Dalam kaitan teori pembelajaran, meneliti cara kerja atau prinsip kerja otak kita dalam
mengolah informasi atau pengatahuan adalah hal penting. Hal ini dapat menjadi refrensi bagi
guru dalam merancang strategis pembelajaran yang sesuai dengan cara kerja otak manusia
(siswa). Dengan memahami cara-cara kerja otak manusia dalam mengolah informasi atau
pengetahuan maka tujuan dari pembelajaran tercapai. Meskipun demikian dalam mengolah
informasi atau pengatahuan dimana keberhasil pelajaran, otak bukanlah satu-satunya
penentu keberhasilan belajar tetapi factor psikologis lain, metal, dan motivasi siswa juga
menjadi factor penentu keberhasilan belajar. Belajar adalah perilaku manusia (siswa) yang
sangat kompleks. Kekompleksan itu mendorong kita untuk perlu mengkaji berbagai unsur
salah sataunya adalah bagaimana otak mengorganisasi informasi atau pengatahuan.
PEMBAHASAN
2.1 Teori pengolahan informasi
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa penggolahan
informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang di
berikan oleh lingkungan di sekitarnya. Pengolahan informasi merupakan perluasan dari
bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai
upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang
(Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki sutu perbedaan dengan teori
belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak
memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat
sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori
seorang individu. Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu
proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi
kognitif tetap tidak jelas. Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan
sumbangan atas pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita
simpulkan bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling
melengkapi. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu
komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan meng-
gambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar
pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema
yang dikutip berikut ini. Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model
kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke
working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,
dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya
adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau
pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan
informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum
pemecahan masalah (materi kreativitas).
2.2 Sistem memori manusia
Teori lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya
tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah koleksi
potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan.
Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu
adalah sebuah wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling
berkaitan. Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang
rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser,
1967. Ada juga yang mengatakan memori adalah gudang yang pasif, tetapi merupakan
suatu yang aktif memilih data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data
data menjadi informasi yang bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di
waktu kemudian. Hal ini berarti memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang
berfungsi untuk menangkap, mengolah dan menggunakannya di lain waktu ketika di
butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak tahapannya dan
saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-interaksi antara data-data
dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur
memori yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi
ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari
luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di
dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi
tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat
yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan
inderawi’.
Contoh: Pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya
dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan
pengideraan. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya
dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.
Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta didik dalam
menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan lain apakah informasi
yang diberikan itu diterima di dalam memori kinirja peserta didik. Untuk memudahkan
penerimaan informasi untuk tujuan behavioral dapat dilakukan dengan organise muka (advance
organize), yaitu merupakan konsep-konsep paying bagi bahan baru. Tujuan dengan pemberian
kerangka ini atau advance organize yaitu untuk membantu peserta didik untuk mengetahui dan
memperhatikan hal-hal penting dari material atau bahan pelajaran yang baru. Adapun yang
mengatakan bahwa advance organizer juga berguna untuk memberikan kerangka konseptual
untuk belajar. Selain itu melalui advance organizer akan menjadi suatu penghubung antara
simpanan informasi peserta didik pada waktu sekarang dengan dengan belajar yang baru.
Melalui hal ini juga dapat digunakan sebagai jembatan antara kognitif lama dan struktur kognitif
yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer dapat memperlancar proses
mengkode pada peserta didik.
Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (mayer:
19979) yaitu:
a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis
dalam materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana
membuat hubungan yang singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta
didik dengan informasi yang akan di peroleh saat proses belajar.
b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan informasi
yang baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat
diartikan juga bahwa melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami
informasi yang sama sekali belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah
dimilikinya. Hal ini akan di lakukan oleh pendidik melalui pengenalan sederhana
mengenai informasi baru tersebut dan setelah itu akan diperinci. Selain dari pada itu
pendidik juga akan memberikan motivasi pada peserta didik agar mampu untuk
memahami informasi baru tersebut, motivasi yang di berikan dapat berupa data-data
pendukung dan penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia mampu untuk
mengkode dan memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).
2. Memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk disimpan kedalam memori
jangka panjang.Proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan
guna memudahkan dan mengingat kembali diwaktu kemudian mengenai informasi tersebut.
Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan
memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk
menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori
kerja peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya:
penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar
asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan
pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang
berhubungan.
Contoh: mengahafal benda-benda planetarium, MeVeBuMaJuSaUNerPlu (Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Nepturnus, Pluto)
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah
untuk di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang
berbasis peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang berasal dari
peserta didik itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi yang
sembarangsaja sifatnya misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.
KESIMPULAN
Refrensi
https://agungekonugroho23.blogspot.com/2017/10/teori-pengolahan-informasi-dalam-
memori.html, diakses 21 Juli 2018, Pukul 20:02 WITE
Riyadi, Slamet, Jurnal Pemroses Informasi Dalam Belajar Bergerak, Tahun 2011