Anda di halaman 1dari 3

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar Parasetamol

Panjang gelombang maksimum (λ maks) merupakan panjang gelombang dimana terjadi

eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum. Alasan dilakukan pengukuran

pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan absorban untuk setiap satuan kosentrasi

adalah paling besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan

analisis yang maksimum (Grace et al, 2015). Untuk penentuan panjang gelombang pada

penelitian ini dilakukan dengan mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang

gelombang ultraviolet yaitu antara panjang gelombang 200 nm – 400 nm. Dari hasil penelitian

yang diperoleh panjang gelombang maksimum adalah 246 nm. Secara teoritis serapan

maksimum untuk parasetamol adalah 244 nm, terjadi pergeseran karena pada parasetamol

memiliki gugus auksokrom yang terikat pada gugus kromofor.

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan

cahaya tampak yang di absorbsi oleh sampel. Universitas Sumatera Utara Spektrofotometer UV-Vis

biasanya di gunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks didalam larutan. Sinar ultraviolet

berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang

gelombang 400-800 nm.Sebagai sumber cahaya biasanya di gunakan lampu hydrogen atau deuterium

untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak. Panjang

gelombang adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak. Panjang gelombang dari sumber cahaya

akan di bagi oleh pemisah panjang gelombang, seperti monokromator. Pada spektrofotometer ada

juga istilah frekwensi yang memang akrab dengan panjang gelombang, frekwensi adalah kecepatan

cahaya di bagi dengan panjang gelombang (Dachriyanus, 2004)


Pemisahan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pemisahan ini bertujuan untuk memisahkan zat aktif parasetamol dangan zat-zat lain yang

masih terkandung dalam pelarut etanol. Pada penelitian ini digunakan fase gerak Kloroform :

Metanol dengan perbandingan 90:10. Sedangkan fase diam yang digunakan adalah silika gel

GF 254. Silika gel GF 254 ini digunakan karena bertujuan agar plat dapat berpendar pada

penampakan bercak di lampu UV 254 untuk melihat bercak. Hal ini dilakukan karena zat

parasetamol yang ingin diidentifikasi tidak dapat menimbulkan bercak atau warna pada plat

KLT. Oleh karena itu pada saat diberikan lampu UV 254 silika gel akan berpendar, sedangkan

pada totolan yang terdapat zat parasetamol akan menutupi pada posisi dimana bercak pada

kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan

mata. Itu berarti bahwa jika diberikan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari

posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang

gelap sehingga dapat diidentifikasi keberadaan bercak dari zat parasetamol. Jumlah bercak

yang dihasilkan pada sampel terdapat 3 bercak yang tampak dengan menggunakan lampu UV

254 dengan nilai Rf yang identik dengan baku yaitu 0,546; 0,6; dan 0,573 sedangkan nilai dari

Rf baku adalah 0,533. Proses KLT pada penelitian ini melalui beberapa tahapan. Tahapan yang

pertama yaitu proses penjenuhan dari chamber yang telah berisikan fase gerak. Proses ini

dilakukan dengan cara meletakan kertas saring secara vertikal dari dasar chamber sampai

dengan atas chamber lalu ditutup dan biarkan kertas saring menyerap sampai ke atas. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh

uap dari pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan

pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut dalam KLT. Proses selanjutnya yang dilakukan

sebelum proses KLT dilaksanakan adalah dengan memberikan batas jarak tempuh pada plat

KLT. Hal ini dilakukan untuk membatasi jarak rambat dan memberi tanda pada tempat

penotolan. Sampel yang yang telah siap ditotolkan ke plat sesuai dengan tanda yang telah
diberikan dan dibiarkan sampai kering untuk kemudian ditempatkan kedalam chamber yang

telah dijenuhkan dan kemudian ditutup. Hal yang perlu diperhatikan adalah batas pelarut

berada di bawah garis dimana posisi totolan berada. Perlunya hal ini dilakukan adalah agar

sampel yang telah ditotolkan tidak menyentuh cairan karena jika menyetuh fase gerak tersebut

maka kemungkinan ada sampel yang terlarut pada fase gerak tersebut, sehingga hasilnya akan

tidak maksimal dan tidak sesuai karena sampel telah ada sebagian yang hilang. Proses rambatan

ini dihentikan sampai fase gerak telah merambat sampai batas yang telah ditentukan. Pada

penelitian ini jarak tempuh yang dilalui pelarut adalah 15cm. Proses selanjutnya yang

dilakukan adalah mengeluarkan plat KLT dari chamber dan dikeringkan dengan cara

dianginkan. Proses ini bertujuan untuk mengeringkan atau menghilangkan fase gerak hingga

kering agar dapat dilihat bercak pada

Anda mungkin juga menyukai