormon

utama yang mengendalikan pengeluaran air susu. Proses

pengeluaran air susu juga tergantung pada let down reflex,

dimana isapan puting dapat merangsang serabut otot halus di

13
dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat

mengalir secara lancar. Keluarnya air susu terjadi sekitar hari

ketiga setelah bayi lahir, kemudian terjadi peningkatan aliran

susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-

kadang agak tertunda sampai beberapa hari. Larangan bagi

bayi untuk mengisap puting ibu akan banyak menghambat

keluarnya air susu, sementara menyusui bayi menurut

permintaan bayi secara naluri akan memberikan hasil yang

baik. (Proverawati, Rahmawati, 2010).


2.1.2.5 Cara Mengeluarkan ASI
Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu

mengeluarkan ASI dengan tangan dan mengeluarkan ASI

dengan alat.
a. Cara memrah ASI dengan tangan
1) Posisi nyaman (duduk/berdiri) memegang wadah

dekat payudara
2) Letakkan ibu jari di tepi atas areola (posisi jam 12),

jari telunjuk di tepi bawah areola (posisi jam 6) jari-

jari lain menompang payudara


3) Tekan ibu jari dan telunjuk kearah dalam menuju

dinding rongga dada (menekan) dengan gerakan

kedepan, pijat areola kearah depan (menggulung)


4) Menekan dan menggulung, menekan dan

menggulung secara berkesinambungan (Booklet

Pesan Utama)

a. Mengeluarkan ASI dengan pompa


Ada 2 macam bentuk pompa

14
1) Pompa manual atau tangan
Ada beberapa tipe pompa manual antara lain:
a) Tipe silindris
Pompa ini efektif dan mudah di pakai.

Kekuatan tekanan isapan mudah dikontrol, baik

kedua silindris maupun gerakan memompa

berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik

yang tempat penampungan ASI di bagian

bawah silinder.
b) Tipe silindris bersudut
Dengan gerakan piston yang ditarik kebawah

akan lebih mudah mengontrol kekuatan

tekanan isapan. ASI akan ditampung di botol

yang ditempelkan di pompa.


c) Tipe kerucut atau plastik dan bola karet/tipe

terompat (Squeeze and Bulb atau Horn).


Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena

dapat menyakitkan dan dapat menyebabkan

kerusakan puting susu serta jaringan payudara

dan kekuatan tekanan isapan sukar diatur.


2) Pompa elektrik
Beberapa macam pompa listrik sudah ada di

beberapa kota besar. Karena umumnya harganya

sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di

rumah sakit besar. (Ambarwati dan Wulandari,

2009)
2.1.2.6 Volume ASI

15
Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama

bayi lahir biasanya banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650

ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak 600 ml susu per hari.

Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya

selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu

tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah

enam bulan volume pengeluaran susu menjadi menurun, sejak

saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja

dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan

produksi ASI telah normal, volume susu yang terbanyak yang

dapat diperoleh adalah lima menit pertama. Penyedotan atau

pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung sampai 15-25

menit.
Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana

mengenai berapa jumlah air susu ibu yang diperlukan oleh

bayi adalah bayi normal memerlukan 660 ml ASI per

kilogram berat badan per hari. Dengan demikian, bayi dengan

berat 4 kg memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per

hari untuk bayi dengan berat 5 kg. Ibu-ibu harus disarankan

untuk mengkonsumsi makanan yang baik, bila

memungkinkan ibu mengkonsumsi makanan yang paling

bergizi yang dapat diadakan oleh keluaraga. Jumlah energi

untuk keperluan menyusui per hari adalah 500-600 kkal atau

16
kira-kira 1/3 sampai 1/4 lebih banyak dari yang dikonsumsi

ibu secara normal (Atikah dan Eni, 2010).


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-

kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila

tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir

akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dan jumlah

akan terus bertambah sehingga mencapai 400-450 ml

pada waktu mencapai usia minggu kedua. Dalam keadaan

produksi ASI telah normal volume susu terbanyak yang

dapat diperoleh adalah 5 menit pertama pengisapan

oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit

(Hubertin, 2004).
2.1.2.7 Jenis-Jenis ASI
Jenis Air Susu Ibu yang dikeluarkan oleh ibu memiliki 3

stadium, yaitu menurut stadium laktasi adalah air susu

kolostrum, air susu transisi dan air susu matur, mengenai

stadium laktasi akan dijelaskan dibawah ini (Nugroho, 2011)


a. Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang kental berwarna

kuning yang dihasilkan sejak hari pertama

sampaindengan hari ke-7 hingga hari ke-10 setelah ibu

melahirkan. Warna kuning yang dihasilkan berasal dari

beta karoten . komposisi zat gizi pada kolostrum

berubah dari hari kehari. Bila ipanaskan kolostrum akan

menggumpal, sedangkan ASI matur tidak. Keasaman

17
kolostrum lebih alkalis atau basa dibandingkan dengan

ASI matur. Volumr kolostrum berkisar antara 2-20 ml

dalam 3 hari pertama setelah melahirkan. Rata-rata

energi yang dapat diperoleh dari 100 ml kolostrum

adalah 67 kalori. Kadar kolosrtum lebih rendah jika

dibandingkan dengan ASI matur, namun kadar natrium,

kalium dan kalorinya lebih tinggi. Total kandungan

protein pada kolostrum lebih tinggi dari lemak dan

lakstosa, dengan protein utama yaitu globulin (gamma

globulin).
b. ASI Transisi atau Peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI

matur, ASI transisi diproduksi pada hari ke-7 atau hari

ke 10 sampai 2 minggu pasca melahirkan. Kandungan

vitaminnya lebih rendah dari kolostrum. Kadar protein

makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak

semakin tinggi sedangkan volume akan semakin

meningkat.
c. ASI matur
ASImatur merupakan kadungan terbesar ASI yang

diekresi pada minggu ke-2 minggu setelah melahirkan

dan seterusnya. ASI matur menghasilkan energi sekitar

75 Kal/100 ml. Komposisisnya relatif konstan (ada pula

yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan

baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5) dan

18
seluruhnya larut air. ASI matur berwarna putih

kakuningan dikarenakan adanya garam Ca-casienat,

riboflamin, dan karoten. ASI matur tidakn menggumpal

jika dipanaskan. Di dalamnya terdapat faktor

antimikrobial yaitu antibodi, bakteri dan virus, enzim

(lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase,

amilase, fosfodiesterase, alaklinfosfatase), protein,

resistance matur memiliki sifat biokimia yang khas,

yaitu kapasitas buffer yang rendah, adanya faktor

bifidus dan hormon. Laktobasilus bifidus merupakan

koloni kuman yang memetabolisir laktos menjadi asam

laktat yang menyebabkan rendahnya PH sehingga

pertumbuhan bakteri patogen akan terhambat. Faktor

lekost dan PH ASI mempunyai pengaruh mencegah

pertumbuhan bakteri patogen. (Sandra, Ahmad, khaula,

2016)
2.1.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
a. Faktor Fisik Ibu
1) Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui

sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.

Apabila makanan y ang ibu makan cukup akan

gizi dan pola makan yang teratur, maka

produksi ASI akan berjalan dengan lancar.


2) Penggunaan alat kontrasepsi

19
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu

menyusui, perlu diperhatikan agar tidak

mengurangi produksi ASI. Contoh alat

kontrasepsi yang bisa digunakan adalah

kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun

suntik hormonal 3 bulanan.


3) Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang

payudara mempengaruhi hipofise untuk

mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

Telah disebutkan di atas bahwa, produksi dan

pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua

hormon,yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin

mempengaruhi jumlah produksi ASI (Air Susu

Ibu), sedangkan oksitosin mempengaruhi

proses pengeluaran ASI.


4) Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga

mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu

diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau

puting susu ibu.


5) Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari

hormon prolaktin yang menentukan produksi

dan mempertahankan sekresi (pengeluaran) air

susu ibu.

20
6) Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan

pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu terlalu

lelah, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang.
7) Faktor obat-obatan
Tidak semua obat boleh dikonsumsi oleh ibu

menyusui. Bahkan ada beberapa obat yang

dapat berpengaruh terhadap produksi ASI,

contoh saja obat pil KB yang mengandung

estogen. Oleh sebab itu pil KB yang

mengandung hormon estrogen tidak dianjurkan

untuk ibu-ibu yang menyusui. Oleh sebab itu,

alangkah lebih baik bila ibu menyusui mencari

informasi sebanyak-banyaknya dan sebaiknya

berkonsultasi kepada dokter, bidan dan atau

tenaga kesehatan yang lainnya bila ingin

mengkonsumsi suatu obat tertentu.


8) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi

produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang

lahir prematur umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu

menghisap secara efektif sehingga produksi

ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir

21
cukup bulan. Lemahnya kemampuan

menghisap bayi prematur dapat disebabkan

berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.


9) Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena

akan mengganggu hormone prolaktin dan

oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana

adrenalin akan menghambat pelepasan

oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis

rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa

lebih rileks sehingga membantu proses

pengeluaran ASI namun di sisi lain etanol

dapat mengahambat produksi oksitosin


(Regina, 2011).
b. Faktor Psikologis
1) Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka

kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang.

Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih

dan tegang akan menurunkan volume ASI.


2) Motivasi
Keberhasilan menyusui didukung oleh

persiapan psikologis, yang dipersiapkan sejak

masa kehamilan. Keinginan dan motivasi yang

kuat untuk menyusui bayinya akan mendorong

22
ibu untuk selalu berusaha menyusui bayinya

dalam kondisi apapun. Dengan motivasi yang

kuat, seorang ibu tidak akan mudah menyerah

meskipun ada masalah dalam proses menyusui

bayinya.
3) Kecemasan
Ibu yang melahirkan dengan tindakan seksio

sesarea akan menghadapi masalah yang

berbeda dengan ibu yang melahirkan secara

normal. Pada ibu post seksio sesarea selain

menghadapi masa nifas juga harus menjalani

masa pemulihan akibat tindakan operatif. Masa

pemulihan pun berangsur lebih lambat

dibandingkan dengan yang melahirkan secara

normal. Beberapa hari setelah tindakan seksio

sesarea mungkin ibu masih merasakan nyeri

akibat luka insisi, sehingga ibu akan merasakan

kesulitan untuk merawat bayinya ataupun

melaksanakan aktifitas sehari-harinya. Kondisi-

kondisi tersebut menyebabkan ibu merasa tidak

berdaya dan cemas terhadap kesehatan dirinya

dan bayinya (Nichol, 2005; Danuatmadja &

Meilasari, 2007).

c. Faktor Bayi

23
1) Isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara

ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan

semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi

penyusunan pada bayi prematur dan cukup

bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada

produksi ASI bayi prematur akan optimal

dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per

hari selama bulan pertama setelah melahirkan.

Pemompaan dilakukan karena bayi prematur

belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi

cukup bulan frekuensi penyusuan ±10-3 kali

per hari selama 2 minggu pertama setelah

melahirkan berhubungan dengan produksi ASI

yang cukup. Sehingga direkomendasikan

penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada

periode awal setelah melahirkan. Frekuensi

penyusunan ini berkaitan dengan kemampuan

stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.


2) Berat lahir bayi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai

kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah

dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500

gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih

24
rendah ini meliputi frekuensi dan lama

penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi

berat lahir normal yang akan mempengaruhi

stimulasi hormone prolaktin dan oksitosin

dalam memproduksi ASI.


2.1.2.9 Makanan dan Gizi Selama Menyusui
Ibu menyusui memerlukan energi yang cukup besar

untuk memproduksi ASI. Ibu menyusui membutuhkan

tambahan sekitar 500-700 Kal/hari. Cadangan lemak ibu yang

tersisa dari kehamilan berkontribusi sebesar 200 Kal/hari dan

seharusnya kekurangan kebutuhan eneregi untuk produksi ASI

sebesar 500 Kal/hari dipenuhi dari konsumsi harian ibu.

Peningkatan kebutuhan gizi ibu didasarkan pada jumlah asi

yang dikeluarkan ibu dan status gizi ibu. Konsumsi ibu

menyusui memegang peranan penting yang dapat menentukan

keberhasilan menyusui yang diukur dari durasi ASI Ekslusif,

status gizi bayi, dan status gizi ibu. Penelitian Butte (1984)

mengungkapkan bahwa ibu yang mengkonsumsi energi

sejumlah 2168 Kal/hari lebih berhasil memberikan ASI

kepada bayinya. Penelitian Fikawati (2013) juga menemukan

hasil serupa, ibu yang mengkonsumsi energi dengan jumlah

>2100 Kal/hari lebih mampu memberikan ASI predominan

selama 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang mengkonsumsi

25
energi dengan jumlah yang lebih rendah. Kebutihan gizi ibu

menyusui :
a. Energi
AKG 2013 merekonmendasikan tambahab

kebutuhan energi ibu menyusui pada 6 bulan pertama

postpartum sebesar 330 Kal/hari dari kebutuhan energi

wanita tidak hamil. Angka ini relatif lebih kecil

dibandingkan rekomendasi tambahan energi untuk ibu

menyusui di AKG 2004 sebelumnya (+ 500 Kal). Hal

ini karena rekomendasi AKG untuk wanita tidak hamil

ditingkatkan dari 1900 Kal (AKG 2004) menjadi 2250

Kal (AKG 2013). Pada 6 bulan ke 2, selain tetap

emberikan ASI ibu harus mulai mengenalkan makanan

kepada bayinya berupa makanan pendamping ASI (MP

ASI). Dengan mulai diberikannya MP ASI kepada bayi

maka rata-rata konsumsi ASI pada bayi turun menjadi

600 ml/hari. AKG 2013 menyebutkan bahwa tambahan

kebutuhan energi ibu pada 6 bulan ke 2 post partum

adalah sebesar 400 Kal/hari.

b. Protein
Sama halnya dengan energi, kebutuhan protein

ibu menyusui harus ditambah. Selama menyusui

tambahan protein diperlukan untuk memproduksi ASI

dan membangun kembali berbagai jaringan tubuh yang

26
rusak akibat proses melahirkan. AKG 2013

merekomendasikan tambahan asupan protein ibu saat

menyusui sebesar 20 g/hari setara dengan 2 potong

sedang daging sapi (1 potong sedang sekitar 6x2x5

cm/sekitar 100 gram) atau 3 potong sedang tempe (1

potong sekitar 4x6x1 cm) atau 3 buah tahu berukuran

sedang (sekitar 6x6x2,5 cm) atau 6 butir telur atau 3

gelas suss sapi (1 gelas = 200ml). Jumlah tambahan

protein yang dibutuhkan ibu saat hamil dan laktasi

sama besar.
c. Lemak
Lemak berperan sebagai sumber dan cadangan

energi, pelarut vitamin A, D, E,dan K dan juga berperan

sebagai cadangan energi untuk menghasilkan ASI. Oleh

karena itu, kebutuhan lemak ibu menyusui perlu

ditingkatkan. AKG 2013 merekomendasikan tambahan

asupan lemak menyusui menjadi 11-13 g/hari.

d. Vitamin
Kebutuhan beberapa jenis vitamin saat meyusui

melebihi kebutuhan saat hamil. Kebutihan vitamin

meningkat karena vitamin A berperan dalan tumbuh

kembang bayi dan kesehatan ibu. Peningkatan

kebutuhan vitamin A yang direkomendasikan oleh

AKG saat menyusui meningkat sebesar 350 RE.

27
Vitamin A membantu pertumbuhan sel, jaringan, gigi

dan tulang, perkembangan saraf, penglihatan, dan

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Sumber makanan yang mengandung vitamin A yaitu

kuning telur, hati mentega, sayuran berwarna hijau dan

buah berwarna kuning.


Vitamin D sangat dibutuhjan oleh tubuh,

terutama wanita. Sebab vitamin D dibutuhkan untuk

pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi, serta

penyerapan kalsium dan posfor sampai seseorang

berusia 30 tahun.. ibu menyusui tentu membutuhkan

kecukupan vitamin D, sebab ibu juga akan memberikan

vitamin D pada tubuhnya ke bayi. AKG 2004

merekomendasikan kebutuhan vitamin D hanya sekitar

15 µg dan tidak ada penambahan kebutuhan pada saat

hamil maupun menyusui.


Vitamin B dan C yang merupakan vitamin larut

air jumlahnya bergantung pada asupan vitamin ibu,

karena vitamin larut air lebih cepat disekresikan ke luar

tubuh melaluiurin atau keringat. Kebutuhan vitamin

B12 untuk ibu menyusui meningkat sebesar 0,4 µgdari

sebelum hamil sebesar 2,4 µg. Vitamin B 12

berkontribusi dalam pembentukan sel darah merah dan

kesehatan jaringan saraf. Sumber makanan yang

28
mengandung vitamin C adalah buah-buahan dan

sayuran.
Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan dan

pertumbuhan sel darah merah, juga untuk produksi inti

sel. Ibu yang menyusui di rekomendasikan untuk

meningkatkan kebutuhan asam folat sebesar 100

µg/hari. Asam folat dapat diperoleh dari hari, roti,

gandum, serta sayuran hijau.


Menurut rekomendasi AKG 2013, vitamin B1

dibutukan sekitar 1,1 µg/hari dan mengalami

penambahan kebutuhan saat menyusui sebesar 0,3

mg/hari. Vitain B2 mengalami penambahan kebutuhan

sebesar 0,4 mg/hari menjadi 1,7 mg/hari. Begitu pula

vitamin B3 yang mengalami peningkatan kebutuhan

sebesar 3 mg/hari menjadi 15 mg/hari. Ketiga vitamin

tersebut (vitamin B1, B2, dan B3) dibutuhkan untuk

menunjang fungsi saraf, pencernaan, serta kesehatan

kulit.
Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah

perdarahan agar proses pembekuan darah normal.

Kebutuhan vitamin K pada ibu menyudui tidak perlu

mengalami penambahan dan sama seperti kebutuhan

sebelum hamil sebesar 55 µg/hari. Sedangkan vitamin

C dibutuhkan saat menyusui diperlukan penambahan

29
sekitar 25 mg/hari menjadi 100 mg/hari untuk

pembentukan jaringan ikat, pertumbuhan tulang, gigi,

dan gusi, daya tahan terhadap infeksi, serta memberikan

kekuatan pada pembuluh darah.


e. Mineral
Kalsium merupakan mineral yang paling

banyak terkandung dalam tulang dan gigi. Karena

peranannya dalm pembentukan tulang dan gigi maka

ibu hamil dan menyusui dianjurkan menambah asupan

kalsium sebanyak 200 mg/hari menjadi 1300 mg/hari.


Pada ibu menyusi zat besi dikeluarkan sebanyak

0,3 mg/Kal/hari dalan bentuk ASI. Oleh karena itu, ibu

menyusui memerlukan tambahan zat besi sekitar 6

mg/hari, dari 26 mg menjadi 32 mg/hari. Sumber zat

besi dari pangan hewani mapun nabati. Sebagai

informasi, sumber zat besi yang paling baik berasal dari

bahan pangan hewani karena mempunyai daya serap

yang lebih tinggi.


Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka

dan gigi. Bagi ibu hamil memiliki kebutuhan fosfor

yang sama saat sebelum hamil yaitu sebesar 700

mg/hari dan tidak perlu mengalami penambahan pada

saat hamil mapun menyusui. Sumbernya antara lain

susu., gangguan pertumbuhan dan perkembangan

seperti kretinisme dan ketebelakangan mental. AKI

30
2013 merekomendasikan kebutuhan yodium sekitar 200

µg/hari saat menyusui. (Sandra, Ahmad, Khaula, 2016)


2.1.2.10 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Berat Badan Bayi
a. Produksi ASI
ASI adalah nutrisi alami yang terbaik untuk neonatus

yang berasal dari ibu. Kandungan nutrisi di dalam

ASI selalu berubah sesuai dengan kebutuhan

perkembangan neonatus. ASI merupakan nutrisi yang

paling aman dari bakteri dan selalu diprodusi

sehingga merupakan nutrisi yang fresh untuk

neonatus. Nutrisi yang terkandung dalam ASI lebih

mudah diabsorbsi daripada susu formula. ASI

mengandung faktor pertumbuhan yang dapat

membantu perkembangan otak dan sistem

gastrointestinal. ASI juga mengandung faktor imun

yang dapat meningkatkan imunitas pada neonatus.

The American Academy of Pediatrics

merekomendasikan ASI sebagai nutrisi tunggal

neoatus selama 6 bulan pertama atau yang sering

disebut dengan istilah ASI eksklusif. Kecukupan ASI

mempengaruhi perubahan berat badan pada neonatus.

Penurunan berat badan pada neonatus yang diberi

ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu formula.

31
Tanda kecukupan ASI dapat dilihat pada neonatus

dan pada ibu antara lain:


1) Pada neonatus
a. Neonatus menyusu 8-12 kali

dalam 24 jam.
b. Neonatus melekat dengan benar pada setiap

payudara dan menghisap secara teratur selama

minimal 10 menit pada setiap payudara.


c. Neonatus akan tampak puas setelah menyusu

dan seringkali tertidur pada saat menyusu,

terutama pada payudara yang kedua.


d. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-

butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy

milk) selama 4-5 hari pertama.


e. Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali

sehari.
f. Frekuensi buang air kecil lebih dari 6 kali

dalam sehari.
2) Pada ibu
a. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2

sampai hari ke-4 setelah melahirkan, nampak

dengan payudara bertambah besar, berat, lebih

hangat dan seringkali ASI menetes dengan

spontan.
b. Puting payudara terasa sakit pada hari-hari

pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah

dan menetap 5-7 hari, lebih-lebih apabila

32
disertai lecet, hal ini merupakan tanda neonatus

tidak melekat dengan baik saat menyusu.


c. Setelah 2 sampai 3 minggu, ibu sebaiknya

memperhatikan sensasi yang berhubungan

dengan milk ejection dan milk let-down reflex.

Payudara terasa kencang saat susu mengalir.

Ketika milk ejection terangsang, neonatus

mulai menghisap susu, dan susu akan menetes

dari payudara lain. Mendengar tangisan

neonatus dapat menyebabkan milk let-down

reflex.
Pemberian ASI yang tidak adekuat

meningkatkan resiko kekurangan intake kalori,

dehidrasi akibat menurunnya volume cairan, dan

menurunnya motilitas gastrointestinal. Selama minggu

pertama kehidupan postnatal, ketika volume ASI yang

diproduksi tidak sebanding dari total kehilangan

cairan, neonatus cinderung mengalami kehilangan

berat badan sekitar 5% sampai 8%. Penurunan berat

badan yang berlebihan merupakan salah satu indikator

ketidakcukupan ASI, baik produksi ASI maupun

proses pemberian ASI kepada neonatus. (Sandra,

Ahmad, Khaula, 2016)

2.1.3 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

33
Pepaya (Carica Papaya L) sebagai tanaman yang banyak

tumbuh di Indonesia mempunyai khasiat yang tidak bisa di anggap

enteng, dari buah muda bisa di buat sayur, buah yang sudah masak bisa

dimakan segar atau sebagai campuran koktail. Bukan saja dari buahnya

yang manis, daun pepaya yang rasanya pahit pun dapat diolah dan

dikonsumsi sebagai makanan yang lezat dan bergizi tinggi. Selain

sebagai makanan, daun pepaya begitu kaya akan manfaat dan khasiat

yang luar biasa yaitu sebagai obat jerawat, sebagai jamu tradisional

penambah nafsu makan, pelancar pencernaan, obat demam berdarah,

pereda nyeeri saat haid, pelancar ASI pelunak daging dan lain-lain.

(Ma’mun nurcholis, 2013)


2.1.3.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman pepaya adalah sebagai berikut

(Yuniarti, 2008):
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica Papaya L.

2.1.3.2 Kandungan gizi daun pepaya


Kandungan buah pepaya muda (100 gr) adalah kalori 26

kal, lemak 0,1 gram, protein 2,1 gram, hidrat arang 4,9

gram, kalsium 50 mg, fosfor 16 mg, besi 0,4 mg, vitamin A

50 SI, vitamin Bl 0,02 mg, vitamin C 19 mg dan air

92,4 gram.

34
Tabel 2.1 Analisis Komposisi Daun Pepaya

Unsur
Jumlah
Komposisi
Energi (kalori) 88,00 kal
Protein (g) 6,10 6,10 g
Lemak (g) 1,50 g
Karbohidrat (g) 16,70g
Serat 2.10 g
Besi 1,80 mg
Vitamin A 16130,00 B KarRE
Vitamin B1 0,15 mg
Vitamin B2 0,72 mg
Vitamin C 181,00 181,00 mg
Kalsium (mg) 373,00 mg
Niacin 2,10 mg

2.1.3.3 Kandungan Senyawa daun pepaya muda


Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung senyawa

alkaloid, karpain, karikaksantin, violaksantin, papain,

saponin, flavonoid, dan tanin. (Milind dan Gurdita, 2011).

Berikut : Efek Farmakologis Kandungan Daun Pepaya


a. Papain
Enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan

dalam pemecahan jaringan ikat, dan memiliki kapasitas

tinggi untuk menghidrolisis protein eksoskeleton yaitu

dengan cara memutuskan ikatan peptida dalam protein

sehingga protein akan menjadi terputus. Daun pepaya

sebagai sayuran penyubur asi karena berguna untuk

mempercepat proses pencernaan protein sehingga ibu

menyusui dalam mencerna makanan yang masuk dalam

lambung lebih baik dan optimal menjadi nutrisi yang

35
dibutuhkan untuk memperbanyak air susu ibu.

(Komunita.id, 2016)
Enzim papain dapat membantu tubuh untuk

memproduksi enzim pencernaan, karena itu buah

pepaya sangat baik bagi sistem pencernaan. Manfaat

enzim buah pepaya ini terutama sangat berguna untuk

mencerna protein.
Papain merupakan kandungan daun pepaya yang

memegang peranan penting dalam proses pemecahan

protein menjadi arginin. Arginin sendiri adalah suatu

asam amino yang secara normal tidak dapat diproduksi

sendiri oleh tubuh, biasanya zat ini diperoleh dari

mengkonsumsi makanan seperti telur dan ragi. Papain

juga membantu dalam proses pengaturan asam amino

serta pengeluaran racun dari dalam tubuh. Terbantunya

fungsi tersebut oleh aktivitas biologis papain, secara

otomatis juga akan meningkatkan sistem kekebalan

tubuh. Tidak hanya itu saja, papain juga bersifat sebagai

antiseptik yang membantu mencegah

perkembangbiakan bakteri yang merugikan di dalam

usus. Papain akan membantu menormalkan tingkat

keasaman usus dan menjadikan keadaan flora dalam

usus menjadi normal kembali


b. Alkaloid

36
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi

dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin

heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada

tanaman. Diperkirakan sekitar 15 – 20% vascular

tanaman mengandung alkaloid. Banyak alkaloid

merupakan turunan asam amino lisin, ornitin,

fenilalanin, asam nikotin, dan asam antranilat. Asam

amino disintesis dalam tanaman dengan proses

dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian dirubah

menjadi aldehida oleh amina oksida. Alkaloid biasanya

pahit dan sangat beracun. Alkaloida ditemukan pada

berbagai bagian dari tumbuhan seperti pada biji, buah,

daun, batang dan akar. Kandungan alkaloid dari daun

pepaya dapat meningkatkan produksi ASI menjadi lebih

banyak karena dapat meningkatkan metabolisme

glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI

meningkat. (Ibufoundation.or.id, 2016)

c. Karpain
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bouchut

menyatakan bahwa daun pepaya memiliki khasiat

37
sebagai antitumor dan antikanker. Kandungan daun

pepaya yang memegang peranan penting tersebut adalah

karpain. Karpain berperan untuk menghambat aktivitas

beberapa mikroorganisme yang dapat mengganggu

fungsi pencernaan di dalam tubuh.


d. Sitokinin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para

peneliti dari Universitas Florida, sitokinin mampu

melawan berbagai sel kanker yang ada di dalam tubuh

(seperti kanker hati, kanker pankreas, kanker paru-paru,

kanker payudara dan kanker serviks). Sitokinin akan

bekerja dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh

agar mampu melawan sel-sel kanker tersebut.


e. Alkaloid karpain, flavonoid, papain, saponin, tanin,

violaksantin, caricaksantin, nikotin, pseudokarpain,

miosmin dan kontinin: Zat-zat tersebut diketahui

mampu menghambat perkembangan virus Demam

Berdarah Dengue (DBD) di dalam tubuh manusia.

Kombinasi zat-zat tersebut akan bekerja dengan cara

melemahkan dan membunuh virus DBD. Hal ini akan

memicu peningkatan jumlah trombosit di dalam darah.

Peningkatan trombosit ini akan membantu

penyembuhan penyakit DBD.


f. Daun pepaya mengandung karbohidrat, zat besi, fosfor,

38
kalsium, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.

Kandungan seratnya juga tinggi sehingga sangat baik

untuk pencernaan dan Kandungan vitamin ini sangat

penting untuk kesehatan kardiovaskular, mencegah

terjadinya kanker, dan sebagai antioksidan yang

membantu mencegah radikal bebas. (Daun Pepaya,

2018)
2.1.3.4 Manfaat Buah Pepaya Muda
a. Pelancar ASI
Daun pepaya rasanya sedikit pahit, daun pepaya

memiliki sejumlah nutrisi penting dan baik dimakan

termasuk bagi ibu yang sedang menyusui. Vitamin,

kalium dan zat yang terkandung dalam daun pepaya

seperti zat alkaloid yang juga disertai dengan enzim

papain dalam kandungannya sangat bermanfaat untuk

ibu menyusui dimana kalium ini bisa membantu

mengurangi kelelahan yang dialami oleh sang ibu.

b. Sifat anti kanker

Menurut penelitian yang dilakukan oleh jurnal

Ethnopharmacology, jus daun pepaya mengandung

enzim tertentu yang memiliki sifat melawan kanker

terhadap berbagai tumor seperti kanker leher rahim,

kanker payudara, kanker hati, kanker paru-paru dan

kanker pankreas tanpa efek toksik pada tubuh.

39
Dengan mengatur T-sel,ekstrak daun pepaya

meningkatkan respon sistem kekebalan terhadap

kanker.

b. Menghambat Pertumbuhan Bakteri


Jus daun pepaya mengandung lebih dari 50 bahan aktif

termasuk senyawa karpain yang menghambat

pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, cacing,

parasit, bakteri serta berbagai bentuk sel kanker.


c. Meningkatkan Imunitas Tubuh

Daun pepaya akan secara alami melakukan regenerasi

sel darah putih dan trombosit. Daun pepaya

mengandung lebih dari 50 bahan termasuk vitamin A, C

dan E yang mendukung sistem kekebalan tubuh.

d. Anti Malaria

Daun Pepaya telah ditemukan memiliki sifat anti

malaria juga. Dengan demikian, jus daun pepaya sering

digunakan di beberapa bagian dunia sebagai profilaksis

untuk mencegah malaria didaerah endemis tertentu.

e. Pencegahan Demam Berdarah

Penelitian ilmiah dan beberapa studi kasus telah

menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya mengandung

enzim papain meningkatkan trombosit. Perusahaan

farmasi sudah menggunakan persiapan ekstrak daun

pepaya dalam bentuk kapsul dan formula cair. Para

40
dokter merekomendasikan mengambil 20 sampai 25 ml

jus ini dua kali sehari selama seminggu untuk hasil yang

cepat.

f. Mengurangi Nyeri Haid

Para wanita sejak dahulu memanfaatkan daun pepaya

untuk permasalahan ini. Jus daun pepaya sangat efektif

untuk mengurangi nyeri haid.Caranya dengan merebus

beberapa ambil 1 daun pepaya, tambahkan asam jawa

dan garam, campur dengan segelas air dan didihkan.

Minumlah ramuan ini pada saat datang bulan.

g. Membantu Pencernaan
Enzim papain dalam daun pepaya membantu dalam

pencernaan protein dan berguna untuk mengobati

gangguan pencernaan. Daun pepaya juga dapat

membantu mencerna gluten protein gandum, yang

terjadi bagi sebagian orang, yang dikenal sebagai

penyakit celiac.
h. Meningkatkan Trombosit
Penelitian di seluruh dunia telah mengungkapkan

bahwa daun ‘pahit’ pepaya sangat efektif dalam

meningkatkan jumlah trombosit secara cepat. Terutama

untuk kasus kekurangan vitamin, sedang kemoterapi,

demam berdarah dan banyak lagi.


i. Emfisema

41
Daun pepaya banyak mengandung vitamin D yang

dapat mencegah terjadinya penyakit emfisema yang

berhubungan dengan paru paru. (Khasiat daun, 2018)

2.1.3.5 Efek Samping Daun Pepaya

a. Berbahaya bagi ibu hamil

Ibu hamil disarankan tidak mengkonsumsi daun pepaya

karena enzim papain dapat beracun bagi janin sehingga

berimbas keguguran.

b. Batu Ginjal

Bagi penderita batu ginjal disarankan tidak

mengkonsumsi daun pepaya karena peningkatan’ dosisi

dari vitamin C ini dapat menjadi racun, salah satunya

adalah dapat menyebabkan terjadinya pembentukan

batu ginjal.

c. Gangguan Pernapasan

Efek Samping Daun Pepaya seperti gangguan

pernapasan muncul sebagai akibat dari adanya reaksi

alergi yang kuat terhadap enzim papain yang

terkandung di dalam daun pepaya.

d. Memperlambat Detak Jantung

Daun pepaya dikenal mengandung papain, papain ini

dapat memperlembat laju detak jantung dengan cara

42
yang berbahaya, salah satunya dengan memicu

terjadinya kardiovaskular.

e. Sembelit

Daun pepaya mengandung serat yang tinggi yang dapat

menyebabkan kesulitan dalam buang air besar (BAB)

yang tak jarang akhiranya menyebabkan sembelit.

Konsumsi daun pepaya yang tepat jumlah akan

mampu menghindari terjadinya efek samping daun

pepaya tersebut. (Buku Medis, 2018)

2.1.3.6 Kapsul Daun Pepaya


Jika umumnya masyarakat mengonsumsi dengan cara

merebus daunnya, maka daun pepaya dalam penelitian ini

dikemas dalam bentuk kapsul tanpa mengurangi khasiat yang

terkandung di dalamnya agar masyarakat lebih mudah untuk

mengonsumsinya terutama untuk ibu menyusui sebagai alternatif

pelancar asi.

43
2.2 Kerangka Teori
Berdasarkan kajian teori dari seluruh tinjauan pustaka yang telah dibaca

dan digunakan sebagai rujukan didalam kajian teori maka kerangka teori

dalam penelitian ini adalah :

Laktasi
Faktor yang mempengaruhi
Produksi ASI

Faktor Ibu Faktor Bayi

44
Faktor Fisik Faktor Psikologis Berat Refleks
Anatomis payudara Motivasi Badan Isapan
Perawatan Kecemasan Lahir Bayi Bayi
payudara
Pola istirahat
Penggunaan KB Kapsul
Merokok
Produksi Nutrisi Daun Pepaya Daun
ASI Pepaya
2.3 Kerangka Konsep

Sumber : (Astuti, 2010, Marmi, 2012, Regina 2011, Nichol 2005,


Danuatmadja, 2007, Sutomo,2010, Ma’mun 2013, Buku Medis
2018, Atikah, 2010, Emma S, 2006)

Bagan 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya


Muda dengan Buah Pisang Terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Menyusui Di BPM Bidan “R” Desa Ciburuy Kabupaten
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat Tahun 2018.

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep -

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian - penelitian yang

akan dilakukan. (Arikunto,2010)

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka kerangka konsep yang dibuat

peneliti dalam penelitian ini dimana variabel dependen dalam penelitian ini

yaitu produksi ASI, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini

adalah pemberian kapsul daun pepaya.

Variabel Terikat

Produksi ASI

45
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Kapsul Daun Pepaya
Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di BPM Bidan
“R” Desa Ciburuy Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa
Barat Tahun 2018.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori. Sugiono (2013)

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho diterima : Tidak ada pengaruh antara pemberian kapsul daun pepaya

terhadap produksi ASI pada ibu menyusui di BPM Bidan “R”

Desa Ciburuy Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

tahun 2018.
Ho ditolak : Ada pengaruh antara pemberian kapsul daun pepaya terhadap

produksi ASI pada ibu menyusui di BPM Bidan “R” Desa

Ciburuy Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat tahun

2018.

46

Anda mungkin juga menyukai