Anda di halaman 1dari 5

Satu Tanggapan to ““REVITALISASI KEPEMIMPINAN

KENEGARAWANAN YANG PANCASILAIS GUNA


MENINGKATKAN KUALITAS KETAHANAN NASIONAL
DALAM RANGKA MEMPERKOKOH KEUTUHAN NKRI””

1. Pokok Masalah :

Kepemimpinan TNI dalam setiap tugas yang diembannya diwujudkan untuk mampu
melaksanakan tugas sebagai prajurit profesional yang melindungi rakyat, dalam pelaksanaannya
masih perlu dioptimalkan agar dapat membentuk citra positif TNI.

2. Pokok-pokok persoalan :

a. 11 asas kepemimpinan TNI yang masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.


b. Reformasi internal dengan menerapkan paradigma baru belum diaktualisasikan secara
optimal.
c. Belum adanya kriteria kepemimpinan masa depan TNI untuk mewujudkan
profesionalisme TNI.

3. Pokok-pokok Pemecahan Persoalan :

a. 11 asas kepemimpinan TNI yang masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan kepemimpinan TNI, diharapkan para prajurit


TNI berpedoman kepada 11 azas kepemimpinan TNI, yang merupakan pedoman dalam
pelaksanaan kepemimpinan prajurit TNI :

1) Taqwa. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai seorang warga negara Indonesia
setiap prajurit TNI wajib memiliki satu agama yang diyakini. Setiap agama mengajarkan kepada
umatnya untuk melakukan hal-hal kebajikan dan meninggalakan hal-hal yang dilarang. Sebagai
insan hamba TUHAN YME prajurit TNI wajib melaksanakan segala perintahNYA dan menjauhi
segala laranganNYA. Tindakan tersebut adalah wujud ketaqwaan kita kepada TUHAN YME.

2) Ing Ngarso Sung Tulodo. Memberikan suri tauladan terhadap anak buah sesuai
dengan norma-norma kehidupan. Sebagai pemimpin seorang prajurit TNI memiliki anak buah
yang dipimpin untuk mengemban berbagai tugas yang diberikan oleh negara melalui institusinya
masing-masing. Seorang pemimpin yang baik bukan hanya dapat memerintah tetapi yang paling
utama adalah mampu untuk menjadi contoh, baik bagi anak buahnya maupun dilingkungannya.
Seperti kita ketahui bersama salah satu filosofi kepemimpinan “THE BEST LEADER IS BY
EXAMPLE”. Maka sebagai seorang pemimpin unsur utamanya adalah mampu untuk sebagai
contoh bagi anak buah dan lingkungannya.

3) Ing Madyo Mangun Karso. Ikut serta dalam kegiatan di tengah-tengah anak buah
dengan memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk menumbuh kembangkan bakat
dan kemampuannya yang sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan. Tugas yang diberikan
pada anak buah bukan hanya semata-mata merupakan beban tugas tanggung jawab ank buah
saja. Sebagai seorang pemimpin juga harus menumbuhkan semangat, etos kerja dan dedikasi
anakbuah yang dipimpinnya. Dengan tingginya semangat, dedikasi dan etos kerja, maka semua
tugas yang diemban mampu untuk dilaksanakan.

4) Tut Wuri Handayani. Memberi dorongan dari belakang terhadap anak buah
dengan terus menerus memelihara dan mengarahkan cita-cita, kemauan dan tekad yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Bila contoh telah diberikan, semangat telah diwujudkan
maka selanjutnya pemimpin tinggal memberikan dorongan, memonitor dan mengontrol satuan
yang dipimpinnya. Pemimpin mengikuti perkembangan satuan yang dipimpinnya dan
memberikan arahan seperlunya bila telah terjadi penyimpangan dari kebijakan yang telah
digariskan.

5) Waspada Purba Wisesa. Selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani
memberi koreksi kepada anak buah dengan mengetahui perkembangan keadaan dari apa yang
dipimpinnya sehingga terbentuk kondisi kerja yang harmonis. Setiap personel prajurit dapat
dipastikan memiliki permasalahan, seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi tersebut
sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan setiap permasalahan anak buahnya. Dan dapat
mengantisipasi agar segala sesuatu yang bersifat negatif dapat dicegah.

6). Ambeg Parama Arta. Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan
dengan memiliki kemampuan menilai dan membuat skala prioritas dalam melaksanakan
tugas. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas pada umumnya selain memimpin
satuannya juga menerima berbagai beban tugas yang harus diseslesaikan. Sebagai seorang
pemimpin yang bijak harus mampu memberikan skal prioritas terhadap setiap tugas yang ada.
Sehingga seluruh tugas yang diberikan dapat diselesaikan dan kepemimpinannya tidak
ditinggalkan.

7) Prasaja. Bertingkah laku sederhana dan tidak berlebihan dengan menunjukan sifat
dan sikap kesederhanaan. Sebagai contoh bagi anak buahnya, seorang pemimpin
secara performa , tindak tanduk dan perkataannya harus mencerminkan suatu kesederhanaan.
Hal tersebut diwujudkan agar dalam dilingkungannya, baik lingkungan kerja atau lingkungan
masyarakat dapat mudah berinteraksi.

8) Satya. Bersikap loyal yang timbal balik antara atasan dan bawahan sehingga
terbentuk sikap loyalitas dengan bentuk disiplin yang tinggi terhadap tugas-tugas yang
dikerjakan. Loyalitas merupakan sesuatu hal yang mutlak bagi seorang prajurit dan hal tersebut
sesuai dengan yang tercantum dalam Sumpah Prajurit ketiga “Taat kepada atasan….”. wujud
loyalitas tersebut bukan hanya kepada atasan, tetapi loyalitas harus diwujudkan ke segala arah,
baik loyalitas kepada atas, loyalitas kepada sesama rekan dan teman serta loyalitas kepada
bawahan.

9) Gemi Nastiti. Memiliki kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan


dan pengeluaran segala sesuatu kepada hal yang benar-benar diperlukan dengan cara
merencanakan penggunaan anggaran dan tenaga manusia secara efektif, efisien dan tepat
guna. Sikap hemat sangat diperlukan pada setiap kedinasan. Lebih-lebih pada saat ini
kemampuan anggaran negara dalam mendukung kebutuhan TNI sangat terbatas untuk itu harus
disikapi dengan penghematan anggaran dan mengalokasikan anggaran sesuai kebutuhan yang
tepat.

10) Belaka. Memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk bertanggung jawab
dalam menggunakan rantai komando dengan sebaik-baiknya dengan memberikan wewenang
yang diperlukan dan selalu melaksanakan pengawasan yang teliti terhadap pelaksanaan
tugas. Sebagai seorang pemimpin rasa tanggung jawab merupakan hal yang mutlak dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terhadap setiap hal yang dipimpinnya.

11) Legawa. Memiliki kemauan, kerelaan dan keikhlasan dalam menyerahkan tanggung
jawab dan kedudukanya kepada generasi berikutnya dengan memberikan bimbingan
bawahannya kearah peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan. Setiap roda
perputaran organisasi selalu akan terjadi suatu regenerasi. Sebagai seorang pemimpin yang
baik harus mempersiapkan bawahan ataupun yuniornya, untuk dipersiapkan menjadi calon
pemimpin pengganti estafet kepemimpinan berikutnya.

b. Reformasi internal dengan menerapkan paradigma baru belum diaktualisasikan secara


optimal.
TNI telah melakukan reformasi internal dengan menerapkan paradigma baru sebagai
landasan untuk melakukan redefinisi, reposisi dan reaktualisasi perannya. Dalam
pelaksanaannya perlu lebih dioptimalkan untuk mencapai hasil prajurit profesional yang dicintai
rakyat. Dalam memenuhi tuntutan reformasi nasional yang digulirkan mulai 1998, TNI sebagai
bagian dari komponen bangsa telah mencanangkan Paradigma Baru dan Reformasi Internalnya.
Paradigma baru dan reformasi internal TNI adalah kemauan introspektif dan prospektif TNI untuk
menata diri dalam upaya menempatkan diri secara tepat dan lebih fungsional bersama fungsi-
fungsi yang lain dalam tatanan kehidupan nasional. Dengan melaksanakan redefinisi, reposisi,
dan reaktualisasi peran berarti TNI telah berupaya merefungsionalisasi perannya sejalan dengan
dinamika dan tuntutan reformasi nasional.

1) Redifinisi.
Memformulasikan konsepsi peran TNI dengan mendefinisikan peran TNI bukan sebagai
kekaryaan melainkan sebagai wujud panggilan penggabdian dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan memperhatikan tuntutan masyarakat. Diharapkan secara maksimal dapat
melindungi, menjaga, memelihara kedaulatan dan integritas bansa, serta sebagai katalisator
dalam ikut mewujudkan demokrasi dan kesejahteraan rakyat.

2) Reposisi.
Meletakkan peran TNI sebagai bagian dari komponen bangsa, bersama-sama dengan
komponen bangsa lainnya bertanggung jawab dalam pemeliharaan kehidupan nasional.
Kehadiran TNI sebagai protektor dan katalisator diharapkan mampu sebagai partisipator, perekat
dan penyangga persatuan dan kesatuan bangsa.

3) Reaktualisasi.
Mengupayakan penataan kembali implementasi TNI pada masa mendatang sesuai
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat meliputi: paradigma, doktrin, struktur,
pendidikan, latihan, hukum, dan etika moral kepemimpinan. Diharapkan bergulir dengan lancar
lebih memantapkan posisi dan peran TNI dalam kehidupan bangsa, sebagai wujud dharma
bhakti TNI dalam pencapaian cita-cita nasionalnya.

c. Belum adanya kriteria kepemimpinan masa depan TNI untuk mewujudkan


profesionalisme TNI.

Keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan tugas pokoknya sangat


tergantung dari pemimpinnya. Kepemimpinan dicirikan kepada bakat kejujuran,
integritas dan rasa percaya diri untuk memimpin suatu organisasi. Kemajuan
teknologi dan perkembangan lingkungan strategis yang sangat cepat memunculkan
adanya tantangan-tantangan baru bagi para pemimipin di masa yang akan datang.
Perubahan dan perkembangan kondisi tersebut menuntut adanya kepemimpinan
TNI yang mampu menjawab tantangan tersebut. Kriteria yang harus dimiliki oleh
pemimpin di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :

1) Pemimpin harus terbuka dan jujur.[1]


Kejujuran adalah faktor yang paling penting bagi seorang pemimpin. Sebagai
seorang pemimipin dituntut untuk mampu memberikan keyakinan kepada anak
buahnya bahwa pemimpinnya dapat dipercaya untuk menjalankan tanggung jawab
yang diberikan sebagai pemimpin yang dipercaya dan memiliki etika. Dengan
demikian anak buahnya senantiasa akan mengharapkan keterbukaan dan kejujuran
dalam penyelenggaraan setiap tugas yang diberikan.[2] Bila kejujuran dan
keterbukaan tersebut dapat diciptakan dalam lingkungan kedinasan, maka sikap
respek, dedikasi dan loyalitas dari bawahan adlah merupakan suatu keniscayaan.
Hal tersebut terwujud karena bawahan menganggap bahwa pemimpinnya adalah
seseorang yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

2) Memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi dengan


dimilikinya pengetahuan yang luas, keahlian dan kemampuan melaksanakan
tugas yang diberikan[3].
Pada hakikatnya profesionalisme yang dikaitkan dengan tuntutan peran TNI serta
dihadapkan kepada tantangan yang dihadapi, baik yang berdimensi luar negeri maupun dalam
negeri, maka perwira TNI diharapkan mampu bertindak sebagai patriot, ahli dalam bidangnya,
pemimpin, pembina dan pemikir. “Jiwa patriotisme haruslah melekat sepanjang masa
pengabdian, sedangkan derajat keahlian dan kemampuan untuk memimpin, membina dan
berpikir, tentu disesuaikan dengan tingkat kepangkatan dan jabatan perwira yang bersangkutan.”
Saat ini persaingan berubah secara mendasar, dari berkompetisi (Competition) menjadi
perlawanan (Adversary), karenanya persaingan akan dimenangkan oleh mereka yang mampu
memiliki daya saing tinggi dan berkelanjutan. Daya saing dimaksud adalah kemampuan bersaing
dalam kecepatan (Speed) dan inovasi (Inovation), jadi bukan lagi berdasarkan siapa yang kuat
atau besar, tetapi siapa yang cepat dan inovatiflah yang akan keluar sebagai pemenang.
Perubahan merupakan keniscayaan dan menjadi suatu keharusan, oleh karenanya
perubahan harus dilaksanakan oleh seluruh personel TNI, dari tingkat terendah sampai dengan
tingkat pengambil keputusan. Diperlukan pembaharuan, utamanya mindset (cara berpikir) secara
berlanjut sesuai perubahan paradigma.
Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas
menyangkut semua bidang pada umumnya dan bidang yang digelutinya secara
khusus termasuk penguasaan Informasi Teknologi (IT). Keahlian untuk
melaksanakan komunikasi yang efektif sebagai seorang pembicara maupun
pendengar haruslah seimbang. Dengan kemampuannya tersebut diharapkan
mampu membangun jaringan kerja (network) yang sangat baik dan diikuti oleh
kemampuan yang bersifat kognitif (kemampuan dalam memproses informasi yang
sedemikian banyak)[4]. Tipe kepemimpinan TNI ke depan harus memiliki sifat,
karakter dan model kepemimpinan yang disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan strategis, kondisi, situasi dan permasalahan yang dihadapinya,
khususnya terkait dengan tantangan tugas masa depan, yakni permasalahan
menghadapi tuntutan dan tantangan arus globalisasi.

3) Memiliki visi dan misi membangun ke depan[5].


Visi merupakan komponen yang sangat penting yang digunakan sebagai
acuan untuk melaksanakan misi-misi yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi.
Seseorang yang memiliki visi ke depan pada umumnya memiliki tekad, motivasi dan
keinginan besar untuk menghadapi tantangan tugas yang menantang.[6] Hal yang
utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin adalah mengkomunikasikan visi
yang dimiliki untuk mendapatkan pemahaman yang sama. Artinya adalah, visi perlu
untuk dijabarkan dengan jelas agar tujuan lebih mudah dimengerti oleh para
bawahan / staf.
Setelah terciptanya suatu visi membangun kedepan maka dilanjutkan dengan
penjabarannya melalui misi-misi. Dalam merumuskan misi-misi tersebut agar dapat
diterima oleh seluruh bagian dibawah, maka harus diadakan perumusan bersama
oleh seluruh bagian. Misi-misi yang dituangkan harus merupakan pengejawantahan
dari visi yang sudah ada dan secara eksplisit maupun implisit merangkum seluruh
kepentingan suatu institusi yang dipimpin.

5. Penutup.

a. Kesimpulan.

Guna mewujudkan suatu bentuk kepemimpinan TNI yang mampu untuk secara
profesional melaksanakan tugasnya, sehingga dapat mewujudkan citra positif TNI maka perlu
adanya suatu proses optimalisasi kepemimpinan TNI. TNI sebagai institusi sekaligus salah satu
dari komponen bangsa, di dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara,
diperlukan figur pemimpin yang mampu secara kualitas untuk mengelola organisasinya yang
memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi unsur-unsur yang dipimpinnya, bijaksana dan
mampu melihat jauh ke depan. Prajurit TNI dalam melaksanakan suatu bentuk kepemimpinan
telah memiliki suatu pedoman yang jelas yaitu 11 asas kepemimpinan. Dalam realita
pelaksanaannya masih banyak terdapat kekurangan. Perlu adanya suatu komitmen bersama
dalam tubuh TNI untuk melaksanakan 11 asas kepemimpinan tersebut. Wujud dari komitmen
tersebut diawali dari adanya suatu regulasi yang jelas terhadap pola kepemimpinan di TNI. Bila
kesebelas asas tersebut mampu untuk dilaksanakan maka akan tercipta TNI yang profesional
dan dicintai rakyat.
b. Saran.

Dalam mengoptimalisasikan kepemimpinan TNI maka perlu adanya suatu penyamaan


sikap bersama, dimulai dari tingkat tertinggi dijajaran TNI untuk secara nyata melaksanakan
asas-asas kepemimpinan TNI. Sikap tersebut bukan hanya sekedar ucapan semata dalam
pelaksanaannya harus ada suatu fungsi kontrol internal dari tubuh TNI maupun eksternal dari
institusi diluar TNI. Dengan terciptanya kepemimpinan TNI yang baik, maka akan berimplikasi
dalam membentuk citra positif TNI sebagai prajurit profesional dan pada akhirnya TNI yang lahir
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dapat dicintai oleh seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai