Anda di halaman 1dari 8

AKREDITASI PUSKESMAS DI KABUPATEN KAPUAS

MAMPUKAH PUSKESMAS MENCAPAI STATUS AKREDITASI UTAMA

Gambaran dibawah ini adalah merupakan suatu analisa, didasarkan pada fakta dan data pendukung
berupa kebijakan atau dokumen yang diwajibkan pada peraturan perundang-undangan.

A. Tingkatan Akreditasi
Penilaian akreditasi FKTP / Puskesmas dilakukan oleh surveior yang berasal dari Lembaga
Akreditasi FKTP ( sekarang masih Komisariat Akreditasi FKTP ). Setelah melakukan penilaian,
ketiga surveior yang berasal dari masing-masing pokja selanjutnya membuat keputusan status
akreditasi Puskesmas tersebut apakah tidak terakreditasi atau terakreditasi. Jika terakreditasi
maka tingkatannya sesuai temuan yang didapat saat penilaian dimulai dari status akreditasi
yang terbawah ( dasar ) sampai dengan yang tertinggi ( paripurna )

PARIPURNA

UTAMA

MADYA

DASAR

B. Syarat Kelulusan
Lulus tidaknya Puskesmas dalam penilaian akreditasi sesuai Buku Pedoman Survei
Akreditasi FKTP adalah didasarkan pada pemenuhan atas dokumen pada masing-masing BAB.
Gambaran sederhana dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Keputusan Pencapaian nilai


Akreditasi ADMINISTRASI UKM UKP
MANAJEMEN
Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII Bab IX

Tidak
< 75 % < 75 % <20 % < 60 % < 60 % <20 % < 60 % <20 % <20 %
Terakreditasi

Terakreditasi
≥ 75 % ≥ 75 % ≥ 20 % ≥ 60 % ≥ 60 % ≥ 20 % ≥ 60 % ≥ 20 % ≥ 20 %
Dasar

Terakreditasi
≥ 75 % ≥ 75 % ≥ 40% ≥ 75 % ≥ 75 % ≥ 40% 60 % 60 % ≥ 40%
Madya

Terakreditasi
≥ 80 % ≥ 80 % ≥ 60% ≥ 80 % ≥ 80 % ≥ 60% ≥ 80 % ≥ 80 % ≥ 60%
Utama

Terakreditasi
≥ 80 % ≥ 80 % ≥ 80% ≥ 80 % ≥ 80 % ≥ 80% ≥ 80 % ≥ 80 % ≥ 80%
Paripurna

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mencapai status akreditasi
didasarkan pada pencapaian pada masing-masing bab, BUKAN NILAI TOTAL. Tetapi jika hanya
mengacu pada pencapaian masing-masing bab akanlah sangat sulit Puskesmas itu dapat lolos
akreditasi khususnya pada penilaian pertama kali karena pada tahap awal sumber daya biasanya
masih minim dan belum tertata sesuai pedoman dan peraturan perundang-undangan.
Karenanya lulus atau tidaknya akreditasi pada pertama kali biasanya tidak hanya dilihat
pada presentase pencapaian pada masing-masing bab tetapi pada prakteknya surveior juga
kadang melihat bagaimana perjuangan dari seluruh tenaga di Puskesmas dalam merubah mutu
dan kinerja di Puskesmas apakah memang sungguh-sungguh ataukah hanya sekedar untuk
penilaian saja. Tetapi hal ini mungkin hanya berlaku pada penilaian pertama kali, karena pada
penilaian kedua bukan hal ini lagi yang dinilai tetapi bukti-bukti nyata selama 3 (tiga) tahun
berjalan setelah penilaian pertama .
Tahun 2016 Kabupaten Kapuas berhasil meluluskan 3 Puskesmas di kawasan perkotaan
dalam status akreditasi Dasar. Tahun 2017 dari 4 Puskesmas yang dinilai 3 Puskesmas rawat
jalan berhasil mendapatkan status akreditasi madya, dan 1 Puskesmas rawat inap mendapatkan
status akreditasi dasar. Tahun 2018 ada 10 Puskesmas yang akan menjalani proses akreditasi
dengan perencanaan penilaian akan dilakukan pada bulan Oktober. Perlu ada persiapan yang
maksimal dari seluruh elemen terkait agar hasil yang didapat nantinya optimal, apalagi jika
melihat keadaan geografi dari 10 Puskesmas ini, 9 diantaranya terletak cukup jauh dari
Kabupaten Kapuas, dan jalan yang ditempuh cukup sulit.

C Hal Dasar yang Harus Menjadi Perhatian


1. Standar Tenaga
Dalam Permenkes 75 Tahun 2014 ( Lampiran, hal 84-85 ), cukup jelas menyebutkan
standar MINIMAL tenaga yang harus ada di Puskesmas, tetapi ini hanya nilai minimal
artinya jika Puskesmas hanya memiliki tenaga minimal hasil penilaian pun bukan tidak
mungkin hanya MINIMAL ( terakreditasi DASAR )

Puskesmas
Puskesmas Puskesmas kawasan
kawasan kawasan Terpencil dan
Perkotaan Pedesaan Sangat
No Jenis Tenaga
Terpencil
Non Non Non
Rawat Rawat Rawat
Rawat Rawat Rawat
Inap Inap Inap
Inap Inap Inap
1. Dokter atau dokter layanan primer 1 2 1 2 1 2
2. Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3. Perawat 5 8 5 8 5 8
4. Bidan 4 7 4 7 4 7
5. Tenaga kesehatan masyarakat 2 2 1 1 1 1
6. Tenaga kesehatan lingkungan 1 1 1 1 1 1
7. Ahli teknologi laboratorium
1 1 1 1 1 1
medik
8. Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2
9. Tenaga Kefarmasian 1 2 1 1 1 1
10. Tenaga administrasi 3 3 2 2 2 2
11. Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
Dari tabel diatas terlihat jumlah standar tenaga sesuai jenis ketenagaan yang WAJIB
ada termasuk didalamnya tenaga dokter, dokter gigi dan sebagainya. Dapat dibayangkan
bagaimana bisa masuk ke dalam status akreditasi terbaik jika hal minimal tidak mampu
dipenuhi oleh Puskesmas, sebab hal ini terkait dengan mutu layanan yang bisa diapatkan
masyarakat seperti juga di jabarkan pada buku “ Instrumen Pemantauan Puskesmas yang
Memberi Pelayanan Sesuai Standar”
Selain itu, ada kekhususan syarat minimal bagi Kepala Puskesmas (PMK 75 / 2014
Pasal 33) yaitu merupakan seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat;
b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.

2. Standar Peralatan
Dalam Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas (Lampiran Hal 26-84)
juga telah ditetapkan jumlah MINIMAL peralatan dari masing-masing Unit /
Program baik Puskesmas Rawat Inap maupun Puskesmas Non Rawat Inap.

Berdasarkan Buku “ Instrumen Pemantauan Puskesmas yang Memberi Pelayanan


Sesuai Standar” peralatan di masing-masing unit yang ada di daftar Permenkes 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas diwajibkan 80% pemenuhan dengan penekanan pada beberapa
alat-alat wajib di masing- unit. Sudahkah Puskesmas memiliki peralatan diatas sesuai
jumlah minimum yang ditetapkan ? Tentunya hal ini juga menjadi salah satu jawaban atas
status yang ingin diraih nantinya. Jika minimum tidak ada otomatis nilainya pun minimum
bahkan dianggap Tidak Standar.
3. Standar Bangunan dan Gedung
Syarat bangunan Puskesmas secara lengkap dijelaskan pada lampiran Pemenkes 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas Hal 3- . Penjelasan cukup lengkap, diantaranya :
a. Pengaturan zonasi ruangan yang dibagi menjadi 3 bagian (publik, semi publik, privat).
Area privat adalah area yang dibatasi bagi pengunjung misalnya ruang setrilisasi dan
rawat inap.
b. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan khusus
dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.
c. Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit- langit minimal 2,80 m.
d. Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm.
e. Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm atau
dapat dilalui brankar dan pintu- pintu yang bukan akses brankar memiliki lebar
bukaan minimal 90 cm. Pintu harus terbuka ke luar.
f. Pintu khusus untuk KM/WC di ruang perawatan dan pintu KM/WC
penyandang disabilitas, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu minimal 90
cm.
g. Sebaiknya disediakan minimal 1 KM/WC umum untuk penyandang disabilitas,
dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol penyandang disabilitas pada bagian
luarnya dan dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki
posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang disabilitas lainnya. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-
siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda
h. Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih untuk membedakan dengan
tabung/silinder gas medik lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Tabung/silinder O2 pada saat digunakan, diletakkan di samping tempat tidur
pasien, dan harus menggunakan alat pengaman seperti troli tabung atau
dirantai.
i. Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1 buah
untuk setiap 15 m2, diletakkan pada dinding dengan ketinggian antara 15
cm – 120 cm dari permukaan lantai

j. Tingkat Pencahayaan
Tingkat pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan.

TINGKAT
FUNGSI RUANG PENCAHAYAAN
(LUX)
Ruangan administrasi kantor, ruangan Kepala
Puskesmas, ruangan rapat, ruangan
pendaftaran dan rekam medik, ruangan
pemeriksaan umum, ruangan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), KB dan imunisasi, ruangan 200
kesehatan gigi dan mulut, ruangan ASI, ruangan
promosi kesehatan, ruang farmasi, ruangan
rawat inap, ruangan rawat pasca persalinan

Laboratorium, ruangan tindakan, ruang 300


gawat darurat

Dapur, ruangan tunggu, gudang umum, KM/WC,


ruangan sterilisasi, ruangan cuci linen 100

Gambar 1 Puskesmas Non Rawat Inap


Gambar 2 Puskesmas Rawat Inap

Gambar 3 Puskesmas Pembantu


k. Persyaratan lokasi dan bangunan Puskesmas lama yang dibangun sebelum tahun 2014
diwajibkan menyesuaikan dengan permenkes 75 tahun 2014 seperti kriteria diatas
terhitung mulai tahun 2018 dan seterusnya. Artinya dalam penilaian akreditasi
dispensasi nilai atas hal ini tidak berlaku lagi di tahun 2018 dan seterusnya. Demikian
juga untuk bangunan baru wajib sesuai seperti yang dijelaskan di permenkes 75 tahun
2014 atau peraturan-peraturan terkait lainnya seperti limbah, bangunan gedung dan
lain-lain.

C. Fakta / Realita

CONTOH PUSKESMAS TERAKREDITASI UTAMA

No Kab / Kota Puskesmas Jumlah Program Inovasi


Dokter
Umum
1 KUKAR Rapak Mahang 4
2 Surabaya Gunung Anyar 3 Pemeriksaan CPNS, OBSGYN, Pkm
Santun Lansia, PKM Industri, Poli
Kestra ( Akupuntur, Accupressure,
Medik Herbal, Aromatherapy, Pijat
Bayi )
Medokan Ayu 8 Spesialis Anak, PKM Santun Lansia,
Poli Batra, Posyandu Remaja
Keputih 4
Simomulyo Puskesmas ISO, Spesialis OBSGYN
dan Peny. Dalam,
Dupak 5 Poli STD, Pelayanan IVA, Spesialis
Anak
Pucang Sewu 4 Spesialis Anak, Pemeriksaan CPNS
3 KOBAR Sungai Rangit 2 Batra
Arut Selatan 3
4 Payakumbuh Lampasi 2 ANJALI (antar jemput persalinan )
5 Sawahlunto Talawi 4
6 Dharmasraya Sitiung I 6
7 Bukittinggi Guguk Panjang 2
8 Bangkalan Kamal 3

Catatan : a. Dapat dipastikan semua Puskesmas diatas memiliki program unggulan / inovasi
tetapi karena keterbatasan data dan informasi jadi tidak diisi.
b. Beberapa diantaranya merupakan Puskesmas yang turut menjadi peserta
kompetisi Puskesmas Terbaik di tingkat nasional, bahkan mendapatkan
penghargaan sebagai yang terbaik.
c. Gambaran diatas hanya beberapa saja dari sekian banyak Puskesmas terakreditasi
Utama. Bahkan ada kota di Jawa Barat / Yogyakarta yang hampir seluruh
Puskesmasnya meraih status akreditasi di atas madya.

Sumber Data : BPPSDMK Kemenkes RI


Blog Pribadi Puskesmas

Analisa :
1. Terlihat jumlah tenaga medis yang dimiliki adalah lebih dari 1 ( Jumlah minimal sesuai
Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas ), hal ini sejalan dengan syarat untuk
menjadi terakreditasi Utama maka pencapaian BAB Mutu ( Bab 3, 6 9 ) haruslah 60%.
Sehingga jika tenaga medis/dokter lebih dari 1 maka mutu pelayanan klinis dapat terjamin
dan meminimalkan adanya delegasi kepada tenaga klinis lain yang bukan medis. Karena
walaupun tenaga medis/dokter adalah pemberi pelayanan medis umum di Poli Umum
tetapi tidak menutup kemungkinan yang bersangkutan berhalangan hadir atau mengikuti
kegiatan dinas luar baik di Puskesmas maupun di Kabupaten yang mengakibatkan
pelayanan klinis menjadi tidak standar. Hal ini pasti menjadi perhatian khusus surveior
khususnya saat melakukan penilaian atas struktur organisasi di BAB 2 maupun pelayanan
klinis di BAB 7 dan Bab 9.

2. Adanya Program Unggulan / Program Inovasi adalah menjadi hal wajib jika ingin masuk ke
dalam status akreditasi Utama. Karena ini adalah bukti keseriusan Puskesmas dalam
membuat gebrakan untuk mengatasi masalah yang muncul dan mendongkrak mutu
pelayanan dan kegiatan.

3. Beberapa daerah bahkan membuat perencanaan matang untuk proses akreditasi


diantaranya proses persiapan yang mencapai waktu 2 tahun sehingga cukup waktu untuk
menata dan membuat bukti telusur saat penilaian.

KESIMPULAN
1. Perlu keterlibatan dan peran maksimal dari berbagai pihak terkait dalam mempersiapkan
akreditasi Puskesmas karena bukti telusur dan dokumen yang diwajibkan mencakup berbagai
aspek yang jumlahnya tidak sedikit, seperti gambaran kecil yang ada diatas.

2. Minimnya tenaga medis umum / Dokter dan Medis Gigi serta tenaga kesehatan lainnya seperti
Kefarmasian dan Analis Laboratorium di Puskesmas salah satu dasarnya adalah kondisi geografis
Puskesmas yang sulit dijangkau / jauh sehingga tenaga dari luar daerah tidak mau bekerja. Salat
satu solusi jangka panjang adalah membangun institusi pendidikan di wilayah setempat dengan
fokus pada penerimaan tenaga didik dari lokal sehingga jika lulus dapat mengabdi di daerah
juga.

3. Persiapan akreditasi dapat dimulai dari Puskesmas dengan waktu yang lebih lama, artinya tidak
menunggu memasuki tahap pendampingan yang dijadwalkan sesuai pedoman hanya 1 tahun.
Hal kecil dapat dimulai dengan membuat bukti-bukti fisik / tata graha, membenahi dokumen
sesuai kaji banding awal dengan Puskesmas terakreditasi lainnya. Sehingga saat proses
pendampingan, Puskesmas dapat fokus langsung ke perbaikan bukan membuat dari awal.
Demikian juga dengan dokumen-dokumen yang biasanya wajib diminta oleh Dinas Kesehatan
atau wajib ada di Puskesmas harusnya sudah dibuat seperti Profil Puskesmas, Penilaian Kinerja
Puskesmas, Laporan RUK/RPK, Renstra, Laporan SMD/MMD, bahkan jika perlu membuat
Manual Mutu dan Indikator semua Pokja. Karena hai ini cukup memakan waktu jika dibuat saat
proses pendampingan dan membuat dokumen lainnya menjadi tidak maksimal.

4. Untuk meraih akreditasi utama bukanlah hal mudah, perlu kerja keras dan pengorbanan baik
waktu dan biaya. Karenanya jika tidak ada usaha yang maksimal dari semua pihak untuk
menimbulkan bukti telusur seperti sebagian kecil diatas tidak mungkin mendapatkan hasil
maksimal juga

Analisis oleh : Yuniastin


( Pendamping Akreditasi FKTP : Administrasi Manajemen )

Anda mungkin juga menyukai