Psikologi Anak
ABSTRAK
Keluarga merupakan salah satu lembaga sosial yang terbentuk secara tidak
sengaja dalam masyarakat. Keluarga umumnya terdiri dari suami, istri dan anak. Peran
keluarga dalam masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk menjalankan proses
transformasi budaya dan nilai moral yag baik. Proses tersebut dilakukan oleh orangtua
terhadap anak agar kembalinya anak di masyarakat membawa pengaruh positif. Hal ini
berkaitan dengan pola asuh terhadap anak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
menganalisis dan mendeskripsikan pola asuh orangtua di membantu mengembangkan
pola asuh orangtua di Desa. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif
dengan instrumen penelitian yaitu menggunakan teknik wawancara yang tidak terstruktur
tetapi mendalam serta pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Dalam
temuan penelitian diketahui bahwasanya orang tua di desa cenderung menerapkan pola
asuh permisif. Pola asuh ini memberikan kebebasan pada anak tanpa adanya kontrol yang
baik, orang tua memberikan kelonggaran dan kurang membimbing anak. Pola asuh ini
tidak sesuai dengan konsep orantua ideal yang dapat memberi contoh yang baik, dapat
menjelaskan baik buruknya suatu peristiwa dan mampu memberi fasilitas berupa materi
maupun afeksi. Pentingnya pengetahuan dalam pola asuh anak dibutuhkan oleh orangtua
di desa. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan adanya program pemberdayaan bagi
orangtua di desa agar memiliki kecakapan dalam menjalankan pola asuh terhadap anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini jika dipandang dalam segi metode sosiologi tergolong dalam
metode analitis. Metode analitis yaitu suatu cara dengan menguraikan masalah
yang dihadapi sehingga dari penguraian tadi nampak jalan pemecahannya. Dalam
penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Menurut
Patton dalam Ahmadi (1980:41) bahwa metode kualitatif adalah untuk memahami
fenomena yang sedang terjadi secara natural (alamiah) dalam keadaan-keadaan
yang sedang terjadi (Ahmadi, 2005:3).
Penelitian dilakukan di Desa Kranggan, Kepanjen Kabupaten Malang
Jawa Timur. Waktu pelaksanaan dilakukan kurang lebih selama 2 minggu pada
bulan Maret 2016. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik
wawancara. Menuru Patton dalam Ahmadi (1980:29) cara utama yang dilakukan
oleh para ahli metodologi kualitatif untuk memahami persepsi, perasaan dan
pengetahuan orang-orang adalah wawancara mendalam dan intensif. Sumber data
yang dipilih dalam penelitian terdiri dari 6 orang diantaranya beberapa orangtua,
anak yang putus sekolah dan anak yang tidak sekolah karena memiliki
keterbelakangan khusus.
C. Pola Asuh Dalam Perkembangan Moral dan Psikologi Anak di Desa Kranggan
Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak, keluarga juga berfungsi
sebagai transmitor budaya bagi anak, Hurlock dan Pervin dalam (Yusuf,2001:39).
Semakin banyak penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan anak remaja, maka
sudah menjadi tanggung jawab orangtua untuk ikut berperan dalam
perkembangan moral anak. Danim (2010:55) berpendapat bahwa fungsi orang tua
antara lain mengasuh anaknya dengan baik, seperti halnya guru kepada muridnya.
Pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anak tergantung dari standart dan
budaya masyarakat pada masa itu. Menurut (Yusuf,2001:133) bahwa sikap orang
tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu atau sebaliknya dapat ditiru oleh
anaknya melalui proses imitasi.
Untuk mengembangkan moral yang baik seorang tidak cukup melakukan
tindakan yang baik dan benar, seorang dapat dikatakan memiliki moral baik jika
mereka bisa menilai apa yang dikerjakan itu baik atau buruk bahkan boleh atau
atau tidak dilakukan, menurut Suparno (dalam Budiningsih, 2004:5).
Pengembangan moral yang baik juga bisa didasarkan pasa kualitas transmitor
dalam hal ini adalah orangtua. Pola asuh yang diterapkan orangtua kepada
anaknya juga mencerminkan kualitas orangtua tersebut sebagai transmitor dalam
mengembangkan moral anaknya. Pendidikan dianggap penting dalam hal ini
karena melalui pendidikan orang akan mempunyai wawasan yang luas dan dapat
bersikap bijaksana dalam setiap pengambilan keputusan, selain itu melalui
pendidikan pula akan diperoleh bekal berupa pengetahuan dan keterampilan untuk
menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang (Depdikbud, 1996:123). Melihat
kondisi masyarakat di Desa Kranggan yang belum sadar akan pentingnya
pendidikan maka generasi muda disana juga sedikit tidak perduli terhadap
pendidikan.
Hal ini berkaitan dengan pola asuh permisif yang diterapkan orangtua di
Desa Kranggan ini. Pola asuh permisif adalah pola asuh yang cenderung
memanjakan anak sehingga anak akan bertindak jika tindakan tersebut dapat
memberi kepuasan bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan cenderung
menjadi pilihan anak dan bukan orangtuanya, orangtua membebaskan anak untuk
memilih apakah dia ingin sekolah atau tidak meskipun seorang anak tersebut
belum cukup dewasa untuk memilih. Faktor ekonomi kemungkinan menjadi
penyebab dari hal ini, orangtua tidak memiliki cukup biaya untuk dapat
menyekolahkan anaknya dengan biaya yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan teori
tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber, bahwasnya seseorang melakukan
tindakan atas dasar kemampuan yang ia miliki. Apabila ia tidak memiliki biaya
yang cukup maka ia tidak akan menyekolahkan anaknya walaupun ia memiliki
keinginan untuk itu. Dalam contoh ini juga, tindakan rasional yang ia lakukan
adalah lebih memilih untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Dalam kaitannya dengan psikologi anak dan pola asuh orang tua,
kebanyakan anak-anak di Desa Kranggan lebih memiliki orientasi untuk bekerja
daripada memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Latar belakang dari hal ini
sebagian besar dipengaruhi karena faktor ekonomi keluarga yang kemudian orang
tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan masa depannya
sendiri. Fasilitas dari orang tua yang serba minim karena merupakan keluarga
kelas bawah, juga mempengaruhi mindset anak, bahwa memenuhi kebutuhan
sehari-hari saja sudah cukup, tanpa kemudian berkeinginan untuk lebih dari orang
tuanya. Faktor ekonomi inilah yang juga menyebabkan anak lebih memilih
bekerja, walaupun ia masih dalam usia sekolah. Dari minimnya pendidikan yang
ia terima inilah biasanya memunculkan permasalahan moral, seperti ia tidak
mendalami mata pelajaran agama, maka ia memiliki kecenderungan untuk berjudi,
mabuk-mabukan, dsb. Kemudian, dari pola asuh orang tua yang
membebaskannya, anak kemudian hanya melakukan semua yang ia inginkan
tanpa ada pemahaman mengenai rasionalitas dan konsekuensi dari orang tuanya.
Dalam psikologi perkembangan sendiri, banyak dijelaskan bahwa fase
pembentukan dan proses-proses perkembangan karakter seseorang banyak terjadi
pada masa anak-anak. Jika mengacu pada pemahaman psikologi anak tersebut,
banyak faktor yang melatar belakangi perkembangan anak-anak di Desa Kranggan
tersebut. Menurut teori psikoanalitik yang digagas oleh Sigmund Freud bahwa
pentingnya pengaruh orangtua dalam pandangan psikoanalitik tidak bisa terlalu
ditekankan. Apabila orangtua gagal dan superego si anak termatikan
menyebabkan kemampuan anaknya untuk mengembangkan fungsi moral secara
matang menjadi terhambat. Pengaruh orangtua akan tetap tersimpan selama hidup,
meskipun individu telah membuat modifikasi tentang standart dan nilainya
tersendiri (Rochmadi, 2002:63).
PENUTUP
Kesimpulan
Desa Kranggan Kecamatan Ngajum memiliki solidaritas Mekanik
kekompakan, kekeluargaan dan gotong royong yang masih sangat kental.
Mayoritas mata pencaharian di desa ini masih mengandalkan sektor agraris yaitu
bertani, berkebun dan beternak. Seiring berjalannya waktu desa ini lambat laun
mengalami perubahan karena sudah mulai terkena dampak industrialisasi dan
modernisasi. Hal tersebut dapat terlihat dari kesadaran akan pendidikan yang
masih rendah, namun seiring pengaruh industrialisasi maka kesadaran akan
pendidikan di desa Kranggan ini sudah mulai ada. Meskipun tidak banyak tetapi
setidaknya ada beberapa anak yang mau melanjutkan pendidikan sampai ke
jenjang perguruan tinggi.
Dalam hal penanaman moral dan mengembangkan psikologi anak perlu
adanya peran yang besar dari keluarga terutama orangtua, namun di desa
Kranggan ini peran orangtua masih belum maksimal. Pola asuh yang diterapkan di
desa Kranggan ini adalah pola suh permisif. Dalam pola asuh permisif orangtua
cenderung memanjakan anak sehingga anak akan melakukan apa yang dia mau
tanpa mempertimbangkan sebab dan akibatnya. Hal tersebut juga mempengaruhi
moral dan psikologi anak tersebut, pola asuh yang diterapkan oleh orangtua akan
mempengaruhi psikologi anak dalam hal berfikir dan mengambil keputusan.
Faktor yang melatar belakangi hal tersebut adalah faktor ekonomi, dikarenakan
minimnya fasilitas yang diberikan orangtua, ketidak sanggupan orangtua untuk
menyekolahkan anaknya dan rendahnya motivasi yang diberikan orangtua
terhadap anak. Orangtua beranggapan bahwa anak yang masih ada di dalam
pengawasan orangtua adalah anak yang masih bersekolah, walaupun anak tersebut
masih dalam usia sekolah namun tidak menempuh sekolah maka kontrol orangtua
terhadap anak sudah tidak optimal.
Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dan kesimpulan tersebut,
penulis memberi saran yang sekiranya dapat membantu mengoptimalisasikan
moral dan perkembangan psikologi anak di Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum.
Untuk orangtua disarankan untuk tidak menggunakan pola asuh otoritatif.
Penggunakan pola asuh otoritatif yang memberikan anak kebebasan tanpa
meninggalkan nilai peraturan dan norma yang berlaku. Selain itu orangtua juga
harus mampu mendengarkan masalah anak dan menyelsaikannya dengan
negosiasi agar anak mengetahui baik dan buruknya suau keputusan. Selain itu
motivasi harus terus diberikan oleh orangtua agar perkembangan psikologi anak
juga baik. Untuk pemerintah sebaiknya dapat melakukan pemberdayaan kepada
para oragtua agar tau cara mendidik anak dengan baik dan benar.
DAFTAR RUJUKAN