Anda di halaman 1dari 4

Vol.2 No.2 Januari 2017, hal.

30 – 33 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518
PENINGKATAN EFISIENSI PROSES PEWARNAAN MELALUI PEMBERIAN
AGEN FIKSASI RAMAH LINGKUNGAN PADA KELOMPOK BATIK TULIS
PASURUAN

Oleh:
Dina Kartika Maharani1)*, Dian Savitri1), Lydia Rohmawati1)
1 FMIPA Universitas Negeri Surabaya
*dinakartika@unesa.ac.id

Abstrak

Batik Indonesia telah ditentukan sebagai salah satu warisan dunia oleh Unesco. Pengembangan inovasi
proses produksi batik tulis meliptui proses pewarnaan dan desain motif merupakan faktor penting untuk
meningkatkan penjualan dan kapasitas produksi. Kota Pasuruan memiliki produksi batik khas yang dikenal
dengan batik sirih kelor. Batik Pasuruan belum populer di kalangan masyarakat, sehingga pelatihan dan
pendampingan terkait proses pewarnaan dan desain motif perlu dilakukan. Pelatihan yang dilakukan
terhadap kelompok mitra batik pasuruan meliputi pelatihan penggunaan agen fiksasi ramah lingkungan
pada proses pewarnaan serta penggunaan alat padder untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
efisiensi waktu produksi.

Kata Kunci: batik, warna, agen fiksasi, ramah lingkungan

Abstract

Indonesian Batik is determined as a world heritage by Unesco. Development on batik production


processes inovation including dyeing process and pattern design become one of important factors that
increase selling and production. Pasuruan city has unique batik product namely sirih kelor batik. The
product is less popular among others batik from different city, so training on dyeing process and pattern
design are essential to do. The training for batik tulis group partner included introduction of eco friendly
fixation agent for dyeing process and use of padder tools to improve efficiency of dye coating process. The
result of the training showed that the uses of new fixation agent and padder tool increase the production
capacity and improve time eficiency of batik production

Keywords: batik, dyes, fixation agent, eco-friendly

_____________________________________________________________________________

PENDAHULUAN terkait proses pewarnaan, desain motif,


maupun peningkatan kapasitas produksi dan
Batik Indonesia telah ditetapkan sebagai sistem pemasarannya. Namun, kelompok
warisan kemanusiaan dan kebudayaan dunia batik yang ada di Pasuruan jarang
oleh Unesco sejak tahun 2009. Di Pulau menggunakan pewarna alami mereka lebih
Jawa sendiri terdapat beragam jenis batik memilih pewarna kimia. Faktanya di luar
dengan corak khas sesuai asal daerahnya negeri tekstil dengan pewarna kimia dilarang
masing- masing, tidak terkecuali dengan kota karena dapat menyebabkan kanker kulit
Pasuruan yang juga memiliki batik khas sehingga konsumen luar negeri suka batik
dengan corak daun sirih dan burung yang memakai pewarna organik.
kepodang. Meski terbilang masih tertinggal Keterbatasan pengetahuan pengrajin batik
dengan daerah lain yang lebih dikenal akan tentang teknik pewarnaan menggunakan zat
motif batiknya terus berusaha meningkatkan warna alami dengan cara fiksasi yang tepat
kreasi dan desain motif batik. Dengan menjadi persoalaan yang dihadapi oleh
dukungan pemerintah kota Pasuruan yang kedua mitra kelompok usaha batik ketika
terus mendorong terciptanya berbagai desain ingin mengembangkan batik tulis dengan
bentuk, motif, warna batik dan kombinasinya bahan pewarna alami yang bernilai jual tinggi.
serta penetapan batik Pasuruan sebagai ciri Salah satu kendala pewarnaan kain batik
khas kota Pasuruan menjadikan batik tulis (mori) menggunakan zat warna alam adalah
khas kota Pasuruan ini sebagai peluang variasi warnanya sangat terbatas dan
industri yang sangat menjanjikan. ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai
Berdasarkan hal tersebut, terlihat besarnya sehingga diperlukan proses-proses khusus
potensi batik tulis khas kota Pasuruan untuk untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori.
dikembangkan dari segi kualitas produk Oleh karena itu zat warna alam dianggap

30
Dina K. M., dkk., Peningkatan Efisiensi Proses Pewarnaan...

kurang praktis penggunaannya. Selain itu dan Dahlia tentang konsep teknik pewarnaa
karena terbuat dari bahan-bahan alami, menggunakan agen fiksasi ramah
pewarna alami relatif tidak seawet pewarna lingkungan, serta peningkatan efektivitas
kimia. Hal ini menyebabkan warna batik produksi menggunakan alat padder.
cenderung cepat memudar jika dicuci dengan
detergen biasa. Namun dibalik METODE PELAKSANAAN
kekurangannya tersebut zat warna alam
memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai Metode pelaksanaan IbM yang dilakukan
komoditas unggulan produk Indonesia meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai
memasuki pasar global dengan daya tarik berikut :
pada karakteristik yang unik, etnik dan a. Kegiatan penyuluhan tentang pewarna
eksklusif. alam dan sintetis untuk batik melalui
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka metode ceramah dan diskusi dan
perlu upaya penyelesaian terkait proses pemberian modul materi penyuluhan.
pewarnaan batik yaitu dengan cara b. Kegiatan penyuluhan tentang penggunaan
pemberian agen fiksasi untuk zat warna agen fiksasi ramah lingkungan pada
alami. Beberapa cara fiksasi sebagai penguat proses pewarnaan batik serta alat padder
warna atau ada yang menyebut pengunci untuk meningkatkan ketahanan luntur
warna, supaya warna tidak luntur dan pewarna alam maupun sintetis melalui
menempel kuat pada kain / media batik metode ceramah dan diskusi dan
dicelup kedalam larutan alkali atau asam pemberian modul materi penyuluhan.
seperti asam klorida atau asam sulfat. Namun c. Kegiatan pelatihan dan pendampingan
kedua jenis asam tersebut sangat berbahaya teknik pewarnaan batik menggunakan
bagi lingkungan dan bersifat toksik. Apabila agen fiksasi ramah lingkungan serta alat
kontak dengan kulit akan iritasi ringan dan padder melalui uji coba atau praktek serta
mudah melepuh atau rasa gatal pada kulit diskusi.
(Trismawati, dkk., 2010). Apabila terhirup d. Monitoring dan evaluasi tentang
menyebabkan terpapar diparu-paru dan akan keterlaksanaan kegiatan pelatihan melalui
menyebabkan nafas terasa sesak atau sakit penilaian menggunakan lembar observasi
di ulu hati. Setelah kontak dengan mata akan kegiatan pelatihan.
menyebabkan iritasi ringan. Sisa larutan e. Monitoring dan evaluasi tentang
fiksasi dengan asam klorida (HCl) juga tanggapan peserta tentang pelatihan
berpotensi menjadi limbah cair yang teknik pewarnaan, proses finishing serta
berbahaya bagi lingkungan, maka air sisa perancangan desain motif dalam proses
fiksasi perlu diolah ke dalam IPAL (Instalasi produksi batik tulis melalui penilaian
Pengolahan Air Limbah). Untuk mengatasi menggunakan lembar angket respon
hal tersebut di atas maka perlu alternatif lain peserta.
sebagai agen fiksasi yang lebih ramah
lingkungan. Material biopolimer kitosan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
material ZnO merupakan salah satu agen
fiksasi yang bersifat ramah lingkungan serta Pelaksanaan pelatihan proses
memiliki performa yang baik untuk pewarnaaan menggunakan agen fiksasi
meningkatkan ketahanan luntur zat warna diikuti oleh kedua mitra kelompok pengrajin
pada batik (Fouda, 2005). Kedua material batik tulis Suryandaru dan kelompok
tersebut dapat digunakan sebagai pengganti pengrajin batik tulis Dahlia. Selama ini proses
agen fiksasi yang bersifat toksik dan pewarnaan batik tulis pada kedua kelompok
berbahaya bagi lingkungan seperti HCl. mitra masih menggunakan agen fiksasi yang
Proses pewarnaan juga dapat ditunjang oleh tidak ramah lingkungan seperti asam kuat
penggunaan alat padder untuk meningkatkan HCl atau air accu yang juga menyebabkan
keseragaman pencelupan zat warna serta gangguan pernafasan. Oleh karena itu, dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses kegiatan IbM ini dikenalkan agen fiksasi yang
pewarnaan. Selama ini kelompok usaha batik lebih ramah lingkungan salah satunya
tulis di Pasuruan belum menggunakan alat menggunakan Kitosan. Kitosan merupakan
tersebut karena harganya relatif mahal. bahan biopolimer atau polimer alami yang
Oleh karena itu dalam kegiatan memiliki sifat non toksik, biodegradable serta
pengabdian ini akan dilakukan kegiatan memiliki kemampuan sebagai agen fiksasi zat
pelatihan dan pendampingan kepada kedua warna maupun sifat-sifat lain seperti anti
mitra kelompok usaha batik tulis Suryandaru bakteri dan anti luntur. Kitosan memiliki

31
Vol.2 No.2 Januari 2017, hal. 30 – 33 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518

gugus fungsi OH dan NH2 yang dapat industri kecil batik atau home industri batik
berikatan dengan baik dengan zat pewarna belum menggunakan alat padder dalam
maupun dengan serat selulosa melalui proses pewarnaan karena harganya relatif
interaksi elektrostatik maupu ikatan hidrogen. mahal dan menambah waktu proses
Hal ini mengakibatkan kitosan dapat pewarnaan, demikian juga yang terjadi di
digunakan sebagai agen fiksasi hampir pada kelompok mitra pengrajin batik tulis
semua zat warna. Suryandaru dan Dahlia. Pelatihan
Penggunaan kitosan sebagai agen fiksasi penggunaan alat padder sederhana kepada
pada proses pewarnaan batik tulis ini kedua mitra kelompok pengrajin batik tulis
merupakan terobosan baru dalam rangka Suryandaru dan kelompok pengrajin batik
menghasilkan batik tulis yang memiliki nilai tulis Dahlia ini bertujuan untuk
tambah dan nilai ekonomi tinggi serta mengefektifkan proses penempelan warna
mendukung proses pelestarian lingkungan pada kain sehingga dapat menghasilkan kain
melalui pengurangan penggunaan bahan- batik tulis yang bagus. Penggunaan alat
bahan kimia yang beracun dan merusak padder ini dapat meningkatkan efisiensi
lingkungan. waktu serta efektivitas proses pewarnaan
Tahap pelatihan penggunaan agen fiksasi pada pembuatan batik tulis maupun pada
kitosan pada proses pewarnaan diawali proses pengeringan. Sebelum menggunakan
dengan pemaparan tentang jenis-jenis agen alat padder, proses pewarnaan yaitu proses
fiksasi yang dapat digunakan dalam proses pencelupan kain batik ke dalam zat warna
pewarnaan kemudian dilanjutkan dengan membutuhkan waktu yang cukup lama serta
kegiatan diskusi dan tanya jawab tentang dilakukan berulang-ulang dua sampai tiga
agen fiksasi pada proses pewarnaan batik kali. Hal ini berdampak pada waktu produksi
tulis. Tahap selanjutnya yaitu tahap proses uji kain batik tulis yang cukup lama. Dengan
coba penggunaan agen fiksasi kitosan pada adanya alat padder, maka proses pencelupan
proses pewarnaan batik tulis pada mitra batik. kain batik ke dalam zat warna dapat
Proses penambahan kitosan sebagai agen dilakukan satu kali selanjutnya dimasukkan
fiksasi dilakukan setelah proses pencelupan ke dalam alat padder untuk memantapkan
zat warna pada kain batik tulis. Hal ini ikatan antara kain dengan zat warna. Proses
bertujuan untuk memantapkan ikatan antara pengeringan kain batik tulis yang telah
zat warna dengan kain terlebih dahulu melalui tahap pewarnaan juga menjadi lebih
selanjutnya zat warna pada kain dimantapkan singkat dengan adanya penggunaan alat
ikatannya kembali dengan adanya kitosan. padder ini. Rata-rata waktu yang dibutuhkan
Pelaksanaan pelatihan proses untuk menjemur kain batik tulis antara 8-10
pewarnaaan menggunakan alat padder jam, sedangkan waktu penjemuran kain batik
diikuti oleh kedua mitra kelompok pengrajin setelah penggunaan alat padder berkurang
batik tulis Suryandaru dan kelompok menjadi 6-7 jam.
pengrajin batik tulis Dahlia. Selama ini

Gambar 1. Pelatihan menggunakan Alat Padder

32
Dina K. M., dkk., Peningkatan Efisiensi Proses Pewarnaan...

Gambar 2. Hasil Kain Batik Tulis Sebelum dan Sesudah Pengguanan Agen Fiksasi.

Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 11


SIMPULAN DAN SARAN Tahun 2003
Tim Pustaka JawaTimuran, 2009, Batik Jawa
Kesimpulan dalam kegiatan pengabdian ini Timur, Aertikel dari koleksi Deposit
kelompok usaha batik kota Pasuruan telah No. 12.312/19-03-2010 – Badan
mengenal tentang adanya agen fiksasi kitosan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
yang ramah lingkungan serta penggunaan Jawa Timur : ZONABIS, Media
alat padder pada proses pewarnaan. Informasi Kadin Wilayah Tengah,
Penggunaan agen fiksasi dapat meningkatkan Volume II.
nilai tambah dan nilai jual batik tulis. Efisiensi Tim Pustaka Jawa timuran, 2010, Batik Khas
waktu dan efektivitas proses pewarnaan Kota Pasuruan, Artikel dari koleksi
meningkat dengan adanya penggunaan alat Deposit – Badan Perpustakaan dan
padder pada proses akhir pewarnaan atau Kearsipan Provinsi Jawa Timur:
proses finishing BANGKIT, Edisi IV, Tahun III.
Trismawati K., Setyabakti, V., Rosetyo, C.W.,
DAFTAR PUSTAKA 2010, Pencelupan pada kain sutera
menggunakan zat warna urang aring
Fouda, M.M.G., 2005, Use of Polysacharides (Eclipta alba) dengan fiksator tawas,
in Medical Textile Applications, tunjung dan kapur tohor, Laporan
Dissertation, Universitat Duissburg- PKMP, Universitas Negeri
essen, Germany. Yogyakarta
Herlina, S., 2015, Fiksasi bahan alami dari
buah markisa dan jeruk nipis dalam
proses pewarnaan batik dengan zat
warna indigosol, Laporan penelitian,
PPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

33

Anda mungkin juga menyukai