Anda di halaman 1dari 12

PENGANTAR SISTEM TI (B)

I GUSTI NGURAH YOGA PAWITRA

1404505052

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2014
Konversi bilangan

 Bilangan biner (Bilangan berbasis dua, bilangannya: 0,1)


 Bilangan octal (Bilangan berbasis delapan bilangannya: 0,1,2,3,4,5,6,7)

 Bilangan desimal (Bilangan berbasis sepuluh, bilangannya: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9)

 Bilangan hexadesimal (Bilangan berbasis enam belas, bilangannya:


0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F)

Konversi bilangan adalah proses mengubah bentuk bilangan satu ke bentuk bilangan lain
yang memiliki nilai yang sama. Misal: nilai bilangan desimal 12 memiliki nilai yang sama
dengan bilangan octal 15; Nilai bilangan biner 10100 memiliki nilai yang sama dengan 24 dalam
octal dan seterusnya.
Konversi bilangan biner, octal atau hexadesimal menjadi bilangan desimal.
Konversi dari bilangan biner, octal atau hexa menjadi bilangan desimal memiliki konsep yang
sama.Konsepnya adalah bilangan tersebut dikalikan basis bilangannya yang dipangkatkan 0,1,2
dst dimulai dari kanan.
 Konversi bilangan octal ke desimal.
Cara mengkonversi bilangan octal ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu
bilangan dengan 8 (basis octal) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling
kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan. Misal, 137(octal) = (7x80) + (3x81) + (1x82) =
7+24+64 = 95(desimal).
 Konversi bilangan biner ke desimal.
Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu
bilangan dengan 2 (basis biner) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling
kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan. Misal, 11001(biner) = (1x20) + (0x21) + (0x22) +
(1x2) + (1x22) = 1+0+0+8+16 = 25(desimal).
 Konversi bilangan hexadesimal ke desimal.
Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu-satu
bilangan dengan 16 (basis hexa) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling
kanan. Kemudian hasilnya dijumlahkan. Misal, 79AF(hexa) = (Fx20) + (9x21) + (Ax22) =
15+144+2560+28672 = 31391(desimal).

Konversi bilangan desimal menjadi bilangan biner, octal atau hexadesimal.


Konversi dari bilangan desimal menjadi biner, octal atau hexadesimal juga memiliki konse yang
sama. Konsepnya bilangan desimal harus dibagi dengan basis bilangan tujuan, hasilnya
dibulatkan kebawah dan sisa hasil baginya (remainder) disimpan. Ini dilakukan terus menerus
hingga hasil bagi < basis bilangan tujuan. Sisa bagi ini kemudian diurutkan dari yang paling
akhir hingga yang paling awal dan inilah yang merupakan hasil konversi bilangan tersebut.
Untuk lebih jelasnya lihat pada contoh berikut;

 Konversi bilangan desimal ke biner.


Cara konversi bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal
dengan 2 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 2.
Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Contoh:
125(desimal) = .... (biner)
125/2 = 62 sisa bagi 1
62/2= 31 sisa bagi 0
31/2=15 sisa bagi 1
15/2=7 sisa bagi 1
7/2=3 sisa bagi 1
3/2=1 sisa bagi 1
hasil konversi: 1111101
 Konversi bilangan desimal ke octal.
Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan membagi bilangan desimal
dengan 8 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 8.
Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Contoh
lihat gambar:
 Konversi bilangan desimal ke hexadesimal.
Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan membagi bilangan desimal
dengan 16 dan menyimpan sisa bagi per seitap pembagian terus hingga hasil baginya <
16. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Apabila sisa bagi diatas 9 maka angkanya diubah, untuk nilai 10 angkanya A, nilai 11
angkanya B, nilai 12 angkanya C, nilai 13 angkanya D, nilai 14 angkanya E, nilai 15
angkanya F. Contoh lihat gambar:

Konversi bilangan octal ke biner dan sebaliknya.


 Konversi bilangan octal ke biner.
Konversi bilangan octal ke biner caranya dengan memecah bilangan octal tersebut
persatuan bilangan kemudian masing-masing diubah kebentuk biner tiga angka.
Maksudnya misalkan kita mengkonversi nilai 2 binernya bukan 10 melainkan 010.
Setelah itu hasil seluruhnya diurutkan kembali.
 Konversi bilangan biner ke octal.
Konversi bilangan biner ke octal sebaliknya yakni dengan mengelompokkan angka biner
menjadi tiga-tiga dimulai dari sebelah kanan kemudian masing-masing kelompok
dikonversikan kedalam angka desimal dan hasilnya diurutkan.
Konversi bilangan hexadesimal ke biner dan sebaliknya.
 Konversi bilangan hexadesimal ke biner.
Sama dengan cara konversi bilanga octal ke biner, bedanya kalau bilangan octal binernya
harus 3 buah, bilangan desimal binernya 4 buah. Misal kita konversi 2 hexa menjadi biner
hasilnya bukan 10 melainkan 0010
 Konversi bilangan biner ke hexadesimal.
Teknik yang sama pada konversi biner ke octal. Hanya saja pengelompokan binernya
bukan tiga-tiga sebagaimana pada bilangan octal melainkan harus empat-empat. Contoh
lihat gambar:
Konversi bilangan hexadesimal ke octal dan sebaliknya
 Konversi bilangan octal ke hexadesimal.
Teknik mengonversi bilangan octal ke hexa desimal adalah dengan mengubah bilangan
octal menjadi biner kemudian mengubah binernya menjadi hexa. Ringkasnya octal-
>biner->hexal
Konversi bilangan hexadesimal ke octal.
Begitu juga dengan konversi hexa desimal ke octal yakni dengan mengubah bilangan
hexa ke biner kemudian diubah menjadi bilangan octal. Ringkasnya hexa->biner->octal.

Pengkodean

Pengkodean (Encoding) adalah proses perubahan karakter data yang akan dikirim dari suatu titik
ke titik lain dengan kode yang dikenal oleh setiap termianal yang ada, dan menjadikan setiap
karakter data dalam sebuah informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan.
Suatu terminal yang berbeda menggunakan kode biner yang berbeda untuk mewakili setiap
karakter. Tujuan dari Pengkodean (Encoding) adalah menjadikan setiap karakter data dalam
sebuah informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan dan bisa melakukan
komunikasi data. Kode-kode yang digunakan dalam komunikasi data pada system computer
memiliki perbedaan dari generasi ke generasinya, karena semakin besar dan kompleksnya data
yang akan dikirim / digunakan.

Secara umum ada beberapa kode yang digunakan dalam komunikasi data, yaitu :

1. BCD (Binary Coded Decimal)


· BCD merupakan kode biner yang digunakan untuk hanya mewakili nilai digit decimal
dari 0-9.
· BCD menggunakan kombinasi 4 bit, sehingga ada 16 kombinasi yang bisa diperoleh
dan hanya 10 kombinasi yang bisa digunakan.
· BCD tidak dapat mewakili huruf atau symbol karakter khusus, sehingga jarang
digunakan untuk komputer dan transmisi data sekarang. Karena BDC hanya digunakan
pada komputer generasi pertama
2. SBCDIC (Standard Binary Coded Decimal Interchange Code)
· SBCDIC merupakan kode biner yang dikembangkan dari BCD.
· SBCDIC menggunakan kombinasi 6 bit sehingga lebih banyak kombinasi yang bisa
dihasilkan. Yaitu 64 kombinasi kode.
· Ada 10 kode untuk digit angka dan 26 kode untuk alphabet dan sisanya untuk karakter
khusus tertentu.
· SBCDID digunakan pada komputer generasi kedua.
· Tabel SBCDIC :
3. EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)
· EBCDID adalah kode 8 bit yang memungkinkan untuk mewakili karakter 256
kombinasi karakter.
· Pada EBCDID, high order bits atau 4 bit pertama disebut Zone bits dan low order
bits atau 4 bit kedua disebut dengan numeric bit.
4. BOUDOT
· Kode Boudot terdiri atas 5 bit yang dipergunakan pada terminal teletype dan
teleprinter. Karena kombinasi ini terdiri dari 5 bit maka hanya terdiri dari 25 sampai 32
kombinasi dengan kode huruf dan gambar yang berbeda.
· Jika kode ini dikirim menggunakan transmisi serial tak sinkron, maka pulsa stop bit-nya
pada umumnya memiliki lebar 1,5 bit.
· Hal ini berbeda dengan kode ASCII yang menggunakan 1 atau 2 bit untuk pulsa stop-
bitnya
5. ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
· Kode ASCII memiliki 128 bit kombinasi yang selalu digunakan.
· Dari 128 kombinasi tersebut 32 kode diantaranya digunakan untuk fungsi-fungsi
kendali seperti SYN, STX.
· Sisa karakter lain digunakan untuk karakter-karakter alphanumerik dan sejumlah
karakter khusus seperti =, / . ?
· Pada dasarnya kode ASCII merupakan kode alfanumerik yang paling popular dalam
teknik komunikasi data.
· Kode ini menggunakan tujuh bit untuk posisi pengecekan bit secara evenatau odd
parity
Aritmatika Logic

Arithmatic Logical Unit (ALU), adalah salah satu bagian/komponen dalam sistem di
dalam sistem komputer yang berfungsi melakukan operasi/perhitungan aritmatika dan
logika (Contoh operasi aritmatika adalah operasi penjumlahan dan pengurangan, sedangkan
contoh operasi logika adalah logika AND dan OR. ALU bekerja besama-sama memori, di mana
hasil dari perhitungan di dalam ALU di simpan ke dalam memori.
Perhitungan dalam ALU menggunakan kode biner, yang merepresentasikan instruksi
yang akan dieksekusi (opcode) dan data yang diolah (operand). ALU biasanya menggunakan
sistem bilangan biner two’s complement. ALU mendapat data dari register. Kemudian data
tersebut diproses dan hasilnya akan disimpan dalam register tersendiri yaitu ALU output
register, sebelum disimpan dalam memori.
Pada saat sekarang ini sebuah chip/IC dapat mempunyai beberapa ALU sekaligus yang
memungkinkan untuk melakukan kalkulasi secara paralel. Salah satu chip ALU yang sederhana
(terdiri dari 1 buah ALU) adalah IC 74LS382/HC382ALU (TTL). IC ini terdiri dari 20 kaki dan
beroperasi dengan 4×2 pin data input (pinA dan pinB) dengan 4 pin keluaran (pinF).
Arithmatic Logical Unit (ALU), fungsi unit ini adalah untuk melakukan suatu proses data
yang berbentuk angka dan logika, seperti data matematika dan statistika. ALU terdiri
dari register-register untuk menyimpan informasi.Tugas utama dari ALU adalah melakukan
perhitungan aritmatika (matematika) yang terjadi sesuai dengan instruksi program. Rangkaian
pada ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan
dinamakan dengan Adder. Adder digunakan untuk memproses operasi aritmetika, Adder juga
disebut rangkaian kombinasional aritmatika.
Ada 3 jenis adder:
1. Rangkaian Adder dengan menjumlahkan dua bit disebut Half Adder.
2. Rangkaian Adder dengan menjumlahkan tiga bit disebut Full Adder.
3. Rangkain Adder dengan menjumlahkan banyak bit disebut Paralel Adder

1. HALF ADDER
Rangkaian Half Adder merupakan dasar penjumlahan bilangan Biner yang terdiri dari satu bit,
oleh karena itu dinamai Penjumlah Tak Lengkap.
a. jika A = 0 dan B = 0 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 0.
b. jika A = 0 dan B = 1 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 1.
c. jika A = 1 dan B = 1 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 0

jika A = 1 dan B =1 dijumlahkan, hasilnya S ( Sum ) = 0. dengan nilai pindahan cy(Carry Out)
=1
Dengan demikian, half adder memiliki 2 masukan ( A dan B ) dan dua keluaran ( S dan Cy ).

2. FULL ADDER
Sebuah Full Adder menjumlahkan dua bilangan yang telah dikonversikan menjadi bilangan-
bilangan biner. Masing-masing bit pada posisi yang sama saling dijumlahkan. Full Adder sebagai
penjumlah pada bit-bit selain yang terendah. Full Adder menjumlahkan dua bit input ditambah
dengan nilai Carry-Out dari penjumlahan bit sebelumnya. Output dari Full Adder adalah hasil
penjumlahan (Sum) dan bit kelebihannya (carry-out).

3. PARALEL ADDER
Rangkaian Parallel Adder adalah rangkaian penjumlah dari dua bilangan yang telah
dikonversikan ke dalam bentuk biner. Anggap ada dua buah register A dan B, masing-masing
register terdiri dari 4 bit biner : A3A2A1A0 dan B3B2B1B0.
Rangkaian Parallel Adder terdiri dari Sebuah Half Adder (HA) pada Least Significant Bit (LSB)
dari masing-masing input dan beberapa Full Adder pada bit-bit berikutnya. Prinsip kerja dari
Parallel Adder adalah sebagai berikut : penjumlahan dilakukan mulai dari LSB-nya. Jika hasil
penjumlahan adalah bilangan desimal “2” atau lebih, maka bit kelebihannya disimpan pada Cout,
sedangkan bit di bawahnya akan dikeluarkan pada Σ. Begitu seterusnya menuju ke Most
Significant Bit (MSB)nya.
Tugas lain dari ALU adalah melakukan keputusan dari operasi sesuai dengan instruksi program
yaitu operasi logika (logical operation). Operasi logika meliputi perbandingan dua buah elemen
logika dengan menggunakan operator logika.
Arithmatic Logical Unit (ALU):
· Bertugas membentuk fungsi – fungsi pengolahan data komputer.
· ALU sering disebut mesin bahasa (machine language) karena bagian ini mengerjakan
instruksi – instruksi bahasa mesin yang diberikan padanya
· ALU terdiri dari dua bagian, yaitu unit arithmetika dan unit logika boolean, yang masing –
masing memiliki spesifikasi dan tugas tersendiri.
Fungsi-fungsi yang didefinisikan pada ALU adalah Add(penjumlahan), Addu (penjumlahan tidak
bertanda), Sub(pengurangan), Subu (pengurangan tidak bertanda), and, or, xor, sll (shift left
logical), srl (shift right logical), sra (shift right arithmetic), dan lain-lain.
Arithmetic Logical Unit (ALU) merupakan unit penalaran secara logic. ALU ini merupakan
Sirkuit CPU berkecepatan tinggi yang bertugas menghitung dan membandingkan. Angka-angka
dikirim dari memori ke ALU untuk dikalkulasi dan kemudian dikirim kembali ke memori. Jika
CPU diasumsikan sebagai otaknya komputer, maka ada suatu alat lain di dalam CPU tersebut
yang kenal dengan nama Arithmetic Logical Unit (ALU), ALU inilah yang berfikir untuk
menjalankan perintah yang diberikan kepada CPU tersebut.
ALU sendiri merupakan suatu kesatuan alat yang terdiri dari berbagai komponen perangkat
elektronika termasuk di dalamnya sekelompok transistor, yang dikenal dengan nama logic gate,
dimana logic gate ini berfungsi untuk melaksanakan perintah dasar matematika dan operasi
logika. Kumpulan susunan dari logic gate inilah yang dapat melakukan perintah perhitungan
matematika yang lebih komplit seperti perintah “add” untuk menambahkan bilangan, atau
“devide” atau pembagian dari suatu bilangan. Selain perintah matematika yang lebih komplit,
kumpulan dari logic gate ini juga mampu untuk melaksanakan perintah yang berhubungan
dengan logika, seperti hasil perbandingan dua buah bilangan.
Instruksi yang dapat dilaksanakan oleh ALU disebut dengan instruction set. Perintah yang
ada pada masing-masing CPU belum tentu sama, terutama CPU yang dibuat oleh pembuat yang
berbeda, katakanlah misalnya perintah yang dilaksanakan oleh CPU buatan Intel belum tentu
sama dengan CPU yang dibuat oleh Sun atau perusahaan pembuat mikroprosesor lainnya. Jika
perintah yang dijalankan oleh suatu CPU dengan CPU lainnya adalah sama, maka pada level
inilah suatu sistem dikatakan compatible. Sehingga sebuah program atau perangkat lunak
atau software yang dibuat berdasarkan perintah yang ada pada Intel tidak akan bisa dijalankan
untuk semua jenisprosesor,kecuali untuk prosesor yang compatible dengannya.
Seperti halnya dalam bahasa yang digunakan oleh manusia, instruction set ini juga
memiliki aturan bahasa yang bisa saja berbeda satu dengan lainnya. Bandingkanlah beda struktur
bahasa Inggris dengan Indonesia, atau dengan bahasa lainnya, begitu juga dengan instruction set
yang ada pada mesin, tergantung dimana lingkungan instruction set itu digunakan.
Aljabar Boolean

Definisi Aljabar Boolean


Aljabar Boolean dapat didefinisikan secara abstrak dalam beberapa cara. Cara yang
paling umum adalah dengan menspesifikasikan unsur – unsur pembentuknya dan operasi –
operasi yang menyertainya.
(Definisi 2.1 – Menurut Lipschutz, Seymour & Marc Lars Lipson dalambukunya ‘2000 Solved
Problems in Discrete Mathematics’, McGraw-Hill, 1992). Misalkan B adalah himpunan yang
didefinisikan pada dua operator biner, + dan ., dan sebuah operator uner,’. Misalkan 0 dan 1
adalah dua elemen yang berbeda dari B.Maka, tupel <B, +, ., ‘, 0, 1> disebut aljabar Boolean jika
untuk setiap a, b, c 0 B berlaku aksioma (sering dinamakan juga Postulat Huntington) berikut :

1. Identitas
(i) a + 0 = a
(ii) a . 1 = a
2. Komutatif
(i) a + b = b + a
(ii) a . b = b . a
3. Distributif
(i) a . (b + c) = (a . b) + (a . c)
(ii) a + (b . c) = (a + b) . (a + c)
4. Komplemen
Untuk setiap a 0 B terdapat elemen unik a’ 0 B sehingga
(i) a + a’ = 1
(ii) a . a’ = 0
Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik yang berada di dalam B. 0 disebutelemen terkecil dan 1
disebut elemen terbesar. Kedua elemen unik dapat berbeda –beda pada beberapa aljabar Boolean
(misalnya i dan U pada himpunan, False danTrue pada proposisi), namun secara umum kita tetap
menggunakan 0 dan 1 sebagaidua elemen unik yang berbeda. Elemen 0 disebut elemen zero,
sedangkan elemen 1disebut elemen unit. Operator + disebut operator penjumlahan, . disebut
operator perkalian, dan ‘ disebut operator komplemen.
Terdapat perbedaan antara aljabar Boolean dengan aljabar biasa untukaritmetika bilangan riil :

1. Hukum distributif yang pertama, a . (b + c) = (a . b) + (a . c) sudah dikenal didalam aljabar


biasa, tetapi hukum distributif yang kedua, a + (b . c) = (a + b) .(a + c), benar untuk aljabar
Boolean, tetapi tidak benar untuk aljabar biasa.

2. Aljabar Boolean tidak memiliki kebalikan perkalian (multiplicative inverse)dan kebalikan


penjumlahan; karena itu, tidak ada operasi pembagian danpengurangan di dalam aljabar Boolean.

3. Aksioma nomor 4 pada definisi 2.1 mendefinisikan operator yang


dinamakan komplemen yang tidak tersedia pada aljabar biasa.

4. Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan riil dengan elemen yangtidak berhingga
banyaknya. Sedangkan aljabar Boolean memperlakukanhimpunan elemen B yang sampai
sekarang belum didefinisikan, tetapi pada aljabar Boolean dua-nilai, B didefinisikan sebagai
himpunan dengan hanya dua nilai, 0 dan 1.
Hal lain yang penting adalah membedakan elemen himpunan dan peubah (variable) pada
sistem aljabar. Sebagai contoh, pada aljabar biasa, elemen himpunan bilangan riil adalah angka,
sedangkan peubahnya seperti a, b, cdan sebagainya. Dengan cara yang sama pada aljabar
Boolean, orang mendefinisikan elemen – elemen himpunan dan peubah seperti x, y, zsebagai
simbol – simbol yang merepresentasikan elemen.
Berhubung elemen – elemen B tidak didefinisikan nilainya (kita bebas menentukan anggota –
anggota B), maka untuk mempunyai sebuah aljabar Boolean, orang harus memperlihatkan :

1. elemen – elemen himpuan B,


2. kaidah / aturan operasi untuk dua operator biner dan operator uner,
3. himpunan B, bersama – sama dengan dua operator tersebut, memenuhi keempat aksioma di
atas.

Jika ketiga persyaratan di atas dipenuhi, maka aljabar yang didefinisikan dapat dikatakan sebagai
aljabar Boolean.

Anda mungkin juga menyukai