Disusun oleh :
1. Amalia Nurlaily
2. Cindy Nisa Sari
3. Heru Setiawan
4. Ilfi Diana Nur Agustin
5. Mariatul Qiptiyah
6. Novirda Lila Nur Khamidah
7. Nindia Ayu Permadani
8. Teresia Ayu Juwita
9. Yoga Pratama Adi P
PRODI S1-KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Bapak/Ibu
dosen yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenandan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh
orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung
pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan
obat atau NAPZA lain yang di konsumsi (Kemenkes RI, 2010).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis,
paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan
dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk
kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi
karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu
bukan utnuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA
secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan fisik (Sumiati, 2009).
Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi yang
ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan
takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya
dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang
khas.
Penyalahgunaan narkoba dapat dikategorikan sebagai kejahatan tanpa korban
(crime without victim). Pengertian kejahatan tanpa korban berarti kejahatan ini tidak
menimbulkan korban sama sekali, akan tetapi si pelaku sebagai korban. Kejahatan yang
secara kriminologi diartikan sebagai crime without victim ini sangat sulit diketahui
keberadaannya, karena mereka dapat melakukan aksinya dengan sangat tertutup dan
hanya diketahui orang-orang tertentu, oleh karena itu sangat sulit memberantas kejahatan
ini (Jimmy, 2015).
2.2 JENIS-JENIS NAPZA
1. Narkotika
Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan:
a. Narkotika Golongan I. Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai
7
potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan (contoh: heroin/putauw,
kokain, ganja)
b. Narkotika Golongan II. Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatan ketergantungan (contoh: morfin, petidin).
c. Narkotika Golongan III. Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (contoh: kodein)
2. Psikotropika
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
a. Psikotropika Golongan I. Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
(contoh: ekstasi, shabu, LSD).
b. Psikotropika Golongan II. Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. (Contoh:
Amfetamin, Metilfenidat atau Ritalin)
c. Psikotropika Golongan III. Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sidnrom ketergantungan
(Contoh: Pentobarbital, Flunitrazepam)
d. Psikotropika Golongan IV. Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh: Diazepam, Nitrazepam, Seperti Pil KB, Pil Koplo,
Rohip, Dum, MG)
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Contohnya : rokok, kelompok
alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thinner
dan zat-zat lain (lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bisa dihisap,
dihirup, dan dicium, dapat memabukkan)
4. Zat Psikoaktif. Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada otak
sehingga dapat menimbulkan perubahan pada: perilaku, emosi, kognitif, persepsi.
8
2.3 RENTANG RESPON PENYALAHGUNAAN NAPZA
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat.
Indikator dari rentang respon berdasarkan peilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan
gangguan penggunaan zat adiktif. (AH Yusuf dkk, 2015)
Respon adaptif
Maladaptif Respon
9
penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan
keluarga dan teman-teman rusak.
2.4 NAPZA( ZAT ADIKTIF ) YANG DISALAHGUNKAN
No Jenis Cara penggunaan Efek pada tubuh
1 Opium, heroin, Dihirup melalui hidung, Merasa bebas dari rasa sakit,
morfin disuntikan melalui otot atau tegang, euphoria
pembuluh darah vena
2 Kokain Ditelan bersama minuman, Merasa gembira, bertenaga,
diisap seperti rook atau lebih percaya diri
disuntikan
3 Kanabis,mariyuana, Dicampur dengan tembakau Rasa gembira, lebih percaya
ganja diri, relaks
4 Alkohol Diminum Bergantung kandungan
alkoholnya
5 Amfetamin Diisap,ditelan Merasa lebih percaya diri,
mengurangi rasa lelah,
meningkatkan konsentrasi
6 Sedative Ditelan Merasa lebih santai,
menyebabkan kantuk
7 Shabu-shabu Diisap Badan serasa lebih segara,
gembira, nafsu makan menurun,
lebih percaya diri
8 XTC Ditelan Meningkatkan kegembiraan,
stamina meningkat
9 LSD Diisap atau ditelan Perasaan melayang (fly),
muncul halusinasi yang
bentuknya berbeda pada tiap
individu
Zat adiktif yang disalahgunaakan :
Golongan Jenis
Opioida Morfin, heroin (puthao), candu, kodein, petidin
Kanabis Ganja (Mariyuana), minyak hasish
Kokain Serbuk kokain, daun koka
Alkohol Semua minuman yang mengandung ethyl alkohol,
Sedative-hipnotik Sedatin (BK), rohipnol, mogadon, dulomid, nipam, mandrax
MDA (Methyl Dioxy Ekstasi
Amphetamine)
Halusinogen LSD, meskalin, jamur, kecubung
Solven & Inhalasi Glue (aica aibon), aceton, thinner, N2O
Nikotin Terdapat dalam tembakau
Kafein Terdapat dalam kopi
16
2.8 WOC
NAPZA
Diserap di pembulu
Absorsi diusus halus
darah kapiler,
menyebar melalui
darah Masuk pembulu darah,
kehati dan menyebar
keseluruh tubuh
Masuk kejantung,seluruh
tubuh melalui darah
Transmisi neurotransmister
terganggu
Sayatan untuk
penggunaan obat
MK : Resiko
Mutilasi Diri
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Tn.S 20 tahun mahasiswa salah satu universitas di surabaya sudah 2 tahun ini
menggunakan sabu-sabu. Sebelum menggunakan sabu-sabu ia menggunakan estacy. Ia sudah
pernah mendapatkan penggobatan di panti rehabilitasi selama 6 bulan. Tetapi setelah ia keluar
dari panti tersebut ia kembali memakai sabu dan ia terus kecanduan, saat ia berusaha untuk
tidak memakai ia sakau. tn.s sering berhalusinasi, ingin melukai diri sendiri, lemas lesu.
Dilakukan pengkajian TD: 130/90 mmhg, S:36,60C, N:98x/mnit RR : 16x/mnt wajah pucat
serta kesadaran apatis.
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1. Biodata
a. Identitas klien
1. Nama : Tn.S
2. Umur : 20th
3. Jenis kelamin : laki laki
4. Status perkawinan : belum kawin
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Indonesia
7. Pendidikan : sarjana
8. Pekerjaan : mahasiswa
9. Pendapatan :-
10. Alamat : Sidoarjo
11. Tgl mamasuk RS : 12 januari 2017
12. Tgl pengkajian : 12 januari 2017
13. Diagnose medis :
14. No reg : 0012
15. Ruangan : Melati
16. Rumah sakit : Bhayangkara
b. Identitas penangung
1. Nama : Tn B
2. Umur : 40th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status : menikah
5. Agama : islam
18
6. Suku bangsa : Indonesia
7. Pendidikan : Sarjana
8. Hubungan dengan klien : kakak
9. Alamat :Ds Mojoagung, Sidoarjo
19
sedangkan untuk BAK klien biasanya berwarna kuning dengan bau khas dan
dengan frekuensi 3-4kali/hari.
- Selama sakit : klien mengatakan BAB sama seperti sebelum sakit
Halusinogen
DS: Penggunaan NAPZA Resiko perilaku
Keluarga pasien mengatakan kekerasan b.d
bahwa Tn.S sering Transmisi neurotransmister halusinasi
mengancam, mengungkapkan terganggu
kata kata yang ketus, kasar
21
bersuara keras.
Halusinogen
DO:
- Pasien menyerang
Halusinasi
anggota keluarga.
- Pasien terlihat dipegangi
keluarga karena ingin
melukai dirinya sendiri.
DS : Px mengatakan sering Penggunaan NAPZA Resiko mutilasi
mensayat-sayat bagian diri b.d riwayat
tubuhnya untuk memasukkan Transmisi neurotransmister perilaku
obat-obat an. terganggu mencederai diri
DO :
- Tubuh px terlihat banyak Depresan (laju
bekas luka neurotresmiten diperlambat)
- Tubuh px kurus kering
- Px tampak gugup dan Penurunan kerja fungsi tubuh
pandangan kosong
Pemeriksaan berulang
Sayatan untuk
penggunaan obat
3.4 INTERVENSI
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Waham Setelah dilakukan pengkajian 1x24 1. Identifikasi
b.dstress jam Klien dapat mengendalikan kemampuan positif
berlebihan halusinasinya dengan kriteria hasil : pasien dan
1. Klien sudah tidak bercerita membantu
tentang hal-hal yang mustahil mempraktekannya.
2. Klien sudah dapat berbaur 2. Ajarkan dan melatih
dengan tempat umum cara minum obat
3. Stres berkurang yang benar.
3. Adakan kontak
secara sering dan
singkat
2 Resiko perilaku Setelah dilakukan pengkajian 1x24 1. Bina hubungan
kekerasan b.d jam Klien dapat mengendalikan saling percaya
halusinasi halusinasinya dengan kriteria hasil : 2. Observasi tingkah
1. Klien dapat dikendalikan laku verbal dan
2. Klien dapat memahami nonverbal jkien
pentingnya melakukan yang terkait dengan
kegiatan untuk mencegah halusinasi
22
munculnya waham 3. Dorong klien untuk
3. Klien tidak melakukan mengungkapkan
penyerangan terhadap perasaannya ketika
keluarga maupun diri sendiri halusinasi muncul
4. Diskusikan dengan
klien mengenai
perasaannya saat
terjadi halusinasi
5. Bina hubungan
saling percaya
dengan keluarga
3 Resiko mutilasi Setelah dilakukan pengkajian 1x24 1. Identifikasi perilaku
diri b.d riwayat jam Klien dapat mengendalikan diri : impulsive berbahaya
perilaku 1. Klien tidak berusaha melukai 2. Identifikasi perasaan
mencederai diri dirinya sendiri lagi yang mengarah ke
tindakan impulsive
3. Identifikasi
konsekuensi dari
tindakan impulsive
4. Hindari situasi yang
beresiko tinggi
5. Dapatkan bantuan
ketika mengalami
impuls
3.5 IMPLEMENTASI
No. Diagnosa Implementasi TTD dan
Nama Terang
1 Waham 1. Mengidentifikasi kemampuan positif
b.dstress pasien dan membantu mempraktekannya.
berlebihan 2. Mengajarkan dan melatih cara minum obat
yang benar.
3. Mengadakan kontak secara sering dan
singkat
2 Resiko perilaku 1. Membina hubungan saling percaya
kekerasan b.d 2. Mengobservasi tingkah laku verbal dan
halusinasi nonverbal jkien yang terkait dengan
halusinasi
3. Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya ketika halusinasi muncul
4. Mendiskusikan dengan klien mengenai
perasaannya saat terjadi halusinasi
5. Membina hubungan saling percaya dengan
keluarga
3 Resiko mutilasi 1. Mengidentifikasi perilaku impulsive
diri b.d riwayat berbahaya
perilaku 2. Mengidentifikasi perasaan yang mengarah
mencederai diri ke tindakan impulsive
3. Mengidentifikasi konsekuensi dari
tindakan impulsive
23
4. Menghindari situasi yang beresiko tinggi
5. Mendapatkan bantuan ketika mengalami
impuls
3.6 EVALUASI
No Jam dan tanggal Evaluasi TTD dan
Dx Nama Terang
1 07.00 S:
15 Januari 2017 Pasien mengatakan masih ingin sendirian.
O:
Pasien sudah tidak mempersalahkan jika
ada yang menemainya dikamar.
Pasien bercerita tentang hal yang mustahil
muali berkurang.
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3.
2 07.00 S:
15 Januari 2017 Keluarga pasien mengatakan ucapan
pasien masih ketus dan kasar namun ketika
marah saja.
O:
Pasien mulai nyaman didekat keluarga
Pasian ketika marah tidak menyerang
anggota keluarga lagi dan tidak melukai
dirinya sendiri.
A:
Masalah teratasi.
P:
Hentikan intervensi.
3 07.00 S:
15 Januari 2017 Keluarga pasien mengatakan pasien sudah
maulai mengurangi untuk menyakiti
dirinya sendiri.
O:
Pasien sering melamun.
Bekas luka pada tubuh pasien berangsur-
angsur sembuh.
BB pasien bertambah.
A:
Masalah teratasi sebagaian.
P:
Lanjutkan intervensi 2,3,4.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Narkoba adalah obat obatan terlarang yang jika dikonsumsi mengakibatkan kecanduan
dan jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organdalam tubuh
akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya
kematian.
Narkoba pun ada berbagai jenis seperti: heroin, ganja, putaw, kokain, sabu-sabu,dan
alkoholpun termasuk dalam golongan narkoba.Manfaat yang dirasakan hanyalah sesaat. Tapi
kerugianya jelas banyak sekali. Banyak organ tubuh menjadi rusak.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis yaitu Jangan pernah mencoba narkoba
walaupun itu hanya sedikit dan Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba serta Orang
tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam jurang
narkoba.Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada
penyalahgunaan narkoba karena dapat merusak masa depan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26