Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No.

1 / Januari 2014

Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemauan


Masyarakat Menjadi Peserta JPKM Mandiri di Wilayah Kota Salatiga

Suhardi*), Zahroh Shaluhiyah**), Sutopo Patriajati**)


*)
Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Jln Hasanudin 110A Salatiga,
Telp. (0298) 326146 Fax. 322697, Email hardi_loja@yahoo.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Dipoinegoro Semarang

ABSTRAK
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dimana seluruh
masyarakat harus tercover oleh jaminan kesehatan (total coverage). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemauan masyarakat menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) Mandiri di Wilayah Kota Salatiga. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
analitik dengan desain penelitian menggunakan cross-sectional. Teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner. Jumlah sampel 600 Kepala Keluarga non asuransi kesehatan yang
berada di Wilayah Kota Salatiga. Pengambilan sampel menggunakan sistim Proportional Cluster Random
Sampling. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi Square (X2), dan
analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69,3% responden
mau menjadi peserta JPKM Mandiri dengan premi Rp 7000.org/bln sebagaimana premi Jamkesda, 90%
responden mau dan mampu membayar premi JPKM Mandiri jika premi Rp 7000.org/bln. Analisis bivariat
menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kemauan menjadi peserta JPKM Mandiri yaitu :
Willingness To Pay (WTP), Ability To Pay (ATP), pengetahuan tentang JPKM, sikap JPKM Mandiri,
keyakinan tentang keuntungan JPKM Mandiri, dukungan keluarga, dan dukungan tokoh masyarakat/tokoh
agama. Hasil uji regresi logistik diperoleh, variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kemauan menjadi
peserta JPKM Mandiri adalah dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama dengan nilai Odd ratio (OR)=9,227.
Kata kunci : JPKM Mandiri, total coverage, kemauan menjadi peserta

ABSTRACT
The analyze of influencing factors toward willingness of society to participate on local managed
health care in salatiga municipality. Law No 40/ 2004 about National Social Guarantee System
(SJSN) where all of society must be covered by health care (universal coverage). The purpose of this
study is to examine influencing factors toward willingness of society to participate on local managed
health care in Salatiga Municipality. A cross-sectional study design was employed in this study.
Study population consisted of 600 non health insurance household chosen by using a proportional
cluster random sampling. Data on demography of the subjects, knowledge about health insurance,
Willingness To Pay (WTP), Ability To Pay (ATP), perception about risk of sickness, attitude toward
health insurance, familiy and society leaders support to participate in managed health care were
collected by interview using questionnaire. The data were analyzed with univariate, bivariate used
chi square (X2), and multivariat used logistic regression. The findings show that 69,3% respondent
want to participate on local managed health care like premium of Jamkesda Rp 7000/person/month
and 90% respondents have willingness and ability to pay premium Rp 7000/person/months. Based
on chi square analyze, there are any correlation between Willingenss To Pay (WTP), Ability To Pay
(ATP), knowledge about health insurance, attitude for managed health care), belief about the benefit
of managed health care, familiy and society leaders support with willingness of society to participate
on local managed health care in Salatiga Municipality. While based on logistic regression analyze,
the majority factor was influenced toward willingness of society to participate on local managed
health care is society leaders support (OR=9,227).
Key words : managed health care, universal coverage, willingness to participate

90
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

PENDAHULUAN dengan kuota yang telah ditetapkan oleh


Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pemerintah pusat sedangkan bagi masyarakat
Masyarakat (JPKM) adalah tanggung jawab miskin yang tidak tercover Jamkesmas menjadi
pemerintah, baik pusat maupun daerah. Peran tanggung jawab pemerintah daerah setempat.
pemerintah daerah dalam menjamin kesehatan Sedangkan ke depan direncanakan bahwa
masyarakatnya diperkuat dengan dikabulkannya seluruh penduduk Indonesia yang terdaftar
Judicial Review oleh Mahkamah Konstitusi atas sebagai warga negara Indonesia wajib menjadi
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang peserta asuransi kesehatan BPJS. Dalam BPJS,
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dimana para peserta di wajibkan membayar iuran
seluruh masyarakat harus tercover oleh jaminan bulanan. Hingga saat ini, iuran yang ditetapkan
kesehatan (total coverage). Undang-Undang berkisar antara Rp 15.000 – Rp 27.000 /bulan.
tersebut memberikan kewenangan sekaligus Tetapi besarnya iuran ini belum pasti karena
amanah konstitusi kepada pemerintah daerah masih mempertimbangkan kemampuan
untuk menyelenggarakan Sistem Jaminan masyarakat Indonesia (Info Askes, 2012).
Kesehatan Daerah, baik di tingkat provinsi Berkaitan dengan hal tersebut di atas
maupun kab/kota. Pakar Ilmu Kesehatan Pemerintah Kota Salatiga mengalami berbagai
Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM), kendala diantaranya adalah 1) harus menanggung
Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., masyarakat miskin yang tidak tercover oleh
mengatakan dalam pengembangan Sistem Jamkesmas sedangkan keadaan keuangan
Jaminan Kesehatan di era otonomi daerah, perlu daerah terbatas. 2) tingginya permintaan
diperhatikan beberapa unsur penting, seperti, masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kualitas, keterjangkauan, portabilitas, dan kesehatan gratis baik di tingkat dasar maupun
desentralisasi. Program Jaminan Kesehatan rujukan. Menurut data yang diperoleh dari Dinas
Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan oleh Kesehatan Kota Salatiga bahwa terjadinya
pemerintah bertujuan untuk meningkatkan status peningkatan permintaan pelayanan kesehatan
kesehatan masyarakat dengan pelayanan gratis dari 13.856 jiwa pada tahun 2011 menjadi
komprehensif, bermutu, berkesinambungan dan 26.863 jiwa pada tahun 2012. Padahal dari
terjangkau melalui konsep dasar JPKM yaitu 26.863 jiwa tersebut berdasarkan hasil
sistem kendali mutu dan kendali biaya pelayanan pendataan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kesehatan atau yang dikenal dengan prinsip Kota Salatiga pada bulan Desember 2011 tidak
managed care (Info Askes, 2012). semua terdaftar sebagai masyarakat miskin. Hal
Menindaklanjuti pelaksanaan Undang- tersebut yang salah satunya menyebabkan
Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem terlambatnya penanganan di Pemberi Pelayanan
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam rangka Kesehatan (PPK) karena tidak ada yang
menuju total coverage. Sebanyak 96 juta orang bertanggungjawab terhadap pembiayaan. Oleh
atau 40% warga Negara Indonesia akan karena itu tidak jarang berakhir dengan kematian.
ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Jika semua biaya pelayanan dibebankan pada
Sosial (BPJS) mulai tahun 2014. Kalau sekarang pemerintah daerah, maka akan semakin
baru 76,4 juta yang ditanggung Jamkesmas, tahun membebani keuangan pemerintah daerah.
2014 naik menjadi 96 juta orang sebagaimana Berdasarkan laporan Anggaran Pendapatan dan
yang dikatakan oleh Wakil Menteri Kesehatan Belanja Daerah (APBD) diperoleh data anggaran
Ali Ghufron Mukti di Jakarta. Pemerintah pusat tahun 2011 sebesar Rp. 468.844.442.000,-
hanya menanggung Jamkesmas untuk dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
masyarakat miskin di tiap-tiap daerah sesuai 478.173.510.921,- sehingga terjadi defisit

91
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

anggaran sebesar Rp. 9.329.068.921,- . 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Berdasarkan data anggaran dan realisasi terjadi Nasional (SJSN) menuju total coverage (Dinkes
kenaikan rata rata sebesar 10% dari tahun 2005 Salatiga, 2012).
– 2012. Tahun 2012 anggaran sebesar Rp. Untuk memecahkan masalah tingginya
505.009.932.000,- dengan realisasi anggaran masyarakat Kota Salatiga yang belum tercover
sebesar Rp. 525.990.862.013,- sehingga jaminan kesehatan dengan tidak membebani
terjadi defisit anggaran sebesar Rp. keuangan pemerintah daerah, maka perlu adanya
20.980.930.013,-. Berdasarkan data tersebut sistem subsidi silang dimana masyarakat miskin
kalau pelaksanaan total coverage dilaksanakan dan kurang mampu dibantu oleh masyarakat yang
dengan menggratiskan pelayanan kesehatan mampu melalui iur biaya atau yang disebut dengan
untuk semua masyarakat di Wilayah Kota sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Salatiga, sebagaimana yang telah dilaksanakan Masyarakat (JPKM) Mandiri.
oleh Pemerintah Kota Solo, maka akan Untuk menjalankan kebijakan pelaksanaan
membebani keuangan pemerintah daerah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(Bapeda Salatiga, 2013). (JPKM) Mandiri, terlebih dahulu perlu diketahui
Bila ditinjau dari data kepesertaan Jaminan tentang kemauan masyarakat Kota Salatiga
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) untuk menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan
di Wilayah Kota Salatiga adalah sebagai berikut Kesehatan Masyarakat (JPKM) Mandiri serta
: jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2012 faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
sebesar 187.132 Jiwa dengan jumlah peserta terhadap kemauan masyarakat Kota Salatiga
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan
bagi masyarakat miskin yang dibiayai dari Kesehatan Masyarakat (JPKM) Mandiri.
pemerintah pusat tahun 2012 yaitu 31.456 jiwa Dengan mengetahui kemauan masyarakat
(16,81%), Asuransi Kesehatan (Askes) PNS menjadi peserta JPKM Mandiri serta faktor-
27.566 jiwa (14,73%), PT. Asuransi Jiwa faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
Inhealth Indonesia 10.657 jiwa (5,69%), kemauan tersebut dapat digunakan sebagai
Asuransi TNI/POLRI 10.175 jiwa (5,44%), dasar dalam pembuatan suatu kebijakan dan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) perencanaan serta langkah-langkah dalam
10.259 jiwa (5,48%), Jaminan Kesehatan menghadapi permasalahan yang timbul sebagai
Masyarakat Miskin Salatiga (JKMMS) yang akibat dari diterapkannya kebijakan tersebut,
diperuntukkan bagi masyarakat miskin di luar sehingga pelaksanaan JPKM Mandiri dapat
kuota Jamkesmas dengan pembiayaan dari berjalan secara berkesinambungan. Berdasarkan
Pemerintah Kota Salatiga sebesar 22.345 jiwa uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk
(11,94%). Sehingga total masyarakat yang mengadakan penelitian yang berjudul “ Analisis
tercover dalam jaminan kesehatan adalah Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
112.458 jiwa (60,10%). Masyarakat yang belum Kemauan Masyarakat Menjadi Peserta Jaminan
tercover jaminan kesehatan sebesar 74.674 jiwa Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
(39,90%). Sebagaimana yang telah dibahas Mandiri Di Wilayah Kota Salatiga” Tujuan
sebelumnya bahwa masyarakat yang belum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
tercover jaminan kesehatan merupakan masalah faktor yang berpengaruh terhadap kemauan
bagi pemerintah daerah khususnya Pemerintah masyarakat menjadi peserta Jaminan
Kota Salatiga dalam rangka Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
mengimplementasikan Undang-Undang Nomor Mandiri di Wilayah Kota Salatiga.

92
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

METODE PENELITIAN porsi signifikan dari pekerja ekonomi informal


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang ingin berkontribusi sesuai aturan yaitu
analitik . Desain penelitian menggunakan sebesar 41,4% berdasarkan survei daerah
rancangan cross-sectional. Populasi dalam perkotaan, sementara respon positif di daerah
penelitian ini adalah seluruh rumah tangga pedesaan sebesar 16%.
(Kepala Keluarga) dari masyarakat yang belum Hasil penjabaran jawaban responden
memiliki jaminan kesehatan dan di luar peserta khususnya yang tidak mau menjadi peserta
Jamkesmas dan Jamkesda yaitu sejumlah 18.669 JPKM Mandiri dan perlu mendapat perhatian
Kepala Keluarga dengan jumlah sampel sebesar yaitu persentase masyarakat yang menginginkan
600 KK yang diambil dari 22 Kelurahan yang bahwa semua pelayanan kesehatan ditanggung
ada di Wilayah Kota Salatiga dengan cara cukup tinggi yaitu 26.5%, responden
proportional cluster random sampling. menginginkan pelayanan untuk pengobatan
Kelurahan dijadikan sebagai cluster. Variabel alternatif seharusnya dimasukkan dalam paket
terikat dalam penelitian ini adalah kemauan pelayanan bagi peserta asuransi kesehatan
masyarakat menjadi peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) sebesar 32%. Hal ini menurut
(JPKM ) Mandiri, sedangkan variabel bebasnya peneliti kemungkinan disebabkan oleh budaya di
meliputi : umur, pendidikan, jumlah anggota Indonesia dimana banyak masyarakat lebih
keluarga, pengeluaran, Willingness To Pay cenderung untuk memilih pengobatan alternatif.
(WTP), Ability To Pay (ATP), pengetahuan Mereka kadang-kadang takut untuk masuk
tentang JPKM, persepsi terhadap risiko sakit, rumah sakit apalagi sampai harus menginap.
sikap terhadap JPKM, keyakinan tentang Masyarakat banyak yang takut untuk dioperasi
keuntungan JPKM, dukungan keluarga, dan dan lain-lain.
dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama.Data Mengenai pelayanan yang diberikan, sudah
yang telah terkumpul dianalisis secara univariat ada kesepakatan antara Badan Pelaksana dengan
dengan cara distribusi frekuensi. Analisis bivariat Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tentang
dengan cara tabulasi silang kemudian dilakukan jenis paket pemeliharaan kesehatan yang tentunya
analisis statistik menggunakan uji chi square disesuaikan dengan besar premi dari masyarakat.
kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat Tidak semua penyakit dapat dilayani dalam
menggunakan multiple logistic regression. kepesertaan asuransi kesehatan (JPKM Mandiri)
hal ini memang yang belum begitu disadari oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat. Mereka menganggap bahwa ketika
Kemauan Menjadi Peserta JPKM Mandiri ikut asuransi kesehatan semua biaya pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 600 baik penyakit yang membutuhkan biaya ringan
kepala rumah tangga yang menjadi responden sampai penyakit yang membutuhkan biaya mahal
diperoleh bahwa sebagian besar responden akan ditanggung
(69,3%) mau menjadi peserta JPKM Mandiri
sedangkan sisanya (30,7%) tidak mau. Karakteristik Responden
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan Umur
bahwa respon masyarakat terhadap perlindungan Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap
sosial cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan apa yang 600 kepala rumah tangga yang menjadi
diungkapkan oleh Mukti A.G. (2008) bahwa responden, sebagian besar responden memiliki
respon masyarakat (pekerja informal) terhadap umur 42 tahun (53,7 %) sedangkan sisanya
perlindungan sosial tinggi dimana jaminan (46,3%) memiliki umur < 42 tahun. Hasil uji
kesehatan menjadi prioritas utama. Terdapat statistik menggunakan uji Chi Square (X2)

93
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

dengan menggunakan tingkat kesalahan ( ) 0,05 Pendidikan


diperoleh nilai p = 0,825 > 0,05. Hal ini dapat Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara hasil bahwa sebagian besar responden memiliki
umur dengan kemauan menjadi peserta asuransi pendidikan SMA/sederajat yaitu 41,5%
kesehatan (JPKM Mandiri). Hasil penelitian ini kemudian disusul pendidikan SD/MI 24% dan
bertolak belakang dengan apa yang ungkapkan SMP/MTs 22,3% sisanya adalah pendidikan S1/
oleh Thabrany (2011), meskipun banyak orang S2 7,8% dan diploma 4,3%. Bila dilihat dari nilai
menyadari akan risiko sakit, pada umumnya kita rata-rata (10,48) hal ini menunjukkan bahwa
tidak mempunyai kemauan dan kemampuan yang tingkat sebagian besar pendidikan responden
memadai untuk mencukupi kebutuhan menutupi adalah SMA/sederajat. Sebagaimana data yang
risiko sakit yang terjadi di masa depan. Orang- diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Catatan Sipil
orang muda akan mengambil risiko (risk taker), Kota Salatiga tahun 2012 tentang data penduduk
terhadap masa depannya karena pengalamannya berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa
menunjukkan bahwa mereka jarang sakit. sebagian besar masyarakat di Wilayah Kota
Ancaman sakit 10-20 tahun ke depan dinilainya Salatiga memiliki pendidikan SMA/sederajat
terlalu jauh untuk dipikirkan sekarang. Pada (27,78%). Bila ditinjau dari hasil uji statistik
umumnya mereka tidak akan membeli secara menggunakan uji Chi Square (X2) dengan
sukarela dan sadar asuransi untuk masa jauh ke menggunakan tingkat kesalahan () 0,05 diperoleh
depan tersebut meskipun mereka mampu nilai p = 0,104 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
membeli. Sebaliknya orang tua dan sebagian bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
orang yang punya penyakit kronik, bersedia pendidikan responden dengan kemauan menjadi
membeli asuransi, karena pengalamannya peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri).
membayar biaya berobat yang mahal, namun Pola pikir (mindset) kebanyakan masyarakat
penghasilan mereka sudah jauh berkurang pendidikan menengah ke atas sudah mengarah
(Thabrany, H, 2011). ke segala sesuatu yang bersifat komersil,
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya termasuk dalam pelayanan rumah sakit. Sehingga
hubungan antara umur dengan kemauan menjadi setiap kata “sosial” seperti “asuransi sosial” dan
peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) “fungsi sosial rumah sakit” hampir selalu dipahami
kemungkinan disebabkan karena timbulnya sebagai pelayanan atau program untuk
penyakit saat ini terutama penyakit-penyakit masyarakat miskin (Thabrany, H, 2011). Peneliti
degeneratif terus berkembang tanpa memandang berpendapat bahwa tidak adanya hubungan
golongan umur seiring dengan perkembangan ilmu antara pendidikan dengan kemauan menjadi
pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri)
tidak jarang juga kita temui golongan usia muda kemungkinan disebabkan karena tidak
banyak terkena penyakit khususnya penyakit bervariasinya tingkat pendidikan responden
degeneratif. Dilihat dari usia diperoleh bahwa usia dimana jumlah responden yang memiliki tingkat
42 tahun, persentase yang mau menjadi peserta pendidikan Diploma dan S1/S2 sangat kecil
asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMA/
dari usia < 42 tahun. Mengacu pada apa yang sederajat ke bawah.
diungkapkan oleh Thabrany (2011) bahwa
kemungkinan orang-orang yang sudah mulai rentan Jumlah Anggota Keluarga
terhadap penyakit khususnya usia lebih dari 40 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
tahun kemungkinan banyak yang mau menjadi sebagian besar responden (55%) memiliki
peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) anggota keluarga 3,68 orang sedangkan sisanya

94
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

(45%) memiliki anggota keluarga < 3,68 orang . Tidak adanya hubungan antara pengeluaran
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji rumah tangga dengan kemauan menjadi peserta
Chi Square (X2) pada batas kepercayaan 95% asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) dalam
dengan alpa 5% menunjukkan bahwa jumlah penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
anggota keluarga tidak berhubungan dengan penelitian Tuankotta bahwa semakin besar
kemauan masyarakat menjadi peserta asuransi pengeluaran menunjukkan peningkatan kemauan
kesehatan/JPKM Mandiri (p=0,122 > 0,05). menjadi peserta asuransi kesehatan (Tuankotta,
Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya 2001). Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya
hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan hubungan antara pengeluaran rumah tangga
kemauan menjadi peserta asuransi kesehatan dengan kemauan menjadi peserta asuransi
(JPKM Mandiri) kemungkinan disebabkan kesehatan (JPKM Mandiri) kemungkinan
karena jumlah anggota keluarga tidak berkaitan disebabkan karena uang yang dikeluarkan oleh
langsung dengan kemauan masyarakat menjadi rumah tangga kebanyakan ke arah pengeluaran
peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) yang tidak berkaitan dengan kesehatan atau lebih
dalam arti ketika diwawancarai kemungkinan ke arah pengeluaran yang bersifat non kebutuhan
responden tidak berfikir ke arah anggota contoh rata-rata pengeluaran untuk tembakau
keluarga apalagi sampai berfikir tentang kaitan sirih dibanding kesehatan yaitu 187%.
antara anggota keluarga dengan kemauan menjadi Sedangkan rata-rata persentase pengeluaran
peserta asuransi kesehatan lebih khusus lagi rumah tangga untuk kesehatan dibanding dengan
kaitannya dengan premi asuransi kesehatan. total pengeluaran sangat rendah yaitu 3%.

Pengeluaran
Persentase pengeluaran rumah tangga yang Ability To Pay (ATP)
kurang dari Rp. 1.357.000/org/bln dengan Dari 600 kepala rumah tangga yang menjadi
responden dengan pengeluaran lebih atau sama responden sebagian besar responden(64,2%)
dengan Rp 1.357.000/org/bln adalah sama yaitu mampu membayar premi Rp 8.991/org/bln
masing-masing 50%. Rata-rata pengeluaran sedangkan sisanya (35,8%) mampu membayar
rumah tangga adalah Rp 1.792.000/org/bln premi < Rp. 8.991/org/bln. Rata-rata responden
dengan nilai tengah pengeluaran rumah tangga memiliki Ability To Pay (ATP) sebesar Rp
sebesar Rp 1.357.000/org/bln. Pengeluaran 12.440/org/bln dengan nilai tengah Ability To
rumah tangga terkecil yaitu sebesar Rp 366.000/ Pay (ATP) sebesar Rp 8.991/org/bln. Nilai
org/bln dengan pengeluaran rumah tangga minimum Ability To Pay (ATP) sebesar Rp
tertinggi adalah Rp 2.134.000/org/bln. Dengan 6.288/org/bln dengan nilai maksimal Ability To
melihat rata-rata pengeluaran responden yaitu Pay (ATP) sebesar Rp 39.771/org/bln. Bila
lebih besar dari nilai tengah pengeluaran dilihat analisis data Ability To Pay (ATP)
responden, hal ini akan berdampak positif berdasarkan desil diperoleh bahwa kemampuan
terhadap kemampuan membayar premi asuransi membayar premi asuransi kesehatan (JPKM
kesehatan bagi responden. Berdasarkan hasil uji Mandiri) pada masyarakat di Wilayah Kota
statistik menggunakan uji Chi Square (X2) pada Salatiga pada desil 1 yaitu sebesar Rp 6.288/
batas kepercayaan 95% dengan alpa 5% org/bln. Hal ini berarti bahwa, jika premi
menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga ditetapkan sebesar Rp 6.288/org/bulan, maka
tidak berhubungan dengan kemauan masyarakat 100% masyarakat mampu membayar premi. Jika
menjadi peserta asuransi kesehatan (JPKM premi ditetapkan sebasar Rp 8.193/org/bulan
Mandiri) (p=0,132 > 0,05). sebagaimana tertera pada desil 5, hal ini berarti

95
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

bahwa 50% masyarakat mampu membayar menggunakan uji Chi Square (X2) pada batas
premi. Jika premi ditetapkan sebesar Rp 39.771/ kepercayaan 95% dengan alpa 5% menunjukkan
org/bln sebagaimana pada desil 10, maka hanya bahwa Willingness To Pay (WTP) berhubungan
10% masyarakat yang mampu membayar premi. dengan kemauan masyarakat menjadi peserta
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) (p=0,000 <
uji Chi Square (X2) pada batas kepercayaan 0,05). Adanya hubungan antara Willingness To
95% dengan alpa 5% menunjukkan bahwa Pay (WTP) dengan kemauan menjadi peserta
Ability To Pay (ATP) berhubungan dengan asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) sejalan
kemauan masyarakat menjadi peserta asuransi dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri,
kesehatan (JPKM Mandiri) (p=0,000 < 0,05). bahwa ada hubungan antara kemauan membayar
Adanya hubungan antara Ability To Pay (ATP) premi asuransi kesehatan dengan minat
dengan kemauan menjadi peserta asuransi masyarakat menjadi peserta asuransi kesehatan/
kesehatan (JPKM Mandiri) dalam penelitian ini JPKM (Sulastri. S, 2004). Listiani dan Mukti,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh A.G dalam penelitiannya juga menyimpulkan
Sulastri, bahwa ada hubungan antara kemampuan bahwa ada hubungan antara hubungan antara
membayar premi dengan minat masyarakat kemauan membayar premi JPKM dengan niat
menjadi peserta asuransi kesehatan/JPKM masyarakat menjadi peserta JPKM (Listiani dan
(Sulastri, S, 2004). Listiani dan Mukti, A.G Mukti, A.G, 2004).
dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa Bila ditinjau dari besarnya nilai Willingness
ada hubungan antara hubungan antara To Pay (WTP) dan Ability To Pay (ATP)
kemampuan membayar premi JPKM dengan niat diperoleh bahwa rata-rata nilai Willingness To
masyarakat menjadi peserta JPKM (Listiani dan Pay (WTP) lebih besar dari rata-rata nilai Ability
Mukti, A.G, 2004). To Pay (ATP). Hal ini berarti bahwa utilitas
masyarakat terhadap kesehatan cukup tinggi.
Willingness To Pay (WTP) Cukup tingginya utilitas masyarakat terhadap
Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh kesehatan kemungkinan disebabkan oleh
bahwa sebagian besar responden (66,5%) mau tingginya kesadaran masyarakat terhadap risiko
membayar premi Rp 12.573/org/bln sedangkan sakit atau persepsi masyarakat terhadap risiko
sisanya (33,5%) mau membayar premi < Rp. sakit sebagaimana hasil yang diperoleh dari
12.573/org/bln. Bila dilihat dari analisis data pertanyaan tentang persepsi terhadap risiko sakit.
Willingness To Pay (WTP) berdasarkan desil Masyarakat ketika merasa sakit, mereka
diperoleh bahwa kemauan membayar premi melakukan upaya-upaya sebagaimana yang
asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) pada diungkapkan oleh Notoatmodjo seperti mencari
masyarakat di Wilayah Kota Salatiga pada desil pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional,
1 yaitu sebesar Rp 6.549/org/bln. Hal ini berarti mencari obat-obatan ke warung obat, tukang
bahwa, jika premi ditetapkan sebesar Rp 6.549/ jamu, tukang pijat, mencari pengobatan ke
org/bulan, maka 100% masyarakat mau fasilitas pengobatan modern seperti rumah sakit,
membayar premi. Jika premi ditetapkan sebasar mencari pengobatan alternatif, praktek dokter
Rp 12.573/org/bulan sebagaimana tertera pada dan lain-lain (Notoatmodjo, 1993).
desil 5, hal ini berarti bahwa 50% masyarakat mau Di samping itu nilai Willingness To Pay
membayar premi. Jika premi ditetapkan sebesar (WTP) lebih besar dari rata-rata nilai Ability To
Rp 41.724/org/bulan sebagaimana pada desil 10, Pay (ATP). Sebagaimana yang diungkapkan oleh
maka hanya 10% masyarakat yang mau Thabrany (2000), jika ATP lebih kecil dari WTP
membayar premi. Berdasarkan hasil uji statistik hal ini berarti bahwa keinginan pengguna untuk

96
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

membayar jasa pelayanan kesehatan lebih besar tentang pelayanan kesehatan. Namun hal ini
daripada kemampuannya membayar. Hal ini terjadi hanya pada salah satu rumah sakit yang
memungkinkan terjadi bagi pengguna yang ada di Wilayah Kota Salatiga
mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi
utilitas terhadap pelayanan kesehatan cukup Pengetahuan
tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk Dari 600 kepala rumah tangga yang menjadi
membayar jasa pelayanan kesehatan tersebut responden diperoleh bahwa persentase
cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas, pada pengetahuan tentang asuransi kesehatan (JPKM
kondisi ini pengguna di sebut captive riders Mandiri) sebagian besar responden memiliki
(Thabrany, 2000). Faktor yang mungkin pengatahuan baik yaitu sebesar 80,5%
mempengaruhi kondisi tersebut adalah persepsi sedangkan siasanya 19,5% memiliki pengetahuan
responden terhadap kualitas pelayanan kurang. Hasil penjabaran jawaban responden
kesehatan khususnya rawat inap cukup bagus terhadap pengetahuan tentang JPKM diperoleh
baik ditinjau dari sarana prasarana maupun dari bahwa sebagian besar responden belum
tenaga kesehatan yang melayani. Selain itu memahami bahwa dengan siapa Pemberi
kemungkinan selera reponden tinggi dalam Pelayanan Kesehatan (PPK) melakukan kerja
mengakses pelayanan kesehatan karena sama, mereka kebanyakan mengatakan bahwa
responden sadar akan status kesehatannya. Hal Pemberi Pelayanan Kesehatan melakukan kerja
ini cukup berdasar bila ditinjau dari indikator sama dengan Badan Pembina (55,33%) padahal
kinerja pelayanan rumah sakit di Kota Salatiga yang benar adalah Pemberi Pelayanan Kesehatan
terjadi peningkatan dari tahun 2011 ke tahun melakukan perjanjian kerjasama dengan Badan
2012. Indikator kinerja pelayanan rumah sakit Pelaksana. Hal yang perlu mendapat perhatian
yang dipakai adalah BOR (Bed Occupancy juga bahwa sebagian besar responden memiliki
Ratio). BOR adalah persentase pemakaian pemahaman yang keliru yaitu Dinas Kesehatan
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. merupakan Badan Pelaksana dalam JPKM
Indikator ini memberikan gambaran tinggi (84%) dan 52% yang mempunyai anggapan yang
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di keliru bahwa Kepala Dinas Kesehatan
rumah sakit. Depkes RI (2005) nilai parameter merupakan Badan Pembina dalam JPKM. Di
BOR yang ideal adalah antara 60 -85% (Dinkes samping itu adanya pemahaman yang keliru
Salatiga, 2012). Adapun nilai BOR untuk bahwa yang menyiapkan paket pemeliharaan
masing-masing rumah sakit adalah sebagai kesehatan adalah Bapim (56%). Berdasarkan
berikut : RSUD Kota Salatiga meningkat dari data tersebut, peneliti berpendapat bahwa
60,16% tahun 2011 menjadi 68% pada tahun pengetahuan responden tentang asuransi
2012, RSP Dr. Asmir meningkat dari 63,2% kesehatan (JPKM Mandiri) sebenarnya sudah
tahun 2011 menjadi 69% pada tahun 2012, RSP baik. Mereka sudah memahami tentang hal-hal
Ario Wirawan meningkat dari 69,21% menjadi yang mendasar yang harus diketahui dalam
79,2% pada tahun 2012, RSUD Puri Asih asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) seperti
meningkat dari 30,91% menjadi 41% pada tahun kepanjangan JPKM, tujuan pelaksanaan JPKM
2012. Sebagian masyarakat juga ada yang tidak Mandiri, manfaat ikut JPKM Mandiri, syarat-
puas terhadap kualitas pelayanan yang diberikan syarat menjadi peserta JPKM Mandiri.
sebagaimana terungkap dari jawaban responden Responden masih belum begitu memahami
tentang sikap dan keyakinan masyarakat tentang hal-hal yang lebih mendalam tentang
terhadap asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) seperti
yang beberapa item pertanyaannya menyangkut pelaku-pelaku dalam JPKM, siapa yang terlibat

97
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

dalam JPKM, tugas para pelaku JPKM, hal ini Penduduk Indonesia umumnya merupakan risk
dikarenakan masyarakat baru beberapa kali taker untuk kesehatan dan kematian. Sakit dan
memperoleh informasi tentang asuransi kesehatan mati dalam kehidupan masyarakat Indonesia
(JPKM Mandiri) yaitu lewat sosialisasi dari Dinas yang religius merupakan takdir tuhan dan
Kesehatan Kota Salatiga beserta UPTnya karenanya banyak anggapan yang tumbuh di
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan kalangan masyarakat Indonesia bahwa membeli
uji Chi Square (X2) pada batas kepercayaan asuransi kesehatan sama dengan menentang
95% dengan alpa 5% menunjukkan bahwa takdir. Hal ini menyebabkan rendahnya
pengetahuan tentang asuransi kesehatan/JPKM kesadaran penduduk untuk membeli atau mau
berhubungan dengan kemauan masyarakat menjadi peserta asuransi kesehatan (Thabrany,
menjadi peserta asuransi kesehatan (JPKM 2011). Ada orang yang tidak peduli dengan
Mandiri) (p=0,000 < 0,05). Green (2000), risiko yang dihadapinya dan dia mengambil atau
menyebutkan bahwa peningkatan pengetahuan menerima suatu risiko apa adanya. Orang yang
tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. berperilaku demikian disebut pengambil risiko
Pengetahuan merupakan faktor penting tidaknya (risk taker). Apabila semua orang bersikap
dalam perubahan perilaku (Green, 2000). sebagai pengambil risiko, maka usaha asuransi
Perilaku dan tindakan dapat dipengaruhi oleh tidak akan pernah ada. Sebaliknya jika seseorang
beberapa faktor, salah satunya adalah bersikap sebagai penghindar risiko (risk averter)
pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain maka ia akan berusaha menghindari, mengurangi,
yang sangat penting dalam membentuk perilaku atau mentransfer risiko yang mungkin terjadipada
seseorang (Notoatmodjo, 2007). dirinya. Apabila banyak orang bersikap
menghindari risiko, maka demand terhadap usaha
Persepsi Terhadap Risiko Sakit asuransi kesehatan akan tumbuh (Thabrany,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 2011). Notoatmodjo (1993) bahwa persepsi
sebagian besar responden (76,8%) memiliki sehat-sakit masyarakat belum sama dengan
persepsi terhadap risiko sakit yang berisiko konsep sehat sakit dari provider, maka
sedangkan sisanya (23,2%) memiliki persepsi masyarakat belum menggunakan pelayanan
terhadap risiko sakit yang tidak berisiko. Satu kesehatan yang ada. Individu atau kelompok
hal yang perlu mendapat perhatian yaitu 22,3% masyarakat yang terserang penyakit dan
responden mengatakan bahwa sakit itu merasakan sakit, maka usaha yang dilakukan
merupakan suatu hal yang biasa sehingga tidak adalah 1) tidak bertindak apa-apa, karena
perlu ditakuti. Menanggapi pendapat ini menurut masyarakat beranggapan tanpa bertindak apapun
peneliti kemungkinan disebabkan adanya penyakit akan hilang sendiri. 2) mengobati sendiri.
masyarakat di Wilayah Kota Salatiga yang tidak 3) mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan
terlalu respon terhadap program kesehatan tradisional. 4) mencari obat-obatan ke warung
apalagi dalam upaya pencegahan terhadap obat, tukang jamu. 5) mencari pengobatan ke
penyakit. Sebagai contoh ada sebagian yang fasilitas pengobatan moderen seperti puskesmas,
menolak imunisasi dengan alasan agama. rumah sakit. 6) mencari pengobatan ke fasilitas
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square pengobatan moderen yang diselenggarakan oleh
2
(X ) pada batas kepercayaan 95% dengan alpa dokter praktek swasta.
5% menunjukkan bahwa persepsi terhadap risiko
sakit tidak berhubungan dengan kemauan Sikap Terhadap JPKM
masyarakat menjadi peserta asuransi kesehatan Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap
(JPKM Mandiri) (p=0,694 > 0,05). 600 kepala rumah tangga yang menjadi

98
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

responden diperoleh bahwa persentase sikap behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan
terhadap asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) pentingnya konsekuensi – konsekuensi yang
sebagian besar responden (72,5%) memiliki akan terjadi bagi individu (Evaluation regarding
sikap yang baik sedangkan sisanya (27,5%) the outcome).Faktor sikap merupakan point
memiliki sikap yang negatif terhadap JPKM penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan
Mandiri. Hasil penjabaran jawaban responden oleh perubahan sikap seseorang (responden)
terutama yang mempunyai sikap negatif terhadap dalam menghadapi suatu masalah dalam bidang
JPKM Mandiri sehingga perlu mendapat kesehatan. Perubahan perilaku sikap dapat
perhatian yaitu masih tingginya masyarakat berbentuk penerimaan ataupun sebaliknya
(45,17%) yang menyatakan sikap bahwa penolakan. Perilaku akhir yang telah berubah itu
pelayanan kesehatan yang diterima tidak sama atau baru sampai pada keputusan niat untuk
antara biaya langsung dengan yang ikut asuransi berubah ditentukan oleh hasil kajian dirinya
kesehatan dan sebesar 46,33% menyatakan sendiri bukan dari orang lain. (Glanz, K, Lewis.
sikap bahwa pelayanan dengan biaya langsung M.F, Rimer, K.B, 1996).
akan lebih bagus daripada pelayanan ketika ikut
asuransi kesehatan. Disamping itu sebagian besar Keyakinan Tentang Keuntungan JPKM
responden (57%) menyatakan bahwa jenis obat Dari 600 kepala rumah tangga yang menjadi
yang diberikan ketika ikut asuransi kesehatan responden diperoleh bahwa persentase
akan berbeda dengan obat yang diberikan ketika keyakinan tentang keuntungan menjadi peserta
biaya langsung. Menanggapi hal tersebut, menurut asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) sebagian
peneliti kemungkinan disebabkan adanya besar responden (78%) yakin tentang
masyarakat di Wilayah Kota Salatiga yang keuntungan menjadi peserta asuransi kesehatan
mengambil sikap berdasarkan pengalaman (JPKM Mandiri) sedangkan sisanya (22%)
langsung dari keluarga mereka yang ikut program memiliki sikap yang tidak yakin tentang
Jamkesmas atau Jamkesda dimana mereka keuntungan menjadi peserta JPKM Mandiri.
beranggapan bahwa jenis obat yang diberikan Hasil penjabaran jawaban responden khususnya
sama saja apapun penyakitnya. Di samping itu terhadap masyarakat yang tidak yakin tentang
kemungkinan disebabkan oleh mulai menurunnya keuntungan menjadi peserta JPKM Mandiri
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan sehingga perlu mendapat perhatian yaitu masih
kesehatan khususnya pelayanan kesehatan tingginya persentase responden yang memiliki
pemerintah. keyakinan bahwa prosedur pengurusan akan
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan berbelit-belit (62,83%). Adanya ketidakyakinan
uji Chi Square (X2) pada batas kepercayaan bagi responden (57,5%) bahwa penyakit yang
95% dengan alpa 5% menunjukkan bahwa sikap diderita akan ditangani dengan baik ketika ikut
terhadap asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) asuransi kesehatan (JPKM Mandiri). Menurut
berhubungan dengan kemauan masyarakat peneliti adanya ketidakyakinan responden
menjadi peserta asuransi kesehatan (JPKM terhadap program asuransi kesehatan (JPKM
Mandiri) (p=0,000 < 0,05). Hasil penelitian ini Mandiri) kemungkinan disebabkan oleh adanya
didukung oleh teori-teori sebagai berikut. pengalaman dari keluarga mereka yang masuk
Intensi atau kemauan ditentukan oleh sikap dan dalam program jamkesmas yang biasanya adanya
norma subyektif. Komponen pertama mengacu birokrasi yang panjang. Hal ini kebanyakan
pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini disebabkan oleh terlambatnya penerimaan kartu
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi jamkesmas dari pusat dengan demikian
dari perilaku tersebut (Out comes of the masyarakat ketika menderita sakit dan

99
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

membutuhkan pengobatan belum memegang khususnya terhadap keluarga yang tidak


kartu jamkesmas sehingga masyarakat harus mendukung menjadi peserta JPKM Mandiri
konfirmasi terlebih dahulu ke kelurahan setempat sehingga perlu mendapatkan perhatian yaitu
dan Dinas Kesehatan Kota Salatiga kaitannya dengan keramahan petugas, persentase
Berdasarkan hasil uji statistik mrnggunakan keluarga responden yang mengatakan bahwa
uji Chi Square (X2) pada batas kepercayaan keramahan petugas ditentukan oleh ikut tidaknya
95% dengan alpa 5% menunjukkan bahwa seseorang kedalam asuransi kesehatan (42,5%).
keyakinan tentang keuntungan menjadi peserta Sebagian besar keluarga responden (55,5%)
asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) berhubungan mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang
dengan kemauan masyarakat menjadi peserta diterima antara yang biaya langsung dengan yang
asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) (p=0,000 ikut asuransi kesehatan tidak sama.
< 0,05). Beberapa teori yang mendukung hasil Hasil uji statistik Chi Square (X2) pada batas
penelitian ini adalah sebagai berikut. Murti (2011) kepercayaan 95% dengan alpa 5%
menyatakan bahwa tingkat kepercayaan warga menunjukkan bahwa ada hubungan antara
masyarakat akan keuntungan asuransi kesehatan dukungan keluarga menjadi peserta asuransi
akan berpengaruh terhadap partisipasi dalam kesehatan dengan kemauan masyarakat menjadi
sistem pra upaya. Tingkat kepercayaan warga peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri)
yang tinggi akan meningkatkan partisipasi dalam (p=0,000 < 0,05). Teori yang mendukung hasil
sistem pra-upaya. penelitian ini adalah sebagai berikut. Norma sosial
keluarga (subjektif) dari responden, dorongan
Dukungan Keluarga anggota keluarga, termasuk kawan terdekat
Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh untuk mempengaruhi agar seseorang dapat
bahwa persentase dukungan keluarga menjadi menerima sesuatu yang dianggap baik dalam
peserta asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) menghadapi problema kesehatan sering diyakini
sebagian besar keluarga responden (81,3%) kebenarannya, yang kemudian diikuti. Saran,
mendukung menjadi peserta JPKM Mandiri nasehat, dan motivasi anggota keluarga ataupun
sedangkan sisanya (18,7%) keluarga responden kawan dapat mempengaruhi perilaku (Glanz, K,
tidak mendukung menjadi peserta JPKM Lewis. M.F, Rimer, K.B, 1996).
Mandiri. Hasil penjabaran jawaban responden

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda


CI (95%)
No Variabel Sig. Exp(B)
Lower Upper
1. Ability To Pay (ATP) 0,000 3,467 2,000 6,011
2. Willingness To Pay (WTP) 0,000 3,549 1,987 6,337
3. Pengetahuan tengtang JPKM Mandiri 0,000 3,645 2,024 6,567
4. Sikap terhadap JPKM Mandiri 0,000 3,458 2,067 5,787
5. Keyakinan tentang keuntungan JPKM 0,000 5,950 3,396 10,426
Mandiri
6. Dukungan keluarga menjadi peserta 0,000 7,182 3,854 13,382
JPKM Mandiri
7. Dukungan tokoh masyarakat/tokoh 0,000 9,227 4,776 17,827
agama menjadi peserta JPKM Mandiri
100
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

Dukungan Tokoh Masyarakat/Tokoh Mandiri dengan nilai Odd Ratio (OR) 9,227
Agama artinya dukungan tokoh masyarakat yang baik
Dari 600 kepala rumah tangga yang menjadi memungkinkan responden untuk ikut JPKM
responden diperoleh bahwa persentase mandiri 9,227 kali dibandingkan dukungan tokoh
dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama masyarakat yang kurang. Jika dilihat dari nilai
menjadi peserta asuransi kesehatan (JPKM Confident Interval (95% CI) sebesar 4,776 –
Mandiri) sebagian besar tokoh masyarakat/tokoh 17,827 artinya kita percaya 95% bahwa
agama mendukung yaitu sebesar 82,3% dukungan tokoh masyarakat yang baik
sedangkan sisanya (17,7%) tokoh masyarakat/ memungkinkan responden untuk ikut JPKM
agama tidak mendukung. Hasil penjabaran mandiri 4,776 – 17,827 kali dibandingkan
jawaban responden terutama bagi tokoh dukungan tokoh masyarakat yang kurang.
masyarakat/agama yang tidak mendukung
sehingga perlu mendapat perhatian yaitu masih SIMPULAN
tingginya persentase responden yang mendukung Jumlah responden yang mau menjadi peserta
anggapan para tokoh masyarakat/tokoh agama asuransi kesehatan (JPKM Mandiri) mengikuti
yang mengatakan bahwa ikut asuransi kesehatan model paket layanan Jaminan Kesehatan Daerah
merupakan suatu program yang melawan takdir (Jamkesda) dengan premi 7000/org/bln sebesar
sebesar 60,83%. Sebagian besar tokoh 69,3%. Faktor yang paling dominan
masyarakat/tokoh agama (54%) mengatakan berpengaruh terhadap kemauan masyarakat
bahwa pelayanan kesehatan yang diterima antara menjadi peserta JPKM Mandiri adalah dukungan
yang biaya langsung dengan yang ikut asuransi tokoh masyarakat/tokoh agama dengan nilai Odd
kesehatan tidak sama. Ratio sebesar 9,227. Hal ini berarti bahwa
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan dukungan tokoh masyarakat yang baik
uji Chi Square (X2) pada batas kepercayaan memungkinkan responden untuk ikut JPKM
95% dengan alpa 5% menunjukkan bahwa ada mandiri 9,227 kali dibandingkan dukungan tokoh
hubungan antara dukungan tokoh masyarakat masyarakat yang kurang. Karena tingginya peran
menjadi peserta asuransi kesehatan dengan tokoh agama di Wilayah Kota Salatiga sehingga
kemauan masyarakat menjadi peserta asuransi banyak dilibatkan oleh Pemerintah Kota Salatiga
kesehatan (JPKM Mandiri) (p=0,000 < 0,05). baik sebagai ketua atau pengurus utama dalam
Teori yang mendukung hasil penelitian ini bahwa program-program kesehatan yang berkaitan
norma-norma subyektif, norma sosial mengacu dengan Upaya Kesehatan Bersumber Daya
pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana Masyarakat (UKBM). Bentuk keterlibatan para
dan apa yang dipikirkan orang-orang yang tokoh agama dalam program Upaya Kesehatan
dianggapnya penting (referent person) dan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah
motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran sebagai ketua Kelurahan Siaga (Kelsi), Ketua
tersebut (Glanz, K, Lewis. M.F, Rimer, K.B, Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), Ketua
1996). Gerakan Anti Narkoba (Granat),
Penanggungjawab dalam program kesehatan di
Faktor yang Paling Diminan Berpengaruh masing-masing pesantren yang dimiliki dengan
Dukungan tokoh masyarakat/tokoh agama membentuk Pos Kesehatan Pesantren
menjadi peserta asuransi kesehatan (JPKM (Poskestren) bagi para santri. Para tokoh agama
Mandiri) merupakan faktor yang paling dominan aktif membangun komunikasi dengan Pemerintah
dalam mempengaruhi kemauan masyarakat Kota Salatiga.
menjadi peserta asuransi kesehatan/JPKM

101
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 1 / Januari 2014

KEPUSTAKAAN Hidayat A., 2007. Metode Penelitian Kebidanan


Azwar, A. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Medika.
Pelajar. Info Askes 2012.Terwujudnya Cita-Cita Sang
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Pendiri; Kado Spesial Untuk Bangsa.
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binaputra Buletin Bulanan PT. Askes (Persero), Edisi
Aksara. Juli.
Bappeda Kota Salatiga. 2013. Laporan Kosen, S. 1997. Bunga Rampai Pengembangan
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja JPKM di Indonesia. Jakarta : Puslitbang,
Daerah. Salatiga.Tahun Anggaran 2012. Depkes RI.
Chandra B. 2000. Pengantar Statistik Listiani dan Mukti, AG. Kemampuan dan
Kesehatan. Jakarta. EGC. Kemauan Membayar Premi Askes/JPKM
Depkes RI. 2000. Jaminan Pemeliharaan Di Kabupaten Guangkoni. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (JPKM). Jakarta. Manajemen Yankes, Vol 04(02), 75-82.
Depkes RI. 2001. Kebijakan Pembangunan Jogyakarta.
Kesehatan. Jakarta : Dirjen JPKM. McKenzie, J.F and Smeltzer, J.L. 2001. Planning
Depkes RI. 2002. Kurikulum dan Kumpulan Implementing, and Evaluating Health
Materi Pelatihan Bapim JPKM. Jakarta : Promotion Programs. America : A Pearson
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Education Company.
Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Mukti, A.G, Thabrany, H, Trisnantoro, L. 2001.
Depkes RI. 2005. Standard dan Modul Pelatihan Telaah Kritis Terhadap Program Jaminan
Teknis Perhitungan Unit Cost Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat di
Kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan Indonesia. Jogjakarta : Jurnal Manajemen
(PPK) Primer dalam Penyelenggaran JPK. Pelayanan Kesehatan 04 (03), 159-71.
Jakarta : Dirjen JPKM. Mukti, A.G. 2007. Good Governance dalam
Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2012. Laporan Pembiayaan Kesehatan. Jogjakarta :
Tahunan Seksi Yandaru. Salatiga. Magister Kebijakan Pembiayaan dan
manajemen Asuransi/Jaminan Kesehatan,
Dinkes Kota Salatiga 2012. Profil Dinas
Fakultas Kedokteran UGM.
Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2011.
Mukti A.G dan Moertjahjo. 2008. Sistem
Dinkes Kota Salatiga. 2012. Juknis Jamkesda Jaminan Kesehatan, Konsep
Kota Salatiga. Keputusan Kepala Dinas Desenteralisasi Terintegrasi. Magister
Kesehatan Kota Salatiga. Salatiga. Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen
Djarwanto, Ps. 1999. Statistik Non Parametrik. Asuransi Jaminan Kesehatan Fakultas
Jogjakarta : BPFE. Kesehatan UGM.
Glanz, K, Lewis. M.F, Rimer. K.B. 1996. Murti, B. 2011. Asuransi Kesehatan Berpola
Health Behavior and Health Education. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Di Era
Theory, Research, and Practice. San Desentralisasi Menuju Cakupan Semesta.
Fransisco : Jossey-Bass A Wiley Company. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Green, LW. Kreuter, MW. 2000. Health Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Promotion Planning An Educational and Nasir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta :
Environmental Approach. Second Edition. Ghalia Indonesia.
London: Mayfield Publishing Company.

102
Kemauan Masyarakat Menjadi ... (Suhardi, Zahroh S, Sutopo P)

Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Siegel, S. 1994. Statistik Nonparametrik Untuk


Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia.
Yogyakarta: Andi Offset. Sugiyono.2011. Statistika untuk Penelitian.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Bandung: Alfabeta.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sulastomo. 2000. Asuransi Kesehatan dan
Notoatmodjo. S. 2007. Promosi Kesehatan dan Managed Care. Jakarta : PT. (Persero)
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Asuransi Kesehatan Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Sulastri, S. 2004. Hubungan Kemampuan dan
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Kemauan Membayar Premi dengan Minat
Nurgiyantoro. B., Gunawan, dan Marzuki. 2000. Menjadi Peserta Asuransi Kesehatan/
Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu JPKM Mahasiswa Poltekkes Depkes
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Jogjakarta, Thesis UGM, Jogjakarta.
University Press. Thabrany, H. 1998. Asuransi Kesehatan Pilihan
Ogden, J. 1996. Health Psychology A Tex Book. Kebijakan Nasional. Jakarta : Universitas
Buckingham Philadelphia : Op University Indonesia.
Press. Thabrany, H. 1998. Pembayaran Kapitasi.
Pemda Kabupaten Purbalingga. 2010. Peraturan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 09 Universitas Indonesia, Jakarta.
Tahun 2010 Tentang Jaminan Kesehatan Thabrany, H. 2000. Rasional Pembayaran
Daerah. Purbalingga. Kapitasi. Cetakan I. Jakarta : IDI.
Pratiknya AW. 2000. Dasar-Dasar Metodologi Thabrany, H. 2000. Rasional Pembayaran
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Kapitasi. Jakarta; Ikatan Dokter Indonesia.
Jakarta : CV. Rajawali. Thabrany, H. 2011. Asuransi Kesehatan
Riwidikdo H. 2008. Statistik Kesehatan. Nasional. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Universitas Indonesia, Jakarta.
Salim, H, A. 2005. Asuransi dan Manajemen Trisnantoro, L. 2006. Memahami Penggunaan
Risiko. Jakarta : Rajawali Press, Grafindo Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah
Persada. Sakit. Jogjakarta : Gadjah Mada University
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Press.
Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jogjakarta : Tuankotta, I, 2001. Kemampuan dan Kemauan
Mitra Cendikia. Membayar Premi JPKM dengan Kemauan
Setiawan, A dan Saryono. 2011. Metodologi Menjadi Peserta JPKM Di Gugus Pulau
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Seram Selatan Kabupaten Maluku Tengah,
Medika. Thesis UGM, Jogjakarta.

103

Anda mungkin juga menyukai