KABUPATEN JEMBER
MAKALAH
(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko)
Oleh:
Winda Yulia S (NIM 122110101012)
Atika Nurul Hidayah (NIM 122110101135)
Akbarrio (NIM 122110101147)
Kelompok 10
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Risiko yang berjudul
“Analisis Risiko Bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang tegak di atas agama-
Nya hingga akhir zaman.
Makalah Manajemen Risiko ini membahas tentang pengertian, identifikasi,
pengukuran, pemantauan, pengendalian atas risiko bencana, beserta studi kasus
terkait risiko bencana
Penulisan Makalah Manajemen Risiko ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember;
2. Dr. Isa Ma’rufi, M.Kes selaku dosen mata kuliah Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yakni Manajemen Risiko;
3. Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungannya kepada kami, baik moril maupun materiil;
4. Teman-teman FKM angkatan 2012 yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu, atas segala bentuk bantuan dan dukungannya selama ini.
Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya
dengan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga penulis dapat
mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat
memberikan sumbang pikir yang positif bagi pengembangan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Jember, 3 Mei 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teorttis.................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Definisi Bencana Banjir............................................................................5
2.2 Definisi Risiko Bencana............................................................................5
2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana.........................................................5
2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana..........................................................6
2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana.......................................................7
2.5.1 Pra bencana........................................................................................7
2.5.2 Saat Bencana......................................................................................8
2.5.3 Pasca Bencana..................................................................................10
2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana..............................................10
2.6.1 Identifikasi Bencana.........................................................................13
2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana...........................................14
2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana..........................................................14
2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana..........................................................15
2.8 Komunikasi.............................................................................................15
2.9 Investigasi dan Pelaporan........................................................................16
2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana................................................16
BAB 3. PEMBAHASAN.......................................................................................17
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti
Kabupaten Jember?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi risiko bencana di DesaKemiri Kecamatan Panti
KabupatenJember ?
2. Mengukur risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti
Kabupaten Jember
3. Merumuskan pengendalian terhadap risiko bencana di Desa Kemiri
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teorttis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan Kesehatan Masyarakat khususnya bidang kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) terkait studi manajemen risiko bencana.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Instansi/Desa
Diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperbaiki sistem
manajemen bencana agar mengurangi risiko bencana di Desa Kemiri
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
2. Bagi Masyarakat Desa
Diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan agar masyarakat
dapat lebih tanggap terhadap terjadinya bencana di Desa Kemiri
Kecamatan Panti Kabupaten Jember
3. Bagi Ilmu Kesehatan
Diharapkan dapat menambah data dan referensi tentang manajemen risiko
bencana utamanya di bidang Keselamatandan Kesehatan Kerja
4. Bagi Penulis
Diharapkan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam
merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil makalah, serta
menambah dan memperdalam pengetahuan tentang manajemen risiko
bencana.
4
5
sebab, antara lain; jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan,
keterbatasan pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya.
a. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua
kejadian yang menimbulkan kerugian.
b. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
c. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai
suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Manajemen risiko bencana adalah proses sistematis menggunakan arahan administrasi,
organisasi, dan keterampilan operasional dan kapasitas untuk mengimplementasikan strategi,
kebijakan dan peningkatan kapasitas penanggulangan untuk mengurangi dampak merugikan
dari bahaya dan kemungkinan terjadinya bencana (UNISDR, 2009). Menurut Agus Rahmat
(2006:12) Manajemen Risiko Bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek
perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana
yang dikenal sebagai siklus Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan antara lain:
a. Mencegah kehilangan jiwa seseorang
b. Mengurangi penderitaan manusia.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat dan juga kepada pihak yang berwenang
mengenai risiko.
d. Mengurangi kerusakan insfrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber
ekonomis lainnya.
Manajemen risiko bencana dibagi 2, yaitu:
1. Manajemen risiko bencana korektif, merupakan aktivitas pengelolaan yanga mengatasi
dan berupaya untuk mengoreksi atau mengurangi risko bencana yang sudah ada
2. Manajemen risiko bencana prospektif, merupakan aktivitas-aktivitas pengelolaan yang
menangani dan berupaya menghindarkan berkembangnya risiko bencana baru atau
meningkatnya risiko bencana.
terjadi. Sebagai akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah
pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan untuk:
a. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan.
b. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana atau
kejadian.
c. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau organisasai tentang
bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana
d. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan
penderitaan yang dialami dapat dikurangi.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan
akibat suatu bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif
melalui berbagai upaya dan pendekatan antara lain:
1. Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu
bencana misalnya membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat
rancanagan pengaman, misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
2. Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar
mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat
diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
3. Pendekatan admisnistratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif
dalam manajemen bencana, khususnya di tahap mitigasi sebagai contoh:
1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan
aspek risiko bencana
2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan
pembangunan industry berisiko tinggi.
3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap
darurat di setiap organisasi baik pemerintahan maupun industry berisiko
tinggi.
4. Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai
bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaikan dengan
kearifan masyarakat lokal yang telah mebudaya sejak lama.
2.5.2 Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana
sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa
peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti
tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah
korban atau kerugian dapat diminimalkan.
a. Tanggap darurat
9
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan
pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social,
dan budaya, tegaknya hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana
f. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh
pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan yang
mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana (ARISCANA).
ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai
potensi bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau
tingkat risiko atau keparahannya.
Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat keparahan
bencana yang mungkin terjadi.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau
penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi
tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan
menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang
dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman
di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di
perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:
Nilai Probabilitas Keterangan
5 Pasti hampir dipastikan 80 - 99%
4 Kemungkinan Besar 60-80% terjadi tahun depan, atau sekali
dalam 10 tahun mendatang
3 Kemungkinan terjadi 40-60% terjadi tahun depan, atau sekali
dalam 100 tahun
2 Kemungkinan kecil 20-40% terjadi dalam 100 tahun
1 Kemungkinan sangat kecil Hingga 20%
Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008
12
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
a. jumlah korban;
b. kerugian harta benda;
c. kerusakan prasarana dan sarana;
d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:
Nilai Dampak Keterangan
5 Sangat parah 80 - 90% wilayah hancur dan lumpuh
total
4 Parah 60-80% wilayah hancur
3 Sedang 40-60% wilayah rusak
2 Ringan 20-40% wilayah rusak
1 Sangat Ringan < 20% wilayah rusak
Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008
Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :
No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak
1 Gempa Bumi diikuti tsunami 1 4
2 Tanah Longsor 4 2
3 Banjir 4 3
4 Kekeringan 3 1
5 Angin Puting beliung 2 2
Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008
Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model lain
dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan prioritas
seperti berikut:
Probabilitas Dampak
1 2 3 4 5
5
4 Tanah Banjir
longsor
3 kekeringan
2 Puting
beliung
1 Gempa
bumi dan
tsunami
Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008
13
Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang
perlu ditangani.
Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)
a. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
b. Bahaya/ancaman sedang nilai 2
c. Bahaya/ancaman rendah nilai 1
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah
sebagai berikut:
a. Identifikasi bencana
b. Penilaian dan evaluasi risiko bencana
c. Menentukan pengendalian bencana
Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan
dalam suatu bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat
dihindarkan. Jenis sarana yang diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat
bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi sesuai hasil identifikasi.
c. Sumberdaya finansial.
Kegiatan manajemen tanggap darurat jelas membutuhkan biaya, baik
sebelum maupun saat dan setelah bencana. Oleh karena itu komitmen manajemen
atau pimpinan tertinggi sangat diperlukan.
2.8 Komunikasi
Selama keadaan darurat berlangsung, diperlukan komunikasi yang baik guna menjamin
kelancaran upaya penanggulangan. Komunikasi diperlukan dalam sistem manajemen bencana
mulai tahap perencanaaan, mitigasi, tanggap darurat, sampai ke rehabilitasi.
Komunikasi dalam manejemn bencana dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Komunikasi organisasi tanggap darurat
b. Komunikasi kepada masyarakat
c. Komunikasi dengan pihak eksternal baik nasional maupun internasional.
2.9 Investigasi dan Pelaporan
Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah harus diinvestigasi dan
dilaporkan kepada instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya BNPB atau BPBD
kabupaten/kota.
Investigasi atau penyelidikan bencana sangat diperlukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya bencana
b. Mengetahui kelemahan atau kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan penanganan
bencana yang dilakukan
c. Mengetahui efektivitas organisasi penanganan bencana yang ada
d. Menentukan langkah perbaikan atau pencegahan terulangnya suatu bencana
e. Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan atau penyempurnaan sistem manajemen
bencana dan dalam menentukan kebijakan pembangunan.
Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa kesiapan
penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus diperiksa dan diuji
kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.
Audit adalah salah satu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen bencana
dalam suatu organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi persyaratan atau tolak ukur
yang ditetapkan.
17
BAB 3. PEMBAHASAN
b. Penilaian risiko
c. Probabilitas Dampak
1 2 3 4 5
5
4 BANJIR
3
2
1
Keterangan :
Untuk probabilitas memiliki nilai 4, yakni kemungkinan Besar terjadi (60-
80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang)
22
Pelatihan
tanggap
bencana
hanya
dilakukan
selama 1
24
tahun pasca
banjir
bandang.
25
b. Tingkat keluarga
a) Simak informasi atau peringatan dini dari tim warga mengenai curah hujan
b) Amankan dokumen-dokumen penting dan persiapkan obat-obatan dan
makanan siap saji.
26
b. Saat banjir
a) Matikan aliran listrik
b) Mengungsi ke daerah yang aman
c. Setelah banjir
a) Sesegera mungkin membersihkan rumah untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare
b) Waspada akan banjir susulan
27
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
No Identifikasi Penilaian Pengendalian
Wilayah Jenis risiko Risiko Faktor Kemun Dampak Skor Peringkat Kriteria
Bahaya gkinan
/Kerentanan/
Kapasitas
1. Desa Risiko alam Banjir - Jumlah 4 3 12 5-12 Risiko 5) Penataan
sedang
Kemiri penduduk fungsi lahan
Kecamatan yang secara tepat
Panti padat 6) Program
Kabupaten mencapai penghijauan
Jember 8.807 daerah hulu
orang. sungai
- Luas
7) Mengadakan
wilayah
simulasi
yang
bencana tang
terancam
melibatkan
banjir
masyarakat
sekitar
8) Meningkatka
1.578.584
n
Ha
kesiapsiagaan
28
masyarakat
tentang banjir
9) Meningkatka
n
pengetahuan
masyarakat
tentang banjir
4.2 Saran
a. Secara umum, System manajemen bencana di desa kemiri sudah baik namun ada beberapa hal yang masih perlu di intensifkan lagi,
seperti program pemantauan, inspeksi dan audit.
29
DAFTAR PUSTAKA