UNTUK mencapai pertumbuhan optimal, seorang bayi memerlukan semua zat gizi makro
dan zat gizi mikro yang sesuai antara jumlah dengan kebutuhannya. Tak dapat dipungkiri,
kebutuhan nutrisi terbaik untuk bayi berusia 0 – 6 bulan adalah ASI.
Tapi begitu menginjak usia 6 bulan ke atas, asupan bayi harus ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MPASI). Nah, berikut panduan soal MPASI yang perlu Anda ketahui!
Terlalu Cepat vs Terlambat
Jangan memberikan MPASI terlalu cepat (sebelum usia 6 bulan). Di samping pencernaannya
belum sempurna, tindakan itu hanya akan memperbesar potensi bayi terkena alergi makanan.
Juga, pemberian MPASI terlalu cepat akan menyebabkan insting bayi untuk mengisap akan
menurun sehingga jumlah ASI yang dikonsumsi juga menurun. Kekurangan gizi banyak
terjadi karena pemberian MPASI yang terlalu dini.
Jangan pula berikan MPASI terlambat (hanya ASI saja setelah 6 bulan ke atas). Tak baik bagi
pertumbuhannya. Bayi bisa menderita kekurangan gizi, berat dan panjangnya tidak sesuai
dengan yang seharusnya dicapai. Karena ASI sesudah usia 6 bulan tidak bisa mencukupi
kebutuhan bayi lagi.
Mulai Usia 6 Bulan
Berikan MPASI saat bayi berusia 6 bulan ke atas. Mengapa? Biasanya saat itu, bayi sudah
bisa menopang kepalanya sendiri secara tegak dan menegakkan dadanya. Dengan demikian
bisa dikatakan proses menelannya sudah lebih baik. Sedangkan jika kepalanya masih goyang-
goyang, ditakutkan proses menelannya belum sempurna, maka dikhawatirkan akan tersedak.
Juga, fungsi pencernaan bayi pada usia tersebut sudah lebih baik
.
Tanda Bayi Siap MPASI
Berikut tanda bayi yang siap MPASI:
- Mampu duduk tegak walau masih harus dibantu
- Mampu menegakkan kepala dengan baik
- Tampak tertarik melihat makanan, sendok dan garpu
- Tidak lagi memiliki “refleks menolak dengan lidah” setiap kali makanan padat disuapkan ke
mulutnya
- Mampu menerima makanan yang disuapkan dengan sendok, yang mungkin terjadi bila bayi
telah mampu menggerak-gerakkan lidahnya maju-mundur dan ke kiri-kanan
Bubur Susu
Perkenalkan jenis MPASI kepada bayi secara bertahap. Itulah yang dianjurkan oleh semua
Dokter Spesialis Anak (DSA).
Sebagai tahap awal, bayi yang sudah berusia 6 bulan dapat diberikan makanan bertekstur
lunak dan cair seperti bubur susu, yaitu tepung beras plus susu. Pemberian bubur susu ini
dimulai dari 1x sehari, dan bertahap sampai 2x dalam sehari.
Berikan pada bayi satu jenis makanan baru selama 3-4 hari berturut-turut untuk mengetahui
apakah bayi cocok dengan makanan tersebut atau tidak.
Selain bubur susu, pure buah juga dapat diberikan. Cairan pure yang dapat digunakan adalah
ASI, susu formula atau air matang. Caranya, berikan 1-2 sendok makan pure kepada bayi.
Jika tidak ada masalah, tingkatkan secara bertahap.
Jenis buah yang dapat diberikan berupa pisang (pisang raja atau pisang ambon), alpukat, labu
dan pepaya. Setiap jenis buah diberikan 3-4 hari berturut-turut agar bayi dapat mengenal rasa.
Setelah itu, baru mencoba buah yang lain.
ASI memang memberikan keuntungan yang tidak dapat digantikan dengan makanan
pengganti apapun, namun kebanyakan bayi yang diberi susu formula tumbuh cukup sehat
setidak-tidaknya di negara-negara maju seperti USA.
Setelah usia 6 bulan, bayi memang perlu mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Karena, semakin bertambah usia, kebutuhan gizi anak pun semakin meningkat. Kebutuhan
gizi ini tidak cukup dari ASI saja, tetapi juga harus diperoleh dari makanan padat pertama,
berupa buah dan bubur susu.
Di bawah ini beberapa prinsip pemberian makanan pengganti ASI yang perlu diketahui oleh
para ibu dan juga para orang tua yaitu :
1. Berilah ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya tambahkan MP ASI
(Makanan Pengganti ASI) mulai usia 6 bulan, sementara ASI dilanjutkan.
2. Lanjutkan ASI sesuai keadaan sampai usia 2 tahun atau lebih.
3. Terapkan perilaku hidup bersih dah higienis serta penanganan makanan yang baik dan
tepat.
4. Mulai pemberian makanan pengganti ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah sedikit
kemudian secara bertahap dinaikkan sesuai usia bayi, sementara ASI tetap sering
diberikan.
5. Secara bertahap, kepadatan dan variasinya ditambah sesuai kebutuhan dan
kemampuan bayi.
6. Frekuensi pemberian makanan pengganti ASI semakin sering sejalan dengan
bertambahnya usia bayi.
7. Berikan variasi makanan yang kaya akan nutrisi untuk memastikan bahwa seluruh
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
8. Gunakan makanan pengganti ASI yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, atau
berikan vitamin dan mineral bila perlu.
1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia
berusia enam bulan ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah
untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi.
Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif
membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS -
sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang
biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi
berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia – WHO mengatakan: “ASI adalah suatu cara yang tidak
tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan seorang bayi… Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan
bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah
cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. ” Setelah 6 bulan,
biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia
didalam ASI – pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi
makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih –
selama bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti
ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.
2. Menunda pemberian makanan padat memberikan perlindungan yang lebih baik pada
bayi terhadap berbagai penyakit Meskipun bayi terus menerima imunitas melalui ASI
selama mereka terus disusui, kekebalan paling besar diterima bayi saat dia diberikan
ASI eksklusif. ASI memiliki kandungan 50+ faktor imunitas yang sudah dikenal, dan
mungkin lebih banyak lagi yang masih tidak diketahui. Satu studi memperlihatkan
bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan+ mengalami infeksi telinga 40%
lebih sedikit daripada bayi yang diberi ASI ditambah makanan tambahan lain.
Probabilitas terjadinya penyakit pernapasan selama masa kanak-kanak secara
signifikan berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif setidaknya selama 15 minggu
dan makanan pada tidak diberikan selama periode ini. (Wilson, 1998). Lebih banyak
lagi studi yang juga mengaitkan tingkat eksklusivitas ASI dengan meningkatnya
kesehatan (lihat faktor imunitas pada susu manusia dan Resiko pemberian makanan
instan).
3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem penernaan
bayi untuk berkembang menjadi lebih matang Biasanya bayi siap untuk makan
makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6 – 9
bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi
siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan
dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan,
timbulnya gas, konstipasi dll). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang
lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 3
sampai 4 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa.
Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup
untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencerna
karbohidrat seperti maltase, isomaltase dan sukrase belum mencapai level oranga
dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bile salts dalam
jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa
sebelum usia 6-9 bulan.
4. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi agar sistem
yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat berkembang dengan baik
Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayi sudah siap untuk menerima makanan
padat termasuk ::
Bayi dapat duduk dengan baik tanpa dibantu.
Reflek lidah bayi sudah hilang dan tidak secara otomatis mendorong makanan
padat keluar dari mulutnya dengan lidah.
Bayi sudah siap dan mau mengunyah.
Bayi sudah bisa “menjumput”, dimana dia bisa memegang makanan atau
benda lainnya dengan jempol dan telunjuknya. Menggunakan jari dan
menggosokkan makanan ke telapak tangan tidak bisa menggantikan gerakan
“menjumput”.
Bayi kelihatan bersemangat untuk ikut serta pada saat makan dan mungkin
akan mencoba untuk meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut.
Sering kali kita mengatakan bahwa salah satu tanda bahwa bayi sudah siap
untuk menerima makanan padat adalah bila bayi terus menerus ingin menyusu
(kelihatan tidak puas setelah diberikan ASI/susu)-walaupun dia tidak sedang
dalam keadaan sakit, akan tumbuh gigi , mengalami perubahan rutinitas atau
mengalami pertumbuhan yang tiba-tiba. Meskipun demikian, sulit untuk
menentukan apakah peningkatan kebutuhan untuk menyusui itu berhubungan
dengan kesiapan bayi untuk menerima makanan padat. Banyak (bahkan
sebagian besar) bayi usia 6 bulan yang mengalami pertumbuhan yang tiba-
tiba, tumbuh gigi dan mengalami berbagai perkembangan – dalam satu waktu,
yang pada akhirnya bisa menyebabkan meningkatnya kebutuhan untuk
menyusui. Yakinkan bahwa anda melihat semua tanda-tanda kesiapan untuk
menerima makanan padat sebagai suatu kesatuan, karena bila bayi hanya
menunjukkan meningkatnya kebutuhan untuk menyusui, itu bukanlah tanda
kesiapannya untuk menerima makanan padat.
5. Menunda pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan Berbagai
catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif
mengakibatkan rendahnya angka insiden terjadinya alergi makanan (lihat Referensi
alergi dan Resiko Pemberian Makanan Instan). Sejak lahir sampai usia antara empat
sampai enam bulan, bayi memiliki apa yang biasa disebut sebagai “usus yang
terbuka”. Ini berarti bahwa jarak yang ada di antara sel-sel pada usus kecil akan
membuat makromolekul yang utuh, termasuk protein dan bakteri patogen, dapat
masuk ke dalam aliran darah. Hal ini menguntungkan bagi bayi yang mendapatkan
ASI karena zat antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat masuk langsung melalui
aliran darah bayi, tetapi hal ini juga berarti bahwa protein-protein lain dari makanan
selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita alergi) dan bakteri
patogen yang bisa menyebabkan berbagai penyakit bisa masuk juga. Dalam 4-6 bulan
pertama usia bayi, saat usus masih “terbuka”, antibodi (slgA) dari ASI melapisi organ
pencernaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit
dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi
sendiri pada usia sekitar 6 bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang
sama.
6. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena
kekurangan zat besi Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung
zat besi, terutama pada usia enam bulan pertama, mengurangi efisiensi penyerapan zat
besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif
selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang
normal. Dalam suatu studi (Pisacane, 1995), para peneliti menyimpulkan bahwa bayi
yang diberikan ASI eksklusif selama 7 bulan (dan tidak diberikan suplemen zat besi
atau sereal yang mengandung zat besi) menunjukkan level hemoglobin yang secara
signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI
tapi menerima makanan padat pada usia kurang dari tujuh bulan. Para peneliti tidak
berhasil menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada bayi yang diberikan
ASI eksklusif selama tujuh bulan dan akhirnya menyimpulkan bahwa memberikan
ASI eksklusif selama tujuh bulan mengurangi resiko terjadinya anemia.
7. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari resiko terjadinya
obesitas di masa datang. Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan
dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. (Untuk
contoh, lihat Wilson 1998, von Kries 1999, Kalies 2005)
8. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk mejaga kesediaan ASI
mereka Berbagai studi menunjukkan bahwa pada bayi makanan padat akan
menggantikan prosi susu dalam menunya – makanan tersebut tidak menambah total
asupan pada bayi. Makin banyak makanan padat yang dimakan oleh bayi, maka
makin sedikit susu yang dia serap dari ibunya, dan makin sedikit susu yang diserap
dari ibu berarti produksi ASI juga makin sedikit. Bayi yang makan banyak makanan
padat atau makan makanan padat pada umur yang lebih muda cenderung lebih cepat
disapih.
9. Menunda makanan padat membantu memberi jarak pada kelahirn bayi Pemberian ASI
biasanya sangat efektif dalam mencegah kehamilan terutama bila bayi anda
mendapatkan ASI eksklusif dan semua kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi melalui
ASI..
10. Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi lebih mudah
Bayi yang mulai makan makanan padat pada usia yang lebih besar dapat makan
sendiri dan lebih kecil kecendurangan untuk mengalami alergi terhadap makanan
Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4-6 bulan.
Hilangnya refleks menjulurkan lidah pada usia 4-6 bulan.
Kematangan mekanisme menelan.
Kemampuan bayi untuk duduk.
Pertumbuhan gigi geligi.
Kemampuan bayi untuk meniru pengasuhnya.
Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur. Kebutuhan energi bayi
dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena
pertumbuhannya yang pesat. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama ± 80-
120 kkal/kg berat badan.
Setiap 3 tahun, pertambahan umur kebutuhan energi turun ± 10 kkal/kg berat badan
(Barnes & Curran, 1996). Selain air, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dibagi
menjadi 2 golongan besar, yaitu makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan
mikronutrien (vitamin dan mineral).
1. Kelompok susu yang mengandung protein dengan nilai biologis tinggi, kalsium,
fosfor, riboflavin, vitamin A dan D (jika difortifikasi).
2. Kelompok daging dan telur yang mengandung protein bernilai biologis tinggi, zat
besi, vitamin B dan A (dari hati dan telur).
3. Kelompok sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, provitamin A dari
sayur dan buah yang berwarna hijau dan kuning, trace element, serat.
4. Kelompok serealia (sumber karbohidrat) mengandung protein nabati, mineral, serat
dan vitamin B.
Menu seimbang harus mencakup keempat kelompok makanan tersebut, tentu saja
disesuaikan dengan bahan makanan, kebiasaan makan, dan selera makan. Bentuk & porsi
makan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan kemampuan makan bayi/anak
Biasanya anak sudah dapat mengkonsumsi makanan padat, jika refleks menjulurkan
lidahnya sudah hilang, sudah dapat menegakkan kepalanya, dan enzim pencernaannyapun
sudah cukup matang untuk dapat mengkonsumsi makanan padat. Anak sudah dapat
mengkonsumsi makanan berserat, jika ketrampilan mengunyah dan menelannya sudah
berkembang. Demikian pula jumlah makanan harus ditingkatkan porsinya secara bertahap
sesuai dengan isi lambung bayi atau anak.
2.6 PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN
BENAR
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan kemampuan
bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 5 tahap :
a. Makanan bayi umur 0 – 4 bulan
b. Makanan bayi umur 4 – 6 bulan
c. Makanan bayi umur 6 – 9 bulan
d. Makanan anak umur 9 – 12 bulan
e. Makanan anak umur 12 – 24 bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak
perlu penanganan secara khusus.
2.6.1 Makanan Bayi Umur 0 – 4 Bulan
1. Hanya ASI saja ( ASI Eksklusif ) Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi
ASI terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.
Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih
sayang antara ibu dan anak.
2. Berikan kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
tinggi.
3. Berikan ASI dari kedua payudara Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian
pindah ke payudara lainnya, ASI diberikan 8 – 10 kali setiap hari.
INGAT !
• Berikan kolostrum
• Berikan ASI Eklusif
INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI
• Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari
INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan makanan keluarga 3 kali sehari
• Berikan makanan selingan 2 kali sehari
• Gunakan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya.
KEPADATAN ENERGI/DENSITAS
Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram
PROTEIN
Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr per seratus Kal dengan
mutu protein tidak kurang dari 70% Kasein standar. Nilai Protein Energi % mempunyai range
antara 10 - 18
LEMAK
Kandungan Lemak mempunyai range antara 1,5 gr – 4,5 gr per seratus Kal
Berikut beberapa contoh, bahan, cara membuat dan komposisi kandungan zat gizi
yang terkandung pada makanan pengganti ASI ( Air Susu Ibu ) yang baik untuk bayi dan
anak :
1. FORMULA KANJI RUMBI
Bahan :
Beras 60 gram 6 sdm
Udang 25 gram 2 sdm
Daging ayam 25 gram 2 sdm
Gula 5 gram 0,5 sdm
Minyak 5 gram 0,5 sdm
Santan 5 gram 0,5 sdm
Wortel 25 gram 2 jari telunjuk
Seledri, Bawang merah, ba
wang putih, bawang prei, secukupnya
jahe, pala, cengkeh, ketum
bar, garam, air
Cara Membuat
1. Beras dimasak sampai lunak, masukkan udang, daging ayam yang sudah dihancurkan.
2. Campur semua bahan masak terus sambil diaduk rata diatas api sedang.
Cara Membuat
1. Kacang hijau direbus dengan 800 cc air hingga lunak lalu dihancurkan (disaring)
2. Campur semua bahan tambahkan air 50 cc aduk rata dan masak diatas api sedang hingga
matang.
Komposisi Zat Gizi :
Hasil 340 g
Energi 463 Kal
Protein 16,5 g
Lemak 17,4 g
Protein Energi % 14,3
NDpE % 8,1
Densitas 1,6
PER 2,2
Fe 1,1 mg
Zn 0,7 mg
3. FORMULA KOLE-KOLE
Bahan
Tepung beras 35 gram 5 sdm
Kacang Hijau 50 gram 5 sdm peres
Susu 10 gram - -
Minyak 5 gram 0,5 sdm
Garam 1 gram ¼ sdt
Air secukupnya
Cara Membuat
1. Kacang hijau direbus dengan 800 cc air hingga lunak lalu dihaluskan (disaring dengan
saringan kawat)
2. Campur semua bahan tambahkan air 50 cc aduk rata dan masak diatas api sedang hingga
matang.
Cara Membuat
1. Beras dicuci bersih
2. Tumis bumbu yang sudah dirajang halus kecuali salam dengan minyak
3. Ikan dibersihkan beri cuka, dikukus diambil dagingnya
4. Campurkan seluruh bahan, tambahkan garam dan 2,5 gelas air
5. Aduk merata, kemudian tim dengan api kecil selama 1,5 jam
Cara Membuat
1. Beras dicuci bersih
2. Hati ayam dan tempe dicincang halus
3. Campurkan seluruh bahan, tambahkan garam dan 2 gelas air
4. Masak dengan api sedang hingga mengental, terakhir masukkan bayam yang sudah dicincang
halus
5. Aduk merata hingga matang
6. Diblender atau disaring
Cara Membuat
1. Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk mipis kemudian direbus dengan 1 gelas air hingga
matang lalu diambil dagingnya dan dihancurkan
2. Sawi hijau diiris halus
3. Campurkan semua bahan, buat adonan tambahkan air
4. Masak diatas api sedang hingga matang
5. Haluskan atau disaring
Cara Membuat
1. Jagung diparut lalu ditimbang
2. Ikan dibersihkan beri cuka, dikukus lalu dihaluskan
3. Wortel diparut, kangkung diiris halus
4. Tempe dipotong kecil- kecil, direbus ± 15 menit lalu dihaluskan, tomat potong-potong kecil
5. Semua bahan dicampur didalam panci tambahkan air, kemudian di masak diatas api hingga
matang.
6. Disaring.
8. FORMULA TELUR
Bahan
Beras 50 gram 4 sdm
Telur ayam 25 gram ½ butir
Bayam 25 gram 1 ¼ ikat kecil
Minyak 5 gram ½ sdm
Garam 1 gram ¼ sdt
Air secukupnya
Cara Membuat
1. Beras dicuci bersih, tambahkan 2 gelas air dan masak menjadi bubur
2. Telur diorak arik dengan minyak, masukkan kedalam bubur tambahkan garam
3. Terakhir masukkan bayam yang telah dirajang halus, masak terus dengan api kecil hingga
matang.
4. Haluskan dengan blender atau disaring
Cara Membuat
1. Kedelai direbus ± 30 menit, dibuang kulitnya lalu dihaluskan .
2. Ubi merah dipotong- potong kecil .
3. Wortel diparut
4. Daging giling ditumis kemudian dihaluskan .
5. Campur semua bahan, tambahkan air lalu di tim sampai masak dan disaring .
Cara Membuat
1. Beras dicuci
2. Ikan dibersihkan beri cuka, dikukus ambil dagingnya
3. labu kuning dipotong kotak-kotak
4. Campur semua bahan, tambahkan garam dan 2 gelas air
5. Aduk merata, kemudian ditim dengan api sedang ± 1,5 jam
Cara Membuat
1. Ikan dibersihkan, beri cuka, ambil dagingnya kemudian potong – potong kecil
2. Beras dimasak dengan ikan sampai hancur
3. Masukkan labu kuning yang sudah dipotong – potong kecil , irisan kangkung, gula, minyak,
garam, bawng merah yang sudah dihluskan, masak terus hingga matang
4. Disaring
Komposisi Zat Gizi :
Hasil 528 g
Energi 452 Kal
Protein 15,04 g
Lemak 18,7 g
Protein Energi % 13,3
NDpE % 8,5
Densitas 0,9
PER 2,7
Fe 0,2 mg
Zn 0,4 mg
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian MP-ASI yang baik dan benar kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan
terutama dari keluarga miskin merupakan salah satu upaya memulihkan status gizi bayi dan
anak. Pemberian MP-ASI dengan menggunakan bahan makanan lokal diharapkan memiliki
dampak positif terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyediakan MP-ASI
secara mandiri yang pada gilirannya akan meningkatkan keadaan gizi sasaran.
Untuk keberhasilan pelaksanaan pemberian MP-ASI diperlukan pemahaman dari
seluruh pihak yang terlibat, kerjasama yang erat di antara pelaksana dan pengelola serta
kesungguhan masyarakat dan keluarga untuk memberikan MP-ASI lokal kepada anaknya
secara baik dan benar.
Oleh karena itu apabila seluruh komponen yang terlibat dalam pemberian MP-ASI
melaksanakan tugas dan fungsi secara baik, maka kegiatan pemberian MP-ASI akan
memberikan andil yang sangat besar bagi upaya memulihkan status gizi bayi dan anak dari
keluarga miskin. Dengan dilaksanakannya pedoman pemberian MP-ASI lokal ini secara baik
dan benar, maka akan diperoleh hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
UNTUK mencapai pertumbuhan optimal, seorang bayi memerlukan semua zat gizi makro
dan zat gizi mikro yang sesuai antara jumlah dengan kebutuhannya. Tak dapat dipungkiri,
kebutuhan nutrisi terbaik untuk bayi berusia 0 – 6 bulan adalah ASI.
Tapi begitu menginjak usia 6 bulan ke atas, asupan bayi harus ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MPASI). Nah, berikut panduan soal MPASI yang perlu Anda ketahui!
Terlalu Cepat vs Terlambat
Jangan memberikan MPASI terlalu cepat (sebelum usia 6 bulan). Di samping pencernaannya
belum sempurna, tindakan itu hanya akan memperbesar potensi bayi terkena alergi makanan.
Juga, pemberian MPASI terlalu cepat akan menyebabkan insting bayi untuk mengisap akan
menurun sehingga jumlah ASI yang dikonsumsi juga menurun. Kekurangan gizi banyak
terjadi karena pemberian MPASI yang terlalu dini.
Jangan pula berikan MPASI terlambat (hanya ASI saja setelah 6 bulan ke atas). Tak baik bagi
pertumbuhannya. Bayi bisa menderita kekurangan gizi, berat dan panjangnya tidak sesuai
dengan yang seharusnya dicapai. Karena ASI sesudah usia 6 bulan tidak bisa mencukupi
kebutuhan bayi lagi.
Mulai Usia 6 Bulan
Berikan MPASI saat bayi berusia 6 bulan ke atas. Mengapa? Biasanya saat itu, bayi sudah
bisa menopang kepalanya sendiri secara tegak dan menegakkan dadanya. Dengan demikian
bisa dikatakan proses menelannya sudah lebih baik. Sedangkan jika kepalanya masih goyang-
goyang, ditakutkan proses menelannya belum sempurna, maka dikhawatirkan akan tersedak.
Juga, fungsi pencernaan bayi pada usia tersebut sudah lebih baik
.
Tanda Bayi Siap MPASI
Berikut tanda bayi yang siap MPASI:
- Mampu duduk tegak walau masih harus dibantu
- Mampu menegakkan kepala dengan baik
- Tampak tertarik melihat makanan, sendok dan garpu
- Tidak lagi memiliki “refleks menolak dengan lidah” setiap kali makanan padat disuapkan ke
mulutnya
- Mampu menerima makanan yang disuapkan dengan sendok, yang mungkin terjadi bila bayi
telah mampu menggerak-gerakkan lidahnya maju-mundur dan ke kiri-kanan
Bubur Susu
Perkenalkan jenis MPASI kepada bayi secara bertahap. Itulah yang dianjurkan oleh semua
Dokter Spesialis Anak (DSA).
Sebagai tahap awal, bayi yang sudah berusia 6 bulan dapat diberikan makanan bertekstur
lunak dan cair seperti bubur susu, yaitu tepung beras plus susu. Pemberian bubur susu ini
dimulai dari 1x sehari, dan bertahap sampai 2x dalam sehari.
Berikan pada bayi satu jenis makanan baru selama 3-4 hari berturut-turut untuk mengetahui
apakah bayi cocok dengan makanan tersebut atau tidak.
Selain bubur susu, pure buah juga dapat diberikan. Cairan pure yang dapat digunakan adalah
ASI, susu formula atau air matang. Caranya, berikan 1-2 sendok makan pure kepada bayi.
Jika tidak ada masalah, tingkatkan secara bertahap.
Jenis buah yang dapat diberikan berupa pisang (pisang raja atau pisang ambon), alpukat, labu
dan pepaya. Setiap jenis buah diberikan 3-4 hari berturut-turut agar bayi dapat mengenal rasa.
Setelah itu, baru mencoba buah yang lain.
ASI memang memberikan keuntungan yang tidak dapat digantikan dengan makanan
pengganti apapun, namun kebanyakan bayi yang diberi susu formula tumbuh cukup sehat
setidak-tidaknya di negara-negara maju seperti USA.
Setelah usia 6 bulan, bayi memang perlu mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Karena, semakin bertambah usia, kebutuhan gizi anak pun semakin meningkat. Kebutuhan
gizi ini tidak cukup dari ASI saja, tetapi juga harus diperoleh dari makanan padat pertama,
berupa buah dan bubur susu.
Di bawah ini beberapa prinsip pemberian makanan pengganti ASI yang perlu diketahui oleh
para ibu dan juga para orang tua yaitu :
1. Berilah ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya tambahkan MP ASI
(Makanan Pengganti ASI) mulai usia 6 bulan, sementara ASI dilanjutkan.
2. Lanjutkan ASI sesuai keadaan sampai usia 2 tahun atau lebih.
3. Terapkan perilaku hidup bersih dah higienis serta penanganan makanan yang baik dan
tepat.
4. Mulai pemberian makanan pengganti ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah sedikit
kemudian secara bertahap dinaikkan sesuai usia bayi, sementara ASI tetap sering
diberikan.
5. Secara bertahap, kepadatan dan variasinya ditambah sesuai kebutuhan dan
kemampuan bayi.
6. Frekuensi pemberian makanan pengganti ASI semakin sering sejalan dengan
bertambahnya usia bayi.
7. Berikan variasi makanan yang kaya akan nutrisi untuk memastikan bahwa seluruh
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
8. Gunakan makanan pengganti ASI yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, atau
berikan vitamin dan mineral bila perlu.
2.4.5 Asi Eksklusif 6 Bulan
WHO, Uniceff dan juga Department Kesehatan RI melalui SK Menkes tahun 2004.
Telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan. Mari dukung dan
publikasikan program ASI Ekslusif 6 bulan. Pasang banner dukungan dan publikasi di
web/blog anda:
Mengapa ASI Ekslusif Harus 6 Bulan? Penundaan pemberian makanan padat sampai
bayi berusia 6 bulan berlaku bagi bagi yang mendapatkan ASI, ASI eksklusif dan juga susu
formula.
1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi hingga ia
berusia enam bulan ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah
untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi.
Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif
membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS -
sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang
biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi
berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia – WHO mengatakan: “ASI adalah suatu cara yang tidak
tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan
perkembangan seorang bayi… Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada menunjukkan
bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah
cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. ” Setelah 6 bulan,
biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia
didalam ASI – pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi
makanan padat. Bayi-bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih –
selama bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya, berarti
ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.
2. Menunda pemberian makanan padat memberikan perlindungan yang lebih baik pada
bayi terhadap berbagai penyakit Meskipun bayi terus menerima imunitas melalui ASI
selama mereka terus disusui, kekebalan paling besar diterima bayi saat dia diberikan
ASI eksklusif. ASI memiliki kandungan 50+ faktor imunitas yang sudah dikenal, dan
mungkin lebih banyak lagi yang masih tidak diketahui. Satu studi memperlihatkan
bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan+ mengalami infeksi telinga 40%
lebih sedikit daripada bayi yang diberi ASI ditambah makanan tambahan lain.
Probabilitas terjadinya penyakit pernapasan selama masa kanak-kanak secara
signifikan berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif setidaknya selama 15 minggu
dan makanan pada tidak diberikan selama periode ini. (Wilson, 1998). Lebih banyak
lagi studi yang juga mengaitkan tingkat eksklusivitas ASI dengan meningkatnya
kesehatan (lihat faktor imunitas pada susu manusia dan Resiko pemberian makanan
instan).
3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem penernaan
bayi untuk berkembang menjadi lebih matang Biasanya bayi siap untuk makan
makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6 – 9
bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi
siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan
dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan,
timbulnya gas, konstipasi dll). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang
lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 3
sampai 4 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa.
Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup
untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencerna
karbohidrat seperti maltase, isomaltase dan sukrase belum mencapai level oranga
dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bile salts dalam
jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa
sebelum usia 6-9 bulan.
4. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi agar sistem
yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat berkembang dengan baik
Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayi sudah siap untuk menerima makanan
padat termasuk ::
Bayi dapat duduk dengan baik tanpa dibantu.
Reflek lidah bayi sudah hilang dan tidak secara otomatis mendorong makanan
padat keluar dari mulutnya dengan lidah.
Bayi sudah siap dan mau mengunyah.
Bayi sudah bisa “menjumput”, dimana dia bisa memegang makanan atau
benda lainnya dengan jempol dan telunjuknya. Menggunakan jari dan
menggosokkan makanan ke telapak tangan tidak bisa menggantikan gerakan
“menjumput”.
Bayi kelihatan bersemangat untuk ikut serta pada saat makan dan mungkin
akan mencoba untuk meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut.
Sering kali kita mengatakan bahwa salah satu tanda bahwa bayi sudah siap
untuk menerima makanan padat adalah bila bayi terus menerus ingin menyusu
(kelihatan tidak puas setelah diberikan ASI/susu)-walaupun dia tidak sedang
dalam keadaan sakit, akan tumbuh gigi , mengalami perubahan rutinitas atau
mengalami pertumbuhan yang tiba-tiba. Meskipun demikian, sulit untuk
menentukan apakah peningkatan kebutuhan untuk menyusui itu berhubungan
dengan kesiapan bayi untuk menerima makanan padat. Banyak (bahkan
sebagian besar) bayi usia 6 bulan yang mengalami pertumbuhan yang tiba-
tiba, tumbuh gigi dan mengalami berbagai perkembangan – dalam satu waktu,
yang pada akhirnya bisa menyebabkan meningkatnya kebutuhan untuk
menyusui. Yakinkan bahwa anda melihat semua tanda-tanda kesiapan untuk
menerima makanan padat sebagai suatu kesatuan, karena bila bayi hanya
menunjukkan meningkatnya kebutuhan untuk menyusui, itu bukanlah tanda
kesiapannya untuk menerima makanan padat.
5. Menunda pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan Berbagai
catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI eksklusif
mengakibatkan rendahnya angka insiden terjadinya alergi makanan (lihat Referensi
alergi dan Resiko Pemberian Makanan Instan). Sejak lahir sampai usia antara empat
sampai enam bulan, bayi memiliki apa yang biasa disebut sebagai “usus yang
terbuka”. Ini berarti bahwa jarak yang ada di antara sel-sel pada usus kecil akan
membuat makromolekul yang utuh, termasuk protein dan bakteri patogen, dapat
masuk ke dalam aliran darah. Hal ini menguntungkan bagi bayi yang mendapatkan
ASI karena zat antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat masuk langsung melalui
aliran darah bayi, tetapi hal ini juga berarti bahwa protein-protein lain dari makanan
selain ASI (yang mungkin dapat menyebabkan bayi menderita alergi) dan bakteri
patogen yang bisa menyebabkan berbagai penyakit bisa masuk juga. Dalam 4-6 bulan
pertama usia bayi, saat usus masih “terbuka”, antibodi (slgA) dari ASI melapisi organ
pencernaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif, mengurangi terjadinya penyakit
dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi
sendiri pada usia sekitar 6 bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang
sama.
6. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena
kekurangan zat besi Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung
zat besi, terutama pada usia enam bulan pertama, mengurangi efisiensi penyerapan zat
besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif
selama 6-9 bulan menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang
normal. Dalam suatu studi (Pisacane, 1995), para peneliti menyimpulkan bahwa bayi
yang diberikan ASI eksklusif selama 7 bulan (dan tidak diberikan suplemen zat besi
atau sereal yang mengandung zat besi) menunjukkan level hemoglobin yang secara
signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI
tapi menerima makanan padat pada usia kurang dari tujuh bulan. Para peneliti tidak
berhasil menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada bayi yang diberikan
ASI eksklusif selama tujuh bulan dan akhirnya menyimpulkan bahwa memberikan
ASI eksklusif selama tujuh bulan mengurangi resiko terjadinya anemia.
7. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari resiko terjadinya
obesitas di masa datang. Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan
dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak. (Untuk
contoh, lihat Wilson 1998, von Kries 1999, Kalies 2005)
8. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk mejaga kesediaan ASI
mereka Berbagai studi menunjukkan bahwa pada bayi makanan padat akan
menggantikan prosi susu dalam menunya – makanan tersebut tidak menambah total
asupan pada bayi. Makin banyak makanan padat yang dimakan oleh bayi, maka
makin sedikit susu yang dia serap dari ibunya, dan makin sedikit susu yang diserap
dari ibu berarti produksi ASI juga makin sedikit. Bayi yang makan banyak makanan
padat atau makan makanan padat pada umur yang lebih muda cenderung lebih cepat
disapih.
9. Menunda makanan padat membantu memberi jarak pada kelahirn bayi Pemberian ASI
biasanya sangat efektif dalam mencegah kehamilan terutama bila bayi anda
mendapatkan ASI eksklusif dan semua kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi melalui
ASI..
10. Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi lebih mudah
Bayi yang mulai makan makanan padat pada usia yang lebih besar dapat makan
sendiri dan lebih kecil kecendurangan untuk mengalami alergi terhadap makanan
2.5 MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
2.5.1 Defenisi
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada
bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 4 bulan sampai
24 bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah
karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi.
MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal
kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak
yang bertambah pesat pada periode ini.
Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4-6 bulan.
Hilangnya refleks menjulurkan lidah pada usia 4-6 bulan.
Kematangan mekanisme menelan.
Kemampuan bayi untuk duduk.
Pertumbuhan gigi geligi.
Kemampuan bayi untuk meniru pengasuhnya.
Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai umur. Kebutuhan energi bayi
dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena
pertumbuhannya yang pesat. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama ± 80-
120 kkal/kg berat badan.
Setiap 3 tahun, pertambahan umur kebutuhan energi turun ± 10 kkal/kg berat badan
(Barnes & Curran, 1996). Selain air, zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita dibagi
menjadi 2 golongan besar, yaitu makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan
mikronutrien (vitamin dan mineral).
Penyajian disesuaikan dengan pola menu seimbang
Pola makanan orang Indonesia umumnya memasok 60-70% energi total dari
karbohidrat, 15-20% dari lemak, selebihnya 10-25% dari protein. Secara umum makanan
dikelompokkan menjadi :
1. Kelompok susu yang mengandung protein dengan nilai biologis tinggi, kalsium,
fosfor, riboflavin, vitamin A dan D (jika difortifikasi).
2. Kelompok daging dan telur yang mengandung protein bernilai biologis tinggi, zat
besi, vitamin B dan A (dari hati dan telur).
3. Kelompok sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin C, provitamin A dari
sayur dan buah yang berwarna hijau dan kuning, trace element, serat.
4. Kelompok serealia (sumber karbohidrat) mengandung protein nabati, mineral, serat
dan vitamin B.
Menu seimbang harus mencakup keempat kelompok makanan tersebut, tentu saja
disesuaikan dengan bahan makanan, kebiasaan makan, dan selera makan. Bentuk & porsi
makan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan kemampuan makan bayi/anak
Biasanya anak sudah dapat mengkonsumsi makanan padat, jika refleks menjulurkan
lidahnya sudah hilang, sudah dapat menegakkan kepalanya, dan enzim pencernaannyapun
sudah cukup matang untuk dapat mengkonsumsi makanan padat. Anak sudah dapat
mengkonsumsi makanan berserat, jika ketrampilan mengunyah dan menelannya sudah
berkembang. Demikian pula jumlah makanan harus ditingkatkan porsinya secara bertahap
sesuai dengan isi lambung bayi atau anak.
2.6 PEMBERIAN MAKANAN ANAK UMUR 0-24 BULAN YANG BAIK DAN
BENAR
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi/anak, perkembangan dan kemampuan
bayi/anak menerima makanan, makanan bayi/anak umur 0-24 bulan dibagi menjadi 5 tahap :
a. Makanan bayi umur 0 – 4 bulan
b. Makanan bayi umur 4 – 6 bulan
c. Makanan bayi umur 6 – 9 bulan
d. Makanan anak umur 9 – 12 bulan
e. Makanan anak umur 12 – 24 bulan
Pada situasi khusus seperti anak sakit atau ibu bekerja, pemberian makanan bayi/anak
perlu penanganan secara khusus.
INGAT !
• Berikan kolostrum
• Berikan ASI Eklusif
INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan ASI lebih dulu, baru MP-ASI
• Berikan makanan lumat halus 1-2 x sehari
INGAT !
• Teruskan pemberian ASI
• Berikan makanan keluarga 3 kali sehari
• Berikan makanan selingan 2 kali sehari
• Gunakan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya.
KEPADATAN ENERGI/DENSITAS
Tidak kurang dari 0,8 Kal per gram
PROTEIN
Tidak kurang dari 2 gr per seratus Kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr per seratus Kal dengan
mutu protein tidak kurang dari 70% Kasein standar. Nilai Protein Energi % mempunyai range
antara 10 - 18
LEMAK
Kandungan Lemak mempunyai range antara 1,5 gr – 4,5 gr per seratus Kal
Berikut beberapa contoh, bahan, cara membuat dan komposisi kandungan zat gizi
yang terkandung pada makanan pengganti ASI ( Air Susu Ibu ) yang baik untuk bayi dan
anak :
1. FORMULA KANJI RUMBI
Bahan :
Beras 60 gram 6 sdm
Udang 25 gram 2 sdm
Daging ayam 25 gram 2 sdm
Gula 5 gram 0,5 sdm
Minyak 5 gram 0,5 sdm
Santan 5 gram 0,5 sdm
Wortel 25 gram 2 jari telunjuk
Seledri, Bawang merah, ba
wang putih, bawang prei, secukupnya
jahe, pala, cengkeh, ketum
bar, garam, air
Cara Membuat
1. Beras dimasak sampai lunak, masukkan udang, daging ayam yang sudah dihancurkan.
2. Campur semua bahan masak terus sambil diaduk rata diatas api sedang.
3. FORMULA KOLE-KOLE
Bahan
Tepung beras 35 gram 5 sdm
Kacang Hijau 50 gram 5 sdm peres
Susu 10 gram - -
Minyak 5 gram 0,5 sdm
Garam 1 gram ¼ sdt
Air secukupnya
Cara Membuat
1. Kacang hijau direbus dengan 800 cc air hingga lunak lalu dihaluskan (disaring dengan
saringan kawat)
2. Campur semua bahan tambahkan air 50 cc aduk rata dan masak diatas api sedang hingga
matang.
Cara Membuat
1. Beras dicuci bersih
2. Tumis bumbu yang sudah dirajang halus kecuali salam dengan minyak
3. Ikan dibersihkan beri cuka, dikukus diambil dagingnya
4. Campurkan seluruh bahan, tambahkan garam dan 2,5 gelas air
5. Aduk merata, kemudian tim dengan api kecil selama 1,5 jam
Cara Membuat
1. Beras dicuci bersih
2. Hati ayam dan tempe dicincang halus
3. Campurkan seluruh bahan, tambahkan garam dan 2 gelas air
4. Masak dengan api sedang hingga mengental, terakhir masukkan bayam yang sudah dicincang
halus
5. Aduk merata hingga matang
6. Diblender atau disaring
Cara Membuat
1. Ikan dibersihkan dan dilumuri jeruk mipis kemudian direbus dengan 1 gelas air hingga
matang lalu diambil dagingnya dan dihancurkan
2. Sawi hijau diiris halus
3. Campurkan semua bahan, buat adonan tambahkan air
4. Masak diatas api sedang hingga matang
5. Haluskan atau disaring
Cara Membuat
1. Jagung diparut lalu ditimbang
2. Ikan dibersihkan beri cuka, dikukus lalu dihaluskan
3. Wortel diparut, kangkung diiris halus
4. Tempe dipotong kecil- kecil, direbus ± 15 menit lalu dihaluskan, tomat potong-potong kecil
5. Semua bahan dicampur didalam panci tambahkan air, kemudian di masak diatas api hingga
matang.
6. Disaring.
8. FORMULA TELUR
Bahan
Beras 50 gram 4 sdm
Telur ayam 25 gram ½ butir
Bayam 25 gram 1 ¼ ikat kecil
Minyak 5 gram ½ sdm
Garam 1 gram ¼ sdt
Air secukupnya
Cara Membuat
1. Beras dicuci bersih, tambahkan 2 gelas air dan masak menjadi bubur
2. Telur diorak arik dengan minyak, masukkan kedalam bubur tambahkan garam
3. Terakhir masukkan bayam yang telah dirajang halus, masak terus dengan api kecil hingga
matang.
4. Haluskan dengan blender atau disaring
Cara Membuat
1. Kedelai direbus ± 30 menit, dibuang kulitnya lalu dihaluskan .
2. Ubi merah dipotong- potong kecil .
3. Wortel diparut
4. Daging giling ditumis kemudian dihaluskan .
5. Campur semua bahan, tambahkan air lalu di tim sampai masak dan disaring .
Cara Membuat
1. Beras dicuci
2. Ikan dibersihkan beri cuka, dikukus ambil dagingnya
3. labu kuning dipotong kotak-kotak
4. Campur semua bahan, tambahkan garam dan 2 gelas air
5. Aduk merata, kemudian ditim dengan api sedang ± 1,5 jam
Cara Membuat
1. Ikan dibersihkan, beri cuka, ambil dagingnya kemudian potong – potong kecil
2. Beras dimasak dengan ikan sampai hancur
3. Masukkan labu kuning yang sudah dipotong – potong kecil , irisan kangkung, gula, minyak,
garam, bawng merah yang sudah dihluskan, masak terus hingga matang
4. Disaring
Komposisi Zat Gizi :
Hasil 528 g
Energi 452 Kal
Protein 15,04 g
Lemak 18,7 g
Protein Energi % 13,3
NDpE % 8,5
Densitas 0,9
PER 2,7
Fe 0,2 mg
Zn 0,4 mg
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian MP-ASI yang baik dan benar kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan
terutama dari keluarga miskin merupakan salah satu upaya memulihkan status gizi bayi dan
anak. Pemberian MP-ASI dengan menggunakan bahan makanan lokal diharapkan memiliki
dampak positif terhadap pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyediakan MP-ASI
secara mandiri yang pada gilirannya akan meningkatkan keadaan gizi sasaran.
Untuk keberhasilan pelaksanaan pemberian MP-ASI diperlukan pemahaman dari
seluruh pihak yang terlibat, kerjasama yang erat di antara pelaksana dan pengelola serta
kesungguhan masyarakat dan keluarga untuk memberikan MP-ASI lokal kepada anaknya
secara baik dan benar.
Oleh karena itu apabila seluruh komponen yang terlibat dalam pemberian MP-ASI
melaksanakan tugas dan fungsi secara baik, maka kegiatan pemberian MP-ASI akan
memberikan andil yang sangat besar bagi upaya memulihkan status gizi bayi dan anak dari
keluarga miskin. Dengan dilaksanakannya pedoman pemberian MP-ASI lokal ini secara baik
dan benar, maka akan diperoleh hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Why Delay Solid Foods? http://www.kellymom.com/nutrition/solids/delay-
solids.html
2. http://www.kellymom.com/nutrition/solids/solids-when.html
3. http://www.scribd.com/doc/4906473/PEDOMAN-UMUM-PEMBERIAN-makanan-
pendamping-ASI
4. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20071205191334AAT5W6T