Anda di halaman 1dari 5

1

UJI DAYA REPELAN EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)


TERHADAP NYAMUK Culex quinquefasciatus

1.1 Latar Belakang


Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan dunia, terutama Indonesia.
Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua
golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar
penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan 60%
kasus berada di Asia Tenggara. Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah
endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih
tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak
11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota (Depkes RI, 2010).
Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wucheria bancrofti,
Brugia malayi dan Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia,
namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.
Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan
kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis)
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak, namun dapat pula timbul di daerah lain.
Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama
dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah
(elephantiasis) (Kemenkes RI, 2012).
Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh jenis spesies nyamuk. Di Indonesia
diperkirakan terdapat lebih dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis yang
terdiri dari genus Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, dan Armigeres. Untuk
menimbulkan gejala klinis penyakit filariasis diperlukan beberapa kali gigitan
nyamuk terinfeksi filaria dalam waktu yang lama (Kemenkes RI, 2012). Penyebaran
penyakit ini diperantarai oleh nyamuk sebagai vektor. Culex quinquefasciatus
merupakan nyamuk yang dapat menularkan penyakit filariasis dengan cara menggigit
penderita filariasis sehingga larva cacing dapat masuk dan berkembang di dalam

Universitas Muhammadiyah Palembang


2

tubuh nyamuk setelah itu nyamuk Culex akan menularkan larva infektif cacing
tersebut ke manusia (Schmidt dan Robert, 2008).
Upaya penanggulangan penyakit menular lewat vektor, selain dapat dilakukan
dengan pemberian pengobatan terhadap penderita, juga dapat dilakukan upaya-upaya
pengendalian vektor guna mencegah penularan penyakit (Kemenkes RI, 2012).
Pemutusan rantai penularan filariasis dapat dengan menghilangkan
perkembangbiakan nyamuk, membasmi larva dan membunuh nyamuk dewasa. Pada
saat ini, pengendalian serangga secara kimiawi menggunakan insektisida masih
merupakan hal yang paling sering dilaksanakan (Sudarto, 2011). Berdasarkan cara
insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, insektisida dapat dibagi menjadi racun
lambung/perut yaitu insektisida yang membunuh serangga jika termakan serta masuk
ke dalam pencernaannya, racun kontak yang masuk tubuh serangga melalui kulit dan
racun inhalasi yang bekerja lewat sistem pernapasan (Djojosumarto, 2008). Kontrol
nyamuk adalah strategi penting untuk mencegah transmisi penyakit dan outbreak
epidemik. Tetapi saat ini telah terjadi resistensi terhadap berbagai pestisida kimia.
Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan metode alternatif untuk mengontrol vektor.
Saat ini sedang dikembangkan produk alami sebagai alternatif untuk menghindari
efek negatif insektisida sintetik. Biopestisida dapat digunakan sebagai alternatif dari
insektisida sintetik karena polusi yang dihasilkan dan efek toksisitas terhadap
manusia lebih rendah (Elango, dkk, 2012).
Beberapa famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensi insektisida
adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, dan Rutaceae. Di dalam tumbuhan
tersebut terkandung senyawa aktif yang digunakan sebagai insektisida. Bagian
tumbuhan yang sering digunakan adalah akar, batang, daun dan buah. Senyawa aktif
yang dimaksud adalah metabolit sekunder yang berupa senyawa terpenoid, fenolit
dan alkaloid. Minyak atsiri atau dikenal dengan minyak esensial (citronella)
merupakan salah satu turunan dari terpenoid. Beberapa tanaman yang mengandung
minyak atsiri antara lain sereh, kenanga, eukaliptus, dan jeruk. Salah satu tanaman
jeruk yang berpotensi besar adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) (Taiz dan Zeiger,
2008).

Universitas Muhammadiyah Palembang


3

Dengan masih tingginya prevalensi Filariasis di Indonesia dengan nyamuk Citrus


aurantifolia sebagai perantara penularan utama, dan besarnya peluang jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) sebagai insektisida, maka penulis akan melakukan penelitian
yang berjudul “Uji Daya Repelan Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
terhadap Nyamuk Culex quinquefasciatus”.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki daya repelan
terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui daya repelan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
mempunyai daya repelan terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus.
2. Untuk mengetahui nilai efektif konsentrasi 90% (EC90) ekstrak daun jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) dengan waktu perlindungan terhadap nyamuk
Culex quinquefasciatus.

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan bukti-bukti empiris tentang daya repelan ekstrak daun jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dan ilmu pengetahuan
kepada masyarakat luas tentang daya repelan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus. Meningkatkan

Universitas Muhammadiyah Palembang


4

pemanfaat daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) untuk mencegah kontak


dengan nyamuk Culex quinquefasciatus dengan harapan bisa menurunkan
angka kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Judul Desain Hasil
Penelitian Penelitian
Agus Ariyanto1, Uji Efektivitas Eksperimental Ekstrak metanol
Siska Musiam, Ekstrak laboratorium daun jeruk nipis
Noverda Metanol Daun dengan rancangan dalam penelitian
Ayuchecaria, 2010. Jeruk Nipis acak lengkap. memberikan
(Citrus pengaruh yang
aurantifolia) signifikan terhadap
Sebagai tingkat kematian
Biolarvasida larva Culex sp.
Nyamuk Culex konsentrasi yang
Sp. efektif untuk
membunuh 50%
(LC50) larva Culex
sp. adalah
konsentrasi 0,948%.

Universitas Muhammadiyah Palembang


5

Pauline Pemanfaatan Eksperimental Dalam skala kecil,


Destinugrainy Kasi, Ekstrak Daun laboratorium konsentrasi ekstrak
2012. Jeruk Nipis dengan rancangan daun jeruk nipis
(Citrus acak lengkap. sebesar 250 g/l (w/v)
aurantifolia) dapat mematikan
Sebagai rata-rata 9 dari 10
Insektisida hama walang sangit
Nabati pada tanaman padi.
Terhadap Hama
Walang Sangit
(Leptocorisa
Oratorius) Pada
Tanaman Padi

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai