HIV / AIDS
1. Latar Belakang
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan
reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan perempuan dan remaja putri
untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang HIV
dan AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan layanan pencegahan HIV
(Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008).
Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34 juta
orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar dari mereka
hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru juga
menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan.
Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak
dibandingkan satu dekade sebelumnya (WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin
kasus tertinggi HIV dan AIDS di Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin
perempuan hingga mencapai 81,7% terutama pada kelompok perempuan janda
pada usia 60-69 tahun dengan persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan
kelompok beresiko lainnya (Boon, 2009).
Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV dan
AIDS di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September tercatat
kasus HIV 7.335, kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksi
jumlah Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) menurut populasi beresiko dimana
jumlah ODHA di populasi wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349
kasus pada tahun 2011 menjadi 279.276 kasus di tahun 2016 (Kemenkes RI, 2013).
Dilihat dari prevalensi HIV berdasarkan populasi beresiko Wanita Pekerja
Seks Tidak Langsung (WPSTL) di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 4,0%
kemudian pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan dari 3,1% menjadi 2,6%
pada tahun 2011, turun kembali menjadi 1,5% pada tahun 2013 (STBP, 2013).
Meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 dan 2012
peringkat ke-6, tahun 2013 peringkat ke-5 dan di tahun 2014 peringkat ke-4 dari 10
Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali,
Sumatra Utara, Sulauwesi Selatan, Banten dan Kalimatan Barat dengan kasus HIV
dan AIDS terbanyak bulan Januari-Desember. Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2014 ditemukan kasus HIV dan AIDS sebanyak 2.498 kasus, dengan perincian
kasus HIV 2.069 orang dan AIDS 428 orang. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki
mencapai 61,48% dan perempuan 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus AIDS
berdasarkan jenis pekerjaan, IRT dengan HIV dan AIDS dalam beberapa tahun
terakhir meningkat mencapai 18,4% dan menduduki peringkat ke-2 (KPAN, 2014).
Kasus HIV dan AIDS berdasarkan wilayah pada bulan Oktober 2005-Juli
2015 yaitu Karanganyar sebanyak 17% kasus, Sragen sejumlah 15% kasus,
Sukoharjo sebanyak 13% kasus, Wonogiri sebanyak 8% kasus, Surakarta sebanyak
21% kasus, Boyolali sebanyak 8% kasus, dan Klaten sebanyak 5% kasus, selain
solo 14%. Data tersebut memperlihatkan bahwa Surakarta memiliki persentase
tertinggi kasus HIV dan AIDS (KPA Surakarta, 2015).
Jumlah penderita tertinggi kasus HIV dan AIDS berdasarkan jenis kelamin
adalah laki-laki, sedangkan pada faktor risiko adalah kelompok Heteroseksual, dan
kelompok Ibu Rumah Tangga (IRT) juga beresiko tinggi tertular oleh suami yang
menderita HIV dan AIDS. Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi mengenai pencegahan HIV dan AIDS (KPA Surakarta, 2014).
Berdasarkan hasil pemetaan data populasi kunci dan cakupan hasil KPA Surakarta,
kasus HIV dan AIDS sampai bulan Agustus tahun 2015 pada ibu rumah tangga
ditemukan sebanyak 417 kasus, tertinggi ke-dua setelah Laki-laki Beresiko Tinggi
(LBT) (KPA Surakarta, 2015).
Perilaku pencegahan HIV dan AIDS pada IRT sangat tergantung dengan
tingkat pengetahuannya. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia, dengan pendidikan manusia akan memperoleh pengetahuan dan
informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
berkualitas hidupnya (Efendi dan Makhfudli, 2009).
Upaya untuk menurunkan angka HIV dan AIDS salah satunya dengan
memberikan pendidikan dan informasi yang jelas tentang HIV dan AIDS, sehingga
masyarakat waspada dan merubah perilakunya untuk melakukan upaya
pencegahan. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa, metode diskusi
kelompok lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah untuk meningkatkan
pengetahuan tentang menopause pada IRT di RW V Desa Bumiharjo (Astuti, 2012).
Pada hasil penelitian Handayani dkk (2009), menyatakan bahwa pendidikan
kesehatan dengan metode diskusi kelompok dengan fasilitator merupakan metode
yang lebih efektif.
Meningkatnya pemahaman, sikap, dan akhirnya akan berpengaruh pada
kecenderungan perilaku yang lebih baik dalam mencegah PMS, HIV dan AIDS
dikalangan orang-orang berpotensi mempunyai risiko tinggi tertularnya HIV dan AIDS
(Widodo dan Muhammad, 2008). Meningkatnya kasus HIV dan AIDS pada IRT
disebabkan karena kurangnya pemahaman “konsep gender” dalam keluarga
membuat posisi tawar perempuan sangat rendah dalam pengambilan berbagai
keputusan termasuk dalam aspek kesehatan dan kesehatan repoduksinya (Dewi,
2008).
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa, ada pengaruh pendidikan
kesehatan dengan metode diskusi kelompok dengan fasilitator dan tanpa fasilitator
terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap. Pada penelitian terjadi peningkatan
pengetahuan dan sikap, yaitu pada kelompok dengan fasilitator rata-rata nilai
pengetahuan 16,56 menjadi 24,44 sedangkan sebelumnya rata-rata nilai sikap 75,19
menjadi 95,56 dan untuk kelompok tanpa fasilitator rata-rata nilai pengetahuan 16,58
menjadi 22,85 sedangkan sebelumnya rata-rata nilai sikap 77,61 menjadi 94,94
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien dan
keluarga mengenal tentang HIV / AIDS
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
1) Menjelaskan apa yang dimaksug dengan HIV dan AIDS
2) Memahami cara penularan HIV
3) Mengetahui dan memahami hal – hal yang tidak dapat menularkan
HIV
4) Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
5) Memahami cara mencegah penularan HIV
3. Pokok Bahasan
Pengenalan HIV/AIDS
4. Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian HIV dan AIDS
b. Cara penularan HIV
c. Hal – hal yang tidak dapat menularkan HIV
d. Tanda dan gejala HIV/AIDS
e. Cara pencegahan penularan HIV/AIDS
5. Metode
a) Ceramah
b) Demonstrasi
c) Diskusi dan tanya jawab
Proses Pelaksanaan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH RESPON PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
a. Salam Membalas salam
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
d. Kontrak waktu Memberikan respon
e. Menggali pengetahuan peserta Memberikan respon
2. 30 menit Inti :
Menjelaskan materi secara detail
mengenai :
a. Pengertian HIV dan AIDS
Menyimak
b. Cara penularan HIV/AIDS
Menyimak
c. Hal-hal yang tidak menularkan HIV
Menyimak
dan AIDS
d. Gejala HIV Menyimak
e. Pencegahan HIV dan AIDS Menyimak
Sesi Tanya jawab Bertanya
3. 10 menit Evaluasi materi :
Memberikan 5 pertanyaan yang Menjawab pertanyaan
berkaitan dengan materi
4. 5 menit Penutup :
a. Salam penutup Menjawab salam
7. Pengorganisasian
Penyaji : Lala Aisyana Universitas Brawijaya
Moderator : Rizki Esa Wisnu Wardhana STIKES Widyagama Husada Malang
Fitria Marina Sandy Universitas Brawijaya
Operator : Imanuel Rico H. Universitas Brawijaya
Fasilitator : Intan Purnama STIKES Widyagama Husada Malang
Ummi Radhia STIKES Widyagama Husada Malang
Angga Pranata STIKES Mataram
Mentari Yuliani STIKES Mataram
Auliya Karuniawati STIKES Mataram
Observer : Dina Trina Amalia STIKES Widyagama Husada Malang
Arianto STIKES Mataram
8. Evaluasi
a. Apakah pengertian dari HIV dan AIDS?
b. Bagaimanakah cara penularan HIV dan AIDS?
c. Hal – hal apa saja yang tidak menularkan HIV dan AIDS?
d. Bagaimanakah gejala mayor dari HIV?
e. Bagaimanakah cara pencegahan penularan HIV dan AIDS?
MATERI
“PENGENALAN HIV/AIDS”
A. Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan
AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi
genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang
berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA
sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus ini dapat menyebabkan HIV/AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun
yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV/AIDS menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV/AIDS baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki
pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa
B. Cara Penularan
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cara-cara berikut : 1. Melakukan hubungan
seksual dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS. 2. Transfusi darah yang
mengandung virus HIV/AIDS. 3. Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik
yang sudah di pakai orang yang mengidap virus HIV/AIDS. 4. Hubungan pranatal,
yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus HIV/AIDS kepada janin
yang dikandungnya. 5. Melalui air susu ibu/ ASI yang diminum. 6. Melalui darah yang
terinfeksi virus HIV/AIDS dan mengenai kulit yang terluka. 7. Melalui sperma pada
pria dan cairan vagina pada wanita. Kita tidak usah terlalu mengucilkan atau
menjauhi penderita HIV/AIDS, kita harus selalu mendukung para penderita HIV/AIDS
bukan menjauhinya, karena HIV/AIDS tidak akan menular dengan cara – cara seperti
di bawah ini : 1. Hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS ( asal tidak
mengadakan hubungan seksual ). 2. Bersenggolan atau berjabat tangan dengan
penderita. 3. Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita
HIV/AIDS. 4. Makan dan minum. 5. Gigitan nyamuk dan serangga lain. 6. Sama-
sama berenang di kolam renang.
D. Cara Pencegahan
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus HIV/AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
6. Jangan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang anda tidak
ketahui kondisi kesehatannya.
7. Hindari mabuk-mabukan dan narkotika yang membuat anda lupa diri,.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan HIV/AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-
penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau
yang berkaitan dengan HIV/AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui
penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan HIV/AIDS, ataupun
melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat
dapat mengetahui bahaya HIV/AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari
segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus HIV/AIDSfKelompok Yang Mempunyai
Resiko Tinggi Tertular HIV/AIDS
Penyakit HIV/AIDS dapat diderita oleh siapa saja, dan dari kalangan umur
berapapun. Namun, kelompok yang paling beresiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:
1. Mereka yang sering melakukan hubungan seksual diluar nikah, seperti wanita
dan pria tuna susila dan pelanggannya.
2. Mereka yang mempunyai bayak pasangan seksual misalnya: Homo seks
(melakukan hubungan dengan sesama laki-laki), Biseks
(melakukanhubungan seksual dengan sesama wanita), Waria dan mucikari.
3. Penerima transfusi darah
4. Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus HIV/AIDS.
5. Pecandu narkotika suntikan.
6. Pasangan dari pengidap HIV/AIDS
Adisasmito, wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Depkes (2003). Pedoman
Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan ODHA.Jakarta: Dirjen P2M Depkes RI, hal 80-177