Oleh:
Fadhillah Islamyah Putri Rusli
Supervisor :
Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, Sp.A (K)
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Anak
Mengetahui,
Supervisor
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan...................................................................................................4
BAB II Pembahasan...................................................................................................6
1. Definisi.......................................................................................................6
2. Epidemiologi…..........................................................................................11
3. Etiologi.......................................................................................................11
4. Klasifikasi...................................................................................................12
5. Patogenesis..................................................................................................13
6. Manifestasi Klinis.......................................................................................14
7. Diagnosis....................................................................................................17
8. Tatalaksana.................................................................................................18
9. Komplikasi ................................................................................................25
10. prognosis…………………......................................................................32
Daftar pustaka............................................................................................................36
3
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering pada
anak selain infeksi saluran nafas atas dan diare. ISK perlu mendapat perhatian para
dokter maupun orangtua karena berbagai alasan, antara lain ISK sering sebagai tanda
adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih yang serius seperti refluks vesiko-ureter
(RVU) atau uropati obstruktif, ISK adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal
terminal, dan ISK menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi pasien.
Diperkirakan 20% kasus konsultasi pediatri terdiri dari kasus ISK dan pielonefritis
kronik.1
NKUDIC ISK merupakan penyakit infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran
napas dengan jumlah kasus sebanyak 8,3 juta setiap tahun. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Johansen pada tahun 2006 menyebutkan bahwa angka kejadian ISK di
rumah sakit Eropa mencapai 727 kasus setiap tahunnya. Pendataan yang dilakukan oleh
Indonesia tercatat sebanyak 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya atau
ISK terjadi pada 3-5% anak perempuan dan 1% dari anak laki-laki. Pada anak
perempuan, ISK pertama biasanya terjadi pada umur 5 tahun, dengan puncaknya pada
bayi dan anak-anak yang sedang toillete training. Setelah ISK pertama, 60%-80% anak
4
Pada anak laki-laki, ISK paling banyak terjadi selama tahun pertama kehidupan; ISK
jauh lebih sering terjadi pada anak laki-laki yang tidak disunat. Prevalensi ISK
bervariasi berdasarkan usia. Selama tahun pertama kehidupan, rasio penderita laki-laki:
rasio wanita adalah 2,8-5,4 : 1. Sedangkan dalam tahun pertama sampai tahun kedua
kehidupan, terjadi perubahan yang mencolok, dimana rasio laki-laki: rasio perempuan
adalah 1:10.2
Pada anak-anak prasekolah usia, prevalensi anak perempuan dengan infeksi tanpa
gejala yang akhirnya didiagnosa oleh aspirasi suprapubik adalah 0,8% dibandingkan
dengan 0,2% pada anak laki-laki. Pada kelompok usia sekolah, angka insidensi
bakteriuria pada perempuan lebih banyak 30 kali dibandingkan pada anak laki-laki.3
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di daerah abdomen, retroperitoneal antara
vertebra lumbal 1 dan 4. Pada neonatus kadang- kadang dapat diraba. Seluruh traktus
urinarus yaitu ginjal, ureter dan kandung kemih terletak di daerah retroperitoneal. Pada
janin permukaannya berlobulisasi yang kemudian menjadi rata pada masa bayi.3
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju
saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum
sehingga disebut organ retroperitoneal. Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada
6
di sisi kanan dan kiri kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3.
Ginjal dexter terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis
yang besar. Bagian luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia
renalis dan corpus adiposum pararenal. Masing masing ginjal memiliki bagian yang
berwarna coklat gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian
Ginjal terdiri dari korteks dan medulla. Tiap ginjal terdiri atas 8-12 lobus yang
berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di korteks dan puncaknya yang disebut
papila bermuara di kaliks minor. Pada daerah korteks terdapat glomerulus, tubulus
kontortus proksmal dan distal. Sedangan daerah medula penuh dengan percabangan
pembuluh darah arteri dan vena renalis, ansa Henle dan duktus koligens.3
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang membawa darah
dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis. Secara khas, di
dekat hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima cabang arteri segmentalis yang
melintas ke segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan darah dari ren dan bersatu
membentuk pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena renalis
terletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih panjang, melintas
ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke vena cava inferior.
Arteri lobaris merupakan arteri yang berasal dari arteri segmentalis di mana masing-
masing arteri lobaris berada pada setiap piramis renalis. Selanjutnya, arteri ini
bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris yang berjalan menuju korteks di antara
piramis renalis. Pada perbatasan korteks dan medula renalis, arteri interlobaris
7
bercabang menjadi arteri arkuata yang kemudian menyusuri lengkungan piramis
arteriol aferen.5
Satuan kerja terkecil dari ginjal disebut nefron. Tiap ginjal mempunyai kira-kira 1 juta
nefron. Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan tubulus.
Glomerulus (kapiler glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah
sedangkan tubulus merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah
8
Nefron yang terletak di daerah korteks disebut nefron kortikal, sedangkan yang terletak
di perbatasan dengan medula dsebut nefron juksta medular. Nefron juksta medular
mempunyai ansa Henle yang lebih panjang yang berguna terutama pada eksresi air dan
garam. Sebagian dari tubulus distal akan bersinggungan dengan arteriol aferen dan
eferen pada tempat masuknya kapsula Bowman. Pada tempat ini sel tubulus distal
menjadi lebih rapat dan intinya lebih keras disebut makula densa, Juga dinding arteriol
disebut renin. Daerah ini yang merupakan segitiga dengan batas-batas pembuluh darah
dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus
masuk ke dalam kapsula Bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal, yang
terletak pada korteks ginjal. Dari tubulus proksimal kemudian dilanjutkan dengan ansa
Henle (Loop of Henle). Pada ansa Henle terdapat bagian yang desenden dan asenden.
Pada ujung cabang asenden tebal terdapat makula densa. Makula densa juga memiliki
kemampuan kosong untuk mengatur fungsi nefron. Setelah itu dari tubulus distal, urin
menuju tubulus rektus dan tubulus koligentes modular hingga urin mengalir melalui
ujung papilla renalis dan kemudian bergabung membentuk struktur pelvis renalis.5
Terdapat 3 proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi
glomerulus reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi dimulai pada saat darah
kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Proses ini dikenal sebagai filtrasi glomerulus
9
yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Setiap hari terbentuk rata-
rata 180 liter filtrat glomerulus. Dengan menganggap bahwa volume plasma rata-rata
pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti seluruh volume plasma tersebut
difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh ginjal setiap harinya. Apabila semua yang
difiltrasi menjadi urin, volume plasma total akan habis melalui urin dalam waktu
setengah jam. Namun, hal itu tidak terjadi karena adanya tubulus-tubulus ginjal yang
dapat mereabsorpsi kembali zat-zat yang masih dapat dipergunakan oleh tubuh.
Perpindahan zat-zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus ini
disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh
melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke
Jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari,
178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir melalui pelvis
renalis dan keluar sebagai urin. Zat-zat yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi
kembali sedangkan yang sudah tidak diperlukan akan tetap bersama urin untuk
dikeluarkan dari tubuh. Proses ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu pada
perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sekresi
tubulus merupakan rute kedua bagi zat-zat dalam darah untuk masuk ke dalam tubulus
ginjal. Cara pertama adalah dengan filtrasi glomerulus dimana hanya 20% dari plasma
yang mengalir melewati kapsula Bowman, sisanya terus mengalir melalui arteriol
dipindahkan dari plasma ke lumen tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Melalui
3 proses dasar ginjal tersebut, terkumpul lah urin yang siap untuk diekskresi.6
10
Fungsi ginjal terutama untuk membersihkan plasma darah dari zat- zat yang tidak
zat-zat yang masih diperlukan tubuh di tubulus serta sekresi zat-zat tertentu di tubulus.
Jadi urin yang terbentuk sebagai hasil akhir adalah resultat dari filtrasi, sekresi dan
absorbsi.3
Fungsi ginjal secara keseluruhan adalah fungsi eksresi dan fungsi endokrin. Fungsi
eksresi antaranya eksresi sisa metabolisme protein, sisa metabolisme lemak dan
karbohidrat (CO2 dan H2O), regulasi volume cairan tubuh serta menjaga
keseimbangan asam basa yang diatur oleh paru dan ginjal. Manakala fungsi
2. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba tumbuh
dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. ISK merupakan
penyakit dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya
3. EPIDEMIOLOGI
pada bayi laki-laki 1-3,7% dan 0,13-2,1% pada bayi perempuan. Pada anak prasekolah
11
4. ETIOLOGI
Bakteri penyebab ISK yang terbanyak ialah Escherichia coli(E.coli) grup O, baik pada
bakteriuri simtomatik maupun asimtomatik. . Kuman lain penyebab ISK yang sering
Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah seperti
Haemofilus influenzae dan parainfluenza dilaporkan sebagai penyebab ISK pada anak.
Kuman ini tidak dapat tumbuh pada media biakan standar sehingga sering tidak
menghasilkan enzim urease yang memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin
meningkat menjadi. Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium,
12
Outflow obstruction Kelainan ginjal
Batu/tumor
Neuropathic bladder
Kista ginjal
5. PATOGENESIS
Patogenesis ISK adalah infeksi ascending dari bakteri yang berasal dari kolon,
berkoloni di perineum dan masuk ke kandung kemih melalui uretra. Infeksi pada
kandung kemih akan menimbulkan reaksi inflamasi, sehingga timbul nyeri pada
suprapubik. Infeksi pada kandung kemih ini disebut sistitis. Gejala yang timbul pada
sistitis meliputi disuria (nyeri saat berkemih), urgensi (rasa ingin miksi terus menerus),
13
sering berkemih, inkontinensia, dan nyeri suprapubik. Pada sistitis umumnya tidak
Pada beberapa kasus, infeksi akan menjalar melalui ureter ke ginjal sehingga timbul
pielonefritis. Pada keadaan normal, papilla pada ginjal memiliki mekanisme antirefluks
yang mencegah urin untuk memasuki tubulus pengumpul ginjal. Namun terdapat
papilla, terutama yang terletak pada bagian atas dan bawah ginjal, tidak memiliki
mekanisme ini sehingga refluks intrarenal bisa terjadi. Urin yang terinfeksi akan masuk
kembali, menstimulasi terjadinya respon imun dan inflamasi yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya luka dan parut pada ginjal. Infeksi saluran kemih juga bisa
terjadi pada penyebaran kuman secara hematogen, misalnya pada endokarditis dan
6. KLASIFIKASI
ISK Simtomatik
ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. ISK simtomatik
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang menyerang parenkim ginjal, disebut
pielonefritis dengan gejala utama demam, dan infeksi yang terbatas pada saluran
kemih bawah (sistitis) dengan gejala utama berupa gangguan miksi seperti disuria,
14
A. Pielonefritis Akut
ini bervariasi sesuai dengan umur. Lebih sering dijumpai pada orang dewasa. Pada
anak lebih menonjol gejala-gejala berupa panas, sakit daerah pinggang, gangguan
distensi abdomen. Kadang- kadang disertai disuria dan sering kencing. Pada
neonatus lebih sering dijumpai gejala-gejala sepsis seperti malas minum, ikterus,
B. Pielonefritis Kronik(PK)
PK ialah infeksi menahun atau berulang pada ginjal yang menyebabkan reaksi
radang pada jaringan parenkim. Berlainan dengan PA yang terjadi akibat langsung
dari infeksi bakteri pada ginjal, maka PK selain oleh infeksi bakteri, bisa pula
disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti obat-obat analgesik, atau sebab lain yang
tidak diketahui.4
Gambaran klinik sangat bervariasi mulai dari bentuk asimtomatik sampai tanda-
tanda gagal ginjal terminal. Pada anak balita umumnya dijumpai gejala berupa
nafsu makan menurun, berat badan tidak naik, suhu badan subfebril, ngompol, dan
disuria. Kadang dijumpai panas, muntah, dan diare yang tidak diketahui
penyebabnya.4
15
C. Sistitis, urethritis
Bakteri bisa menyebabkan iritasi pada mukosa buli-buli atau urethra yang dapat
selalu basah, ngompol siang/malam, urin keruh dan berbau tidak enak. Sistitis
adenovirus. 4
ISK Simpleks
ISK Kompleks
ISK kompleks (complicated UTI) adalah ISK yang disertai dengan kelainan
ataupun aliran balik (refluks) urin. Kelainan saluran kemih dapat berupa
batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, kista ginjal, buli-buli
16
7. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi
peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Pada masa
neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia, ikterus, muntah,
diare, demam, hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi
abdomen. Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan sering tidak terdeteksi. Kadang-
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam, penurunan berat
badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare,
ikterus, dan distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam
yang tinggi dapat disertai kejang. Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun,
dapat terjadi demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare
bahkan dapat timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya
berkurang dan lebih ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa
polakisuria, disuria, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit pinggang, atau
Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran
cerna seperti mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih normal,
dapat ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan
kejang.1
17
Pada sistitis, demam jarang melebihi 38°C, biasanya ditandai dengan nyeri pada
perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa nyeri suprapubik, kesulitan berkemih, retensio urin, dan enuresis.1
8. DIAGNOSIS
laboratorium yang dipastikan dengan biakan urin. ISK serangan pertama umumnya
dan aliran urin dapat sebagai petunjuk untuk menentukan diagnosis. Demam
merupakan gejala dan tanda klinik yang sering dan kadang-kadang merupakan
neurologik ekstremitas bawah, tulang belakang untuk melihat ada tidaknya spina
bifida, perlu dilakukan pada pasien ISK. Genitalia eksterna diperiksa untuk melihat
kelainan fimosis, hipospadia, epispadia pada laki-laki atau sinekie vagina pada
terpenting. Oleh sebab itu kualitas pemeriksaan urin memegang peran utama untuk
menegakkan diagnosis.1
18
American Academy of Pediatrics (AAP) membuat rekomendasi bahwa pada bayi
umur di bawah 2 bulan, setiap demam harus dipikirkan kemungkinan ISK dan perlu
dilakukan biakan urin. Pada anak umur 2 bulan sampai 2 tahun dengan demam yang
dilakukan biakan urin, dan anak ditata laksana sebagai pielonefritis. Untuk anak
berdasarkan 5 gejala klinik yaitu: 1) Suhu tubuh 39°C atau lebih, 2) Demam
berlangsung dua hari atau lebih, 3) Ras kulit putih, 4) Umur di bawah satu tahun,
lebih faktor risiko tersebut maka sensitivitas untuk kemungkinan ISK mencapai
Pemeriksaan laboratorium
Urinalisis
tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Leukosituria biasanya ditemukan
pada anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK simtomatik, tetapi tidak
adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria dapat juga terjadi tanpa
infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan Ureaplasma urealitikum.1
19
Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri dalam urin.
Dalam keadaan normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi dapat ditemukan
jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar kuman Gram negatif
dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, sehingga
jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin. Urin dengan berat jenis
menyertai infeksi saluran kemih, tetapi tidak dipakai sebagai indikator diagnostik.
Protein dan darah mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah dalam
diagnosis ISK.1
Biakan Urin
Idealnya, teknik pengumpulan urin harus bebas dari kontaminasi, cepat, mudah
dilakukan untuk semua umur oleh orangtua, murah, dan menggunakan peralatan
Pengambilan sampel urin untuk biakan urin dapat dilakukan dengan cara aspirasi
aspirasi suprapubik, dan merupakan baku emas pengambilan sampel urin untuk
biakan urin. Kateterisasi urin merupakan metode yang dapat dipercaya terutama
pada anak perempuan, tetapi cara ini traumatis. Teknik pengambilan urin pancar
tengah merupakan metode non-invasif yang bernilai tinggi, dan urin bebas
20
terhadap kontaminasi dari uretra. Pada bayi dan anak kecil, urin dapat diambil
dengan memakai kantong penampung urin (urine bag atau urine collector).
Pengambilan sampel urin dengan metode urine collector, merupakan metode yang
mudah dilakukan, namun risiko kontaminasi yang tinggi dengan positif palsu
kateterisasi urin, dan aspirasi supra pubik, sedangkan pengambilan dengan urine
mendapat perhatian karena bila sampel biakan urin dibiarkan pada suhu kamar
lebih dari ½ jam, maka kuman dapat membiak dengan cepat sehingga memberikan
hasil biakan positif palsu. Jika urin tidak langsung dikultur dan memerlukan waktu
lama, sampel urin harus dikirim dalam termos es atau disimpan di dalam lemari
es. Urin dapat disimpan dalam lemar es pada suhu 40C, selama 48-72 jam sebelum
dibiakkan.1
Urin umumnya dibiak dalam media agar darah dan media McConkey. Beberapa
bakteri yang tidak lazim menyebabkan ISK, tidak dapat tumbuh pada media yang
sering digunakan dan memerlukan media kultur khusus. Interpretasi hasil biakan
urin bergantung pada teknik pengambilan sampel urin, waktu, dan keadaan klinik.
Untuk teknik pengambilan sampel urin dengan cara aspirasi supra pubik, semua
literatur sepakat bahwa bakteriuria bermakna adalah jika ditemukan kuman dengan
21
jumlah berapa pun. Namun untuk teknik pengambilan sampel dengan cara
kateterisasi urin dan urin pancar tengah, terdapat kriteria yang berbeda-beda.1
Berdasarkan kriteria Kass, dengan kateter urin dan urin pancar tengah dipakai
jumlah kuman ≥ 105 cfu per mL urin sebagai bakteriuria bermakna. Dengan kateter
urin, Garin dkk., (2007) menggunakan jumlah > 105 cfu/mL urin sebagai kriteria
bermakna, dan pendapat lain menyebutkan bermakna jika jumlah kuman > 50x103
cfu/mL, dan ada yang menggunakan kriteria bermakna dengan jumlah kuman > 104
cfu/mL. Paschke dkk. (2010) menggunakan batasan ISK dengan jumlah kuman >
50x 103 cfu/mL untuk teknik pengambilan urin dengan midstream/clean catch,
sedangkan pada neonatus, Lin dkk. (1999) menggunakan jumlah > 105 cfu/mL, dan
Baerton dkk., menggunakan batasan kuman > 104 cfu/mL jika sampel urin diambil
Interpretasi hasil biakan urin bukanlah suatu patokan mutlak dan kaku karena
banyak faktor yang dapat menyebabkan hitung kuman tidak bermakna meskipun
Cara lain untuk mengetahui adanya kuman adalah dipslide. Cara dipslide adalah
cara biakan urin yang dapat dilakukan setiap saat dan di mana saja, tetapi cara ini
hanya dapat menunjukkan ada tidaknya kuman, sedang indentifikasi jenis kuman
Menurut AAP, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada kultur untuk dapat
22
Kriteria diagnosis ISK
Pengambilan
Jumlah koloni Kemungkinan infeksi (%)
urin
suprapubik
ribu
104-105
Kemungkinan besar infeksi
103-104
Meragukan, ulangi
perempuan
23
1x biakan 105 80%
Pemeriksaan Pencitraan
Tujuan dari studi pencitraan pada anak-anak dengan ISK adalah mengidentifikasi
pmeriksaan dengan imaging yang sesuai untuk ISK pada anak masih merupakan
kontroversi.1
1) Ultrasonografi
untuk ISK pada anak. Ultrasonografi saja umumnya tidak adekuat untuk
peradangan. Sebuah rekomendasi saat ini adalah bahwa USG harus dihilangkan
pada ISK pada anak-anak jika demam pada bayi dan anak-anak menanggapi
24
pengobatan (afebril dalam waktu 72 jam), hasil follow up baik, dan tidak ada
2) Voiding Cystourethrography
Karena refluks vesicoureteral merupakan faktor risiko dari nefropati refluks dan
pembentukan jaringan parut pada ginjal, identifikasi awal pada kelainan ini
ultrasonogram tersebut.4,6
9. TATALAKSANA
Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien, lokasi
infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK. Sistitis
25
jaringan parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu
diambil sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba.
Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat
terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkim ginjal. Jika seorang anak dicurigai
menunggu hasil biakan urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil
biakan urin. Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada pola resistensi kuman
setempat atau lokal, dan bila tidak ada dapat digunakan profil kepekaan kuman
yang terdapat dalam literatur. Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam
48-72 jam pengobatan. Bila dalam waktu tersebut respon klinik belum terlihat
mungkin antibiotik yang diberikan tidak sesuai atau mungkin yang dihadapi
Biasanya, untuk pengobatan ISK simpleks diberikan antibiotik per oral selama 7
hari, tetapi ada penelitian yang melaporkan pemberian antibiotik per oral dengan
waktu yang lebih singkat (3-5 hari), dan efektifitasnya sama dengan pemberian
selama 7 hari.
26
Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter
• Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang resistensinya
masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti sefalosporin atau ko-
amoksiklav. Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan
dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10 hari.
setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat diberikan
• Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai kembali,
sebagian besar kuman -patogen dalam urin mendekati 96% terhadap gentamisin
baik antibiotik yang diberikan secara oral maupun parenteral, seperti terlihat
27
Jenis antibiotik Dosis per hari
Sulfonamid dosis
Sefiksim
dosis
dosis
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
28
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Anak dengan sistitis diobati dengan antibiotik per oral dan umumnya tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit, namun bila gejala klinik cukup berat misalnya rasa sakit
yang hebat, toksik, muntah dan dehidrasi, anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
resistensi kuman dan dicadangkan untuk terapi pielonefritis. Menurut Garin dkk.,
(2007), pemberian sefiksim pada sistitis akut terlalu berlebihan. ISK simpleks
29
Pengobatan pielonefritis
Para ahli sepakat bahwa antibiotik untuk pielonefritis akut harus mempunyai penetrasi
yang baik ke jaringan karena pielonefritis akut merupakan nefritis interstitialis. Belum
ada penelitian tentang lamanya pemberian antibiotik pada pielonefritis akut, tetapi
umumnya antibiotik diberikan selama 7-10 hari,6 meskipun ada yang menuliskan 7-14
parenteral dan diganti dengan pemberian oral. Biasanya perbaikan klinis sudah terlihat
dalam 24-48 jam pemberian antibiotik parenteral. sehingga setelah perbaikan klinis,
antibiotik dilanjutkan dengan pemberian antibiotik per oral sampai selama 7-14 hari
pengobatan.1
Sefiksim per oral dapat direkomendasikan sebagai terapi yang aman dan efektif pada
anak yang menderita ISK dengan demam. Montini dkk., melaporkan penelitian pada
502 anak dengan diagnosis pielonefritis akut, yang diterapi dengan antibiotik ko-
selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pielonefritis akut, efektivitas
30
antibiotik parenteral selama 10 hari sama dengan antibiotik parenteral yang dilanjutkan
Pada masa neonatus, gejala klinik ISK tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia,
ikterus, gagal tumbuh, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau minum, oliguria,
iritabel, atau distensi abdomen. Kemampuan neonatus mengatasi infeksi yang belum
ampisilin pada umumnya cukup memadai. Lama pemberian antibiotik pada neonatus
dengan ISK adalah 10-14 hari. Pemberian profilaksis antibiotik segera diberikan
Pengobatan suportif
Selain terapi kausal terhadap infeksi, pengobatan suportif dan simtomatik juga perlu
diperhatikan, misalnya pengobatan terhadap demam dan muntah. Terapi cairan harus
adekuat untuk menjamin diuresis yang lancar. Anak yang sudah besar dapat disuruh
untuk mengosongkan kandung kemih setiap miksi. Higiene perineum perlu ditekankan
terutama pada anak perempuan. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin
diperlukan bagi pasien sakit berat seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun
sakit pinggang.1
31
Indikasi rawat
ISK yang memerlukan tindakan rawat inap antara lain, ISK pada neonatus, pielonefritis
akut, ISK dengan komplikasi seperti gagal ginjal, hipertensi, ISK disertai sepsis atau
syok, ISK dengan gejala klinik yang berat seperti rasa sakit yang hebat, toksik,
kesulitan asupan oral, muntah dan dehidrasi. ISK dengan kelainan urologi yang
kompleks, ISK dengan organisme resisten terhadap antibiotik oral, atau terdapat
10. Komplikasi
Reaksi alergi merupakan resiko terapi antibiotik. Anak dengan pielonefritis akut dapat
berkembang menjadi inflamasi lobus ginjal atau abses ginjal.Inflamasi parenkim ginjal
pielonefritis akut adalah hipertensi, fungsi ginjal terganggu, dan komplikasi terhadap
11. Prognosis
Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) simple terbilang sangat baik, dengan
Pada beberapa wanita dapat mengalami episode ISK berulang, hal tersebut
spesifik pada golongan darah tertentu.Pada ISK rumit dengan diagnosis dan tatalaksana
32
yang tepat, prognosis terbilang cukup baik. Kerusakan dari fungsi ginjal jarang namun
33
BAB III
KESIMPULAN
ISK merupakan salah satu penyakit infeksi terbanyak kedua pada anak setelah infeksi
pernapasan. Ditahun pertama kehidupan, penyakit ini banyak diderita oleh anak laki-
laki dibandingkan dengan anak perempuan, dan sebaliknya setelah tahun pertama
Etiologi dari penyakit ISK ini utamanya adalah bakteri Eschericia coli, namun tidak
menutup kemungkinan bakteri patogen lainnya (yang bukan merupakan bagian dari
flora normal tubuh) bisa menjadi penyebab dari ISK pada anak. Proses patogenesis dari
ISK terbagi menjadi dua cara yaitu ascending route dan bloodborne.
Gejala awal dari ISK pada anak sangatlah tidak khas, biasanya anak akan mengalami
demam hilang timbul yang tidak dapat diketahui darimana sumbernya. Jarang sekali
kasus yang disertai dengan gangguan dari traktus urinarius, sehingga untuk
menegakkan diagnosis ISK pada anak akan dibutuhkan analisis urin dan kultur urin.
Pada beberapa kasus yang meragukan, diagnostik imaging bisa dilakukan untuk
Pengobatan untuk ISK utamanya adalah dengan antibiotik. Deteksi dini dan
pengobatan segera akan sangat dibutuhkan agar komplikasi jangka panjang bisa
34
dihindari. Tapi tentu saja yang paling penting adalah pencegahan dengan cara menjaga
higien dan sebaiknya pasien yang pernah menderita ISK benar-benar diperhatikan agar
35
DAFTAR PUSTAKA
Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_ISK_-Kompleks.pdf.pdf. Accessed
5th ed. United Kingdom: Lippincott Williams & Wilkins; 2004. p. 1091-105.
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-02-artikel-
6. Ahmed SM, Swedlund SK. Evaluation and treatment of urinary tract infection
36
7. Sudung O. Pardede, dkk. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. 2014.
Jakarta.
AD
9. Enday S. Ilmu penyakit dalam UI: infeksi saluran kemih pasien dewasa. Jilid
37