Penyuluhan gizi adalah suatu usaha untuk meningkatkan status gizi masyarakat dengan cara mengubah perilaku masyarakat ke arah yang baik sesuai dengan prinsip ilmu gizi, yaitu meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang menyehatkan. Menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi kepada masyarakat. Membantu individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi. Mengubah perilaku konsumsi makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan gizi, sehingga pada akhirnya tercapai status gizi yang baik (Supariasa, 2007). Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan fantasi.Tiap gejala kejiwaan tersebut jarang berdiri sendiri.Perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan, oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempuyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempuyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia secara garis besar dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002). Pangan dalam kehidupan sehari-hari mempuyai peranan yang sangat penting bagi manusia.Peran pokok pangan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan, serta berguna untuk mendapatkan energi yang cukup untuk bekerja secara produktif.Alam ini terdapat berbagai jenis bahan pangan, baik yang berasal dari tanaman (pangan nabati) maupun berasal dari hewan (pangan hewani). Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi, sebaliknya adapula yang kekurangan akan zat gizi tersebut. Umumnya tidak ada satu bahan pangan yang mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tubuh.Oleh karena itu manusia memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup (Muchtadi, 2009). Konsumsi pangan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing individu. Faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan kebutuhan tubuh antara lain : tahap-tahap perkembangan kehidupan (umur), jenis kegiatan (pekerjaaan) yang dilakukan, tinggi dan berat badan, status kesehatan, keadaan fisiologi tertentu (misal hamil, menyusui), dan nilai gizi pangan yang dikonsumsi.Kebijakan pangan merupakan hal yang kompleks, tetapi tujuan pokoknya sederhana, yaitu menjamin suplai makanan yang aman, menyehatkan dan bergizi bagi manusia (Muchtadi, 2009). Diabetes Melitus (DM) kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif. Pelaksanaan diet Diabetes Melitus hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan (Almatsier, 2008). Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit endokrin yang paling banyak ditemukan. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam urin. Pada penderita penyakit ini metabolisme glukosa tidak berjalan normal, karena terganggunya produksi hormon insulin oleh pankreas (Muchtadi, 2009). Defisiensi insulin menyebabkan tidak semua glukosa darah masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi atau diubah menjadi glikogen, sehingga sebagian besar glukosa tetap berada dalam darah. Tingginya kadar glukosa dalam darah akan mendorong pembuangan kelebihan glukosa tersebut ke luar tubuh melalui urine, sehingga kadar glukosa dalam urine meningkat (Muchtadi, 2009). Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas dan bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula dalam darah yang normal. Insulin memasukan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh (Nabyl, 2012). Jumlah penderita Diabetes Melitus ( DM ) di Indonesia tahun 2013 mencapai 7,6 juta orang. Penderita Diabetes Melitus 41 % yang mengetahui kondisinya, 39 % mendapatkan pengobatan.Pengobatan penderita diabetes mellitus dengan tepat 0,7 % (RISKESDAS, 2007). Pada Bulan Januari 2014 dari sepuluh besar penyakit kasus Diabetes Melitus 5,7 %, kasus Diabetes Melitus berada di urutan ke 5 (lima) dari sepuluh besar penyakit dengan jumlah 24 pasien (data lap puskesmas, 2014). Penderita Diabetes Melitus di daerah puskesmas Ngemplak Simongan masih beranggapan kalau nasi wadang (nasi kemarin) atau nasi aking (nasi lama dijemur) dapat untuk menurukan kadar gula di dalam darah. Protein hewani jarang dikonsumsi karena akan menaikkan kadar gula darah. Penyuluhan bagi penderita Diabetes Melitus merupakan salah satu upaya untuk penyembuhan, namun tidak jarang penderita Diabetes Melitus yang kurang memperhatikan upaya ini. Data yang menunjukan apakah penyuluhan bagi penderita Diabetes Melitus ini cukup efektif sehingga dapat memberikan motivasi bagi pasien belum ada, untuk melakukan perubahan terhadap perilaku konsumsi pangan untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang efektifitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus. 1.2 Perumusan Masalah Bagaimana efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak Simongan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak Simongan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mendeskripsikan perilaku konsumsi pangan (jenis makanan, asupan karbohidrat dan asupan protein ) sebelum penyuluhan gizi pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak Simongan. 1.3.2.2 Mendeskripsikan perilaku konsumsi pangan (jenis makanan,asupan karbohidrat dan asupan protein) sesudah penyuluhan gizi pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak Simongan . 1.3.2.3 Menganalisis perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi sebelum dan sesudah penyuluhan gizi pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak Simongan 1.3.2.4 Menganalisis perbedaan asupan karbohidrat sebelum dan sesudah penyuluhan 1.3.2.5 Menganalisis perbedaan asupan protein sebelum dan sesudah penyuluhan 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus. 1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus dan penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk penelitian selanjutnya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 1.4.3 Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan mengenai pentingnya efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Novi Elvia Gambaran Pola Gambaran Pola - Pola penyakit Konsumsi Konsumsi Pangan lansia yang Pangan dan Pola dan Pola Penyakit diderita Penyakit pada pada Usia Lanjut umumnya Usia Lanjut di adalah penyakit Wilayah Kerja degeneratif. Puskesmas - Jenis makanan Tapaktuan yang Kecamatan dikonsumsi Tapaktuan lansia sehari- Kabupaten Aceh hari masih Selatan Tahun berada dalam 2012 kategori kurang. - Tekstur makanan yang dikonsumsi lansia masih berada dalam kategori tidak sesuai sehingga dapat mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah dan juga mengganggu sistem pencernaan. - Frekuensi konsumsi pangan lansia tidak teratur yaitu 2 kali sehari. Amalia Pengaruh Pengaruh - Tingkat Fauziah Pendidikan Pendidikan pengetahuan Kesehatan Kesehatan, penderita DM Tentang Diet Perubahan Tingkat di Puskesmas Terhadap Pengetahuan dan Kartasura Perubahan Sikap Penderita sebelum Tingkat Diabetes Melitus pemberian Pengetahuan dan pendidikan Sikap Penderita kesehatan Diabetes Melitus sebagian besar dalam sedang. Melaksanakan - Sikap terapi diet Dietnya di penderita DM Puskesmas Di Puskesmas Kartasura Kartasura sebelum pemberian pendidikan kesehatan sebagian besar sedang. - Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap terapi diet pada penderita DM di Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Dwi Nurin Hubungan Tingkat Seorang penderita Aini Tingkat Pengetahuan diabetes mellitus Pengetahuan Tentang Kebutuhan diharapkan Tentang Gizi memiliki Kebutuhan Gizi pengetahuan dengan Pola tentang kebutuhan Makan pada gizi agar dapat Penderita mengetahui Diabetes Melitus kebutuhan gizi Tipe 2 yang tubuhnya sendiri Menjalani Rawat dan dapat Jalan di RSD dr mengaplikasikan Soebandi Jember pengetahuan tersebut dalam pola makan sehari- harinya
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada (pada
tabel 1.1) adalah variabel bebas yang digunakan penyuluhan gizi dan variabel terikat perubahan perilaku konsumsi pangan yang berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Simongan kecamatan Semarang Barat kota Semarang.