HALUSINASI
Disusun oleh :
A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih – lebihan,
distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 1998).
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luaryang
dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996).
Berdasarkan beberapa pengertian halusinasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu persepsi sensorik
individu yang keliru tanpa dijumpai rangsang luar, rangsang tidak nyata dan
sebenarnya tidak terjadi.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis (perkembangan sistem saraf yang abnormal)
b. Psikologis (penolakan/tindakan kekerasan)
c. Sosial Budaya (kemiskinan, konflik sosial-budaya, stress)
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak
yang mengatur proses informasi, dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan secara
selektif menanggapi rangsangan.
b. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang terhadap toleransi stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologik yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan
perilaku individu.
E. Fase-Fase Halusinasi
1. Fase Comforting (ansietas sedang)
Klien mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut dan mencoba
untuk fokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Gejalanya: tersenyum, tertawa tidak sesuai, pergerakan mata cepat, respon
verbal lambat, asik ketika diam.
2. Fase Condeming (ansietas berat)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi
halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas, klien takut apabila orang
lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya.
3. Fase Controlling (ansietas berat)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman sementara. Gejala: kemauan dikendalikan oleh
halusinasi, konsentrasi perhatian hanya beberapa detik/menit, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase Conquering (panik)
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Klien sudah dikuasai oleh halusinasi dan klien cenderung
panik.
F. Pohon Masalah
(Keliat, 2001)
SP III p
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi
dengan kegiatan (yang biasa dilakukan
pasien)
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV p
1. Memvalidasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi
dengan teratur minum obat (prinsip 5
benar minum obat)
3. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
H. Sumber Referensi
Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2001. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standart Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 1. Bandung: RSJP.
Townsend. 1995. Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for
Care Plan Construction Edisi 3. Jakarta: EGC.
. 2004. Pelatihan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Jiwa.
Semarang: Unpublished.