Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara

utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Salah satu

contoh penyakit kesehatan organ reproduksi yang menduduki peringkat pertama di

Indonesia adalah kanker serviks ( Prawirohardjo, S, 2011). Penyakit kanker

merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker serviks

merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam kesehatan

kaum wanita. Kanker serviks adalah kanker yang berasal dan tumbuh pada serviks

atau mulut rahim, khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar permukaan

serviks dan 99,7% disebabkan oleh virus HVP (Human Papilloma Virus) (Samadi,

2011). Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks

diantaranya adalah nyeri pinggang, perubahan nutrisi, kekurangan volume cairan,

kurangnya pengetahuan dan kerusakan eliminasi urin (Mitayani, 2009).

World Health Organization (WHO) melaporkan 8,8 juta angka kematian

pada 2015 akibat kanker dan akan meningkat secara signifikan menjadi sekitar

13,1 juta kematian pada tahun 2030. Sekitar 78% diantaranya Indonesia (WHO,

2017) Kanker serviks terbanyak kedua pada wanita setelah kejadian kanker

payudara, di negara berkembang dengan perkiraan jumlah 445.000 kasus baru

pada tahun 2012 (84 % kasus baru di dunia). Di Indonesia kanker serviks

merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi yaitu sekitar 0,8‰ atau sekitar

98.692 (Kemenkes RI, 2015) dan hampir 70%-nya ditemukan dalam kondisi

stadium lanjut. Dinkes jatim (2012) melaporkan dari tahun 2009 (671 orang )

angka kejadian kanker serviks terus meningkat data tahun 2012 mencapai 1224
orang. Data RSUD Nganjuk pada tahun 2014-2016 jumlah penderita kanker

serviks sebanyak 34 pasien atau sekitar ± 68% dari 100 pasien dan itu belum

termasuk penderita kanker serviks yang tidak dilaporkan pada Dinas Kesehatan

Kabupaten.
Kanker serviks adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan

oleh virus HPV (Human Papilloma Virus) yang ditandai dengan adanya

pertumbuhan sel-sel pada serviks yang abnormal (WHO, 2014) Faktor risiko

kanker serviks adalah umur, paritas, pekerjaan, wanita yang berusia 35-50 tahun

dan masih aktif melakukan hubungan seksual, Penderita kanker serviks 7,9%

adalah multipara dan 51% pada nullipara, di mana bila persalinan pervaginam

banyak maka kanker serviks cenderung timbul ( Rasjidi, 2010), Penggunaan

kontrasepsi hormon dalam jangka waktu yang lama, tingkat pendidikan dan

pengetahuan untuk melakukan Pap Smear dan IVA test secara rutin juga

meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks (Syaifuddin, 2012). Kanker serviks

memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa penurunan

fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau diamputasi, rasa nyeri dan

perubahan penampilan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani

pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa

kanker serviks yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang

dijalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu

perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat kerja pasien,

perubahan peran dan tugas dirumah karena tidak mampu melakukan tugasnya

sebagai salah satu angggota keluarga (Rachmadahniar (2005). Dari berbagai

masalah keperawatan tersebut, nyeri panggul yang di sebabkan oleh proses

desakan pada jaringan inraservikal merupakan masalah yang sering ditemukan

pada kanker serviks (Mitayani, 2009).


Upaya pemerintah selama ini sudah cukup baik yaitu melalui program

screening untuk deteksi dini kanker serviks melalui IVA test dan pap smear gratis

disertai dengan penyuluhan tentang bahaya dan pencegahan kanker serviks di

seluruh Indonesia. Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberian

pelayanan kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien secara

menyeluruh baik biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dengan

menerapkan aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Berdasarkan latar

belakang banyaknya kejadian dan dampak akibat kanker serviks diatas peneliti

tertarik melakukan “Laporan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kanker

Serviks Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP

DR. M. Djamil Padang tahun 2017.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan proses

keperawatan pada Ny.x (48Th) dengan Nyeri Akut pada Ca Serviks di Ruang

Kemuning RSUD Nganjuk

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. (48Th) dengan nyeri akut pada Ca

Serviks di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk


b. Membuat Diagnosa Keperawatan pada Ny.(48Th) dengan Nyeri akut

pada Ca Serviks di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk


c. Membuat perencanaan pada Ny.(48Th) dengan Nyeri akut pada Ca

Serviks di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk


d. Melakukan tindakan asuhan keperawatan pada Ny.(48Th) dengan

Nyeri akut pada Ca Serviks di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk


e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Ny.(48Th) dengan Nyeri

akut pada Ca Serviks di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk


C. Pengumpulan Data
1. Wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara tanya jawab. Suatu

metode digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan

keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian /responden atau

bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut

(Notoatmodjo,2002).

2. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan melihat data yang sudah ada dalam status

klien. Catatan medik maupun dari hasil pemeriksaan

penunjang(Nursalam,2003).
3. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku-buku dengan masalah yang ada hubungan nya dengan

kasus Sectio Caesarea (Nursalam,2003)


4. Observasi
Adalah suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi : melihat dan

mencatat jumlah data taraf aktifitas tertentu yang ada hubungan nya dengan

masalah yang diteliti (Notoadmodjo,2002)


5. Pemeriksaan Fisik

Yaitu cara yang dipergunakan untuk memperoleh data obyektif yang

dilaksanakan bersamaan dengan wawancara serta bertujuan untuk menentukan

status kesehatan klien untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan

mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan

(Notoadmodjo,2002).

a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melihat

apakah terdapat luka ,ada tidaknya hematom dan lain-lain.


b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu

apakah ada masa atau tidak.


c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan

menggunakan reflek hummer.


d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan

dengan stetoskop.
D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan makalah ini dalam lima bab, yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, pengumpulan

data,sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka meliputi konsep dasar Ca Serviks berisi tentang

definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi ,tanda dan gejala,

manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis,

komplikasi. Manajemen keperawatan berisi tentang Konsep Asuhan

Keperawatan tentang Ca Serviks, yang meliputi pengkajian data

dasar, diagnosa keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, intervensi keperawatan , implementasi keperawatan,

dan evaluasi keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pembahasan berisi tentang kesenjangan dari hasil yang didapatkan di

lapangan dengan teori yang ada, meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB V : PENUTUP

Penutup meliputi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan

keperawatan pada Ny. X (37 Tahun) dengan Nyeri Akut pada Ca

Serviks di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kanker Serviks


1. Definisi
Kanker serviks adalah keganasan dari serviks yang ditandai

dengan adanya pendarahan lewat jalan lahir dimana tanda dan

diagnosis pasti bisa ditegakkan dengan menggunakan Pap

Smear(Prawiharjo,1994).
Kanker Serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi

pada serviks, dimana dalam keadaan ini terdapat sekelompok sel

yanmg abnormal sehingga jaringan tubuh tidak dapat melaksanakan

fungsi sebagaimana mestinya (Bobak,2005).


Kanker serviks adalah kaker leher rahim, terjadi di daerah

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim dan

terletak antara rahim (uterus) dan lubang vagina. Kanker serviks

adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana sel-sel

berubah menjadi sel kanker (Peckepaugh,2009).


Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada

serviks dimana sel-sel normal berubah menjadi sel kanker. Perubahan

ini biasanya memakan waktu10-15 tahun sampai kanker 80% dari

wanita yang beresiko terinfeksi oleh HPV, hingga 50%dari mereka

terinfeksi oleh HPVsepanjang masa hidupnya (Evi, 2010).


Kanker serviks adalah kankeryang tumbuh dan berkembang

pada mulut rahim atauserviks, khususnya berasal dari lapisan epitel

atau lapisan terluar permukaan serviks. Gejala kanker serviks sering

kali tiak begitu disadari oleh wanita, sehingga 70% dari kasus serviks

yang terjadi ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Hal ini tentu

tidak bisa terlepas dari masih rendahnya partisipasi aktif wanita untuk

melakukan skrinning atau pendeteksian dini kanker serviks misalnya

pap smear(Dr. Heru Priyanto,spOg).


Infeksi oleh berbagai bakteri dan virus adalah penyebab yang

sangat menonjol lain dari berbagai jenis kanker. Vaksin untuk ksnker

serviks dan Kanker hati (hepatoseluler karsinoma) akan membantu

mencegah beberapa jenis kanker ini, dan lingkungan yang bersih, serta

perilaku gaya hidup yang dimodifikasi akan lebih membantu dalam

mencegah kanker.
2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human papillomavirus (HPV).

Di dunia, HPV tipe 16,18,31 dan 45,52 yang secara bersamaan menjadi

penyebab lebih dari 80% kanker serviks. Kanker serviks merupakan

penyebab utama kematiandi antara perempuan di seluruh dunia.


American Cancer Society menyebutkan faktor risiko kanker

serviks adalah sebagai berikut.


1. Infeksi Human papillomavirus (HPV).
2. Merokok.
3. Imunosupresan.
4. Infeksi Klamidia.
5. Diet kurang sehat dan obesitas,
6. Kontrasepsi oral.
7. Penggunaan IUD.
8. Kehamilan multipel.
9. Kemiskinan
10. Penggunaan obat hormonal diethylstillbestrol(DES).
11. Riwayat keluarga dengan kanker serviks.
3. Patofisiologi.
4. Manifestasi Klinis
Infeksi bisa terjadi karena berbagai penyebab termasuk

diketahuinya banyak faktor pencetus yang bisa menimbulkan

kanker serviks dan penyebab mutlaknya adalah virus HPV. Secara

garis besar, terdapat 3 faktor penyebab kanker serviks, yaitu:

1. The seed, yang dimaksud adalah HPV. Infeksi HPV

merupakan penyakit menular seksual yang ditularkan melalui

aktivitas seksual dengan pasangan yang sudah terinfeksi HPV.

Resiko semakin meningkat jika sering berganti-ganti pasangan

atau berhubungan dengan pasangan yang mempunyai mitra

seksual multipel.
2. The soil, yaitu perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelium

mulut rahim terutama pada zona transformasi sebagaimana

sudah dipaparkan
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa

gejala. Bila kanker sudah mengalami progresivitas atau stadium

lanjut, maka gejalanya dapat berupa:


1. Keputihan: makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-

sembuh,terkadang tercampur darah.


2. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala serviks

75-80%.
3. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya

pembuluh darah dan semakin lama semakin sering terjadi.


4. Perdarahan pada wanita usia menopause.
5. Anemia.
6. Gagal ginjal sebagai dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang

menyebabkan obstruksi total.


7. Perdarahan vagina yang tidak normal.
a. Perdarahan di antara periode reguler menstruasi.
b. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari

biasanya.
c. Perdarahan setelah hubungan seksual dan pemeriksaan

panggul.
d. Perdarahan pada wanita pada usia menopause.
8. Nyeri.
a. Rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri

dalam berkemih , nyeri di daerah sekitar panggul.


b. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan

terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti

betis,paha dan sebagainya.


Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium

lanjut antara lain pasien dengan:


1. Nyeri panggul;
2. Nyeri punggung;
3. Nyeri kaki;
4. Penurunan berat badan;
5. Anoreksia;
6. Kelemahan dan kelelahan;
7. Patah tulang.
5. Pemeriksaan serviks
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang dapat disembuhkan

bila terdeteksi pada tahap awal. Dengan demikian, deteksi dini kanker

serviks sangat diperlukan. Menurut Arumanies (2010), ada beberapa

tes yang dapat dilakukan pada deteksi dini kanker serviks, yaitu

sebagai berikut.
1. Pap smear. Tes papanicolou smear atau disebut tes pap smear

merupakan pemeriksaan sitologi untuk sel di area serviks. Sampel

sel-sel diambil dari serviks wanita untuk memeriksa tanda-tanda

perubahan pada sel. Tes pap dapat mendeteksi displasia serviks

atau kanker serviks.


Pedoman:
a. Umur 21-30 tahun: tes ini dilakukan pada wanita yang berusia

21 tahun ke atas sampai usia 30 tahunan, menggunakan

metode-kaca slide , atau yang telah melakukan hubungan badan

secara aktif dianjurkan untuk memeriksakan diri. Menurut


orikina(20114)aturan umumnya adalah tes ini dilakukan

pertama kali 3 tahun, lalu anjuran melakukan pap smear 1

tahun sekali kini telah dikoreksi menjadi 2 tahun sekali untuk

efektivitas.
b. Umur 30-70; setiap 2-3 tahun jika pap smear terakhir normal.
c. Umur di atas 70; dapat menghentikan jika 3 kali pap smear

normal terakhir atau tidak ada paps dalam 10 tahun terakhir

yang abnormal. (American Cancer Society,2007;dalam

Ricci,2009.)
Tes ini dilakukan saat tidak dalam proses menstruasi,

sebaiknya pada hari ke-10 sampai 20 setelah hari

pertama menstruasi sebelumnya. Dua hari sebelum

pelaksanaan tes, pasien tidak diperbolehkan

menggunakan obat-obatan vagina, spermisida, krim

atau jeli, kecuali di instruksikan oleh dokter. Pasien juga

harus menghindari hubungan seksual 1 sampai 2 hari

sebelum tes dilaksanakan karena semua ini dapat

disamarkan hasil dan membuatnya tidak jelas. Setelah

tes dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas

normalnya kembali.
2. Tes IVA. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)adalah

pemeriksaan skrining alternatif pap smear karena biaya murah,

praktis, sangat mudah untuk dilakukan dengan peralatan sederhana

dan murah, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter

ginekologi (Goldie,

2001,Singh,1992;Sankaranarayana,1998;dikutip dalam sinta,2012).

Tes IVA merupakan salah satu deteksi dini kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dilihat dengan

pengamatan langsung (mata telanjang) menurut Nugroho (2010).

Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5%

akan berwarna putih (epitel putih)(smart,2010).


3. Biopsi serviks. Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil

sampel jaringan, atau biopsi, dari serviks untuk memeriksa kanker

serviks atau kondisi lainnya. Biopsi serviks sering dilakukan

selama kolposkopi.
4. Kolposkopi. Sebuah tes tindak lanjut untuk tes Pap abnormal.

Serviks dilihat dengan kaca pembesar, yang dikenal sebagai

kolposkopi, dan dapat mengambil biopsi dari setiap daerah yang

tidak terlihat sehat.


5. Biopsi kerucut (cone biopsy). Biopsi serviks dimana irisan

berbentuk kerucut jaringan akan dihapus dari serviks dan di periksa

di bawah mikroskop disebut biopsi kerucut. Biopsi kerucut

dilakukan setelah tes pap abnormal, baik untuk mengidentifikasi

dan menghilangkan sel-sel berbahaya dalam serviks.


6. CT Scanner. CT scanner membutuhkan beberapa sinar-X, dan

komputer menciptakan gambar detail dari serviks dan struktur

lainnya dalam perut dan panggul. CT Scan sering digunakan unuk

menentukan kanker serviks telah menyebar dan jika demikian ,

seberapa jauh.
7. Magnetic resonance imaging (MRI scan). Sebuah scnner MRI

menggunakan magnet bertenaga tinggi dan komputer untuk

membuat gambar resolusi tinggi dari serviks dan struktur lainnya

dalam perut dan panggul. Seperti CT Scan, MRI scan dapat

digunakan untuk mencari penyebaran kanker serviks.


8. Tes DNA HPV. Sel serviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari

Human papillomavirus (HPV)melalui tes ini.Tes ini dapat

mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat menyebar kanker

serviks yang hadir.


6. Penatalaksanaan medis.
Pengobatan Serviks secara medis
Menurut Arumaniez (2010) dan Corner (2013) ada beberapa

pengobatan serviks, antara lainsebagai berikut.


1. Cerclage serviks: yaitu prosedur bedah dengan menjahit tertutup

seluruh serviks selama kehamilan. Prosedur ini dilakukan pada

wanita dengan inkompetensi serviks untuk mencegah pembukaan

awal serviks selama kehamilan yang dapat menyebabkan

persalinan prematur.
2. Terapi antibiotik: yaitu pemberian obat-obatan yang dapat

membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada serviks dan

organ reproduksi. Antibiotik dapat diambil secara lisan atau

diberikan melalui pembuluh darah, atau intravena, untuk infeksi

serius.
3. Metode krioterapi: yaitu membekukan seviks yang terdapat lesi

prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga

sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan

tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto.H, 2010).


4. Terapi Laser: biasanya diberikan untuk membakar daerah sel-sel

abnormal hancur, mencegah mereka dari menjadi kanker serviks.


5. Kemoterapi: biasanya diberikan untuk kanker serviks yang diyakini

telah menyebar.
6. Histerektomi: operasi pengangkatan uterus dan serviks. Jika kanker

serviks belom menyebar, histerektomi merupakan pengobatan

terbaik.
7. Biopsi kerucut: biopsi serviks yang menghilangkan sepotong

jaringan berbentuk kerucut dari serviks dengan menggunakan

prosedur eksisi elektrosurgikal melingkar atau prosedur biopsi

kerucut pisau dingin. Oleh karena itu sebagian besar serviks

dihapus, biopsi kerucut dapat membantu mencegah atau mengobati

kanker serviks.

B. Manajemen Asuhan Keperawatan.


1. Konsep Nyeri.
a. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan kondisi perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat

subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orangdalam hal

skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.


b. Jenis gangguan nyeri
Terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya nyeri somatis ,

nyeri viseral , nyeri menjalar(referent paint), nyeri psikogenik, nyeri

phantom dari ekstremitas ,nyeri neurologis dan lain-lain


Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari

kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal,di antaranya adalah


1. Arti Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir

sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif , seperti

membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi

oleh berbagai faktor , seperti usia ,jenis kelamin,latar belakang

,sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.


2. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif

tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi


ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi

nociceptor.
3. Toleransi nyeri erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang

dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor

yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri. Antara lain

alkohol, obat yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang

menurunkan toleransi antara lain kelelahan , rasa marah

,bosan,cemas, nyeri yang tak kunjung hilang,sakit,dan lain-lain.


4. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang

terhadap nyeri, seperti ketakutan,gelisah,cemas,menangis,dan oleh

beberapa faktor,seperti arti nyeri,tingkat persepsi nyeri,

pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,kesehatan fisik

dan mental, rasa takut,cemas, usia dan lain-lain.

2. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adanya riwayat

nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan

waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST.


 P(pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya

nyeri.
 Q(quality),seperti apakah rasa tajam,tumpul atau tersayat
 R(region) yaitu daerah perjalanan nyeri
 S(saverity) adalah keparahan atau intensitas nyeri
 T(time)adalah lama/ serangan atau frekuensi nyeri
b. Diagnosis Keperawatan
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri,

di antaranya;
1. Nyeri akut akibat fraktur panggul
2. Nyeri kronis akibat arthritis
3. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas
4. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan

tangan yang disebabkan oleh nyeri persendian


5. Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri
c. Perencanaan Keperawatan
1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri
2. Menggunakan berbagai teknik non invasif untuk memodifikasi

nyeri yang dialami


3. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal,

seperti memberikan analgesik sesuai dengan program yang di

tentukan.

Asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks

Asuhan Keperawatan Praoperasi

I. Pengkajian Praoperasi
a. Biodata
Umur, resiko 30-60 tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan.
b. Riwayat kesehatan
Adanya penggunaan kontrasepsi pil dalam jagka waktu lama
c. Keluhan
 Tahap dini : keputihan, pendarahan pervaginam, nyeri gangguan miksi.
 Tahap lanjut : pendarahan pervaginam yang teru-menerus, nyeri perut bagian

bawah, edema.
d. Status sinekologi dan obstetri
 Siklus menstruasi : terjadi pendarahan intramenstruasi (diluar siklus).
 Pendarahan pascakoitus.
 Keputihan berbau busuk.
e. Aktivitas sehari-hari
 Pola makan : anoreaksia, vomiting
 Pola eliminasi : inkontinensia urine, alvi
 Pola aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri
f. Riwayat psikososial
Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, mengingkari masalah,

marah, perasaan putus asa, tidak berdaya, depresi atau bahkan memusuhi
g. Pemeriksaan fisik
 Kepala dan leher : rambut rontok, sklera anemis
 Abdomen : teraba massa bila sudah metastasis
 Genetalia : kotor, cairan keputihan, bau
II. Analisis Data Praoperasi

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Infiltrasi sel kanker ke jaringan Nyeri
Pasien mengeluh nyeri sekitarnya
DO :
• Skala nyeri 1-5 mengeluarkan enzim protease dan
• Pasien tampak meringis DNA
• Terjadi perubahan TTV,
peningkatan denyut nadi merangsang pengeluaran histamin,
dan pernapasan bradikinin, serotonin, dan
prostaglandin sebagai mediator
nyeri

stimulus ditangkap oleh reseptor


nyeri saraf bebas

dialirkan ke medula spinalis pada


segmen torakal 10,11,12 serta
lumba pertama (T10-L1)

dilanjutkan ke segmen sakral ke-


2,3, dan 4

nyeri rahim
III. Diangnosis Keperwatan Praoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi sel kanker ke jaringan sekitarnya ditandai

dengan pasien mengeluh nyeri, skala nyeri 1-5, pasien tampak meringis, dan

terjadi perubahan TTV.


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan volume sirkulasi

terutama ke jaringan ditandai dengan sianosis, CRT > 2 detik, anemis, dan

pendarahan pervaginam.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme kanker ditandai dengan pasien tampak lemah, lemak sunkutan

menipis, penurunan berat badan, status gizi kurang dari sampai dengan buruk.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penuluran traps dan enzim

fosfatase oleh sel kanker ditandai dengan kekuatan otot <5, sebagian/seluruh

aktivitas pasien dibantu, pasien tampak lemah.


5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan infeksi dan nekrosis jaringan ditandai

dengan pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini, kontak mata saat
berkomunikasi kurang, pasien tampak tertutup, terjadi perubahan pola seksual,

keputihan bau khas kanker.


IV. Intervensi Keperawatan Praoperasi
1. Nyeri
 Observasi TTV.
 Ajarkan pasien teknik distraksi dan relaksasi
 Berikan lingkungan yang nyaman
 Ajak pasien berbicara tentang hal-hal yang menyenagkan dan kegiatan sehari-

hari
 Kolaborasi pemberian analgesik
2. Gangguan perfungsi jaringan
 Pantau perdarahan pasien, catat jumlah dan karateristik darah.
 Berikan O2 sesuai kebutuhan
 Kaji adanya hipotensi postural
 Pantau orientasi pasien dan tingkat dan tingkat kesalahan
 Berikan resusitasi cairan sesuai kebutuhan dan indikasi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
 Pantau asupan nutrisi pasien setiap hari
 Timbang berat badan setiap hari. Pada waktu yang sama dengan alat ukur

yang sama
 Diet tinggi kalori dan serat (sayuran hijau), serta batasi protein.
 Perbanyak asupan buah-buahan dan sayuran
4. Gangguan mobilitas fisik
 Kaji kemampuan pasien dalam merawat diri dan melakukan mobilisasi
 Bantu pasien untuk memenuhi aktivitas harian sesuai kebutuhan seminimal

mungkin
 Ajarkan pasien untuk ambulasi sevara bertahap
 Berikan umpan balik yang positif untuk setiap kemajuan pasien
 Kaji dan pantau pengatuh aktivitas terhadap kondisi umum pasien
5. Gangguan konsep diri
 Kaji penyebab gangguan konsep diri pasien
 Berikan pengetahuan mengenai penyakit yang diderita beserta perawatannya
 Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan positif pada pasien
 Anjurkan pasien untuk mengutamakan keluhan yang dirasakan kepada

keluarga dan perawat

Asuhan Keperawatan Pascaoperasi (Histerektomi)

Histereaktomi merupakan tindakan pengangktan uterus melalui pembedahan. Histerektomi

paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi keganasan tertentu (Smeltzer dan Bare,

2002).
Indikasi histerektomi antara lain : kanker, pendarahan, uterus, difungsikan

endomentrosis, pertumbuhan non maligna pada uterus yang tidak dapat diperbaiki serta

prakanker di serviks (smaltzer dan Bare, 2002).

Berdasarkan luas dan bagian rahim yang diangkat, tindakan histerektomi bisa

dikategorikan menjadi tiga jenis.

1. Histerektomi subtotal
Pengangkatan supravaginal
2. Histerektoi total
Pengangkatan badan dan leher rahim seperti npengangkatan uterus, serviks dan

ovarium.
3. Histerektomi radikal
Pengangkatan piringan penggantung diangkat sampai ke dinding panggul dan ⅓

panjang saluran vaginal, seperti pengangkatan uterus, adneksa, vagina, proksimal,

dan modus limfe bilateral melalui insisi abdomen (Smeltzer dan Bare, 2002).

Pengkajian dan penatalaksanaan pascahisterektomi ditujukan untuk mencegah

komplikasi pasca pembedahan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Resiko pendarahan (hemoragi)


Pendarahan pascaoperasi timbul biasanya karena ikatan terlepas atau oleh karena

usaha penghentian darah kurang sempurna. Pendarahan yang mengalir keluar mudah

diketahui, sedangkan yang sulit diketahui adalah pendarahan dalam rongga perut

(Hanifa, 1999). Untuk mendeteksi komplikasi ini secara dini, pantau tanda-tanda vital

pasien serta drainase pada bulatan abdomen


2. Trombosis vena profunda
Oleh karena posisi selama pembedahan, edema pascaoperasi, dan imobilitas, pasien

berisiko mengalami trombosis vena profuda dan embolus pulmonal (Smeltzer dan

Bare, 2002). Perawatan mengkaji adanya trombosis vena profuda, yaitu nbyeri pada

tungkai dan tanda homman satu atau dua hari setelah pembedahan, instruksikan

pasien untuk menghindari duduk di kursi dalam waktu lama dengan tekanan pada

lutut dan tungkai disilangkan serta menghindari imobilitas.


3. Disfungsi kandung kemih
Kateter urine dipasang sebelum pembedahan dan dibiarkan dalam periode singkat

setelah pembedahan untuk memfalitasi kebutuhan berkemih. Kateter tersebut

biasanya dilepaskan dilepaskan segera setelah pasien ambulasi. Setelah kateter

terlepas, keluaran urine pasien dipantau, selain itu abdomen dikaji terhadapa distensi

(Smeltzer dan Bare, 2002).

I. Analisis Data Pascaoperasi

No Data Etiologi masalah


1 DS : terdapat luka operasi Nyeri
pasien mengeluh (histerektomi)
nyeri di daerah luka
terputusnya kontituitas jaringan
operasi
merangsang serabut saraf aferen sekitar
DO :
• Skala nyeri 4 atau membentuk zat kimia stimulus nyeri
nyeri berat (dengan (histamin, serotini, bradikinin, dan
skala nyeri 0-5) prostaglandin)
•Terdapat luka
stimulus ditangkap oleh reseptor nyeri
operasi histerektomi
• Pasien tampak saraf bebas
berkeringat menahan
dialirkan ke medula dpinalis pada
nyeri
segmen torakal 10, 11, 12 serta segmen
• Kualitas tidur
lumba pertama (T10-L1)
malam berkurang
dilanjutkan ke segmen sakral
ke 2,3 dan 4

nyeri di daerah sekitar luka operasi

II. Diangnosa Keperawatan Pascaoperasi Histerektomi


1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekuder akibat luka operasi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi luka operasi
4. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekuder
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan seksualitas, festilitas,

dan hubungan dengan pasangan serta keluarga


III. Intervensi Keperawatan Pascaoperasi Histerektomi
1. Nyeri
 Kaji derajat ketidaknyamanan melalui isyarat verbal dan nonverbal : perhatikan

budaya pada respons nyeri


 Ajarkan teknik relaksasi yang tepat dan masase area pinggang / pinggul
 Berikan tindakan pengamanan : anjurkan pasien untuk bergerak perlahan-lahan,

mempertahankan penghalang tempat tidur setelah pemberian obat


 Pantau pola pernapasan dan nadi
 Berikan lingkungan yang nyaman dan membatasi pengunjungan saat pasien

istirahat terutama saat tertidur pulas.


 Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai indikasi secara IV.
 Berikan O2 sesuai kebutuhan
2. Gangguan mobilitas fisik
 Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, pembatasan aktivitas untuk

meningkatkan penyembuhan.
 Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap
 Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan yang disediakan rumah sakit
 Berikan pujian pada pasien untuk setiap kemajuan yang dicapai kolaborasi
 Pemberian transfusi sesuai kebuthan.
 Efek pasien operasi dan omobilitas : pasien beresiko mengalami trombosit vena

profunda dan embolus pulmonal. Meminimalkan resiko ini, gunakan stoking

elastic, selain itu pasien didorong dan dibantu untuk mengubah posisi dengan

sering, meski tekanan di bawah lutut harus dihindari


 Perawatan membantu pasien untuk ambulasi dini dalam periode pascaoperasi

dan pasien didorong untuk melakukan latihan pada tungkai serta kakinya.
3. Resiko tinggi infeksi
 Pantau tanda dan gejala infeksi
 Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
 Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
 Amati penampilan higiene pasien
 Ajarkan pasien teknik mencuci tangan dengan
 Lakukan teknik septik dan antiseptik pada saat perapada saat perawatan luka
 Ajarkan pasien teknik perawatan luka dirumah
 Berikan tambahan obat antibiotik sesuai saran dokter
4. Resiko syok hipovolemik
 Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
 Pantau pendarahan
 Kaji adanya hipotensi postural
 Kaji orientasi psien (orang, tempat, dan waktu)
 Hitung keseimbangan cairan.
5. Gangguan harga diri rendah
 Berikan informasi tentang efek samping histerektomi
 Berikan dukungan mental pada pasien.
 Dengarkan keluhan pasien
 Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan menerima pasien apa

adanya.

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.”X” (48Th) DENGAN NYERI AKUT PADA CA

SERVIKS DI RUANG KEMUNING RS NGANJUK

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat,mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)
Oleh

DONA CAROLINA

2015.14.401.023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

2017

Anda mungkin juga menyukai