Contoh Proposal Penelitian Eksperimen
Contoh Proposal Penelitian Eksperimen
Proposal Penelitian
Oleh :
Laili Rizkiyah
JOMBANG
2012
1
PERBANDINGAN METODE CHIO DAN METODE MINOR-KOFAKTOR DALAM
Oleh :
Laili Rizkiyah
Oleh
Pembimbing
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
C. Matriks .............................................................................................. 6
C. Instrumen Penelitian.......................................................................... 22
3
F. Teknik Analisa Data ........................................................ ................. 27
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq serta hidayahnya
sehingga penulisan proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Penulisan proposal ini
ditujukan untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan.
Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rifa Nurmila,
S.Pd, M. Pd atas segala bimbingan dan arahan yang telah diberikan. Beserta semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan proposal penelitian ini.
Peneliti merasa bahwa proposal penelitian ini belum sempurna, masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran maupun kritikan untuk
kesempurnaan proposal penelitian ini. Peneliti mengaharapkan proposal penelitian ini
dapat membawa manfaat bagi semua pihak dan bagi pembaca khususnya. Atas segala
saran dan kritiknya peneliti sampaikan terima kasih.
Peneliti
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Terkait dengan permasalahan diatas agar kita mengetahui cara / metode
manakah antara metode CHIO dan metode MINOR-KOFAKTOR yang lebih mudah
digunakan. Maka penelitian ini mengambil judul “PERBANDINGAN ANTARA
METODE CHIO DAN METODE MINOR-KOFAKTOR DALAM
MENYELESAIKAN DETERMINAN MATRIKS BERORDO N ≥ 4 BAGI
PESERTA DIDIK KELAS XII IPA DI SMA NEGERI 3 JOMBANG.
B. Batasan Masalah
Agar permasalahan dibahas tidak terlalu meluas serta dapat mengarahkan
jalannya penulis. Maka penulis memberikut :
1. Penelitian ini terbatas pada mata pelajaran matematika menentukan determinan
matriks berordo n ≥ 4 dengan metode CHIO dan MINOR-KOFAKTOR. Pada
peserta didik kelas XII IPA di SMA Negeri 3 Jombang.
2. Sasaran penelitian ini difokuskan pada peserta didik kelas XII IPA di SMA
NEGERI 3 Jombang.
3. Penelitian difokuskan pada perbandingan metode CHIO dan MINOR-
KOFAKTOR dalam menentukan determinan matriks bujur sangkar berordo n ≥ 4.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti sampaikan, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah :
Manakah yang lebih mudah digunakan dalam mencari determinan matriks
berordo n ≥ 4 antara metode CHIO dan MINOR-KOFAKTOR pada peserta didik
kelas XII di SMA Negeri 3 Jombang?
Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah. Maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui
manakah yang lebih mudah digunakan dalam mencari determinan matriks berordo
n≥4 antara metode CHIO dan MINOR-KOFAKTOR pada peserta didik kelas XII di
SMA Negeri 3 Jombang.
D. Manfaat penelitian
Suatu penelitian tentunya harus memiliki suatu kegunaan dari hasil penelitian,
maka peneliti berharap penelitian ini bermanfaat antara lain :
1. Manfaat Teorittis
a. Untuk memberikan suatu pilihan metode dalam menentukan determinan
matriks berordo banyak.
7
b. Untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menentukan
metode yang lebih mudah dalam mencari determinan matriks derordo banyak
( n ≥ 4 ).
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru yaitu mengetahui metode mana yang lebih mudah untuk
digunakan dalam mencari determinan matrik berordo banyak (n ≥ 4).
b. Manfaat bagi peserta didik yaitu dengan mengetahui metode mana yang lebih
mudah dalam mencari determinan matriks berordo banyak (n ≥ 4) diharapkan
dapat membantu mengurangi kesulitan peserta didik dalam mengerjakan.
c. Manfaat bagi peneliti yaitu diharapkan menambah wawasan pengetahuan
peneliti sebagai bahan untuk meneliti dalam mempersiapkan diri sebagai
calon tenaga pendidik.
E. Definisi Operasional
Agar lebih mengarah dan memfokuskan pada permasalahan yang akan di
bahas sekaligus menghindari persepsi yang lain mengenai istilah-istilah yang ada,
perlu adanya penyelarasan mengenai definisi istilah atau definisi operasional. Adapun
definisi istilah yang berkaitan dengan judul dalam penelitian untuk skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Matriks adalah kumpulan bilangan-bilangan yang disusun secara khusus dalam
bentuk baris dan kolom sehingga membentuk empat persegi panjang atau bujur
sangkar yang ditulis diantara dua tanda kurung yaitu ( ) atau [ ].
2. Matriks berordo (n ≥ 4). Matriks yang dimaksud dalam pemasalahan ini adalah
matriks yang berjenis matriks kuadrat/matriks bujur sangkar (square matrix)
dimana jumlah baris (m) sama dengan jumlah kolom (n) atau m = n. sehingga kita
dapat menyebutnya matriks berordo n.
3. Determinan matriks adalah bilangan tunggal yang diperoleh dari semua permutasi
n2 elemen matriks bujur sangkar.
4. Metode CHIO menghitung determinan matriks akan dicari menjadi sub-sub
determinan berderajat dua (2 x 2) menggunakan elemen matriks baris ke-1 dan
kolom ke-1 sebagai titik tolaknya.
5. Metode MINOR-KOFAKTOR menghitung determinan matriks dengan cara
menentukan minor dan kofaktor pada salah satu baris atau kolom matriks.
Jadi yang dimaksud dengan perbandingan antara metode CHIO dan metode
MINOR-KOFAKTOR dalam menentukan determinan matriks berordo (n ≥ 4) adalah
dengan membandingkan dua metode tersebut untuk menentukan determinan matriks
berordo banyak (n ≥ 4) yang manakah lebih mudah digunakan.
8
F. Asumsi penelitian
Agar diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
peneliti mengemukakan beberapa asumsi selama penelitian berlangsung, antara lain
sebagai berikut:
1. Guru dapat memilih metode yang lebih mudah dalam menyelesaikan kesulitan
mencari determinan matriks berordo banyak (n ≥ 4).
2. Peserta didik dapat menyelesaikan dengan baik dalam mencari determinan matrik
berordo banyak (n ≥ 4).
3. Peserta didik dapat menyelesaikan soal sesuai dengan metode yang disenangi
masing-masing sehingga hasilnya menggambarkan metode mana yang lebih sering
digunakan itulah metode yang lebih mudah.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS)
Menurut Prof. Dr. Prayitno, M.Sc., Ed. Pendidikan adalah upaya memuliakan
kemanusiaan manusia, tujuan pendidikan sepenuhnya mengacu kepada seluruh
komponen harkat dan martabat manusia (HMM), Sedangkan menurut John Dewey
Pendidikan merupakan alat pelanjuta kehidupan sosial (social continuity of life).
Dan bagi W.O.I Smith, Pendidikan adalah suatu proses menyampaikan segala
anasir-anasir kehidupan suatu masyarakat kepada generasi mudanya bagi
melanjutkan warisan anasir-anasir itu agar dapat dipertinggikan dan disampaikan
pula kepada generasi lain.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_pendidikan_info2029.html).
B. Hakikat Matematika
Hakikat matematika berasal dari perkataan latin yang mulanya diambil dari
perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, science).
Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat
dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia
rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi.
Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
10
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika
adalah dasar terbentuknya matematika.
C. Matriks
1. Pengertian Matriks
Matriks adalah kumpulan bilangan-bilangan yang disusun secara khusus
dalam bentuk baris dan kolom sehingga membentuk empat persegi panjang
atau bujur sangkar yang ditulis diantara dua tanda kurung, yaitu ( ) atau [ ].
Bentuk umumnya:
B = [ b1 b2 bn],
disebut dengan vektor baris atau matriks baris. Sedang dengan dimensi kolom
n = 1, seperti:
c1
c2
C = c3
c m
11
Matriks yang semua unsurnya bernilai 0, seperti:
0 0 0
A = 0 0 0 disebut dengan matriks nol.
0 0 0
Diagonal yang terdiri dari a11, a22, dan a33 adalah diagonal utama
matriks. MBS banyak digunakan pada penyelesaian sistem persamaan
linier, dalam sistem ini jumlah persamaan (baris) dan jumlah bilangan tak
diketahui (kolom) harus sama untuk mendapatkan penyelesaian tunggal.
Matriks diagonal adalah matrik bujur sangkar dimana semua elemen
kecuali diagonal utama adalah 0, dan berbentuk:
a11 0 0 0
0 a 22 0 0
A=
0 0 a 33 0
0 0 0 a 44
Matriks segitiga atas (MSA), adalah matriks yang semua elemen dibawah
diagonal bernilai 0, bentuknya sebagai berikut:
a11 a12 a13 a14
0 a a23 a24
A= 22
0 0 a33 a34
0 0 0 a44
12
Matriks segitiga bawah (MSB), adalah matriks yang semua elemen diatas
diagonal bernilai 0, bentuknya sebagai berikut:
a11 0 0 0
a a 22 0 0
A = 21
a31 a32 a33 0
a 41 a 42 a 43 a 44
Matriks simetris diagonal nol, bila aij = -aji, misalnya matriks simetris 33
yang semua unsur diagonalnya aji = 0.
0 1 2
A = 1 0 7
2 7 0
13
3. Operasi Matriks
Ada beberapa operasi matriks yang perlu diketahui, yaitu penjumlahan
antara dua matriks, perkalian antar skalar dan matriks, perkalian antar matriks,
dan operasi baris (operasi yang dikenakan pada unsur-unsur baris dalam suatu
matriks). Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa operasi yang telah
disebutkan di atas
Penjumlahan Matriks
Agar dua buah matriks dapat dijumlahkan, maka syarat yang harus
dipenuhi oleh keduanya adalah ukuran kedua matriks tersebut harus sama.
Penjumlahan dua buah matriks akan menghasilkan sebuah matriks dengan
ukuran yang sama dengan kedua matriks yang dijumlahkan, dan setiap
unsur didalamnya merupakan hasil penjumlahan dari unsur yang seletak
pada kedua matriks tersebut.
Contoh :
Penjumlahan dua matriks berukuran 2 x 2 adalah sebagai berikut :
a b e f ae b f
(a)
c d g h c g d h
1 2 5 6 6 8
(b)
3 4 7 8 10 12
p q
Misalkan k Bilangan Riil dan A
r s
Maka :
p q kp kq
kxA k
r s kr ks
14
p s
a b c
A dan B q t
d e f 2 x3 r u
3x2
Maka
ap bq cr as bt cu
AxB
dp eq fr ds et fu 2 x 2
1. A+B=B+A
2. A+(B+C)=(A+B)+C
3. α ( A + B ) = αA + αB
4. (α + β ) ( A ) = αA + βA
1. Pertukaran Baris
2. Perkalian suatu baris dengan konstanta tak nol
3. Penjumlahan hasil perkalian suatu baris dengan konstanta tak nol dengan
baris yang lain.
15
3 2 1
A 1 2 3
0 4
2
1 2 3
Baris pertama (b1) ditukar
b1 b2 3 2 1
0 4
dengan bari ske-2 (b2)
(a) 2
1 1 0 1
Perkalian (-2) dengan b1 lalu
A 0 2 1 7
tambahkan pada b3
2 1 1 3
1 1 0 1
2b1 b3 0 2 1 7
0 1 1 5
(b)
D. Determinan Matriks
1. Definisi Determinan
2. Notasi Determinan
16
Maka determinan dari matriks A :
a11 a12 .. a1i .. a1n a11 a12 .. a1i .. a1 n
a 21 a 22 .. a 2 i .. a 2 n a 21 a 22 .. a 2 i .. a 2 n
atau
det A | A | det ( A)
a 21 a 22 .. a 2 i .. a 2 n a 21 a 22 .. a 2 i .. a 2 n
a n1 a n 2 .. a ni .. a nn a n1 a n 2 .. a ni .. a nn
3. Sifat-sifat Determinan
a) Apabila semua unsur dalam suatu baris atau suatu kolom sama dengan nol,
maka harga determinan = 0
2 4 1 2 0 4
D = 2 3 5 = 0 D= 3 0 1 =0
0 0 0 5 0 2
b) Harga determinan tidak berubah, bila semua baris diubah menjadi kolom
atau semua kolom diubah menjadi baris.
1 1 1 2
D= =1 D= =1
2 3 1 3
c) Pertukaran tempat diantara baris dengan baris atau kolom dengan kolom
pada suatu determinan akan mengubah tanda determinan.
1 1 2 3
D= =1 → ditukar baris D= = –1
2 3 1 1
1 1
→ ditukar kolom D= = –1
3 2
d) Bila suatu determinan terdapat dua baris atau kolom yang sama (identik),
maka harga determinan itu = 0
1 2 4 1 1 3
D= 1 2 4 =0 D= 2 2 5 =0
3 5 6 4 4 6
17
e) Bila semua unsur sembarang baris atau kolom dikalikan dengan sebuah
faktor tidak bernilai 0, maka harga determinan dikalikan dengan bilangan
itu.
1 1 2 2
D= =1 ↔ baris 1 dikalikan 2 → D = =6–4=2
2 3 2 3
2 1
↔ kolom 1 dikalikan 2 → D = =6–4=2
4 3
1 2
D= = –2
1 0
1 1
↔ ekspansi kolom K21 (-1) D = = –2
3 1
Metode Sarrus
Metode Minor Kofaktor
Metode CHIO
Metode Eliminasi Gauss
Metode Dekomposisi Matriks
Dalam penjelasan diatas sudah dikemukakan banyaknya metode untuk
mencari determinan matriks bujursangkar. Hanya saja tidak semua metode dapat
digunakan secara efisien untuk mencari determinan matriks berordo banyak
terutama matriks berordo n ≥4. Seperti metode SARRUS yang hanya bisa
digunakan mencari determinan matriks berordo n≥3. Namun metode sarrus yang
menjadi dasar untuk menggunakan metode-metode lain dalam mencari
determinan matriks berordo banyak (n≥4). Maka peneliti akan membahas
metode SARRUS ini sebagai pengantar.
18
5. Metode Sarrus (Spaghetti)
Metode ini hanya berlaku untuk menghitung harga determinan tingkat atau
orde tiga saja, tidak berlaku untuk orde 4 atau orde yang lebih tinggi lainnya.
Metode Sarrus menggunakan perkalian matriks secara diagonal turun (dari
kiri atas ke kanan bawah) diberi tanda positif (+) sedangkan perkalian elemen
matriks pada diagonal naik (dari kiri bawah ke kanan atas) diberi tanda
negatif (-).
a a
A 11 12
a11 a12
untuk mencari determinan matrik A maka,
a11 a12
det( A) | A |
a11 a12
(-) (+)
Contoh:
2 3
Tentukan determinan berikut menggunakan metode Sarrus B
2 1
Solusi:
2 3
det( B) | B |
2 1
2 1 (3) 2 2 (6) 8
19
(-) (+)
Contoh:
Solusi:
4 1 2 4 1
det C 1 2 0 1 2
3 2 4 3 2
E. Metode CHIO
20
dua (2x2) menggunakan elemen matriks baris ke-1 dan kolom ke-1 sebagai titik
tolaknya.Dekomposisi tersebut dilakukan dengan menggunakan matriks berukuran
2x2 berikut:
𝑎11 𝑎1𝑛
|𝑎 𝑎𝑛𝑛 |, untuk n=1,2,3……dst.
𝑛1
a
11 a 12 a 11 a 13
a 11 a 1i
a 11 a 1n
a 21 a 22 a 21 a 23 a 21 a 2i a 21 a 2n
a
11 a 12 a 11 a 13
a 11 a 1i
a 11 a 1n
a
13 a 32 a 31 a 33 a 31 a 3i a 31 a 3n
1
det A | A |
( a ) n2 a a a a a a a a
11 11 12 11 13
11 1i
11 1n
a i1 a i2 a i1 a i3 a i1 a ii a i1 a in
a
11 a 12 a 11 a 13
a 11 a 1i
a11 a 1n
a n1 a n2 a n1 a n2 a n1 a ni a n1 a nn
Contoh:
4 1 2
C 1 2 0
3 2 4
Solusi:
21
F. Metode MINOR-KOFAKTOR
Andaikan ada sebuah determinan dengan orde ke-n maka yang dimaksud
dengan MINOR unsur a ij adalah determinan yang berasal dari determinan orde
a 11 a 12 a 13 a 14
a a 22 a 23 a 24
A 21
a 31 a 32 a 33 a 34
a 41 a 42 a 43 a 44
Maka minor unsur a33 adalah minor baris ke-3 kolom ke-2
a 11 a 13 a 14
M 32 a 21 a 23 a 24
a 41 a 43 a 44
= 1
i j
adalah C ij M ij
= 1
3 2
Maka KOFAKTOR unsure a 32
= C 32 M 32
n
det( A) a . (-1) M
ij
i j
ij
j 1
n
det( A) a .K
ij ij
j = indek kolom
j 1
Atau
22
Perhatikan bahwa kofaktor dan minor elemen a ij hanya berbeda tandanya yakni
Cij=±Mij Cara cepat untuk menentukan apakah kofaktor pada ij adalah + atau -
A=
Contoh:
4 1 2
C 1 2 0
3 2 4
Solusi:
−1 2 4 2
det 𝐶 = (1). (−1)2+1 | | + (2). (−1)2+2 | |
−2 4 −3 4
= 0 + 44 + 0 = 44
23
Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Kolom Pertama
Pada dasarnya ekspansi kolom hampir sama dengan ekspansi baris seperti
di atas. Tetapi ada satu hal yang membedakan keduanya yaitu faktor
pengali. Pada ekspansi baris, kita mengalikan minor dengan komponen
baris pertama. Sedangkan dengan ekspansi pada kolom pertama, kita
mengalikan minor dengan kompone kolom pertama.
A=
Contoh:
4 1 2
C 1 2 0
3 2 4
Solusi:
= 8 + 0 + 36 = 44
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan merupakan perencanaan prosedur suatu kegiatan sebelum
dilaksanakan. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong, L( 2006: 385 )
bahwa,“rancangan penelitian adalah usaha merencanakan kemungkinan-
kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan
dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing”. Sedangkan menurut
Moleong, L (2006) menyatakan bahwa, rancangan penelitian diartikan sebagai
usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang
diperlukan dalam suatu penelitian kuantitatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Komparatif. Definisi
Penelitian Komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.
Variabelnya masih sama dengan penelitian varabel mandiri tetapi untuk sample
yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Dimana komparatif
merupakan salah satu jenis dari penelitian ekspost facto, jadi tata cara yang
digunakan dalam merancang penelitian sama dengan ekspost facto.
25
3. Penentuan kelompok subjek yang akan dibandingkan. Pertama-tama,
kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik yang menjadi konsen
penelitian. Selanjutnya peneliti memilih kelompok yang tidak memiliki
karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya.
4. Pengumpulan data. Hanya data yang diperlukan yang dikumpulkan, balk
yang berkenan dengan variabel dependen maupun berkenaan dengan faktor
yang dimungkinkan memunculkan hipotesis tandingan. Karena penelitian ini
menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, seringkali data yang diperlukan
sudah tersedia sehingga peneliti tinggai memilih sumber yang sesuai.
Disamping itu berbagai instrumen seperti Les, angket, interview, dapat
digunakan untuk mengumpulkan data bagi peneliti.
5. Analisis data. Teknik analisis data yang digunakan serupa dengan yang
digunakan dalam penelitian diferensial maupun eksperimen, dimana
perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar kelompok subjek atas
dasar faktor yang menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik
analisis Uji-T, independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok
dari faktor tersebut. Apapun teknik analisis statistik inferensial yang
digunakan, biasanya analisis tersebut diawali dengan penghitungan nilai rata-
rata atau mean dan standar deviasi untuk mengetahui perbandingan antar
kelompok secara deskriptif.
6. Penafsiran basil. Pernyataan sebab akibat dalam penelitian ini perlu
dilakukan secara hati-hati. Kualitas hubungan antar variabel independen dan
dependen sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk memilih
kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya
hipotesis tandingan dapat dicegah.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa populasi adalah keseluruhan atau semua
objek yang sedang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
26
sebenarnya. Sampel yang peneliti gunakan adalah peserta didik kelas XII IPA 1
Jombang.
C. Instrumen Penelitian
sehingga tepatlah jika hubungan antara instrumen dengan data ini dikemukakan
dalam ungkapan: garbage tool garbage result. Itulah sebabnya menyusun instrumen
bagi kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul-betul
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan
yang digunakan untuk memperoleh data berupa nilai belajar peserta didik materi
determinan matriks dengan kedua metode. Metode manakah dari keduanya yang
lebih mudah digunakan. Jadi tes yang digunakan ada dua macam :
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan
bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid
dan reliabel.
1. Validitas
27
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih
𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 } {𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }
Keterangan:
(Arikunto,2010:171).
Hasil dari dua tes diatas manakah validitasnya lebih tinggi maka menunjukkan
2. Reabilitas
Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
28
𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = ( ) (1 − 2 )
(𝑘 − 1) 𝜎𝑡
𝑘 = banyaknya soal
Hasil dari dua tes diatas manakah reabilitasnya lebih tinggi maka menunjukkan
adanya tingkat kebenaran untuk mudah digunakan antara kedua metode tersebut.
D. Prosedur Penelitian
1. Studi Lapangan
dan hubungan antar variabel tersebut dalam suatu situasi permasalahan tertentu.
Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian lebih lanjut dan
mendalam.
29
2. Survei
Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner. Survei
memerlukan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya
mencerminkan kondisi nyata. Semakin sampelnya besar, survei semakin
memberikan hasil yang lebih akurat. Dengan survei seorang peneliti dapat
mengungkap masalah yang banyak, meski hanya sebatas di permukaan.
Sekalipun demikian, survei bermanfaat jika peneliti menginginkan informasi
yang banyak dan beraneka ragam. Metode survei sangat populer karena banyak
digunakan dalam penelitian bisnis. Keunggulan survei yang lain ialah mudah
melaksanakan dan dapat dilakukan secara cepat.
30
dengan penghitungan nilai rata-rata atau mean dan standar deviasi untuk
mengetahui perbandingan antar kelompok secara deskriptif.
.
E. Metode Pengumpulan Data
sebagai berikut:
1. Metode Observasi
indra(Arikunto.2006:156).
b. Pelaksanaan test pada peserta didik kelas XII IPA di SMA NEGERI 3
2. Metode Tes
Metode Tes ini dilakukan dengan tujuan mengetahui metode manakah yang
Tes yang akan digunakan meliputi pre tes dan post tes. Pre tes di gunakan
3. Metode Dokumentasi
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
31
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
Jombang
jenis data. Analisis data digunakan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif.
teori pembelajaran yang digunakan. Data dikumpulkan selama tindakan kelas. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi penumpukan data dan peneliti segera memberikan
refleksi terhadap data sehingga proses pemberian makna dan kesimpulan diambil
data berupa nilai yang diperoleh dengan mengadakan kuis pada tiap siklus
(Purwanto,N:2006)
Peserta didik dikatakan tuntas belajar secara individu jika peserta didik
tersebut memperoleh skor hasil tes paling sedikit 75. Sedangkan ketuntasan
hasil belajar peserta didik secara klasikal paling sedikit 85% peserta didik
32
b. Menilai ulangan atau tes formatif
yang selanjutnya dibegi dengan jumlah peserta didik yang ada dikelas
∑𝑋
𝑋̅ = ∑ 𝑁
𝑋̅ = nilai rata-rata
∑ 𝑁 = jumlah siswa
33
DAFTAR PUSTAKA
http://frdteknikelektro.wordpress.com?2009?11?06?teknik-komputasi-pt-8/
http://carapedia.com/pengertian_definisi_pendidikan_info2029.html
34