Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI

Disusun Oleh

NAMA : SOFHYA THIODORA SILALAHI

NIM : 30120113031

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORROMEUS

2015
A. PENGERTIAN

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2010).

Masa nifas atau postpartum adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)

Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2002)

Kesimpulan : post partum adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah plasenta
lahir dan berlangsung selama 6 minggu dan organ-organ reproduksi sampai ke
keadaan normal sebelum hamil

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.

1. Alat genitalia wanita bagian luar


a. Mons veneris / Mons pubis

Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.

b. Labia mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia


mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir
ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari: 1)
Bagian luar Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. 2) Bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).

c. labia minora

Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar
(labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya
dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan
serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

e. Vestibulum

Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.

f. Perinium

Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perinium membentuk dasar badan perinium.

g. Kelenjar Bartholin

Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat

h.Himen (Selaput dara)

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di
keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.

h. Fourchette

Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen.
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

a. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior
vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina
terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.

Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan


muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina
terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada
puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang
menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.

Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi
utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara
kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila
ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri
merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan
seviks uteri yang berbentuk silinder.

Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan
bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan
posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum.
Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3
cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot,
dan endometrium.

1) Peritoneum

a) Meliputi dinding rahim bagian luar

b) Menutupi bagian luar uterus

c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat

d) pembuluh darah limfe dan urat saraf

e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

2) Lapisan otot (miometrium)

a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum .

b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum

c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.

3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum
yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan
meregang saat persalinan.

4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.

a. Ligamentum latum

(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding
panggul (2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter

(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi

(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)

(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai
labia mayus

(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat

(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi

b. Ligamentum infundibulo pelvikum

(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul

(2) Menggantung uterus ke dinding panggul

(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium

c. Ligamentum kardinale machenrod


(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul

(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri

(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus

d. Ligamentum sacro uterinum

Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os sacrum

e. Ligamentum vesika uterinum

(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih

(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan

f. Pembuluh darah uterus

a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan
memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk arteri
spinalis uteri

b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan
ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.

g. Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh
saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang
terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.

c. Tuba Fallopi

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga
suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus.
terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae
internum pada dinding rahim.

Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu
serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia

Fungsi tuba fallopi :

 Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.


 Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
 Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
 Tempat terjadinya konsepsi.
 Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

d. Ovarium

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum,


ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.

Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum


dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.

Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:

1) Korteks ovarii

a) Mengandung folikel primordial

b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff

c) Terdapat corpus luteum dan albikantes

2) Medula ovarii

a) Terdapat pembuluh darah dan limfe

b) Terdapat serat saraf

e. Parametrium

Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum
latum. Batasan parametrium

1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping

2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri

3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii


C. KLASIFIKASI

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :


a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu
yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
ataupun tahunan.

D.ADAPTASI FISIOLOGI

. 1. Sistem Reproduksi

A. Uterus

Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran


(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum
menurut masa involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus dengan ± 1000 gram
bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus dan 500 gram
simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
(Bobak,2004:493)

B. Vagina dan Perineum


Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina. Macam – macam lochia :

a. Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama
2 hari pasca persalinan
b. Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c. Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari
ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d. Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan

C. Payudara

Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI
akan makin banyak diproduksi.

2. Sistem Pencernaan

A. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu
merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah
biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.

B. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

C. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
3. Sistem Perkemihan

Uretra dan kandung kemih : Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil
hemoragi.

4. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang seluruhnya

5. Adaptasi sistim cardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan darah
sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut
hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan
resitensi didaerah panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil
disebabkan oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak
disertai demam.

6. Adaptasi sistem endokrim

Sustem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti lahirnya


placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu
yang tidak menyusui akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai
disekitar hari ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena
peningkatan sistem vaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar,
kenyal, kencang dan nyeri bila disentuh.

7. Adaptasi sistem muskuloskletal

Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan


berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut
distasi recti abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan kandung kemih
mudah dipalpasi melalui dinding bila ibu terlentang.

E.ADAPTASI PSIKOLOGI

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan : Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua
setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan : Fase ini dimulai
pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat
sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung
menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi
dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.

F. Masalah dalam Post Partum

1. Masalah Traktus Urinarius


Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderita keluhan miksi
akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan dasar
vesika urinaria saat persalinan, keluhan ini bertambah berat oleh karena adanya fase
dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi dengan melakukan
kateterisasi. Rortveit, dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginaan sekitar 70 % lebih tinggi dibandingkan section
Caesar. 10 % pasien pasca persalinan menderita inkkontinensia. (biasanya stress
inkontinensia) yang kadang–kadang menetap sampai beberapa minggu pasca
persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan
otot dasar panggul (Serri, 2009).

2. Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan menetap
setelah persalinan pada anak masa nifas . kejadian ini terjadi pada 25 % wanita dalam
masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50 % dari mereka sejak sebelum
kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat bila mereka harus merawat anaknya
sendiri (Serri, 2009) .

3. Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang banyak,apalagi
bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan darah. Di masa nifas,
anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah tidak cukup
memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi
membahayakan, apalagi mengalami perdarahan post partum, maka segera haris diberi
transfuse darah. Jika kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan
pemberian obat–obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009) .

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.

b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling
di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk
menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak,
2004).

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM

A.PENGKAJIAN

pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2. Pola nutrisi dan metabolik


a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3. Pola aktivitas setelah melahirkan


a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola persepsi dan konsep diri


a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuhnya saat ini ?

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )

b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau uterus


1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau perineum


1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.


(Doenges, 2001)
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
(Doenges, 2001)
c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui. (Bobak, 2004)
d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.
(Bobak, 2004)
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral. (Doenges, 2001)
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan. (Doenges, 2001)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang

Kriteria Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
b. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C, N 60-100 x/menit,
RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji karakteristik nyeri klien dengan untuk menentukan jenis skala dan tempat
PQRST ( P : faktor penambah dan terasa nyeri
pengurang nyeri, Q : kualitas atau
jenis nyeri, R : regio atau daerah
yang mengalami nyeri, S : skala
nyeri, T : waktu dan frekuensi )

2. Kaji faktor-faktor yang sebagai salah satu dasar untuk


mempengaruhi reaksi klien terhadap memberikan tindakan atau asuhan
nyeri keperawatan sesuai dengan respon klien

3. Berikan posisi yang nyaman, tidak membantu klien rilaks dan mengurangi
bising, ruangan terang dan tenang nyeri

4. Biarkan klien melakukan aktivitas beraktivitas sesuai kesenangan dapat


yang disukai dan alihkan perhatian mengalihkan
klien pada hal lain perhatian klien dari rasa nyeri

5. Kolaborasi pemberian analgetik untuk menekan atau mengurangi nyeri


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
perawatan Vulva

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi,


pengetahuan bertambah

Kriteria hasil :

a. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya


b. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
c. Perawatan pervagina berkurang
d. Vulva bersih dan tidak inveksi
e. Tidak ada perawatan
f. Vital sign dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau vital sign peningkatan suhu dapat
mengidentifikasi adnya infeksi

2. Kaji daerah perineum dan menentukan adakah tanda peradangan


vulva di daerah vulva dan perineum

3. Kaji pengetahuan pasien pasien mengetahui cara perawatan


mengenai cara perawatan ibu vulva bagi dirinya
post partum

4. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien mengetahui cara perawatan


pasien vulva bagi dirinya

5. Anjurkan pasien mencuci meminimalkan terjadinya infeksi


tangan sebelum memegang
daerah vulvanya

6. Lakukan perawatan vulva mencegah terjadinya infeksi dan


memberikan rasa
nyaman bagi pasien

3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara


perawatan payudara bagi ibu menyusui

Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui

Kriteria hasil :
a. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
b. Asi keluar
c. Payudara bersih
d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
e. Bayi mau menetek

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pengetahuan paien mengetahui tingkat pengetahuan pasien
mengenai laktasi dan dan untuk
perawatan payudara menentukan intervensi selanjutnya.

2. Ajarkan cara merawat meningkatkan pengetahuan pasien dan


payudara dan lakukan cara mencegah
brest care terjadinya bengkak pada payudara

3. Jelaskan mengenai manfaat memberikan pengetahuan bagi ibu


menyusui dan mengenai gizi mengenai manfaat
waktu menyusui ASI bagi bayi

4. Jelaskan cara menyusui yang mencegah terjadinya aspirasi pada bayi


benar

4.Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi

Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi


Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan sudah BAB
b. Pasien mengatakan tidak konstipasi
c. Pasien mengatakan perasaan nyamannya

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Auskultasi bising usus, apakah penurunan peristaltik usus menyebapkan


peristaltik menurun konstpasi

2. Observasi adanya nyeri nyeri abdomen menimbulkan rasa takut


abdomen untuk BAB

3. Anjurkan pasien makan- makanan tinggi serat melancarkan BAB


makanan tinggi serat

4. Anjurkan pasien banyak mengkonsumsi air hangat melancarkan


minum terutama air putih BAB
hangat

5. Kolaborasi pemberian laksatif ( penggunana laksatif mungkan perlu


pelunak feses ) jika diperlukan untuk merangsang
peristaltik usus dengan perlahan atau
evakuasi feses

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC


Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6.
EGC. Jakarta
Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai