Anda di halaman 1dari 9

PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA PENDERITA LEUKEMIA

Ulfa Rizkiana1
Retnaningsih2
1,2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat
2
retnaningsih01@yahoo.com

Abstrak

Leukemia merupakan jenis kanker darah yang paling banyak dijumpai pada usia di
bawah 15 tahun. Dengan adanya penyakit seperti leukemia pada remaja maka akan
mempengaruhi semua aktivitas dan kepribadian pada remaja penderita leukemia. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran dari penerimaan diri
remaja penderita leukemia dan faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri pada
remaja penderita leukemia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berupa
studi kasus dengan satu subjek yaitu penderita leukemia jenis ALL stadium satu selama
satu tahun. Subjek saat penelitian dilakukan berusia 14 tahun. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa subjek penelitian mampu menerima dirinya dengan baik. Hal
tersebut ditunjukan dengan adanya pemahaman tentang diri sendiri dan mengenali apa
yang menjadi kekurangan dan kelebihannya serta adanya harapan yang realistis
terhadap keadaan diri dan tidak merasa rendah diri dengan adanya penyakit yang
dialami subjek. Selain itu subjek memiliki keluarga yang sangat mendukung harapan
subjek dan teman-teman serta lingkungan yang bersikap baik sehingga subjek
mempunyai penerimaan diri yang baik sebagai remaja penderita leukemia.

Kata Kunci: penerimaan diri, leukemia, remaja

SELF-ACCEPTANCE IN ADOLESCENT LEUKEMIA PATIENT

Abstract

Leukemia is a cancer commonly suffered in adolescent below 15 years old. This disease
will affect adolescent’s daily activities and personality. The aim of this study is to analyze
self-acceptance in adolescent with leukemia and factors influencing it. Research
approach is qualitative research with case study. The participant of this study is a 14
years old adolescence with leukemia type ALL first stadium. Result shows that she can
accept the reality and had good self-acceptance. It can be described from her
understanding of her ill. She knows and receives her limitations and excesses. She also
feels confidence for her condition. She admitted the support from her family as well as
friends and neighbors. The support of family, friends, and neighbors help her to have
good self-acceptance as adolescent with leukemia.

Key Words: self-acceptance, leukemia, adolescence

PENDAHULUAN tinggi. Tidak hanya di Indonesia melain-


kan juga di berbagai negara. Di
Kanker menjadi momok bagi se- Amerika, kanker merupakan penyebab
mua orang, Hal ini karena angka kematian nomor dua. Pada tahun 2003
kematian akibat kanker yang sangat diperkirakan ada 1,334,100 kasus dengan

114 Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009


angka kematian sebanyak 556,500 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah
orang. Sedangkan di Eropa terdapat tiga tercatat sejumlah 35% kasus LLA dan
juga kasus kanker baru tiap tahun 13% kasus LMA dari penderita kanker
dengan angka kematian sebesar dua juta. anak dalam periode tahun 2000-2004.
Angka harapan hidup penderita kanker Menurut penelitian, anak dengan leu-
hanya 60% dibandingkan dengan bukan kemia yang berusia lebih muda memiliki
penderita (Media Sehat, 2005; Powers, harapan hidup lebih tinggi 61-77%
Blozent, Bachanas, Cotter, dan Swan, dibanding remaja berusia 20 tahun.
1993; Baider, Peretze, dan Kaplan De- Kurang lebih 80% penderita dengan
Nour,1997; Broome, Rehwaldt, dan LLA memiliki peluang hidup lebih lama
Fogg, 1998; Steggles, 1999; Arathuzic, setelah mendapatkan protokol peng-
1994). obatan LLA meskipun 40–60% pada
Di Indonesia, terlihat lonjakan kelompok tersebut bergantung pada jenis
yang luar biasa untuk penderita penyakit protokol yang digunakan. (Van Duyn,
kanker. Dalam jangka waktu 10 tahun, 2007).
terlihat bahwa peringkat kanker sebagai Maka bukanlah suatu hal yang
penyebab kematian naik, dari peringkat mengejutkan, ketika remaja diagnosa
12 menjadi peringkat enam. Setiap tahun terkena penyakit terminal seperti kanker,
diperkirakan terdapat 190 ribu penderita mereka akan merasa terkejut, terhina dan
baru dan seperlimanya akan meninggal merasa tidak adil (Taylor, 1999; Powers,
akibat penyakit ini. Namun angka dkk, 1993; Baider, dkk, 1997; Broome,
kematian akibat kanker ini sebenarnya dkk, 1998; Steggles, 1999; Arathuzic,
bisa dikurangi 3-35 persen, asal dilaku- 1994). Setelah didiagnosa adanya
kan tindakan prevelensi, screening dan leukemia remaja sering berada dalam
deteksi dini. Jumlah penderita kanker di tahap krisis yang ditandai dengan keti-
Indonesia mengalami peningkatan dari dakseimbangan fisik, sosial dan psikis.
tahun ke tahun. Saat ini, jumlahnya Penyakit seperti leukemia dapat meng-
mencapai 6% dari total populasi yang akibatkan perubahan drastis dalam
ada. Angka tersebut hampir sama konsep diri dan harga diri penderita.
dengan yang terjadi di negara berkem- Perubahan ini dapat terjadi secara
bang lainnya, namun kecenderungannya sementara namun dapat juga menetap.
terus meningkat seiring globalisasi, gaya Dengan adanya diagnosa leukemia
hidup, dan kualitas pelayanan kesehatan pada diri remaja dan menjalankan ber-
(Media Sehat, 2005). bagai pengobatan dengan efek samping
Jumlah anak penderita kanker di yang dihasilkan dari pengobatan ter-
Indonesia hingga kini belum bisa dipas- sebut, hospitalisasi dan dampak yang
tikan. Kanker pada anak, yaitu kelom- diberikan pada kehidupan remaja, hal-
pok usia di bawah 18 tahun di Indonesia, hal seperti ini kemungkinan dapat me-
menurut Gatot sebanyak 2-4 persen. mengaruhi penerimaan dirinya. (Taylor,
Meskipun masih relatif kecil, penyakit 1999; Powers, dkk., 1993; Baider, dkk.,
kanker pada anak menunjukkan kecen- 1997; Broome, dkk., 1998; Steggles,
derungan peningkatan kasus pada 1999; Arathuzic, 1994). Penerimaan diri
beberapa tahun belakangan ini. Sebagian sebagai suatu keadaan dimana seseorang
besar atau sekitar 30-40% kasus kanker memiliki sikap yang positif terhadap diri
pada anak di Indonesia adalah leukemia. sendiri, mengakui dan menerima ber-
Menurut penelitian tahun 1993 di bagai aspek diri termasuk kualitas baik
Jakarta menunjukkan bahwa insidensi dan buruk yang ada pada diri dan
leukemia anak adalah 27.6% tiap satu memandang positif terhadap kehidupan
juta anak berusia 1-14 tahun, sedangkan yang telah dijalani (Ryff, 1989). Dengan

Rizkiana, Retnaningsih, Penerimaan Diri … 115


berbagai keterbatasan pada penderita dan berbicara dengan baik mengenai
leukemia di usia remaja, maka peneliti dirinya yang sebenarnya.
ingin mengetahui gambaran penerimaan Dalam kasus ini persepsi mengenai
diri pada remaja penderita leukemia. diri dan sikap terhadap penampilan yang
ditunjukan oleh subjek antara lain
METODE PENELITIAN seperti penilaiannya terhadap dirinya
tergambar dengan baik. Menurut subjek
Penelitian ini menggunakan pen- dirinya sangat berbeda sebelum subjek
dekatan kualitatif. Partisipan dalam menderita leukemia. Sebelumnya subjek
penelitian ini adalah seorang remaja adalah anak yang aktif dalam mengikuti
wanita berusia 14 tahun yang menderita kegiatan tubuh seperti menari, namun
leukemia tipe ALL stadium satu setelah menderita leukemia subjek tidak
semenjak 1 tahun yang lalu. Pengum- mampu lagi untuk mengikuti kegiatan
pulan data dalam penelitian ini meng- menari karena kondisi fisik yang tidak
gunakan wawancara dan observasi. mendukungnya untuk melakukan ke-
giatan menari. Oleh karena itu subjek
HASIL DAN PEMBAHASAN memahami keterbatasannya dan mengu-
rangi kegiatan menarinya.
Berdasarkan hasil wawancara dan Buss (2001) mengemukakan indi-
observasi dapat diketahui bahwa subjek vidu yang memiliki penerimaan diri
memiliki penerimaan diri yang baik. Hal memandang kelemahan dan kekuatan
ini dapat dilihat dari aspek penerimaan dalam dirinya lebih baik daripada indi-
diri yang ditunjukan oleh subjek. vidu yang tidak memiliki penerimaan
Menurut Papalia, Olds, dan Feldman diri. Individu tersebut kurang menyukai
(2004) ada beberapa aspek penerimaan jika harus menyia-nyiakan energinya
diri, yang di tunjukan dengan persepsi untuk menjadi hal yang tidak mungkin,
mengenai diri sendiri dan sikap terhadap atau berusaha menyembunyikan kele-
penampilan, sikap terhadap kelemahan mahan dari dirinya sendiri maupun
dan kekuatan diri sendiri dan orang lain, orang lain. Individu pun tidak berdiam
perasaan infeoritas sebagai gejala diri dengan tidak memanfaatkan kemam-
penolakan, respon terhadap penolakan puan yang dimilikinya.
dan kritikan, keseimbangan antara Sebaliknya individu akan menggu-
menjadi diri sendiri dan diri ideal, nakan bakat yang dimilikinya dengan
penerimaan diri dan penerimaan orang lebih leluasa. Individu yang bersikap
lain, penerimaan diri, menuruti kehen- baik pula dalam menilai kelamahan dan
dak dan menonjolkan diri, penerimaan kekuatan dirinya akan bersikap pula
diri, spontanitas dan menikmati hidup, dalam menilai kelemahan dan kekuatan
aspek moral penerimaan diri, sikap orang lain. Di dalam kasus ini sikap
terhadap penerimaan diri. terhadap kelemahan dan kekuatan diri
Papalia, Olds, dan Feldman (2004) sendiri. Kelebihan subjek digambarkan
menyatakan bahwa individu yang memi- dengan kepandaian subjek dalam ber-
liki penerimaan diri berpikir lebih gaul dan berteman. Sedangkan untuk
realistik tentang penampilan dan bagai- kekurangan subjek lebih digambarkan
mana dirinya terlihat dalam pandangan mengenai pelajaran, subjek lebih suka
orang lain. Ini bukan berarti individu melalukan praktek daripada teori dan
tersebut mempunyai gambaran sem- lebih senang mendengar daripada mem-
purna tentang dirinya, melainkan indi- baca. Subjek dapat menerima keku-
vidu tersebut dapat melakukan sesuatu rangan yang dimilikinya dan mencoba
menjadikan kekurangannya tersebut

116 Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009


menjadi kelebihan untuk dirinya dengan orang yang mengkritiknya dan kurang
cara banyak membaca dan berusaha mengenal dirinya.
untuk membuatnya menjadi lebih baik Menurut Buss (2001) individu
dari sebelumnya. yang memiliki penerimaan diri adalah
Menurut Papalia, Olds, dan individu yang mempertahankan harapan
Feldman (2004) seorang individu yang dan tuntutan dari dalam dirinya dengan
terkadang merasakan infeoritas di mana baik dalam batas-batas memungkinkan
seorang individu yang tidak memiliki individu ini mungkin memiliki ambisi
sikap penerimaan diri dan hal tersebut yang besar, namun tidak mungkin untuk
akan mengganggu penilaian yang rea- mencapainya walaupun dalam jangka
listik atas dirinya. Dalam kasus ini sub- waktu yang lama dan menghabiskan
jek menyadari bahwa dengan penya- energinya. Oleh karena itu, dalam men-
kitnya ini menyebabkan dirinya tidak capai tujuannya individu mempersiap-
dapat beraktivitas seperti orang normal kan dalam konteks yang mungkin
lainnya, kadangkala subjek merasa sedih dicapai, untuk memastikan dirinya tidak
namun subjek merasa bahwa penyakit akan kecewa saat nantinya.
yang dialaminya adalah sebagai cobaan Di dalam kasus ini subjek masih
dari Tuhan untuk dirinya oleh karena itu mempertahankan semua harapannya
subjek tidak merasa rendah diri karena karena subjek yakin akan sembuh dan
penyakitnya dapat mencapai semua harapannya.
Papalia, Olds, dan Feldman (2004) Subjek ingin menjadi dokter anak karena
menyatakan individu yang memiliki subjek ingin membantu anak-anak yang
penerimaan diri tidak menyukai kritikan, terkena leukemia. Subjek merasa kurang
namun demikian individu mempunyai bisa menyeimbangkan antara menjadi
kemampuan untuk menerima kritikan diri sendiri dan diri ideal. Menurut
bahkan dapat mengambil hikmah dari subjek diri yang ideal adalah diri yang
kritikan tersebut. Individu berusaha baik, jujur dan tidak berlebihan dan
untuk melakukan koreksi atas dirinya subjek belum mempunyai semua hal itu.
sendiri, ini merupakan hal yang penting Cara subjek untuk menyeimbangkan
dalam perkembangannya menjadi se- menjadi diri sendiri dan diri ideal
orang individu dewasa dan dalam dengan menjalani semua apa adanya dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi tidak harus menjadi ideal karena subjek
masa depan. Individu yang tidak memi- menyukai dirinya yang sekarang. Subjek
liki penerimaan diri justru menganggap merasa yakin dengan harapan yang
kritikan sebagai wujud penolakan terha- dimilikinya dan yakin bisa mencapai hal
dapnya. itu semua, yaitu dengan menjadi dokter
Hal yang penting dalam peneri- anak.
maan diri yang baik adalah mampu Buss (2001) mengemukakan pene-
belajar dari pengalaman dan meninjau rimaan diri berarti apabila seorang
kembali sikapnya yang terdahulu untuk individu menyayangi dirinya, maka akan
memperbaiki diri. Dalam kasus ini sub- lebih memungkinkan baginya untuk
jek pernah menerima kritik dari orang menyayangi orang lain, dan apabila
lain dan subjek paling sering menerima seorang individu merasa benci pada
kritik dari keluarganya mengenai sikap dirinya, maka akan lebih memungkinkan
subjek terhadap orang lain. Subjek mau untuk merasa benci pada orang lain.
menerima kritikan dari orang lain dan Terciptanya hubungan timbal balik an-
mencoba untuk mengubah sikapnya tara penerimaan diri dengan penerimaan
yang kurang menyukai apabila ada orang lain adalah individu yang memi-
liki penerimaan diri merasa percaya diri

Rizkiana, Retnaningsih, Penerimaan Diri … 117


dalam memasuki lingkungan sosial. Di buat kakak dan adik subjek menjadi
dalam kasus ini subjek menyayangi cemburu.
dirinya sendiri bahkan lebih menyayangi Menurut Papalia, Olds, dan Feldman
dirinya setelah kena leukemia. Subjek (2004), individu dengan penerimaan diri
merasa percaya diri dalam memasuki mempunyai lebih banyak keleluasaan
lingkungan sosialnya, subjek tidak untuk menikmati hal-hal dalam hidup-
merasa minder dengan kondisinya seka- nya. Namun, terkadang kurang termoti-
rang ini. Hal ini dapat terjadi karena vasi untuk melakukan sesuatu yang
subjek menyadari dukungan social yang rumit. Individu yang memiliki peneri-
diterima (McClellan, Stanwyck, dan maan diri lebih mudah untuk menikmati
Anson, 1993; Wu, 2007; Van Duyn, hubungan dengan teman-temannya. Indi-
McCrae, Wingrove, dkk 2007). vidu tersebut tidak hanya leluasa
Menurut Papalia, Olds, dan menikmati sesuatu yang dilakukannya.
Feldman (2004), menerima diri dan Akan tetapi, juga leluasa untuk menolak
menuruti diri merupakan dua hal yang atau menghindari sesuatu yang tidak
berbeda. Apabila seorang individu ingin dilakukannya.
menerima dirinya, hal tersebut bukan Di dalam kasus ini subjek menik-
berarti individu memanjakan dirinya. mati hidupnya karena merasa lebih dekat
Bukan berarti bahwa individu keluar dengan keluarganya (McClellan, dkk
dari jalannya untuk menghindari kese- 1993; Wu, 2007; Van Duyn, dkk 2007)
nangan dan mencari penderitaan. Subjek menikmati hidupnya dengan cara
Individu yang menerima dirinya akan menerima semuanya dengan senang hati,
menerima dan bahkan menuntut pem- namun subjek terkadang juga merasa
bagian yang layak akan sesuatu yang sedih terhadap penyakit yang diderita-
baik dalam hidup dan tidak mengambil nya. Subjek dengan leluasa menolak dan
kesempatan yang tidak pantas untuk menghindari sesuatu yang tidak ingin
memiliki posisi yang baik atau menik- dilakukannya dengan cara berkata tidak.
mati sesuatu yang bagus. Contohnya ketika ibu subjek meminta
Individu akan berjuang untuk men- subjek melakukan sesuatu dan subjek
dapatkan posisi yang didambakan dalam merasa lelah atau tidak ingin melaku-
kelompoknya. Semakin individu mene- kannya maka subjek akan berkata tidak,
rima dirinya dan diterima orang lain, untuk menolaknya.
semakin individu mampu untuk berbaik Buss (2001) mengemukakan indi-
hati. Individu dengan penerimaan diri vidu dengan penerimaan diri bukanlah
menghargai harapan orang lain dan individu yang berbudi baik dan bukan
meresponnya dengan bijak. pula individu yang tidak mengenal
Individu memiliki pendirian yang moral, tetapi memiliki fleksibilitas
baik dalam berpikir, merasakan dan dalam pengaturan hidupnya. Individu
membuat pilihan. Individu tidak hanya memiliki kejujuran untuk menerima
akan menjadi pengikut apa yang di- dirinya sebagai apa dan untuk apa
katakan orang lain. Dalam kasus ini nantinya, dan tidak menyukai kepura-
subjek ingin terlihat normal dalam puraan. Individu ini dapat secara terbuka
lingkungannya dan tidak ingin dirinya mengakui dirinya sebagai individu yang
dilihat sakit. Subjek bersikap semua hal pada suatu waktu dalam masalah,
yang diinginkannya harus dilakukan, merasa cemas, ragu dan bimbang tanpa
namun terkadang subjek juga merasa harus menipu diri dan orang lain. Hal
dirinya terlalu egois karena semua yang paling penting dari aspek moral
keinginannya harus dituruti dan mem- penerimaan diri adalah apa yang
dinyatakan secara tidak langsung pada

118 Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009


nilai, arti dan tujuan hidup secara (McClellan, dkk. 1993; Wu, 2007; Van
keseluruhan. Individu dengan peneri- Duyn, dkk. 2007). Subjek menerima
maan diri yang baik akan menjalani dirinya dengan berpikiran bahwa inilah
kehidupan dengan penuh dan bebas yang harus dihadapi dan dijalani yaitu
sebagai anugrah dan kesempatan yang menerima bahwa dirinya mengidap
diberikan padanya. Dalam kasus ini leukemia, dan yakin dirinya dapat sem-
subjek sangat menerima keadaan diri- buh. Subjek pernah merasa takut dan
nya, terkadang subjek merasa sedih merasa akan meninggal namun dokter
ketika melihat kakak subjek dapat pergi meyakinkan subjek bahwa masih punya
dengan teman-temannya tanpa didam- harapan untuk sembuh.
pingi orang tua sedangkan subjek harus Menurut Maslow dalam Hejlle dan
didampingi orang tuanya jika ingin Ziegler (1985) individu yang memiliki
pergi. sikap positif terhadap dirinya sendiri
Menurut subjek dirinya merasa akan dapat menerima keadaan dirinya
seperti itu hanya jika subjek merasa secara tenang dengan segala kelebihan
suntuk dan tidak melakukan apa-apa. dan kekurangannya. Di dalam kasus ini
Subjek tidak mau membohongi diri subjek tidak merasa sedih dengan
sendiri bahwa pernah merasakan cemas, dirinya yang sekarang, meskipun terka-
ragu dan bimbang. Subjek mengakui dang subjek juga merasa sedih.
bahwa dirinya dalam masalah, merasa Menurut Shepard dalam Van Duyn
cemas, ragu dan bimbang dengan ber- (2007) dan Ryff (1989) mengatakan
cerita kepada ibunya karena subjek bahwa penerimaan diri berarti kepuasan
menjadi lebih dekat dengan ibunya atau kebahagiaan individu terhadap
semenjak sakit. Subjek menjalani hidup- dirinya sendiri dan pemikiran akan
nya dengan apa adanya, dan subjek kebutuhan mental yang sehat. Peneri-
berusaha untuk sembuh dari penyakit- maan diri mencakup pemahaman diri,
nya. pemikiran realistis walaupun subjektif,
Menurut Buss (2001) menerima kesadaran akan kelemahan dan kekuatan
diri merupakan hal penting dalam diri. Pada akhirnya individu akan merasa
kehidupan seseorang. Individu yang bahwa dirinya unik. Secara klinis,
dapat menerima beberapa aspek hidup- penerimaan diri mengarahkan seseorang
nya, mungkin dalam keraguan dan menuju perubahan. Penerimaan diri akan
kesulitan dalam menghormati orang lain. menghentikan celaan terhadap diri, dan
Hal tersebut merupakan arahan agar menerimanya sebagai bagian dirinya.
dapat menerima dirinya. Individu dengan Dalam kasus ini subjek merasa puas dan
penerimaan diri membangun kekuatan- bahagia terhadap kehidupan dan dirinya
nya untuk menghadapi kelemahan dan subjek dapat melihat keluarga yang
keterbatasanya. Banyak hal dalam per- menyayanginya (McClellan, dkk, 1993;
kembangan seorang individu yang Wu, 2007; Van Duyn, dkk, 2007).
belum sempurna. Bagi seorang individu Selain itu menurut Bus (2001)
akan lebih baik jika ia dapat meng- penerimaan diri berarti mengenali
gunakan kemampuannya dalam perkem- kemampuan dan keberhasilan diri serta
bangan hidupnya. mengakui dan menerima keterbatasan
Dalam kasus ini subjek mem- diri. Kurangnya seseorang dalam mene-
bangun kekuatan untuk menghadapi rima dirinya dapat mengarahkannya
kelemahan dan keterbatasannya dengan pada gangguan emosi. Ketidakmampuan
cara terus mempunyai semangat hidup untuk menerima diri dapat menuju pada
dan yakin bahwa dirinya akan sembuh berbagai kesulitan emosi seperti kema-
dan keluarga yang selalu mendukung rahan dan depresi. Salah satu aspek

Rizkiana, Retnaningsih, Penerimaan Diri … 119


penting dalam penerimaan diri yaitu Faktor-faktor yang berperan dalam
mampu dan mau membiarkan orang lain penerimaan diri yang baik pada subjek
melihat dirinya yang sesungguhnya, antara lain adalah subjek memiliki
melakukan evaluasi yang sesuai dan pemahaman tentang diri sendiri. Subjek
menerima kesalahan di masa lalu. memahami bagaimana dirinya. Sebelum-
Dalam kasus ini subjek pernah nya subjek lebih suka diam terhadap
mengalami depresi dan kemarahan ter- orang lain dan berusaha untuk mengu-
hadap keadaannya. Subjek menyikapi- bahnya. Subjek mengenali kekurangan
nya dengan menangis namun setelah dan kelebihan dalam dirinya. Menurut
menangis subjek berusaha membuat Hurlock (1998) pemahaman tentang diri
dirinya semangat lagi dengan berjuang sendiri dapat timbul dari kesempatan
agar bisa sembuh dari penyakitnya. seseorang untuk mengenali kemampuan
Subjek merasa ada yang disesalinya di dan ketidakmampuannya.
masa lalunya yaitu ketika menerima Individu yang dapat memahami
kritikan dari kakaknya mengenai sikap- dirinya sendiri tidak akan hanya ter-
nya terhadap orang lain. Sekarang gantung dari kemampuan intelektualnya
subjek merasa dirinya sudah berubah saja, tetapi juga pada kesematannya
dengan lebih banyak senyum. Subjek untuk penemuan diri sendiri. Pema-
tidak lagi menyesali hal tersebut dan haman diri dan penerimaan diri berjalan
berusaha membuka lembaran baru dalam dengan berdampingan, maksudnya se-
hidupnya makin orang dapat memahami dirinya,
Berkaitan dengan membuka diri maka semakin dapat menerima dirinya.
dan mau menerima kualitas baik dan Ini menunjukkan perlunya dukungan
buruk, Ryff (1989) menyatakan bahwa sosial, baik dari keluarga, teman, dan
individu yang mempunyai penerimaan lingkungan bagi penderita (McClellan
diri yang rendah akan merasa tidak puas dkk, 1993; Wu 2007; Van Duyn dkk,
dengan dirinya, menyesali apa yang 2007).
terjadi di masa lalunya, sulit untuk Menurut Hurlock (1998) individu
terbuka, terisolasi dan frustasi dalam menentukan sendiri harapannya dan di-
hubungan interpersonal sehingga tidak sesuaikan dengan pemahaman mengenai
ada keinginan untuk mempertahankan kemampuannya, dan bukan diarahkan
hubungan dengan orang lain. Sedangkan oleh orang lain dalam mencapai tujuan-
individu yang memiliki penerimaan diri nya. Dengan memiliki harapan yang
dalam tingkat optimal atau tinggi akan realistik, maka akan semakin besar
bersikap positif terhadap dirinya sendiri, kesempatan tercapainya harapan itu. Hal
mau menerima kualitas baik dan buruk ini akan menimbulkan kepuasan diri
dirinya, serta memiliki sikap positif yang merupakan hal penting dalam
terhadap masa lalunya. penerimaan diri. Subjek juga memiliki
Dalam kasus ini subjek mampu harapan yang realistis terhadap keadaan
membuka dirinya dan membiarkan dirinya yang sekarang. Harapan subjek
orang lain melihat dirinya dengan cara untuk sekarang adalah dapat sembuh
menceritakan apa yang dirasakannya. dari penyakit yang dideritanya dan dapat
Subjek juga mampu menerima kualitas menggapai cita-citanya menjadi dokter
baik dan buruk yang ada dalam dirinya. anak. Selain itu subjek memiliki keluar-
Kualitas baik dalam diri subjek adalah ga yang sangat mendukung harapan
menyukai interaksi dengan anak kecil, yang dimiliki subjek dan teman-teman
sedangkan kualitas buruk yang ada serta lingkungan yang bersikap baik,
dalam diri subjek tergambarkan dengan walaupun ada beberapa orang yang
sikapnya yang suka marah. bersikap mengasihani subjek (McClellan,

120 Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009


dkk 1993; Wu, 2007; Van Duyn, dkk, usaha untuk membuatnya menjadi lebih
2007). baik dari sebelumnya. Subjek mau
Subjek menanggapi pandangan menerima kritikan dari orang lain dan
orang lain terhadap dirinya dengan baik. mencoba untuk mengubah sikapnya
Subjek menunjukkan sikap mau untuk yang kurang menyukai apabila ada
mengevaluasi dirinya apabila pandangan orang yang mengkritiknya dan kurang
yang diberikan orang lain terhadap mengenal dirinya. Subjek bersikap
dirinya benar. Subjek merasa ibunya semua hal yang diinginkannya harus
mempunyai pengaruh dalam hidupnya dilakukan, namun terkadang subjek juga
karena dekat dengan ibunya semenjak merasa dirinya terlalu egois karena
sakit. Subjek mempunyai penerimaan semua keinginannya harus dituruti dan
diri yang baik karena mencontoh ibunya. membuat kakak dan adik subjek menjadi
Subjek juga mampu membangun sikap cemburu.
positif terhadap diri sendiri dengan
yakin bahwa subjek akan sembuh dari DAFTAR PUSTAKA
penyakit yang dideritanya. Menurut
Hurlock (1998) mengindentifikasi diri Arathuzic, D. 1994 “Effects of
dengan orang yang baik dicontoh dapat cognitive-behavioral strategies on
membangun sikap yang positif terhadap pain in cancer patients” Cancer Nurs
diri sendiri, dan bertingkah laku dengan vol 17 pp 207-214.
baik yang bisa menimbulkan penilaian Baider, L., Peretz, T., Kaplan De-Nour,
diri yang baik dan penerimaan diri yang A. 1997 “The effect of behavioral
baik. intervention on the psychological
Di samping itu subjek merasa distress of holocaust survivors with
diasuh secara demokratis oleh kedua cancer” Psycho Ter Psychosom vol
orang tuanya, hal tersebut digambarkan 66 pp 44-49.
dengan pemberian pilihan oleh orang tua Broome, M.E., Rehwaldt, F., and Foog,
subjek dan pengarahan mana yang baik L. 1998 “Relationship between
dan mana yang kurang baik untuk cognition behavioral techniques,
dirinya. Hurlock (1998) menyatakan temperament, observed distress, and
anak yang diasuh secara demokratis pain reports in children and
akan cenderung berkembang sebagai adolescents during lumbar puncture”
orang yang dapat menghargai dirinya Journal of Pediatric Nurse vol 13 pp
sendiri. 48-54.
Buss, A. 2001 Psychological dimensios
SIMPULAN of the self SAGE Publications
Thousand Oaks.
Subjek penderita leukemia dapat Hurlock, E.B. 1997 Psikologi
menerima keadaan dirinya dengan baik. perkembangan suatu pendekatan
Penerimaan dapat terjadi karena subjek sepanjang rentang kehidupan Ahli
menyadari dan menerima keterbatasan- bahasa: Isti Widayanti dan
nya saat ini karena penyakit. Peneri- Soedjarwo Erlangga Jakarta.
maan ini terlihat dari subjek memahami McClellan, W. M., Stanwyck, D. J., and
keterbatasannya dan mengurangi ke- Anson, C. A. 1993 “Social support
giatan menarinya. Subjek dapat mene- and subsequent mortality among
rima kekurangan yang dimilikinya dan patients with end-stage renal
mencoba menjadikan kekurangannya disease” Journal of the American
tersebut menjadi kelebihan untuk dirinya Society of Nephrology vol 4 1028–
dengan cara banyak membaca dan ber- 1034.

Rizkiana, Retnaningsih, Penerimaan Diri … 121


Mediasehat. 2005 Mengenal Kanker and Social Psychology vol 57 pp
http://www.mediasehat.com/utama0 1069–1081.
7.php diunduh tanggal 5 Desember Stegles, J. 1999 “The use of cognitive-
2007. behavioral treatment including
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, hypnosis for claustrophobia in
R.D. 2004 Human development cancer patients” Am J Clin Hypn vol
McGraw-Hill New York. 41 pp 319-326.
Powers, S.W., Blozent, R.L., BAchanas, Van Duyn, M. A., McCrae, T.,
P.J., Cotter, M.W., and Swan, S.C. Wingrove, B. K., Henderson, K. M.,
1993 “Helping preschool leukemia Boyd, J. K., Kagawa -Singer, M., et
patients and their parents cope al. 2007 “Adapting evidence-based
during injections” Journal of strategies to increase physical
Pediatric Psychology vol 18 pp 681- activity among African Americans,
695. Hispanics, Hmong, and Native
Ryff, C. D. 1989 “Happiness is Hawaiians: A social marketing
everything, or is it? Explorations on approach” Preventing Chronic
the meaning of Psychological Disease vol 4 pp A102.
wellbeing” Journal of Personality

122 Jurnal Psikologi Volume 2, No. 2, Juni 2009

Anda mungkin juga menyukai