1. Pokok Masalah :
Kepemimpinan TNI dalam setiap tugas yang diembannya diwujudkan untuk mampu
melaksanakan tugas sebagai prajurit profesional yang melindungi rakyat, dalam pelaksanaannya
masih perlu dioptimalkan agar dapat membentuk citra positif TNI.
2. Pokok-pokok persoalan :
1) Taqwa. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai seorang warga negara Indonesia
setiap prajurit TNI wajib memiliki satu agama yang diyakini. Setiap agama mengajarkan kepada
umatnya untuk melakukan hal-hal kebajikan dan meninggalakan hal-hal yang dilarang. Sebagai
insan hamba TUHAN YME prajurit TNI wajib melaksanakan segala perintahNYA dan menjauhi
segala laranganNYA. Tindakan tersebut adalah wujud ketaqwaan kita kepada TUHAN YME.
2) Ing Ngarso Sung Tulodo. Memberikan suri tauladan terhadap anak buah sesuai
dengan norma-norma kehidupan. Sebagai pemimpin seorang prajurit TNI memiliki anak buah
yang dipimpin untuk mengemban berbagai tugas yang diberikan oleh negara melalui institusinya
masing-masing. Seorang pemimpin yang baik bukan hanya dapat memerintah tetapi yang paling
utama adalah mampu untuk menjadi contoh, baik bagi anak buahnya maupun dilingkungannya.
Seperti kita ketahui bersama salah satu filosofi kepemimpinan “THE BEST LEADER IS BY
EXAMPLE”. Maka sebagai seorang pemimpin unsur utamanya adalah mampu untuk sebagai
contoh bagi anak buah dan lingkungannya.
3) Ing Madyo Mangun Karso. Ikut serta dalam kegiatan di tengah-tengah anak buah
dengan memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk menumbuh kembangkan bakat
dan kemampuannya yang sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan. Tugas yang diberikan
pada anak buah bukan hanya semata-mata merupakan beban tugas tanggung jawab ank buah
saja. Sebagai seorang pemimpin juga harus menumbuhkan semangat, etos kerja dan dedikasi
anakbuah yang dipimpinnya. Dengan tingginya semangat, dedikasi dan etos kerja, maka semua
tugas yang diemban mampu untuk dilaksanakan.
4) Tut Wuri Handayani. Memberi dorongan dari belakang terhadap anak buah
dengan terus menerus memelihara dan mengarahkan cita-cita, kemauan dan tekad yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Bila contoh telah diberikan, semangat telah diwujudkan
maka selanjutnya pemimpin tinggal memberikan dorongan, memonitor dan mengontrol satuan
yang dipimpinnya. Pemimpin mengikuti perkembangan satuan yang dipimpinnya dan
memberikan arahan seperlunya bila telah terjadi penyimpangan dari kebijakan yang telah
digariskan.
5) Waspada Purba Wisesa. Selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani
memberi koreksi kepada anak buah dengan mengetahui perkembangan keadaan dari apa yang
dipimpinnya sehingga terbentuk kondisi kerja yang harmonis. Setiap personel prajurit dapat
dipastikan memiliki permasalahan, seorang pemimpin harus peka terhadap kondisi tersebut
sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan setiap permasalahan anak buahnya. Dan dapat
mengantisipasi agar segala sesuatu yang bersifat negatif dapat dicegah.
6). Ambeg Parama Arta. Dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan
dengan memiliki kemampuan menilai dan membuat skala prioritas dalam melaksanakan
tugas. Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas pada umumnya selain memimpin
satuannya juga menerima berbagai beban tugas yang harus diseslesaikan. Sebagai seorang
pemimpin yang bijak harus mampu memberikan skal prioritas terhadap setiap tugas yang ada.
Sehingga seluruh tugas yang diberikan dapat diselesaikan dan kepemimpinannya tidak
ditinggalkan.
7) Prasaja. Bertingkah laku sederhana dan tidak berlebihan dengan menunjukan sifat
dan sikap kesederhanaan. Sebagai contoh bagi anak buahnya, seorang pemimpin
secara performa , tindak tanduk dan perkataannya harus mencerminkan suatu kesederhanaan.
Hal tersebut diwujudkan agar dalam dilingkungannya, baik lingkungan kerja atau lingkungan
masyarakat dapat mudah berinteraksi.
8) Satya. Bersikap loyal yang timbal balik antara atasan dan bawahan sehingga
terbentuk sikap loyalitas dengan bentuk disiplin yang tinggi terhadap tugas-tugas yang
dikerjakan. Loyalitas merupakan sesuatu hal yang mutlak bagi seorang prajurit dan hal tersebut
sesuai dengan yang tercantum dalam Sumpah Prajurit ketiga “Taat kepada atasan….”. wujud
loyalitas tersebut bukan hanya kepada atasan, tetapi loyalitas harus diwujudkan ke segala arah,
baik loyalitas kepada atas, loyalitas kepada sesama rekan dan teman serta loyalitas kepada
bawahan.
10) Belaka. Memiliki kemauan, kerelaan dan keberanian untuk bertanggung jawab
dalam menggunakan rantai komando dengan sebaik-baiknya dengan memberikan wewenang
yang diperlukan dan selalu melaksanakan pengawasan yang teliti terhadap pelaksanaan
tugas. Sebagai seorang pemimpin rasa tanggung jawab merupakan hal yang mutlak dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban terhadap setiap hal yang dipimpinnya.
11) Legawa. Memiliki kemauan, kerelaan dan keikhlasan dalam menyerahkan tanggung
jawab dan kedudukanya kepada generasi berikutnya dengan memberikan bimbingan
bawahannya kearah peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan. Setiap roda
perputaran organisasi selalu akan terjadi suatu regenerasi. Sebagai seorang pemimpin yang
baik harus mempersiapkan bawahan ataupun yuniornya, untuk dipersiapkan menjadi calon
pemimpin pengganti estafet kepemimpinan berikutnya.
1) Redifinisi.
Memformulasikan konsepsi peran TNI dengan mendefinisikan peran TNI bukan sebagai
kekaryaan melainkan sebagai wujud panggilan penggabdian dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan memperhatikan tuntutan masyarakat. Diharapkan secara maksimal dapat
melindungi, menjaga, memelihara kedaulatan dan integritas bansa, serta sebagai katalisator
dalam ikut mewujudkan demokrasi dan kesejahteraan rakyat.
2) Reposisi.
Meletakkan peran TNI sebagai bagian dari komponen bangsa, bersama-sama dengan
komponen bangsa lainnya bertanggung jawab dalam pemeliharaan kehidupan nasional.
Kehadiran TNI sebagai protektor dan katalisator diharapkan mampu sebagai partisipator, perekat
dan penyangga persatuan dan kesatuan bangsa.
3) Reaktualisasi.
Mengupayakan penataan kembali implementasi TNI pada masa mendatang sesuai
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat meliputi: paradigma, doktrin, struktur,
pendidikan, latihan, hukum, dan etika moral kepemimpinan. Diharapkan bergulir dengan lancar
lebih memantapkan posisi dan peran TNI dalam kehidupan bangsa, sebagai wujud dharma
bhakti TNI dalam pencapaian cita-cita nasionalnya.
5. Penutup.
a. Kesimpulan.
Guna mewujudkan suatu bentuk kepemimpinan TNI yang mampu untuk secara
profesional melaksanakan tugasnya, sehingga dapat mewujudkan citra positif TNI maka perlu
adanya suatu proses optimalisasi kepemimpinan TNI. TNI sebagai institusi sekaligus salah satu
dari komponen bangsa, di dalam melaksanakan tugas sebagai alat pertahanan negara,
diperlukan figur pemimpin yang mampu secara kualitas untuk mengelola organisasinya yang
memiliki kemampuan untuk dapat mempengaruhi unsur-unsur yang dipimpinnya, bijaksana dan
mampu melihat jauh ke depan. Prajurit TNI dalam melaksanakan suatu bentuk kepemimpinan
telah memiliki suatu pedoman yang jelas yaitu 11 asas kepemimpinan. Dalam realita
pelaksanaannya masih banyak terdapat kekurangan. Perlu adanya suatu komitmen bersama
dalam tubuh TNI untuk melaksanakan 11 asas kepemimpinan tersebut. Wujud dari komitmen
tersebut diawali dari adanya suatu regulasi yang jelas terhadap pola kepemimpinan di TNI. Bila
kesebelas asas tersebut mampu untuk dilaksanakan maka akan tercipta TNI yang profesional
dan dicintai rakyat.
b. Saran.