Revisi Dona Konsul Bab 1 2
Revisi Dona Konsul Bab 1 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Salah satu
merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker serviks
kaum wanita. Kanker serviks adalah kanker yang berasal dan tumbuh pada serviks
atau mulut rahim, khususnya berasal dari epitel atau lapisan luar permukaan
serviks dan 99,7% disebabkan oleh virus HVP (Human Papilloma Virus) (Samadi,
2011). Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks
pada 2015 akibat kanker dan akan meningkat secara signifikan menjadi sekitar
13,1 juta kematian pada tahun 2030. Sekitar 78% diantaranya Indonesia (WHO,
2017) Kanker serviks terbanyak kedua pada wanita setelah kejadian kanker
pada tahun 2012 (84 % kasus baru di dunia). Di Indonesia kanker serviks
merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi yaitu sekitar 0,8‰ atau sekitar
98.692 (Kemenkes RI, 2015) dan hampir 70%-nya ditemukan dalam kondisi
stadium lanjut. Dinkes jatim (2012) melaporkan dari tahun 2009 (671 orang )
angka kejadian kanker serviks terus meningkat data tahun 2012 mencapai 1224
orang. Data RSUD Nganjuk pada tahun 2014-2016 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 34 pasien atau sekitar ± 68% dari 100 pasien dan itu belum
termasuk penderita kanker serviks yang tidak dilaporkan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten.
Kanker serviks adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan
oleh virus HPV (Human Papilloma Virus) yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan sel-sel pada serviks yang abnormal (WHO, 2014) Faktor risiko
kanker serviks adalah umur, paritas, pekerjaan, wanita yang berusia 35-50 tahun
dan masih aktif melakukan hubungan seksual, Penderita kanker serviks 7,9%
adalah multipara dan 51% pada nullipara, di mana bila persalinan pervaginam
kontrasepsi hormon dalam jangka waktu yang lama, tingkat pendidikan dan
pengetahuan untuk melakukan Pap Smear dan IVA test secara rutin juga
memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa penurunan
fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau diamputasi, rasa nyeri dan
perubahan penampilan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani
kanker serviks yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang
dijalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu
perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat kerja pasien,
perubahan peran dan tugas dirumah karena tidak mampu melakukan tugasnya
screening untuk deteksi dini kanker serviks melalui IVA test dan pap smear gratis
belakang banyaknya kejadian dan dampak akibat kanker serviks diatas peneliti
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
keperawatan pada Ny.x (48Th) dengan Nyeri Akut pada Ca Serviks di Ruang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. (48Th) dengan nyeri akut pada Ca
(Notoatmodjo,2002).
2. Studi Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan melihat data yang sudah ada dalam status
penunjang(Nursalam,2003).
3. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku-buku dengan masalah yang ada hubungan nya dengan
mencatat jumlah data taraf aktifitas tertentu yang ada hubungan nya dengan
(Notoadmodjo,2002).
dengan stetoskop.
D. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan makalah ini dalam lima bab, yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
data,sistematika penulisan.
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
Smear(Prawiharjo,1994).
Kanker Serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi
kali tiak begitu disadari oleh wanita, sehingga 70% dari kasus serviks
yang terjadi ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Hal ini tentu
tidak bisa terlepas dari masih rendahnya partisipasi aktif wanita untuk
sangat menonjol lain dari berbagai jenis kanker. Vaksin untuk ksnker
mencegah beberapa jenis kanker ini, dan lingkungan yang bersih, serta
mencegah kanker.
2. Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah Human papillomavirus (HPV).
Di dunia, HPV tipe 16,18,31 dan 45,52 yang secara bersamaan menjadi
seksual multipel.
2. The soil, yaitu perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelium
sudah dipaparkan
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa
75-80%.
3. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya
biasanya.
c. Perdarahan setelah hubungan seksual dan pemeriksaan
panggul.
d. Perdarahan pada wanita pada usia menopause.
8. Nyeri.
a. Rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri
bila terdeteksi pada tahap awal. Dengan demikian, deteksi dini kanker
tes yang dapat dilakukan pada deteksi dini kanker serviks, yaitu
sebagai berikut.
1. Pap smear. Tes papanicolou smear atau disebut tes pap smear
efektivitas.
b. Umur 30-70; setiap 2-3 tahun jika pap smear terakhir normal.
c. Umur di atas 70; dapat menghentikan jika 3 kali pap smear
Ricci,2009.)
Tes ini dilakukan saat tidak dalam proses menstruasi,
normalnya kembali.
2. Tes IVA. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)adalah
ginekologi (Goldie,
Tes IVA merupakan salah satu deteksi dini kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dilihat dengan
selama kolposkopi.
4. Kolposkopi. Sebuah tes tindak lanjut untuk tes Pap abnormal.
seberapa jauh.
7. Magnetic resonance imaging (MRI scan). Sebuah scnner MRI
persalinan prematur.
2. Terapi antibiotik: yaitu pemberian obat-obatan yang dapat
serius.
3. Metode krioterapi: yaitu membekukan seviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga
sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan
telah menyebar.
6. Histerektomi: operasi pengangkatan uterus dan serviks. Jika kanker
terbaik.
7. Biopsi kerucut: biopsi serviks yang menghilangkan sepotong
kanker serviks.
kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
nociceptor.
3. Toleransi nyeri erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
2. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adanya riwayat
nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan
nyeri.
Q(quality),seperti apakah rasa tajam,tumpul atau tersayat
R(region) yaitu daerah perjalanan nyeri
S(saverity) adalah keparahan atau intensitas nyeri
T(time)adalah lama/ serangan atau frekuensi nyeri
b. Diagnosis Keperawatan
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri,
di antaranya;
1. Nyeri akut akibat fraktur panggul
2. Nyeri kronis akibat arthritis
3. Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas
4. Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan
tentukan.
I. Pengkajian Praoperasi
a. Biodata
Umur, resiko 30-60 tahun, perkawinan muda, jumlah anak, usia pernikahan.
b. Riwayat kesehatan
Adanya penggunaan kontrasepsi pil dalam jagka waktu lama
c. Keluhan
Tahap dini : keputihan, pendarahan pervaginam, nyeri gangguan miksi.
Tahap lanjut : pendarahan pervaginam yang teru-menerus, nyeri perut bagian
bawah, edema.
d. Status sinekologi dan obstetri
Siklus menstruasi : terjadi pendarahan intramenstruasi (diluar siklus).
Pendarahan pascakoitus.
Keputihan berbau busuk.
e. Aktivitas sehari-hari
Pola makan : anoreaksia, vomiting
Pola eliminasi : inkontinensia urine, alvi
Pola aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri
f. Riwayat psikososial
Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, mengingkari masalah,
marah, perasaan putus asa, tidak berdaya, depresi atau bahkan memusuhi
g. Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher : rambut rontok, sklera anemis
Abdomen : teraba massa bila sudah metastasis
Genetalia : kotor, cairan keputihan, bau
II. Analisis Data Praoperasi
nyeri rahim
III. Diangnosis Keperwatan Praoperasi
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi sel kanker ke jaringan sekitarnya ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri, skala nyeri 1-5, pasien tampak meringis, dan
terutama ke jaringan ditandai dengan sianosis, CRT > 2 detik, anemis, dan
pendarahan pervaginam.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
menipis, penurunan berat badan, status gizi kurang dari sampai dengan buruk.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penuluran traps dan enzim
fosfatase oleh sel kanker ditandai dengan kekuatan otot <5, sebagian/seluruh
dengan pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini, kontak mata saat
berkomunikasi kurang, pasien tampak tertutup, terjadi perubahan pola seksual,
hari
Kolaborasi pemberian analgesik
2. Gangguan perfungsi jaringan
Pantau perdarahan pasien, catat jumlah dan karateristik darah.
Berikan O2 sesuai kebutuhan
Kaji adanya hipotensi postural
Pantau orientasi pasien dan tingkat dan tingkat kesalahan
Berikan resusitasi cairan sesuai kebutuhan dan indikasi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
Pantau asupan nutrisi pasien setiap hari
Timbang berat badan setiap hari. Pada waktu yang sama dengan alat ukur
yang sama
Diet tinggi kalori dan serat (sayuran hijau), serta batasi protein.
Perbanyak asupan buah-buahan dan sayuran
4. Gangguan mobilitas fisik
Kaji kemampuan pasien dalam merawat diri dan melakukan mobilisasi
Bantu pasien untuk memenuhi aktivitas harian sesuai kebutuhan seminimal
mungkin
Ajarkan pasien untuk ambulasi sevara bertahap
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap kemajuan pasien
Kaji dan pantau pengatuh aktivitas terhadap kondisi umum pasien
5. Gangguan konsep diri
Kaji penyebab gangguan konsep diri pasien
Berikan pengetahuan mengenai penyakit yang diderita beserta perawatannya
Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan positif pada pasien
Anjurkan pasien untuk mengutamakan keluhan yang dirasakan kepada
paling umum dilakukan untuk keganasan dan kondisi keganasan tertentu (Smeltzer dan Bare,
2002).
Indikasi histerektomi antara lain : kanker, pendarahan, uterus, difungsikan
endomentrosis, pertumbuhan non maligna pada uterus yang tidak dapat diperbaiki serta
Berdasarkan luas dan bagian rahim yang diangkat, tindakan histerektomi bisa
1. Histerektomi subtotal
Pengangkatan supravaginal
2. Histerektoi total
Pengangkatan badan dan leher rahim seperti npengangkatan uterus, serviks dan
ovarium.
3. Histerektomi radikal
Pengangkatan piringan penggantung diangkat sampai ke dinding panggul dan ⅓
dan modus limfe bilateral melalui insisi abdomen (Smeltzer dan Bare, 2002).
usaha penghentian darah kurang sempurna. Pendarahan yang mengalir keluar mudah
diketahui, sedangkan yang sulit diketahui adalah pendarahan dalam rongga perut
(Hanifa, 1999). Untuk mendeteksi komplikasi ini secara dini, pantau tanda-tanda vital
berisiko mengalami trombosis vena profuda dan embolus pulmonal (Smeltzer dan
Bare, 2002). Perawatan mengkaji adanya trombosis vena profuda, yaitu nbyeri pada
tungkai dan tanda homman satu atau dua hari setelah pembedahan, instruksikan
pasien untuk menghindari duduk di kursi dalam waktu lama dengan tekanan pada
terlepas, keluaran urine pasien dipantau, selain itu abdomen dikaji terhadapa distensi
meningkatkan penyembuhan.
Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap
Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan yang disediakan rumah sakit
Berikan pujian pada pasien untuk setiap kemajuan yang dicapai kolaborasi
Pemberian transfusi sesuai kebuthan.
Efek pasien operasi dan omobilitas : pasien beresiko mengalami trombosit vena
elastic, selain itu pasien didorong dan dibantu untuk mengubah posisi dengan
dan pasien didorong untuk melakukan latihan pada tungkai serta kakinya.
3. Resiko tinggi infeksi
Pantau tanda dan gejala infeksi
Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
Amati penampilan higiene pasien
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan dengan
Lakukan teknik septik dan antiseptik pada saat perapada saat perawatan luka
Ajarkan pasien teknik perawatan luka dirumah
Berikan tambahan obat antibiotik sesuai saran dokter
4. Resiko syok hipovolemik
Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
Pantau pendarahan
Kaji adanya hipotensi postural
Kaji orientasi psien (orang, tempat, dan waktu)
Hitung keseimbangan cairan.
5. Gangguan harga diri rendah
Berikan informasi tentang efek samping histerektomi
Berikan dukungan mental pada pasien.
Dengarkan keluhan pasien
Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan menerima pasien apa
adanya.
DONA CAROLINA
2015.14.401.023
2017