Bab 2
Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
konjungtiva yang diakibatkan berkurangnya volume air mata. Pasien akan mengeluh
gatal, mata seperti berpasir, silau, dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala
sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak
kering dan terdapat erosi kornea, konjungtiva bulbi edema, hiperemi, menebal dan
Mata kering dipengaruhi oleh idiopatik, gaya hidup, penyakit jaringan ikat, luka
kontrasepsi.(Williams, 2012).
Air mata adalah cairan bersifat basa yang dihasilkan terus-menerus oleh
kelenjar lakrimal. Air mata menjaga permukaan konjungtiva yang saling bersentuhan
5
6
Air mata melewati empat proses yaitu produksi dari sistem sekresi lakrimal,
distribusi oleh berkedip, evaporasi dari permukaan okular, dan drainase melalui sistem
ekskresi lakrimal. Abnormalitas salah satu dari keempat proses ini dapat menyebabkan
mata kering. Sistem lakrimal terdiri dari sistem sekresi dan sistem ekskresi (Kanski,
2011) yaitu :
(kelenjar meibom), dan sel-sel goblet dari konjungtiva (musin). Sistem sekresi terdiri
dari sekresi basal dan refleks sekresi. Sekresi basal adalah sekresi air mata tanpa ada
stimulus dari luar, sedangkan refleks sekresi terjadi hanya bila ada rangsangan
Perjalanan ekskresi lakrimal dimulai dari punkta, kemudian ekskresi air mata
akan masuk ke kanalikulus, setelah itu bermuara di sakus lakrimal melalui ampula.
Pada 90% orang, kanalikulus superior dan inferior akan bergabung menjadi kanalikulus
komunis sebelum ditampung dalam sakus lakrimal. Pada kanalikulus, terdapat katup
rosenmuller yang berfungsi untuk mencegah aliran balik air mata. Setelah ditampung
di sakus lakrimal, air mata akan diekskresikan melalui duktus nasolakrimal sepanjang
12-18 mm ke bagian akhir di meatus inferior. Di sini juga terdapat katup hasner untuk
(Wagner, 2006)
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Lakrimal
dan saluran ekskretorius dari jalur nasolakrimal terhubung oleh jaringan neural
yang kompleks atau unit fungsional lakrimal. Jalur sensori aferen berasal dari saraf
ofthalmik cabang dari saraf trigeminus. Jalur eferen bersifat otonom yaitu simpatis
dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis berasal dari ganglion servikal superior.
Saraf parasimpatis berasal dari nukleus salivarius superior yang berlokasi di pons,
keluar dari batang otak bersama saraf fasialis (n.VII). Saraf lakrimal kemudian
lapisan air mata dan berespon terhadap stress dan trauma (American Academy of
Ophthalmology, 2012).
8
Gangguan pada jalur aferen dan atau eferen pada lengkung reflek
menurunkan sekresi lakrimal. Gangguan jalur aferen dapat disebabkan antara lain
karena pengunaan lensa kontak, akibat operasi seperti laser insitu keratomileusis
antihistamin; anti ulkus dan obat untuk spasme otot. Obat antihipertensi yang terbukti
menurunkan produksi air mata antara lain clonidine, prazosin, propanolol, reserpine,
dan autoimun lainnya. Walaupun kelenjar lakrimal bukan sebagai target primer,
namun proses inflamasi dapat terjadi. Salah satu penyakit yang dapat mengganggu
sekresi air mata adalah diabetes melitus (Grus, 2002). Kelenjar lakrimal sering
menjadi target sistem imun dan menunjukkan tanda-tanda inflamasi pada kondisi
patologis tertentu. Hal ini dapat terjadi pada penyakit autoimun (Sjogren syndrome
) atau pada proses penuaan. Inflamasi kelenjar lakrimal akan mengganggu sekresi
air mata.
9
Mekanisme hormonal juga berperan dalam pengaturan sekresi air mata, hormon
thyroid stimulating hormone, progesteron, dan estrogen (Lemp, 2008). Sistem endokrin
berpengaruh terhadap fisiologi kelenjar lakrimal seperti aktivasi sel asinar untuk
memproduksi aqueous dan lipid yang berguna untuk menjaga mata agar tetap lembab
prolaktin dalam jaringan mata manusia yang mengatur fungsi dan sekresi kelenjar
lakrimal dan meibom (Wulandari & Meida, 2013). Hormon yang telah disebutkan lebih
banyak terdapat pada wanita sehingga mata kering lebih sering dialami oleh wanita.
Keadaan wanita yang beresiko mengalami mata kering adalah saat kehamilan,
menyusui, pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause (Dry Eye Workshop, 2007)
Sekresi kelenjar lakrimal dipengaruhi oleh reflek lakrimasi yang dipicu oleh
suatu iritasi pada permukaan bola mata. Reseptor sensoris merespon kondisi
permukaan bola mata yaitu pada kornea dan konjungtiva, selanjutnya akan
mengirimkan sinyal aferen ke sistem saraf pusat yang kemudian akan memberikan
impuls eferen berupa parasimpatis dan simpatis pada kelenjar lakrimal. Kondisi emosi
seseorang juga dapat memicu reflek lakrimasi dan menghasilkan sekresi air mata dalam
jumlah yang banyak, dimana penting untuk melarutkan material asing seperti debu,
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan sekresi air mata tidak menurun, antara
lain gaya hidup seseorang seperti sering mengkonsumsi ikan tuna yang kaya omega-3,
dimana eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA) dalam asam
lemak omega-3 mempunyai fungsi sebagai agen anti-inflamasi, rutin meminum air
10
putih 1,5 – 2 liter sehari dapat membantu mata untuk memproduksi lebih banyak air
mata. Orang yang jarang terpapar oleh angin dan melindungi matanya ketika
melakukan aktivitas di luar ruangan cenderung tidak mengalami penurunan kualitas air
mata, hal ini dikarenakan permukaan bola terlindungi dari benda asing seperti debu
yang dapat menyebabkan inflamasi di bola mata terutama pada kelenjar lakrimal
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur sekresi lapisan aqueous air mata
adalah dengan Schirmer 1. Pemeriksaan ini menggunakan strip kertas saring Whattman
41. Kertas diletakkan pada palpebra bawah sampai ke cul-de-sac tanpa didahului
dianjurkan menutup mata selama 5 menit. Panjang dari kertas yang basah karena air
mata diukur. Nilai panjang kertas yang basah lebih dari 10 mm berarti Schirmer negatif
yaitu produksi air mata normal. Nilai dibawah 5,5 mm merupakan diagnostik dari
(Asyari. 2007)
Gambar 2.2
Pemeriksaan Schirmer
11
mengandung estrogen dan progesteron yang sangat efektif, dengan angka kegagalan
kurang dari 1%. Sebagian besar wanita usia reproduksi lebih menyukai obat suntik
sebulan sekali daripada obat suntik jangka panjang karena menghasilkan perdarahan
bulanan teratur dan jarang menyebabkan spotting, dan efek menghambat fertilitas-nya
Estradiol Sipionat yang diberikan secara suntik intra muscular. Cara kerja kontrasepsi
ini antara lain menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Pada tahun pertama penggunaan hanya
Usia Reproduksi adalah masa pada perempuan usia 15-46 tahun. Selama usia
reproduksi terjadi maturase folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum. Proses
dan korpus luteum, hormon steroid, gonadotropin hipofisis, dan faktor autokrin atau
parakrin. Pada usia reproduksi hormon estrogen dan progesterone sangat berperan pada
dan mencegah kehamilan. Alat kontrasepsi yang digunakan beraneka ragam, mulai
Air Mata
terdapat pada kelenjar lakrimal, kelenjar meibom, palpebral, dan kornea. Hormon
tersebut mengatur karakteristik struktural dan fungsi jaringan okular. Reseptor mRNA
Kontrasepsi tersebut dapat mengganggu keseimbangan hormon mulai dari dua minggu
setelah pemakaian (Suzuki, 2006). Hingga saat ini belum diketahui berapa kadar
normal estrogen dan progesteron pada kelenjar mata manusia sehingga dapat menjaga
cara mengganggu efek yang diinduksi androgen melalui jalur testosteron dengan cara
androgen yang poten. Androgen bekerja pada sel epitel asinus kelenjar sehingga
menjaga stabilitas air mata dengan mencegah evaporasi. Sel asinar pada kelenjar
mukosa merupakan penghasil aqueos yang berfungsi membasahi permukaan mata pada
struktur kelenjar lakrimal dan juga menghambat reseptor mRNA androgen yang
13
androgen yang berkurang ini berefek menurunkan transforming growth factor sehingga
sel asinar mengalami disfungsi atau kerusakan. Sel asinar pada kelenjar lakrimal
merupakan penghasil aqueos yang berfungsi membasahi permukaan mata, bila terjadi
disfungsi sel asinar maka akan menyebabkan produksi air mata menurun. Sel asinar
pada kelenjar meibom adalah penghasil lipid yang berfungsi mencegah penguapan
berlebihan. Oleh karena itu, penurunan kuantitas dapat terjadi karena dipicu oleh
disfungsi sel asinar (Carlos, 2007). Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan
penurunan hormon androgen antara lain adalah karena usia, penggunaan kontak lensa,
dengan mengaktifkan kaskade inflamasi pada lekenjar lakrimal, yang kemudian akan
air mata disebabkan karena ketidakseimbangan antara sekresi, ekskresi dan penguapan
signifikan ekspresi gen di kelenjar lakrimal. Perubahan yang terjadi antara lain
komunikasi sel, sinyal transduksi, katalis enzim, ekspresi imun, metabolism asam
14
nukleat dan protein. Sehingga peningkatan kedua hormone tersebut dapat menurunkan
sel dini (Sullivan, 2009). Hormon estrogen memiliki efek negatif pada kelenjar
lakrimal, dan menurunkan sekresi air mata. Level protein lakrimal yang tinggi yaitu 20
kilo dalton, akan mengalami penurunan saat kadar estrogen tinggi. Penurunan level
protein lakrimal dapat terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi kombinasi
jangka lama sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi air mata oleh kelenjar
faktor transkripsi dalam mengatur fungsi limfosit, sehingga fungsi limfosit terganggu.
Selain itu, progesteron juga menurunkan ekspresi dari protein Cluster of Differentiation
86 atau CD86, Interleukin-12 atau IL-12 dan chemokine ligand 28 atau CCL28 yang
merupakan natural killer cell dan berhubungan dengan respon tubuh terhadap
inflamasi. Apabila ekspresi protein tersebut menurun maka sel mudah mengalami
inflamasi. Penurunan dari FoxP3, CD86, IL-12 dan CCL28 tersebut memudahkan
terjadinya inflamasi pada permukaan mata yang kemudian merusak fungsi kelenjar
menurunkan produksi air mata karena tingginya kadar estrogen dan progesteron dalam
15
jangka waktu lama adalah faktor resiko penurunan kualitas air mata. Hal ini terjadi
karena kelenjar lakrimal mengandung reseptor hormon estrogen dan progesteron untuk
regulasi dari sekresi kelenjar lakrima (Idu, et al, 2013). Paparan estrogen dan
progesteron yang terus menerus di kelenjar air mata akan merusak sel asinar yang
androgen dalam waktu lama, sehingga mengakibatkan produksi air mata berkurang