Laporan Kunjungan Pabrik Gula Kebon Agung PDF
Laporan Kunjungan Pabrik Gula Kebon Agung PDF
Disusun oleh:
Agil Adham Reka 105100200111035
Fatma Ridha N 105100200111036
Niken Lila W 105100201111016
Ratih Dwi M 105100207111004
Rizki Yunia C 105100200111005
Rendi Hadi S 105100200111045
Tri Priyo U 105100201111005
Vita Noeravila P 105100200111032
Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan bakar alternative
dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong dipadatkan lalu
dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong adalah harganyayang lebih
murah daripada kayu bakar dan bahan bakar lain. Akan tetapi untuk membuat
briket ini diperlukan waktu cukup lama antara 4 sampai 7 hari pengeringan, selain
itu juga tergantung dari kondisi cuaca. Pada saat ini semakin banyak masyarakat
yang memanfaatkan blotong sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti
MITAN dan kayu bakar. Kedepannya perlu ada kajian apakah briket blotong ini
juga bisa digunakan sebagai bahan bakar ketel sehingga dapat mengurangi
konsumsi bahan bakar minyak PG.
Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung unsur
hara yang dibutuhkan tanah. Untuk memperkaya unsur N blotong dikompos
dengan ampas tebu dan abu ketel (KABAK). Pemberian ke tanaman tebu
sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot
dan rendemen tebu secara signifikan. Kandungan hara kompos ampas tebu
(KAT), blotong dan komposdari ampas tebu, blotong dan abu ketel (KABAK)
disajikan pada Tabel
Tabel Hasil Analisis Kimia KAT, Blotong dan KABAK
c. Limbah Tetes
Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada proses
pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low grade dimana
gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Pada pemrosesan gula tetes
yang dihasilkan sekitar 5 – 6 % tebu, sehingga untuk pabrik dengan kapasitas
6000 ton tebu per hari menghasilkan tetes sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per
hari. Walaupun masih mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk
dikonsumsi karena mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan
kesehatan. Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi seperti
alcohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dll.
Secara umum tetes yang keluar dari sentrifugal mempunyai brix 85 – 92
dengan zat kering 77 – 84 %. Sukrosa yang terdapat dalam tetes bervariasi antara
25 – 40 %, dan kadar gula reduksi nya 12 – 35 %. Untuk tebu yang belum masak
biasanya kadar gula reduksi tetes lebih besar daripada tebu yang sudah masak.
Komposisi yang penting dalam tetes adalah TSAI ( Total Sugar as Inverti ) yaitu
gabungan dari sukrosa dan gula reduksi. Kadar TSAI dalam tetes berkisar antara
50 – 65 %. Angka TSAI ini sangat penting bagi industri fermentasi karena
semakinbesar TSAI akan semakin menguntungkan, sedangkan bagi pabrik gula
kadar sukrosa menunjukkan banyaknya kehilangan gula dalam tetes.
Komposisi Tetes
Tetes merupakan bahan yang kaya akan karbohidrat yang mudah larut (48-
68)%, kandungan mineral yaqng cukup dan disukai ternak karena baunya manis.
Selain itu tetes juga mengandung vitamin B komplek yang sangat berguna untuk
sapi yang masih pedet. Tetes mengandung mineral kalium yang sangat tinggi
sehingga pemakaiannya pada sapi harus dibatasi maksimal 1,5-2 Kg/ekor/hari.
Penggunaan tetes sebagai pakan ternak sebagai sumber energi dan meningkatkan
nafsu makan, selain itu juga untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dengan
peningkatan daya cernanya. Apabila takaran melebihi batas atau sapi belum
terbiasa maka menyebabkan kotoran menjadi lembek dan tidak pernah dilaporkan
terjadi kematian karena keracunan tetes.
Pembuatan bioethanol molase melalui tahap pengenceran karena kadar
gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu
diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14 %.
Kemudian dilakukan penambahan ragi, urea dan NPK kemudian dilakukan proses
fermentasi. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira
2.5 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi
adanya gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi
kurang lebih 7% – 10 %. Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan
fermentasi ke dalam evaporator atau boiler dan suhunya dipertahankan antara 79 –
81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol
dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator.
Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar
etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi hingga kadar etanolnya
95%. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan
air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.
Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Baku mutu Limbah cair untuk industri gula dapat dilihat pada tabel :
Catatan :
1. Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam
miligram
parameter per Liter air limbah.
2. Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam
kg per ton produk gula
(KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, LAMPIRAN A.
VII)
- Pemberian skema atau hank out proses produksi gula di PG Kebon Agung
Merupakan proses awal dari kegiatan produksi gula. Di stasiun gilingan ini
tebu diperah/digiling untuk mendapatkan nira mentah. Dalam pemerahan ini perlu
ditambahkan air imbibisi agar kandungan gula yang masih berada dalam ampas
akan larut, sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah
mungkin. Selain diperoleh nira mentah, di dalam proses ini juga diperoleh juga
ampas akhir 100% dimanfaatkan sebagai bahan bakar di stasiun ketel untuk
menghasilkan uap.
1. Cane Cutter dan Unigrator yang berfungsi sebagai pencacah tebu menjadi
serpihan sebelum diperoleh di penggilingan.
2. Unit gilingan yang berfungsi sebagai memerah tebu supaya dihasilkan nira
mentah sebanyak-banyaknya. Di PG Kebon Agung ada 5 buah.
STASIUN PEMURNIAN
STASIUN PENGUAPAN
Nira encer hasil proses pemurnian masih banyak mengandung air sehingga
dilakukan proses penguapan air agar diperoleh nira kental dngan kekentalan
tertentu. Hasil samping proses penguapan ini adalah air (kondensat) yang
dimanfaatkan sebagai air umpan di stasiun ketel.
STASIUN MASAKAN
Pan masakan yang berfungsi mengolah nira kental dari stasiun penguapan menjadi
kristal-kristal gula.
STASIUN PUTERAN
STASIUN PEMBUNGKUSAN
2. Mesin jahit, berfungsi menjahit karung yang telah diisi gula 50 kg.
3. Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi gula yang telah dijahit.
GUDANG
Conveyor gula, berfungsi sebagai alat akomodasi gula yang telah dijahit.
STASIUN PLTU
Di stasiun PLTU dilakukan proses perubahan tenaga uap dari stasiun ketel
menjadi tenaga listrik.
STASIUN KETEL
PG KEBON AGUNG
MALANG
Tebu 100%
Sirup 31-35%
STASIUN PEMBUNGKUSAN
GUDANG
5.2. SARAN
Diharapkan PG Kebon Agung ini dapat mempertahankan sistem produksi
bersih yang diterapkan saat ini dan dapat mengembangkan teknologi untuk
menghasilkan emisi yang seminim mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahan-limbah-industri-
tekstil/. (Diakses 10 Oktober 2012 Pukul 10.44 WIB)
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak%20/mucharomah%20%20pra.%20%201
00102007.pdf. Diakses 2 Oktober 2012
http://bioindustri.blogspot.com/%20fermentasi-etanol-dari-tetes-
molasse.html. Diakses 2 Oktober 2012
Weston, N.C., & Stuckey, D.C., 1994. Cleaners Technologies and the UK