Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyuluhan gizi adalah suatu usaha untuk meningkatkan status gizi
masyarakat dengan cara mengubah perilaku masyarakat ke arah yang baik
sesuai dengan prinsip ilmu gizi, yaitu meningkatkan kesadaran gizi
masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang
menyehatkan. Menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi kepada
masyarakat. Membantu individu, keluarga, dan masyarakat secara
keseluruhan berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi.
Mengubah perilaku konsumsi makanan yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan gizi, sehingga pada akhirnya tercapai status gizi yang baik
(Supariasa, 2007).
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang
merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai
macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan
fantasi.Tiap gejala kejiwaan tersebut jarang berdiri sendiri.Perilaku dari
segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan, oleh sebab itu dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempuyai aktivitas
masing-masing. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempuyai bentangan yang sangat
luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia secara garis
besar dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan
tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci, perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2002).
Pangan dalam kehidupan sehari-hari mempuyai peranan yang sangat
penting bagi manusia.Peran pokok pangan adalah untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, melindungi dan menjaga kesehatan, serta berguna
untuk mendapatkan energi yang cukup untuk bekerja secara
produktif.Alam ini terdapat berbagai jenis bahan pangan, baik yang
berasal dari tanaman (pangan nabati) maupun berasal dari hewan (pangan
hewani). Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya
akan satu jenis zat gizi, sebaliknya adapula yang kekurangan akan zat gizi
tersebut. Umumnya tidak ada satu bahan pangan yang mengandung semua
zat gizi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tubuh.Oleh karena itu
manusia memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar
semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang
cukup (Muchtadi, 2009).
Konsumsi pangan harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing individu. Faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan
kebutuhan tubuh antara lain : tahap-tahap perkembangan kehidupan
(umur), jenis kegiatan (pekerjaaan) yang dilakukan, tinggi dan berat
badan, status kesehatan, keadaan fisiologi tertentu (misal hamil,
menyusui), dan nilai gizi pangan yang dikonsumsi.Kebijakan pangan
merupakan hal yang kompleks, tetapi tujuan pokoknya sederhana, yaitu
menjamin suplai makanan yang aman, menyehatkan dan bergizi bagi
manusia (Muchtadi, 2009).
Diabetes Melitus (DM) kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif. Pelaksanaan diet
Diabetes Melitus hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan
perubahan perilaku tentang makanan (Almatsier, 2008).
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit endokrin yang
paling banyak ditemukan. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
kadar gula (glukosa) dalam urin. Pada penderita penyakit ini metabolisme
glukosa tidak berjalan normal, karena terganggunya produksi hormon
insulin oleh pankreas (Muchtadi, 2009).
Defisiensi insulin menyebabkan tidak semua glukosa darah masuk
ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi atau diubah menjadi
glikogen, sehingga sebagian besar glukosa tetap berada dalam darah.
Tingginya kadar glukosa dalam darah akan mendorong pembuangan
kelebihan glukosa tersebut ke luar tubuh melalui urine, sehingga kadar
glukosa dalam urine meningkat (Muchtadi, 2009).
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas dan
bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula dalam darah yang
normal. Insulin memasukan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi.Pankreas merupakan
kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh (Nabyl, 2012).
Jumlah penderita Diabetes Melitus ( DM ) di Indonesia tahun 2013
mencapai 7,6 juta orang. Penderita Diabetes Melitus 41 % yang
mengetahui kondisinya, 39 % mendapatkan pengobatan.Pengobatan
penderita diabetes mellitus dengan tepat 0,7 % (RISKESDAS, 2007).
Pada Bulan Januari 2014 dari sepuluh besar penyakit kasus Diabetes
Melitus 5,7 %, kasus Diabetes Melitus berada di urutan ke 5 (lima) dari
sepuluh besar penyakit dengan jumlah 24 pasien (data lap puskesmas,
2014).
Penderita Diabetes Melitus di daerah puskesmas Ngemplak
Simongan masih beranggapan kalau nasi wadang (nasi kemarin) atau nasi
aking (nasi lama dijemur) dapat untuk menurukan kadar gula di dalam
darah. Protein hewani jarang dikonsumsi karena akan menaikkan kadar
gula darah. Penyuluhan bagi penderita Diabetes Melitus merupakan salah
satu upaya untuk penyembuhan, namun tidak jarang penderita Diabetes
Melitus yang kurang memperhatikan upaya ini. Data yang menunjukan
apakah penyuluhan bagi penderita Diabetes Melitus ini cukup efektif
sehingga dapat memberikan motivasi bagi pasien belum ada, untuk
melakukan perubahan terhadap perilaku konsumsi pangan untuk itu perlu
dilakukan penelitian tentang efektifitas penyuluhan gizi terhadap
perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku
konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas
Ngemplak Simongan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas penyuluhan gizi terhadap perubahan
perilaku konsumsi pangan pada penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Ngemplak Simongan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mendeskripsikan perilaku konsumsi pangan (jenis makanan,
asupan karbohidrat dan asupan protein ) sebelum penyuluhan gizi
pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak
Simongan.
1.3.2.2 Mendeskripsikan perilaku konsumsi pangan (jenis makanan,asupan
karbohidrat dan asupan protein) sesudah penyuluhan gizi pada
penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Ngemplak Simongan .
1.3.2.3 Menganalisis perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi sebelum
dan sesudah penyuluhan gizi pada penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Ngemplak Simongan
1.3.2.4 Menganalisis perbedaan asupan karbohidrat sebelum dan sesudah
penyuluhan
1.3.2.5 Menganalisis perbedaan asupan protein sebelum dan sesudah
penyuluhan
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efektivitas
penyuluhan gizi terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan
pada penderita Diabetes Melitus.
1.4.2 Menambah pengetahuan mengenai efektivitas penyuluhan gizi
terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita
Diabetes Melitus dan penelitian ini nantinya dapat digunakan
sebagai sumber acuan untuk penelitian selanjutnya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
1.4.3 Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan mengenai pentingnya efektivitas penyuluhan gizi
terhadap perubahan perilaku konsumsi pangan pada penderita
Diabetes Melitus.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
Novi Elvia Gambaran Pola Gambaran Pola - Pola penyakit
Konsumsi Konsumsi Pangan lansia yang
Pangan dan Pola dan Pola Penyakit diderita
Penyakit pada pada Usia Lanjut umumnya
Usia Lanjut di adalah penyakit
Wilayah Kerja degeneratif.
Puskesmas - Jenis makanan
Tapaktuan yang
Kecamatan dikonsumsi
Tapaktuan lansia sehari-
Kabupaten Aceh hari masih
Selatan Tahun berada dalam
2012
kategori kurang.
- Tekstur
makanan yang
dikonsumsi
lansia masih
berada dalam
kategori tidak
sesuai sehingga
dapat
mengakibatkan
gangguan
fungsi
mengunyah dan
juga
mengganggu
sistem
pencernaan.
- Frekuensi
konsumsi
pangan lansia
tidak teratur
yaitu 2 kali
sehari.
Amalia Pengaruh Pengaruh - Tingkat
Fauziah Pendidikan Pendidikan pengetahuan
Kesehatan Kesehatan, penderita DM
Tentang Diet Perubahan Tingkat di Puskesmas
Terhadap Pengetahuan dan Kartasura
Perubahan Sikap Penderita sebelum
Tingkat Diabetes Melitus pemberian
Pengetahuan dan pendidikan
Sikap Penderita kesehatan
Diabetes Melitus sebagian besar
dalam sedang.
Melaksanakan - Sikap terapi diet
Dietnya di penderita DM
Puskesmas Di Puskesmas
Kartasura Kartasura
sebelum
pemberian
pendidikan
kesehatan
sebagian besar
sedang.
- Terdapat
pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap sikap
terapi diet pada
penderita DM
di Puskesmas
Kartasura
Sukoharjo.
Dwi Nurin Hubungan Tingkat Seorang penderita
Aini Tingkat Pengetahuan diabetes mellitus
Pengetahuan Tentang Kebutuhan diharapkan
Tentang Gizi memiliki
Kebutuhan Gizi pengetahuan
dengan Pola tentang kebutuhan
Makan pada gizi agar dapat
Penderita mengetahui
Diabetes Melitus kebutuhan gizi
Tipe 2 yang tubuhnya sendiri
Menjalani Rawat dan dapat
Jalan di RSD dr mengaplikasikan
Soebandi Jember pengetahuan
tersebut dalam pola
makan sehari-
harinya

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada (pada


tabel 1.1) adalah variabel bebas yang digunakan penyuluhan gizi dan
variabel terikat perubahan perilaku konsumsi pangan yang berlokasi di
wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Simongan kecamatan Semarang Barat
kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai