JTD-3A/KELOMPOK 3
Disusun oleh :
1541160019
1. Tujuan
1.1 Mengoperasikan pemancar UHF dan mengetahui daya yang diradiasikan.
1.2 Mengerti kondisi match dan mis-match, antara beban pada ujung saluran koaksial
dan antenna pemancar.
1.3 Mengerti dasar-dasar antenna pemancar yang digunakan sebagai beban
1.4 Mengenal hubungan asymmetric, antenna batang setengah gelombang (rod
antenna) dan antenna dipole symetric setengah gelombang, menggunakan
rangkaian simetri dengan saluran koaksial.
1.5 Mengenal kualitas dan efektivitas rangkaian simetri ini, saat antenna matching.
1.6 Mengukur distribusi arus dan tegangan sepanjang setengah gelombang dipole dan
sepanjang rod antenna
1.7 Menentukan dengan pengukuran, polarisasi gelombang yang diradiasikan
1.8 Mengerti perubahan pada cirri-ciri antenna, menghasilkan perubahan
perbandingan yang baik.
3. Set-up perangkat
a. Siapkan alat dan instrument yang digunakan
b. Pasang kabel power pada pemancar UHF
c. Hubungkan antenna folded dipole dengan pemancar UHF menggunakan kabel
koaksial (50Ω).
d. Nyalakan saklar listrik
e. Nyalakan power pemancar UHF
f. Atur Pout pemancar 0,5W
a. Antena Pemancar
S1
1
S2
0
P Out Sensitivitas
S1 S1
1 1
S2 S2
0 0
P Sensitivitas P Sensitivitas
Out Out
c. Pengukuran polarisasi
S1
1
S2
0
P Sensitivitas
Out
S1
1
S2
0
P Out Sensitivitas
Distribusi Tegangan
4. Prosedur percobaan
4.1 Pemancar
4.1.1 Pengoperasian
Pemancar membangkitkan frekuensi 434 MHz. Daya keluaran dapat diatur
dengan control 1 (Pout) antara 0 sampai 2 Watt.
S1
1
S2
0
P Out Sensitivitas
Contoh, control ini diatur penunjukan jarum 100 % (f.s.f) untuk forward
voltage, dengan mengatur S2 pada “UR” reflection factor dapat dibaca
langsung dari skala meter.
1+𝑟 𝑈𝑅
𝑆𝑊𝑅 = dengan r =
1−𝑟 𝑈𝐹
5. Hasil Percobaan
𝑐 3 × 108
𝜆= = = 0,691 𝑚
𝑓 434 × 106
𝑈𝑅 Pτ = Po-PR 1+𝑟
Pout (Watt) UF UR r = 𝑈𝐹 PR= r2.Pout SWR=
1−𝑟
atau Po. (1- r2)
2W 100% 10% 0.1 0.02 W 1.98 W 1.222
𝑈𝑅 Pτ = Po-PR 1+𝑟
Pout (Watt) UF UR r = 𝑈𝐹 PR= r2.Pout 2
SWR= 1−𝑟
atau Po. (1- r )
2W 100% 13% 0.13 0.338 W 1,9662 W 1.298
5.2 Pengukuran Distribusi Arus
0 4 0 4
3 3 3 3
6 2 6 2
9 2 9 1
12 1 12 1
15 1 15 1
18 1 18 1
21 2 21 1
24 3,5 24 2
27 4 27 4,5
Double Dipole
5
4 4
4 3.5
3
3
2 2 2
2
1 1 1
1
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Folded Dipole
5 4.5
4
4
3
3
2 2
2
1 1 1 1 1
1
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
ANTENA PENERIMA
1. Tujuan
a. Mengetahui matching polarisasi antena pemancar dan penerima
b. Mengetahui hambatan dalam transmisi antara pemancar dan penerima, dapat
menyebabkan interferensi pada sinyal.
c. Mengenal kemungkinan isolasi sinyal oleh pengoperasian sistem yang menggunakan
diversi polarisasi.
d. Menghitung pelemahan ruang bebas ( free space ) antara pemancar dan penerima.
e. Menentukan perbedaan level sinyal dan pelemahan dalam “ decibel “ (dB ).
f. Mengukur penurunan kuat medan sinyal, dengan bertambahnya jarak antena
penerima.
3. Set up Perangkat
a. Siapkan alat dan instrument yang digunakan
b. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima UHF
c. Letakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m
d. Pasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole pada
penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antenna bergantian)
e. Pasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau
penerima UHF
f. Nyalakan saklar listrik
g. Nyalakan power pemancar dan penerima UHF
Rangkaian Percobaan
a. Antena pemancar dan penerima dalam posisi Horisontal
Antena Folded Dipole Antena Double Dipole
D= 0,5
RF In DETECTOR
S1
1 1
S2 SENS
0 0
b. Antena pemancar dalam posisi horizontal dan antenna penerima dalam posisi
vertical
D= 0,5 m
RF In DETECTOR
S1
1
1
S2 SENS
0
0
c. Cross-Polarisasi
RF In DETECTOR
S1
1 1
S2 SENS
0 0
P Sensitivitas
UHF RECEIVER
Out
d. Co-Polarisasi
RF In DETECTOR
S1
1 1
S2 SENS
0 0
P Sensitivitas
UHF RECEIVER
Out
4. Prosedur Percobaan
a. Unit Penerima
Pemancar Penerima
1. Memasang Folded dipole horizontal pada pemancar dan atur daya pemancar 0,1
W
2. Memasang antena 2 elemen pada penerima, juga horisontal, dengan dipole yang
lebih pendek diarahkan ke pemancar. Hubungkan input penerima dan atur kontrol
“ Sensitivity “ untuk penyimpangan jarum yang besar.
3. Mengamati Pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.
4. Memasang antena 2 elemen pada penerima dengan posisi vertikal.
5. Mengamati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.
Apa yang terjadi pada pembacaan meter penerima, bila daya pemancar dinaikkan.
Perkirakan pelemahan yang dihasilkan oleh pemilihan polarisasi yang salah,
misalnya apakah dengan adanya polarisasi isolasi tersebut lebih besar ( atau cross
– polarisasi ) dapat dicapai ?
Jarak 3m 30 m 300 m 3 km 30 km
6. Bandingkan, berapa daya pemancar yang dinaikkan antara kedua antena, sehingga
diperoleh sinyal penerimaan yang sama sebelum jarak dinaikkan.
7. Bila memungkinkan, naikkan jarak antena dari 1 m sampai 2 m. Sekali lagi, amati
daya pemancar, bila perlu, pertahankan penerimaan signal konstan.
8. Pertahankan handprobe untuk indikasi tegangan di tengah, antara antena pemancar
dan penerima, pada posisi co – polarisasi dan cross – polarisasi.
Apa pengaruh pada meter penerima.
9. Menempatkan elemen director antena Yagi, dalam sumbu radiasi antara antena
pemancar dan penerima, juga dalam posisi co – polarisasi dan cross – polarisasi.
Amati apa pengaruhnya?
5. Hasil Percobaan
5.1 Co-Polarisasi dan Cross Polarisasi
Antenna pemancar Folded Dipole
Polarisasi Ppemancar (Watt) RFin
Co-Polarisasi (H) 0.1 Watt 100%
Cross-Polarisasi (V) 0.1 Watt 10%
Bila daya pemancar dinaikkan, maka nilai RFin juga meningkat (antenna
dalam posisi Cross-Polarisasi (V) ).
Ppemancar (Watt) RFin
0.1 Watt 10%
0.25 Watt 30%
5.2 Pengukuran dan Perhitungan untuk pelemahan antara antenna pemancar dan
penerima
Pelemahan Antena Menggunakan Nomograph
Jarak 3m 30 m 300 m 3 km 30 km
Pelemahan Ruang Bebas 35 dB 54 dB 74 dB 94 dB -
4𝜋𝑅
Perhitungan Pelemahan Antena Menggunakan rumus : N = 20 log ( )
𝜆
Jarak 3m 30 m 300 m 3 km 30 km
Pengukuran RFin dengan elemen director antena yagi dalam sumbu radiasi
antara antena pemancar dan antena penerima (RFin awal 50%, jarak antena
2m).
Polarisasi RFin Elemen director antena yagi
Co-Polarisasi (H) 100%
Cross-Polarisasi (V) 10%
A. TUJUAN
1. Menentukan karakteristik pengarahan, celah antenna atau jarak antara elemen dan
lebar arahan setengah gelombang (half wave beam width) antenna.
2. Menggambarkan diagram polar horizontal dan vertical antenna dari pengukuran yang
dilakukan pada linier atau koordinat polar.
3. Mengartikan gambar diagram polar, sehingga menerti bentuk “Side-lobe”, “Zero-
point”, dan “Front-to-back ratio”.
4. Mengenal hubungan antara maksud pengarahan dan penguatan antenna.
5. Menentukan penguatan antenna dengan dengan perhitungan atau pengukuran.
C. SET UP PERANGKAT
1. Siapkan alat dan instrument yang digunakan
2. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima UHF
3. Letakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m
4. Pasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole pada
penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antenna bergantian)
5. Pasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau
penerima UHF
6. Nyalakan saklar listrik
7. Nyalakan power pemancar dan penerima UHF
8. Atur Pout pemancar 0,5W
9. Atur sensitivity pada penerima UHF sehingga diperoleh RFin maksimal
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Polar Horisontal
Diagram polar antena horizontal, antena dua elemen dan dipole folded
RF In DETECTOR S1
1 1
SENS S2
0 0
P Sensitivitas
UHF RECEIVER
Out
RF In DETECTOR S1
1 1
SENS S2
0 0
P Sensitivitas
UHF RECEIVER
Out
Diagram polar antena horizontal, dipole folded dan antenna dua elemen
RF In DETECTOR S1
1 1
SENS S2
0 0
P Sensitivitas
UHF RECEIVER
Out
Diagram polar antena vertikal, dipole folded dan antenna dua elemen
RF In DETECTOR S1
1 1
SENS S2
0 0
P Sensitivitas
UHF RECEIVER
Out
E. HASIL PERCOBAAN
5.1. Diagram Koordinat Polar
Polarisasi Horisontal