Anda di halaman 1dari 7

Makalah Pengorganisasian Informasi atau Pengetahuan

Dalam Ingatan Manusia


Oleh: Martinus Mai, S.Kom
A. PENDAHULUAN
Dalam teori pembelajaran, pegatahuan atau informasi merupakan objek yang menjadi unsur
utama dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan infromasi atau pengatahuan itu dapat
membentuk karakter manusia atau infromasi itu digunakan untuk memanusiakan manusia.
Informasi sebagai diakui Negara-negara maju adalah kekuatan yang kekuatan melebih
kekuatan nuklir. Ada ungkapan jikalau engkau mengusai informasi maka engkau mengusai
dunia. Namun persoalannya adalah bagaimana manusia bisa mengolah informasi yang
masuk dalam dirinya. Pada kasus ini yang menjadi pusat perhatian adalah organ tubuh kita
yang berkaitan dengan otak. Otak adalah memori atau media penyimpan (strorage device),
selain itu otak sekaligus alat mengolah informasi atau mengkontruksi pengatahuan dari
pengatahuan baru dengan pengathuan lama yang tersimpan pada memori otak kita.

Dalam kaitan teori pembelajaran, meneliti cara kerja atau prinsip kerja otak kita dalam
mengolah informasi atau pengatahuan adalah hal penting. Hal ini dapat menjadi refrensi bagi
guru dalam merancang strategis pembelajaran yang sesuai dengan cara kerja otak manusia
(siswa). Dengan memahami cara-cara kerja otak manusia dalam mengolah informasi atau
pengetahuan maka tujuan dari pembelajaran tercapai. Meskipun demikian dalam mengolah
informasi atau pengatahuan dimana keberhasil pelajaran, otak bukanlah satu-satunya
penentu keberhasilan belajar tetapi factor psikologis lain, metal, dan motivasi siswa juga
menjadi factor penentu keberhasilan belajar. Belajar adalah perilaku manusia (siswa) yang
sangat kompleks. Kekompleksan itu mendorong kita untuk perlu mengkaji berbagai unsur
salah sataunya adalah bagaimana otak mengorganisasi informasi atau pengatahuan.

PEMBAHASAN
2.1 Teori pengolahan informasi
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa penggolahan
informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang di
berikan oleh lingkungan di sekitarnya. Pengolahan informasi merupakan perluasan dari
bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai
upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang
(Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki sutu perbedaan dengan teori
belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak
memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat
sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori
seorang individu. Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu
proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi
kognitif tetap tidak jelas. Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan
sumbangan atas pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita
simpulkan bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling
melengkapi. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu
komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan meng-
gambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar
pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema
yang dikutip berikut ini. Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model
kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke
working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,
dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya
adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.

Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau
pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan
informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum
pemecahan masalah (materi kreativitas).
2.2 Sistem memori manusia
Teori lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya
tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah koleksi
potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan.
Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu
adalah sebuah wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling
berkaitan. Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang
rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser,
1967. Ada juga yang mengatakan memori adalah gudang yang pasif, tetapi merupakan
suatu yang aktif memilih data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data
data menjadi informasi yang bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di
waktu kemudian. Hal ini berarti memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang
berfungsi untuk menangkap, mengolah dan menggunakannya di lain waktu ketika di
butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak tahapannya dan
saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-interaksi antara data-data
dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur
memori yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi
ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari
luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di
dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi
tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat
yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan
inderawi’.

Contoh: Pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya
dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan
pengideraan. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya
dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.

2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)


Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi
yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat
perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Jelaslah
bahwa penyimpanan jangka pendek adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya
mendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak
akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi
tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu
sekitar 20 detik. Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan
ini lalu menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat
dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa
terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya
suatu informasi yang disampaikan para guru tersebut. Hhal yang lebih penting lagi adalah
bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri, sehingga
para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selama proses
pembelajaran sedang berlangsung.
Contoh: Guru menceritakan tetang sejarah perusahaan Google atau Microsoft lalu
mengkaitkan dengan sebuah pertanyaan “Misalnya dengan menanyakan siapakah orag
terkaya di dunia ?”. Teknik ini sering saya lakukan dan hamper 90% menyimak dan
mengingat.
3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini
berasal dari memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu
sehingga informasi yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan
maka akan teringat lagi. Kata lainnya kata lainnya penyimpanan jangka panjang tidak akan
terbentuk tanpa adanya pengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan
merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau
di rumah merupakan kata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak
berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama. Itulah
sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa akan jauh
lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain pengulangan atau
latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu
pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah: Sesuatu yang sudah dipahami
akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak dipahaminya.
Contoh: proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada
proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa,
apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis
menjadi 17–08–1945.
Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang
tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan
memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan
mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu
suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi
siswa dan tentunya juga bagi para guru.
2.3 Komponen belajar
a. Perhatian ke stimulus
Pengolahan sistem informasi dalam memori manusia diawali ketika isyarat fisik diterima
pencatat sensori melalui indera (visual, audio maupun kenestik ). Isyarat fisik ini disimpan
sebentar di sebut ikon dan memori audio disebut peniru bunyi (echo). Jenis retensi isyarat yang
ke tiga disebut taktil atau haptik, untuk retensi ini belum banyak penelitian yang di lakukan.
Peranan perhatian ada dua peran perhatian dalam sistem pengolahan informasi yaitu:
1) pengolahan informasi secara otomatik, peran perhatian terhadaap hal-hal yang sudah
sedemikian luasnya sehingga berlangsung tanpa kendali secara sadar dan tidak memerlukan
perhatian khusus. Misalnya pengenalan pola-pola yang sudah diketahui seperti pola perkalian 1
x 10.
2) peranan perhatian untuk mengolah informasi yang memerlukan usaha sadar yang dilakukan
secara terkosentrasi, yaitu untuk mengenal informasi yang diperlukan untuk pola-pola yang
belum diketahui (baru)
b.Mengkode stimulus
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai
memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka di perlukan pengkodean yaitu mengubah
stimulus sehingga dapat di simpan sehingga pada waktu lain dapat dimunculkan kembali
dengan mudah. Ada dua cara pengkodean yaitu: gladi pelihara atau gladi primer dan gladi
elaboratif. Pengulangan terhadap informasi yang ingin diingat ini adalah salah satu contoh gladi
pelihara. Kebalikannya gladi elaboratif adalah mengubah melalui berbagai cara yaitu:
a) diganti dengan lambang lain (subsitusi)
b) dilengkapi dengan informasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya.
Contoh: Mengasosiasikan pohon korma (informasi baru) dengan pohon korma sawit (informasi
lama) ini adalah contoh gladi elaboratif.
c.Penyimpanan dan retrival
Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka
panjang untuk dapat di ingat kembali sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini sangat
bergantung bagai mana informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan
informasi sebelumnya dari memori jangka panjang. Gladi pelihara dan gladi elaboratif ke
duanya dapat membantu individu dalam mengingat informasi dalam waktu yang akan datang.
Sistem mnemonik adalah cara untuk memudahkan kembali meliputi: akronim, catatan, kartu
pengisyaratan, titian ingatan, penggunaan kata-kata frase untuk mengingat not-not yang
terletak pada garis-garis paranada dan seterusnya.
2.4 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa meemori
manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah
menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari.
Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan suatu penyleksian, pengorganisasian dan pengubahan terhadap informasi yang
di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses
belajar yang akan dijalani dirinya. Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa
belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di
lingkungannya. Ini menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik
adalah hal utama yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta
didik, dalam hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan
pada stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah
a. Membimbing untuk menerima stimulus
b. Memperlancar pengkodean
c. Memperlancar penyimpanan dan retrival
Melihat dari komponen tersebut sudah pasti ketiganya merupakan suatu satu kesatuan yang
harus dilakukan secara berutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan di dapat atau
hasil belajar dari peserta didik itu sendiri.
1. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan memberikan bimbingan
perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:
a. Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik
akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan
dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang
telah ditentukan.
b. Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal
stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada
sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan
mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan
dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam memori manusia.

Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta didik dalam
menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan lain apakah informasi
yang diberikan itu diterima di dalam memori kinirja peserta didik. Untuk memudahkan
penerimaan informasi untuk tujuan behavioral dapat dilakukan dengan organise muka (advance
organize), yaitu merupakan konsep-konsep paying bagi bahan baru. Tujuan dengan pemberian
kerangka ini atau advance organize yaitu untuk membantu peserta didik untuk mengetahui dan
memperhatikan hal-hal penting dari material atau bahan pelajaran yang baru. Adapun yang
mengatakan bahwa advance organizer juga berguna untuk memberikan kerangka konseptual
untuk belajar. Selain itu melalui advance organizer akan menjadi suatu penghubung antara
simpanan informasi peserta didik pada waktu sekarang dengan dengan belajar yang baru.
Melalui hal ini juga dapat digunakan sebagai jembatan antara kognitif lama dan struktur kognitif
yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer dapat memperlancar proses
mengkode pada peserta didik.
Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (mayer:
19979) yaitu:
a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis
dalam materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana
membuat hubungan yang singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta
didik dengan informasi yang akan di peroleh saat proses belajar.
b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan informasi
yang baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat
diartikan juga bahwa melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami
informasi yang sama sekali belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah
dimilikinya. Hal ini akan di lakukan oleh pendidik melalui pengenalan sederhana
mengenai informasi baru tersebut dan setelah itu akan diperinci. Selain dari pada itu
pendidik juga akan memberikan motivasi pada peserta didik agar mampu untuk
memahami informasi baru tersebut, motivasi yang di berikan dapat berupa data-data
pendukung dan penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia mampu untuk
mengkode dan memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).

2. Memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk disimpan kedalam memori
jangka panjang.Proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan
guna memudahkan dan mengingat kembali diwaktu kemudian mengenai informasi tersebut.
Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan
memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk
menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori
kerja peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya:
penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar
asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan
pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang
berhubungan.
Contoh: mengahafal benda-benda planetarium, MeVeBuMaJuSaUNerPlu (Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Nepturnus, Pluto)

Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah
untuk di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang
berbasis peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang berasal dari
peserta didik itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi yang
sembarangsaja sifatnya misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.

3. Memperlancar penyimpanan dan retrival


Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan
kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa:
irama bunyi,sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan
pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis
pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besar dalam
proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.
Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia
dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa
retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term
memori ( ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap
informasi yang akan dimunculkan. Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow,
mengemukakan dua tahapan dalam melaksanakan penelusuran, yaitu:
· Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari
dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian
terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di
munculkan.
· Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di dalamnya,
sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai
dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan
proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan
eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau
di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.

KESIMPULAN

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa kesimpulan


antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu
dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long
Term Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

Refrensi
https://agungekonugroho23.blogspot.com/2017/10/teori-pengolahan-informasi-dalam-
memori.html, diakses 21 Juli 2018, Pukul 20:02 WITE

https://pakarkomunikasi.com/teori-pengolahan-informasi, diakses 21 Juli 2018, Pukul 22:34


WITE

Riyadi, Slamet, Jurnal Pemroses Informasi Dalam Belajar Bergerak, Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai